Anda di halaman 1dari 8

TUGAS (7)

KONSELING BEHAVIORAL (SKINNER)

Dosen Pembina

Dr. Netrawati, M.Pd., Kons

Dr. Zadrian Ardi, M.Pd., Kons

Oleh

Humaira Mustika
Nim:22151014

PROGRAM STUDI S2 BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
A. Biografi B.f Skinner

Burrhus Frederic Skinner dilahirkan pada 20 Maret 1904, di Susquehanna, Pennsylvania.


Dia anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan William Skinner dan Grace Burrhus
Skinner. Ayahnya adalah seorang pengacara dan politisi ternama, yang mendidik anaknya
dengan etika berperilaku yang diharapkan.Skinner mengatakan bahwa dia diajar oleh orang
tuanya agar takut kepada tuhan,dan polisi, serta bagaimana cara berfikir.

Skinner adalah salah seorang ahli psikologi Amerika yang banyak menghabiskan
waktunya bekerja di Universitas Harvard. Dia masuk Universitas Harvard pada tahun 1928 dan
memperoleh gelar Ph.D. dalam bidang psikologi pada tahun 1931. Selama 5 tahun dia
menghabiskan waktunya di laboratorium W.J. Crozier, seorang biolog eksperimental. Pilihanya
terhadap pendekatan behaviorisme mengarahkannya untuk menolak kekuatan-kekuatan mental
dan emosional

B. Pandangan Hakekat Tentang Manusia

Skinner dalam Hjelle & Ziegler (1994) menyatakan bahwa perilaku mannusia pada dasarnya
sangat bergantung pada faktor-faktor internal seperti ketidaksadaran,sifat dan lain-lain (seperti
pada teori psikoanalisis). Skinner meyakini bahwa perilaku yang dimiliki manusia adalah sebagi
hasil dari pengkondisian lingkungan dimana manusia berada. Aliran Behavioristik selalu
mencoba mengubah tingkah laku manusia secara langsung. Hal ini ditunjukan dengan cara-cara
yang digunakan. Pada dasarnya aliran ini beranggapan bahwa dengan mengajarkan perilaku baru
pada manusia, maka kesulitan yang dihadapi akan dapat dihilangkan (extinction). Dengan
demikian modifikasi perilaku yang menyimpang dapat dihilangkan secara permanen dengan cara
mengajarkan perilaku baru yang diinginkan.

Hal tersebut dikarenakan pandangan kaum behavioris lebih menekankan pada kegiatan
belajar dari pada model kepribadian yang lain. Chamblers & Goldstein dalam Gillilan (1989)
menyatakan, bahwa para ahli behaviorisme beramsumsi bahwa perkembangan kepribadian
manusia dikembangkan karena adanya kematangan dan hukum belajar. Dengan demikian sangat
jelas bahwa kepribadia seseorang dapat dibentuk karena belajar
1. Freedom-Determinism
Menurut Skinner, manusia sangat diperngaruhi oleh pengalaman-pengalamanya,
terutama dinyatakan bahwa perilaku manusia saat ini merupakan produk dari ganjaran-
ganjaran yang telah diterima oleh seseorang. Dengan kata lain, bahwa apa yang telah kita
lakukan saat ini adalah hasil dari ganjaran yang telah diberikan kepada kita. Sebagai
contoh, perilaku bayi sangat ditentukan oleh orang tua, dimana perilaku yang baik akan
mendapatkan ganjaran. Ganjaran yang terus menerus akan semakin mempertajam
perilaku tersebut. Selanjutnya, perilakuakan dipertajam lagi oleh lingkungan dimana anak
itu berada. Dengan demikian, perilaku yang diinginkan akan menjadi milik individu
tersebut.
2. Rationality-Irrationality
Skinner berpendapat bahwa kepribadian manusia seperti kotak yang tertutup.
Artinya kita tidak dapat melihat kepribadian manusia tanpa melihat perilaku yang
dimunculkanya. Pikiran dan perasaan manusia tidak dapat diterjemakahnya. Sebaliknya
perilaku yang ditampakkan oleh manusia yang dapat diterjemahkan secara explisitbdan
ilmiah. Hal ini pada akhirnya mengarahkam skinner untuk tidak meyakini adanya pola
pikir yang rasional atau tidak rasional
3. Holism-Elementalism
Skinner menyatakan bahwa kepribadian tidak lebih dari sekumpulan pola perilaku
yang dimiliki oleh masing-masing individu. Pola perilaku (kepribadian) ini diperoleh
seseorang karena proses belajar sehingga dapat dihilangkan pula dangan belajar. Untuk
memahami perilaku manusia, kita perlu memahami pengalaman-pengalaman yang telah
dilakukan individu tersebut.
4. Constituationalism-Envinronmentalism
Kita ketahui bersama bahwa Skinner adalah ilmuan yang secara ajek mempelajari
pengaruh lingkungan terhadap perilaku manusia. Skinner meyakini bahwa perilaku
manusia adalah hasil dari proses belajar bertingkah laku, dimana perilaku tersebut selalu
mendapatkan penguatan dari lingkungan melalui proses pengkondisian
5. Changeability-Unchangeability
Skinner meyakini bahwa semua perilaku manusia dapat diubah. Perubahan yang
dimaksud adalah dengan melakukan pengkondisian terhadap manusia dengan
memberikan penguatan terhadap perilaku yang disukai. Menurut skinner pertumbuhan
psikologis yang dimiliki oleh seseorang bukan prose salami yang muncul alami dari
individu. Karena perkembangan psikologis seseorang sangat ditentukan oleh lingkungan
dimana dia berada, maka hal tersebut dapat diubah.
6. Subjectivity-Objectivity
Organism diibaratkan sebagai kotak yang tertutup yang didalamnya penuh dengan
asusmsi-asumsi yang subjective. Skinner menolak hal ini, dan berpendapat bahwa untuk
mengenal seseorang, maka mereka harus dikenal dari perilaku yang ditampakanya.
Perilaku yang tampak ini akan diukur sehingga didapatkan pemahaman perilaku yang
objetif. Skinner menyatakan bahwa proses kognitif adalah proses perilaku, hal ini yang
akan mengarahkan seseorang untuk bertindak.
7. Homeostatis-Herostasis
Sebagai sesorang behavioris tulen, skinner yakin bahwa manusia pada dasarnya
dalah makhluk yang reaktif. Seseorang akan bertindak jika lingkunganya memberikan
penghargaan yang positif. Semua perilaku manusia didasarkan pada adanya stimulus
yang diterima.
8. Homeostatis-Heterostatis
Skinner menyatakan bahwa untuk memahami manusia haruslah dilihat pada apa
yang dilakukan oleh manusia tersebut. Sehingga dia menolak angggapan bahwa manusia
dapat dipahami jika melihat perasaan, pikiran, dan motivasi manusia.
9. Knowability-Unknowability
Didasarkan pada pendapatnya bahwa manusia pada dasarnya dapat diubah dan
dipandang secara objektif, maka Skinner berkeyakinan bahwa manusia pada dasarnya
dapat dikenal atau dipahami. Pemahamanini didasarkan pada perilaku yang ditampakkan
oleh masing-masing manusia. Perilaku yang ditampakkan oleh manusia dapat dipahami
dengan menggunakan cara-cara yang ilmiah seperti penelitian
C. Struktur Kepribadian dalam Konseling Behaviorisme Skinner

Skinner lebih tertarik dengan aspek yang berubah-ubah dari kepribadian dari pada aspek
struktur yang tetap(Triwahyuni et al., 2019).Unsur kepribadian yang dipandangnya relatif tetap
adalah tingkah laku itu sendiri. Ada dua klasifikasi tingkah laku, yaitu:
a) Tingkah laku responden; respon yang dihasilkan (elicited) organisme untuk menjawab
stimulus secara spesifik berhubungan dengan respon itu. Respon refleks termasuk dalam
kelompok ini, seperti mengeluarkan air liur ketika melihat makanan, mengelak dari pukulan
dengan menundukkan kepala, merasa takut ketika ditanya guru atau mersa malu ketika dipuji.

b) Tingkah laku operan; respon yang dimunculkan (emitted) organisme tanpa adanya
stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya respon itu. Terjadinya proses pengikatan
stimulus baru dengan respon baru. Organisme dihadapkan kepada pilihan-pilihan respon mana
yang akan dipakainya untuk menanggapi suatu stimulus. Keputusan respon mana yang dipilih
tergantung kepada efeknya terhadap lingkungan (yang tertuju kepadanya) atau konsekuensi yang
mengikuti respon itu.

Menurut Skinner (1971) sebuah respons yang telah terjadi tidak dapat diprediksi atau
dikontrol, hanya kemungkinan respons yang sama terjadi di masa depan dapat diprediksi.
Perilaku 'Operant' beroperasi pada lingkungan untuk menghasilkan respon atau konsekuensi.
Skinner mengunakan instrumental sebagai kata sifat, seperti dalam perilaku instrumental, dan
sebagai kata benda, menunjukkan perilaku yang didefinisikan oleh konsekuensi tertentu.

D. Konsep Teori Konseling B.F. Skinner.

Teknik konseling behavioral didasarkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari
(yang membentuk pola tingkah laku) terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon yang
baru akan dapat dibentuk. Skinner dalam pendekatanyya memuat beberapa asumsi dan teknik
lainyya dengan tujuan. 1) Menghapus/menghilangkan tingkah laku maldaptif (masalah)
untukdigantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan klien; 2)
Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam perilaku yang spesifik : (a) diinginkan
oleh klien; (b) konselor mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut; (c) klien dapat
mencapai tujuan tersebut; (d) dirumuskan secara spesifik; 3) Konselor dan klien bersama-sama
(bekerja sama) menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling. Adapun konsep
konseling B.F Skinner yaitu:

1. Asumsi Dasar Skiner


Skiner bekerja dengan tiga asumsi dasar, dimana asumsi pertama dan kedua
menjadi asumsi psikologi pada umumnya, bahkan menjadi semua merupakan asumsi
pendekatan ilmiah.
a) Tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu (behavior is lawful). Ilmu adalah usaha untuk
menemukan keteraturan, menunjukan bahwa peristiwa tertentu berhubungan secara
teratur dengan peristiwa lain.
b) Tingkah laku dapat diramalkan (behavior can be predicted). Ilmu bukan hanya
menjelaskan, tetapi juga meramalkan. Bukan hanya menangani peristiwa masa lalu, tetapi
juga peristiwa akan datang. Teori yang berdaya guna adalah yang memungkinkan dapat
dilakukannya prediksi mengenai tingkah laku yang akan datang dan menguji prediksi itu.
c) Tingkah laku dapat dikontrol (behavior can be controlled). Ilmu dapat melakukan
antisipasi dan menentukan/membentuk sedikit/banyak tingkah laku seseorang. Skinner
bukan hanya ingin tahu bagaimana terjadinya tingkah laku, tetapi juga ia sangat
berkeinginan memanipulasinya. Pandangan ini bertentangan dengan pandangan
tradisional yang menganggap manipulasi sebagai serangan terhadap kebebasan pribadi.
Skinner memandang tingkah laku sebagai produk kondisi anteseden tertentu, sedangkan
pandangan tradisional berpendapat tingkah laku merupakan produk perubahan dalam diri
secara spontan.
E. Proses Teknik Membantu Konseli
1) Penguatan. Salah satu aspek penanganan perilaku yang sangat penting adalah membantu
klien untuk meningkatkan jumlah dan cakupan penguatan akan dirinya sendiri. Teknik
penguatan merupakan cara untuk membuat modifikasi perilaku dengan beberapa
konsekwensi, jadi mereka lebih merefleksikan peran daripada prinsip kondisi lama.baik
penguatan positif atau negatif tergantung pada respon klien. Mengidentifkasi penguatan
diantaranya melalui: 1)Tanyalah mereka; 2) Tanya kepada yang lain tentang mereka; 3)
Dengarkan secara seksama apa yang mereka katakan ketika wawancara; 4) Observasi apa
yang mereka lakukan selama wawancara; 5) Observasilah dan monitor mereka diluar
wawancara. Terdapat dua teknik penguatan yaitu: (1) Penguatan positif . Sebuah
peristiwa positif disajikan sebagai konsekuensi dari seseorang melakukan perilaku
disebut penguatan positif. Ketika acara positif mengikuti perilaku, dan perilaku yang
meningkatkan frekuensi, acara tersebut merupakan penguat positif (Spiegler &
Guevremont, 2010); (2) Penguatan negative. Seperti penguatan positif, penguatan negatif
meningkatkan perilaku. Seharusnya tidak bingung dengan hukuman, yang menurunkan
atau melemahkan perilaku. Dalam penguatan negatif konsekuensi yang tidak diinginkan
dari perilaku dihapus, yang meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku akan diulangi.
2) Kontrak Kontigensi. Countingency contracting (kontrak kontigensi) adalah penyusunan
semacam tata situasi dimana seseorang mendapat sesuatu yang diinginkannya apabila
orang itu bertindak dalam cara tertentu. Beberapa situasi bisa ditata sederhana dan
mencakup perilaku sederhana. Kontrak kontinguensi adalah cara memodifikasi perilaku
melalui kontinguensi penguatan langsung ketimbang penguatan tidak langsung.
Diharapkan bahwa setelah perilaku yang diinginkan terbentuk dengan menggunakan
prosedur ini, perilaku yang diinginkan itu sendiri akan bisa menjalankan fungsinya untuk
mendapatkan penguatan dari lingkungan sosial.
3) Token Economy atau Penanda Ekonomi. Dalam penanda ekonomi sejumlah perilaku
dipilih antara yang diinginkan dan yang tidak. metode token economy dapat digunakan
untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan pemerkuat-pemerkuat yang tidak
bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh. Dalam token economy, tingkah laku
yang layak bisa diperkuat dengan perkuatan-perkuatan yang bisa diraba (tanda-tanda
seperti kepingan logam) yang nantinya bisa ditukar dengan objek-objek atau hak
istimewa yang diingini. Metode taken economy sangat mirip dengan yang dijumpai
dalam kehidupan nyata, misalnya, para pekerja dibayar untuk hasil pekerjaan mereka.

REFERENSI

Triwahyuni, E., Lolongan, R., Riswan, R., & Suli’, S. (2019). Peranan Konsep Teori
Behavioristik B. F. Skinner terhadap Motivasi dalam Menghadiri Persekutuan Ibadah.
Sekolah Tinggi Filsafat Theologia Jaffray Makassar, 10.
Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung : Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai