Dosen Pembina
Oleh
Humaira Mustika
Nim:22151014
2023
A. Biografi B.f Skinner
Skinner adalah salah seorang ahli psikologi Amerika yang banyak menghabiskan
waktunya bekerja di Universitas Harvard. Dia masuk Universitas Harvard pada tahun 1928 dan
memperoleh gelar Ph.D. dalam bidang psikologi pada tahun 1931. Selama 5 tahun dia
menghabiskan waktunya di laboratorium W.J. Crozier, seorang biolog eksperimental. Pilihanya
terhadap pendekatan behaviorisme mengarahkannya untuk menolak kekuatan-kekuatan mental
dan emosional
Skinner dalam Hjelle & Ziegler (1994) menyatakan bahwa perilaku mannusia pada dasarnya
sangat bergantung pada faktor-faktor internal seperti ketidaksadaran,sifat dan lain-lain (seperti
pada teori psikoanalisis). Skinner meyakini bahwa perilaku yang dimiliki manusia adalah sebagi
hasil dari pengkondisian lingkungan dimana manusia berada. Aliran Behavioristik selalu
mencoba mengubah tingkah laku manusia secara langsung. Hal ini ditunjukan dengan cara-cara
yang digunakan. Pada dasarnya aliran ini beranggapan bahwa dengan mengajarkan perilaku baru
pada manusia, maka kesulitan yang dihadapi akan dapat dihilangkan (extinction). Dengan
demikian modifikasi perilaku yang menyimpang dapat dihilangkan secara permanen dengan cara
mengajarkan perilaku baru yang diinginkan.
Hal tersebut dikarenakan pandangan kaum behavioris lebih menekankan pada kegiatan
belajar dari pada model kepribadian yang lain. Chamblers & Goldstein dalam Gillilan (1989)
menyatakan, bahwa para ahli behaviorisme beramsumsi bahwa perkembangan kepribadian
manusia dikembangkan karena adanya kematangan dan hukum belajar. Dengan demikian sangat
jelas bahwa kepribadia seseorang dapat dibentuk karena belajar
1. Freedom-Determinism
Menurut Skinner, manusia sangat diperngaruhi oleh pengalaman-pengalamanya,
terutama dinyatakan bahwa perilaku manusia saat ini merupakan produk dari ganjaran-
ganjaran yang telah diterima oleh seseorang. Dengan kata lain, bahwa apa yang telah kita
lakukan saat ini adalah hasil dari ganjaran yang telah diberikan kepada kita. Sebagai
contoh, perilaku bayi sangat ditentukan oleh orang tua, dimana perilaku yang baik akan
mendapatkan ganjaran. Ganjaran yang terus menerus akan semakin mempertajam
perilaku tersebut. Selanjutnya, perilakuakan dipertajam lagi oleh lingkungan dimana anak
itu berada. Dengan demikian, perilaku yang diinginkan akan menjadi milik individu
tersebut.
2. Rationality-Irrationality
Skinner berpendapat bahwa kepribadian manusia seperti kotak yang tertutup.
Artinya kita tidak dapat melihat kepribadian manusia tanpa melihat perilaku yang
dimunculkanya. Pikiran dan perasaan manusia tidak dapat diterjemakahnya. Sebaliknya
perilaku yang ditampakkan oleh manusia yang dapat diterjemahkan secara explisitbdan
ilmiah. Hal ini pada akhirnya mengarahkam skinner untuk tidak meyakini adanya pola
pikir yang rasional atau tidak rasional
3. Holism-Elementalism
Skinner menyatakan bahwa kepribadian tidak lebih dari sekumpulan pola perilaku
yang dimiliki oleh masing-masing individu. Pola perilaku (kepribadian) ini diperoleh
seseorang karena proses belajar sehingga dapat dihilangkan pula dangan belajar. Untuk
memahami perilaku manusia, kita perlu memahami pengalaman-pengalaman yang telah
dilakukan individu tersebut.
4. Constituationalism-Envinronmentalism
Kita ketahui bersama bahwa Skinner adalah ilmuan yang secara ajek mempelajari
pengaruh lingkungan terhadap perilaku manusia. Skinner meyakini bahwa perilaku
manusia adalah hasil dari proses belajar bertingkah laku, dimana perilaku tersebut selalu
mendapatkan penguatan dari lingkungan melalui proses pengkondisian
5. Changeability-Unchangeability
Skinner meyakini bahwa semua perilaku manusia dapat diubah. Perubahan yang
dimaksud adalah dengan melakukan pengkondisian terhadap manusia dengan
memberikan penguatan terhadap perilaku yang disukai. Menurut skinner pertumbuhan
psikologis yang dimiliki oleh seseorang bukan prose salami yang muncul alami dari
individu. Karena perkembangan psikologis seseorang sangat ditentukan oleh lingkungan
dimana dia berada, maka hal tersebut dapat diubah.
6. Subjectivity-Objectivity
Organism diibaratkan sebagai kotak yang tertutup yang didalamnya penuh dengan
asusmsi-asumsi yang subjective. Skinner menolak hal ini, dan berpendapat bahwa untuk
mengenal seseorang, maka mereka harus dikenal dari perilaku yang ditampakanya.
Perilaku yang tampak ini akan diukur sehingga didapatkan pemahaman perilaku yang
objetif. Skinner menyatakan bahwa proses kognitif adalah proses perilaku, hal ini yang
akan mengarahkan seseorang untuk bertindak.
7. Homeostatis-Herostasis
Sebagai sesorang behavioris tulen, skinner yakin bahwa manusia pada dasarnya
dalah makhluk yang reaktif. Seseorang akan bertindak jika lingkunganya memberikan
penghargaan yang positif. Semua perilaku manusia didasarkan pada adanya stimulus
yang diterima.
8. Homeostatis-Heterostatis
Skinner menyatakan bahwa untuk memahami manusia haruslah dilihat pada apa
yang dilakukan oleh manusia tersebut. Sehingga dia menolak angggapan bahwa manusia
dapat dipahami jika melihat perasaan, pikiran, dan motivasi manusia.
9. Knowability-Unknowability
Didasarkan pada pendapatnya bahwa manusia pada dasarnya dapat diubah dan
dipandang secara objektif, maka Skinner berkeyakinan bahwa manusia pada dasarnya
dapat dikenal atau dipahami. Pemahamanini didasarkan pada perilaku yang ditampakkan
oleh masing-masing manusia. Perilaku yang ditampakkan oleh manusia dapat dipahami
dengan menggunakan cara-cara yang ilmiah seperti penelitian
C. Struktur Kepribadian dalam Konseling Behaviorisme Skinner
Skinner lebih tertarik dengan aspek yang berubah-ubah dari kepribadian dari pada aspek
struktur yang tetap(Triwahyuni et al., 2019).Unsur kepribadian yang dipandangnya relatif tetap
adalah tingkah laku itu sendiri. Ada dua klasifikasi tingkah laku, yaitu:
a) Tingkah laku responden; respon yang dihasilkan (elicited) organisme untuk menjawab
stimulus secara spesifik berhubungan dengan respon itu. Respon refleks termasuk dalam
kelompok ini, seperti mengeluarkan air liur ketika melihat makanan, mengelak dari pukulan
dengan menundukkan kepala, merasa takut ketika ditanya guru atau mersa malu ketika dipuji.
b) Tingkah laku operan; respon yang dimunculkan (emitted) organisme tanpa adanya
stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya respon itu. Terjadinya proses pengikatan
stimulus baru dengan respon baru. Organisme dihadapkan kepada pilihan-pilihan respon mana
yang akan dipakainya untuk menanggapi suatu stimulus. Keputusan respon mana yang dipilih
tergantung kepada efeknya terhadap lingkungan (yang tertuju kepadanya) atau konsekuensi yang
mengikuti respon itu.
Menurut Skinner (1971) sebuah respons yang telah terjadi tidak dapat diprediksi atau
dikontrol, hanya kemungkinan respons yang sama terjadi di masa depan dapat diprediksi.
Perilaku 'Operant' beroperasi pada lingkungan untuk menghasilkan respon atau konsekuensi.
Skinner mengunakan instrumental sebagai kata sifat, seperti dalam perilaku instrumental, dan
sebagai kata benda, menunjukkan perilaku yang didefinisikan oleh konsekuensi tertentu.
Teknik konseling behavioral didasarkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari
(yang membentuk pola tingkah laku) terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon yang
baru akan dapat dibentuk. Skinner dalam pendekatanyya memuat beberapa asumsi dan teknik
lainyya dengan tujuan. 1) Menghapus/menghilangkan tingkah laku maldaptif (masalah)
untukdigantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan klien; 2)
Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam perilaku yang spesifik : (a) diinginkan
oleh klien; (b) konselor mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut; (c) klien dapat
mencapai tujuan tersebut; (d) dirumuskan secara spesifik; 3) Konselor dan klien bersama-sama
(bekerja sama) menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling. Adapun konsep
konseling B.F Skinner yaitu:
REFERENSI
Triwahyuni, E., Lolongan, R., Riswan, R., & Suli’, S. (2019). Peranan Konsep Teori
Behavioristik B. F. Skinner terhadap Motivasi dalam Menghadiri Persekutuan Ibadah.
Sekolah Tinggi Filsafat Theologia Jaffray Makassar, 10.
Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung : Refika Aditama.