Kumpulan makalah
Abdullah
1/1/2023
Teori kognitif berasal dari teori kognitif dan teori psikologi. Aspek kognitif
mempersoalkan Menurut teori belajar kognitif, belajar merupakan proses-proses internal yang
tidak dapat diamati secara langsung. Adapun tujuan teori ini adalah :
a. Membentuk hubungan yang teruji, teramalkan dari tingkah laku orang-orang pada
ruang kehidupan mereka sendiri secara spesifik sesuai dengan situasi psikologisnya.
b. Membantu guru untuk memahami orang lain, terutama muridnya, dan membantu
dirinya sendiri
c. Mengkonstruksi prinsip-prinsip ilmiah yang dapat diterapkan dalam kelas dan untuk
menghasilkan prosedur yang memungkinkan belajar menjadi produktif.
Perbedaan pandangan teori kognitif dan teori conditioning stimulus-respons adalah sebagai
berikut.
b. Teori kognitif berfokus pada situasi saat ini, sedangkan teori behaviorisme pada sejarah
masa lalu.
c. Dalam proses kognitif terjadi interaksi antara manusia dengan lingkungannya secara
simultan dan saling membutuhkan.
b. Sehubungan dengan pembelajaran, teori belajar perilaku dan kognitif pada akhirnya
sepakat bahwa guru harus memperhatikan perilaku siswa yang tampak, seperti
penyelesaian tugas rumah, hasil tes, disamping itu juga harus memperhatikan faktor
manusia dan lingkungan psikologisnya.
c. Ahli kognitif percaya bahwa kemampuan berpikir setiap orang tidak sama dan tidak
tetap dari waktu ke waktu.
Model teori belajar kognitif yang banyak diterapkan dalam dunia pendidikan adalah model
belajar penemuan dari Brunner, model belajar bermakna dari Ausebel, model pemrosesan
informasi dan model peristiwa pembelajaran dari Rober Gagne, dan model “perkembangan
intelektual” dari Jean Piaget.
Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding adalah memberikan kepada
seseorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap – tahap awal pembelajaran dan
kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut
mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan
sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan
Tidak seperti halnya belajar menurut perspektif behavioris dimana perilaku manusia tunduk
pada peneguhan dan hukuman, pada perspektif kognitif ternyata ditemui tiap individu justru
merencakan respons perilakunya, menggunakan berbagai cara yang bisa membantu dia
mengingat serta mengelola pengetahuan secara unik dan lebih berarti. Teori belajar yang
berasal dari aliran psikologi kognitif ini menelaah bagaimana orang berpikir, mempelajari
konsep dan menyelesaikan masalah. Hal yang menjadi pembahasan sehubungan dengan teori
belajar ini adalah tentang jenis pengetahuan dan memori.
Jenis Pengetahuan
Menurut pendekatan kognitif yang mutakhir, elemen terpenting dalam proses belajar adalah
pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu kepada situasi belajar. Dengan kata lain apa
yang telah kita diketahui akan sangat menentukan apa yang akan menjadi perhatian,
dipersepsi, dipelajari, diingat ataupun dilupakan. Pengetahuan bukan hanya hasil dari proses
belajar sebelumnya, tapi juga akan membimbing proses belajar berikutnya. Berbagai riset
terapan tentang hal ini telah banyak dilakukan dan makin membuktikan bahwa pengetahuan
dasar yang luas ternyata lebih penting dibanding strategi belajar yang terbaik yang tersedia
sekalipun. Terlebih bila pengetahuan dan wawasan yang luas ini disertai dengan strategi yang
baik tentu akan membawa hasil lebih baik lagi tentunya.
Dengan demikian, kontruktivisme seperti dikatakan oleh Von Glasefeld adalah salah
satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan (kontruksi)
kita sendiri. pengetahuan bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pandangan
konstruktivistik mengakui bahwa pikiran dalah instrumen penting dalam menginterpretasikan
kejadian, objek, dan pandangan dunia nyata, di mana interpretasi tersebut terdiri dari
pengetahuan dasar manusia secara individual.
1. Guru perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi masing-
masing media tersebut. Pemahaman akan fungsi media tersebut diperlukan, belum tentu
semua media cocok digunakan untuk mengajarkan semua semua bahan pelajaran. Setiap
media memiliki karakteristik tersendiri
2. Guru perlu mempunyai keterampilan dalam merancang suatu media. Dengan perancangan
media yang dianggap cocok akan memudahkan proses pembelajaran, sehingga akan tercapai
secara optimal.
3. Guru dituntut untuk mampu mengorganisasikan berbagai jenis media serta dapat
memanfaatkan berbagai sumber belajar.
4. Guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan
siswa. Kemampuan berkomunikasi secara efektif dapat memudahkan siswa menangkap pesan
sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka..
Peran guru dan siswa dalam pembelajaran konstruktivtistik harus diubah. Dalam hal ini, guru
atau pendidik berperan sebagai seseorang yang berperan memberdayakan seluruh potensi
siswa agar siswa mampu melaksanakan proses pembelajaran. Guru bertugas tidak
mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan berusaha memberdayakan
seluruh potensi dan sarana yang dapat membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya
sendiri.
Menurut Muchith (2008:74) bahwa secara rinci peran guru perlu dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Mampu membangun atau menumbuhkan semangat atau jiwa kemandirian dengan cara
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil inisiatif dalam memahami
pengetahuan atau teori;
2. Mampu membangun atau memimbing siswa dalam memahami pengetahuan dan mampu
berprilaku atau bertindak sesuai dengan kenyataan yang ada dalam realitas masyarakat;
Sementara itu, peran siswa menurut pandangan konstruktivisme bahwa siswa dalam proses
pembelajaran harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan
memberikan makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Paradigma konstruktivisme
memandang bahwa siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum
mempelajari sesuatu. Siswa dipahami pribadi yang memiliki kebebasan untuk membangun
ide atau gagasan tanpa harus diintervensi oleh siapapun, siswa diposisikan manusia dewasa
yang sudah memiliki modal awal pengetahuan.
Scaffolding, berarti upaya pembelajar untuk membimbing siswa dalam upayanya mencapai
keberhasilan. Dorongan guru sangat dibutuhkan agar pencapaian siswa ke jenjang yang lebih
tinggi menjadi optimum.
(1), mengenai fungsi dan pentingnya bahasa dalam komunikasi social yang dimulai proses
pencanderaan terhadap tanda (sign) sampai kepada tukar menukar informasi dan
pengetahuan,
(2) zona of proximal development. Pembelajar sebagai mediator memiliki peran mendorong
dan menjembatani siswa dalam upayanya membangun pengetahuan, pengertian dan
kompetensi.
Pembelajaran yang sifatnya kooperatif (cooperative learning) ini muncul ketika siswa bekerja
sama untuk mencapai tujuan belajar yang diinginka oleh siswa. Pengelolaan kelas menurut
cooperative learning bertujuan membantu siswa untuk mengembangkan niat dan kiat bekerja
sama dan berinteraksi dengna siswa yang lain. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan
dalam pengelolaan kelas yaitu: pengelompokan, semangar kooperatif dan penataan kelas.
2. Carl Rogers
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran humanisme adalah
pentingnya pendidik memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
a. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Peserta didik
tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
b. Peserta didik akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai bagian yang bermakna bagi peserta didik
c. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai bagian yang bermakna bagi peserta didik.
d. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
e. Mengajak peserta didik berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab
(http://makalahilmupendidikandanperpustakaan.blogspot.com/2011/07/teori-belajar-humanisme-arthur-
w-combs.html).
f. mengajak peserta didik agar belajar mengalami (expriental learning) dengan cara
memberi peluang untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri
g. melibatkan peserta didik secara penuh dalam proses pembelajaran.2
Dalam bukunya Freedom To Learnand Freedom to Learn for the 80’s, ia menunjukkan
sejumlah prinsip-prinsip dasar humanisme yang penting diantaranya ialah:
a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan peserta didik
mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e. Apabila ancaman terhadap diri peserta didik rendah, pengalaman dapat
diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses
belajar.
f. Belajar yang bermakna diperoleh peserta didik dengan melakukannya.
g. Belajar diperlancar bilamana peserta didik dilibatkan dalam proses belajar dan
ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi peserta didik seutuhnya, baik
perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang
mendalam dan lestari.
i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah
dicapai terutama jika peserta didik dibiasakan untuk mawas diri dan
mengkritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua
yang penting.
j.Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah
belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap
pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan
itu.3
2
Abuddin Nata, Op. Cit., hlm. 102
3
M. Dalyono, Op. Cit., hlm. 46-48
Roger juga menganjurkan pendekatan pendidikan sebaiknya mencoba membuat belajar
dan mengajar lebih manusiawi, lebih personal, dan berarti. Prinsip-prinsip penting
belajar humanisme menurut Rogers yaitu keinginan untuk belajar (The Desire to
Learn), belajar secara signifikan (Significant Learning), belajar tanpa ancaman
(Learning Without Threat), belajar atas inisiatif sendiri (Self-initiated Learning), belajar
dan berubah (Learning and Change).4
3. Abraham Maslow
Tokoh ini berpendapat bahwa ada hierarki kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia.
Kebutuhan untuk tingkat yang paling rendah yaitu tingkat untuk bisa survive atau
mempertahankan hidup dan rasa aman, dan ini adalah kebutuhan yang paling penting.
Jika manusia secara fisik terpernuhi kebutuhannya dan merasa aman, mereka akan
distimuli untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan untuk
memiliki dan dicintai dan kebutuhan akan harga diri dalam kelompok mereka sendiri.
Jika kebutuhan ini terpenuhi orang akan kembali mencari kebutuhan yang lebih tinggi
lagi, prestasi intelektual, penghargaan estetis, dan akhirnya self-
actualization.5Aktualisasi diri (self-actualization) didefinisikan sebagai keinginan
untuk menjadi apapun yang ingin dia lakukan. Maslow menempatkan self
actualization paling atas dari hierarki kebutuhan manusia. Hierarki kebutuhan manusia
menurut Maslow ini mempunyai
implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh pendidik pada waktu ia mengajar
anak-anak. Di sekolah, deficiency needs yang paling penting adalah kebutuhan peserta
didik untuk dicintai dan dihargai. Jika peserta didik merasa tidak dicintai dan dihargai
dan dianggap tidak mampu, mereka tidak mempunyai motivasi kuat untuk mencapai
tujuan growth needs, seperti ingin mencari pengetahuan lebih lanjut untuk dirinya
sendiri, atau kreatif dan terbuka untuk ide-ide baru dari orang lain. Seorang pendidik
yang dapat membuat peserta didik merasa senang, merasa diterima, dihargai sebagai
individu dan dicintai, mungkin akan membuat mereka ingin belajar dan kreatif
terhadap ide-ide baru.
4
Sri Esti Wuryani Djiwandono, 2006, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasindo, hlm. 184-186.
5
Ibid., hlm.183
Teori belajar Humanisme ini berasumsi bahwa teori belajar apapun baik dan dapat
dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu pencapaian aktualisasi diri,
pemahaman diri serta realisasi diri peserta didik secara optimal (Assegaf, 2011).
Asumsi teori humanisme ini terhadap pembelajaran didukung dengan prinsip-prinsip
bahwa :
1. Peserta didik harus dapat memilih apa yang mereka ingin pelajari. Guru humanism
percaya bahwa peserta didik akan termotivasi untuk mengkaji materi bahan ajar jika
terkait dengan kebutuhan dan keinginannya
2. Tujuan pendidikan harus mendorong keinginan peserta didik untuk belajar dan
mengajar mereka tentang cara belajar. Peserta didik harus memotivasi dan merangsang
diri pribadi untuk belajar sendiri
3. Pendidikan berdasar teori ini percaya bahwa nilai tidak relevan dan hanya evaluasi diri
yang bermakna. Pemeringkatan mendorong peserta didik belajar untuk mencapai
tingkat tertentu, bukan untuk kepuasan pribadi.
4. Pendidik humanisme percaya bahwa baik perasaan maupun pengetahuan, sangat
penting dalam proses belajar dan tidak memisahkan domain kognitif dan afektif
5. Pendidik humanisme menekankan perlunya peserta didik terhindar dari tekanan
lingkungan, sehingga mereka akan merasa aman untuk belajar. Dengan itu, maka
mereka akan bisa belajar dengan mudah dan lebih bermakna