Anda di halaman 1dari 17

TEORI BEHAVIORISME

(OPERANT CONDITIONING & BELAJAR SOSIAL)


Nurasia (80200222053)
nurasia2600@gmail.com
Siti Khairani (80200222061)
itsnainy37@gmail.com
Pascasarjana UIN Alauddin Makassar
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap teori behaviorisme Burrhus Frederic
Skinner dan Albert Bandura, serta implikasinya dalam pembelajaran. Dibutuhkan
adanya kajian mendalam untuk membedah teori behaviorisme Skinner dan
Bandura, yang merupakan tokoh baru dalam perkembangan teori belajar yang telah
lama dianut oleh para pengajar ini. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka,
mengandalkan sumber bibliografi berupa buku dan jurnal ilmiah hasil penelitian
yang berkaitan, menggunakan metode analisis deskriptif untuk membaca data dan
menganalisis pemikiran berhaviorisme Skinner Bandura. Dalam tulisan ini
menguraikan teori Operant conditioning oleh Skinner dan teori Belajar Sosial oleh
Bandura.
Kata Kunci : Behaviorisme, Operant Conditing, Teori Belajar Sosial

PENDAHULUAN
Behaviorisme merupakan salah satu aliran dalam psikologi. Penekanan

utamanya adalah pada studi perilaku yang observasional. Behaviorisme berangkat

dari suatu argumentasi bahwa psikologi harus mengaplikasikan pendekatan yang

objektif dalam mempelajari manusia sebagai suatu upaya elaboratif yang ilmiah dan

akuntabel. Behaviorisme dalam sejarah psikologi, tumbuh menjadi satu aliran yang

kuat dan implikatif dalam psikologi praktis, bahkan dalam psikologi kontemporer.1

Perilaku atau behavior dari peserta didik dan pendidik merupakan masalah

penting dalam psikologi pendidikan. Perilaku peserta didik agar dapat menguasai

atau memahami sesuatu menguasai atau memahami dibanding dengan perilaku

sesudah menguasai atau memahami merupakan objek pengamatan dari kelompok

behavioris. Perilaku dapat berupa sikap, ucapan, dan tindakan seseorang sehingga

perilaku ini merupakan bagian dari psikologi dinamis. Psikologis adalah psikologi

1
Muh. Syafir, dkk, Teori Belajar Skinner, Jurnal Sigma Vol 3, Ed 1 2011, h.57
2

yang khusus menggarap masalah tenaga batin, dorongan, dan motif yang

memengaruhi perilaku orang- seorang ataupun kelompok.2

Teori Behaviorisme dalam tulisan ini menguraikan tentang bagaimana teori

Skinner mengungkapkan bahwa tingkah laku bukanlah sekedar respon terhadap

stimulus, tetapi suaatu tindakan yang disengaja atau operant. Dengan demikian,

tingkah laku dapat diubah dengan cara mengubah antecedent, konsekuensi, atau

kedua-duanya.

Teori belajar sosial Albert Bandura enekankan tentang pentingnya peserta

didik mengolah sendiri pengetahuan atau informasi yang diperoleh dari pengamatan

model di sekitar lingkungan. Peserta didik mengatur dan menyusun semua

informasi dalam kode-kode tertentu.

PEMBAHASAN

A. Teori Operant Conditioning

Operant conditioning adalah pengembangan dari teori stimulus respon

(Behavioristik). Operant conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku

operant yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau

menghilang sesuai keinginan3. Dicetuskan oleh seorang ahli psikologi

berkebangsaan Amerika Serikat, Bernama Burrhus Frederic Skinner. Skinner

dengan teorinya menganggap “reward” sebagai bagian terpenting dalam proses

belajar. Menurutnya tujuan dari psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah

laku.4

Inti teori ini adalah pandangan bahwasanya manusia bergerak karena

adanya stimulus dari lingkungannya, dan setiap manusia pasti akan bersinggungan

dengan lingkungannya karena manusia adalah makhluk sosial. Stimulus yang

RK Rusli dan MA Kholik, Teori Belajar dalam Psikologi Pendidikan, Jurnal Sosial
2

Humaniora Vol 4 No 2 2013, h.62


3
Rusli & Kholik, Teori Belajar dalam Psikologi Pendidikan, Jurnal Jurnal Sosial
Humaniora ISSN 2087-4928 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2013, h.66
4
M. dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), h. 31
3

berulang-ulang itulah yang menyebabkan manusia melakukan tindakan-tindakan

tertentu dengan konsekuensi-konsekuensi tertentu.5

1. Biografi Skinner

Burrhuss Frederic Skinner lahir pada tanggal 20 Maret 1904, di Susquehanna,

Pennsylvania, Amerika Serikat. Dia adalah anak pertama dari pasangan William

Skinner dan Grace Mange Burrhus. Ayahnya seorang pengacara merangkap sebagai

politikus, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Keluarganya

tergolong kasta menengah ke atas dan menganut ajaran gereja Presbiterian. Ia

menempuh pendidikan bidang Bahasa Inggris di Hamilton College, lalu

melanjutkan studi bidang psikologi di Universitas Harvard. Skinner tertarik untuk

mendalami analisis percobaan terhadap perilaku, setelah ia membaca buku

psikologi yag mengulas pemikiran-pemikiran John Broadus Watson. Ia sempat

mengajar di Universitas Minnesota lalu beralih menjadi pengajar di universitas

Harvard, hingga ia wafat pada 18 Agustus tahun 1990.6

2. Eksperimen Skinner

Awal pengembangan dari teori operant conditioning adalah adanya

keyakinan dari Skinner bahwa hanya sedikit perilaku yang dapat dipelajari dengan

menggunakan teori pengondisian klasik. Ia menyatakan bahwa sebagian besar

perilaku manusia adalah operant dan bukan tanggapan. 7

Skinner melakukan eksperimen menggunakan tikus yang diletakkan dalam

suatu kotak yang sudah ia desain untuk percobaanya. Tikus itu bergerak kesana

kemari mencari jalan keluar. Lalu secara kebetulan ia akan menginjak alat penekan

5
Tri Marfiyanto, Ahmad Syafi’i, and Hermawan Hermawan, Implementasi Teori Operant
Conditioning Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidkan Agama Islam Melalui Pendampingan
Guru Al-Qur’an, CARADDE: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1.2 SE- (2019), 180–88
<https://doi.org/10.31960/caradde.v1i2.108>.
6
George Boeree, Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog
Dunia, (Yogyakarta: Prismasophie, 2008), h. 226-229.
7
Nurdyansyah Rais, Pandi, Media pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo: UMSIDA Press,
2019), h. 10–11
4

yang terdapat dalam kotak itu. Kemudian Skinner memasukkan makanan (stimulus

tak berkondisi (unconditional response). Kemudian setelah beberapa kali

percobaan ini diulang, tikus akan tahu bahwa dengan menekan alat dia bisa

memperoleh makanan. Maka ia akan dengan sengaja menekan alat setiap kali ia

membutuhkan makanan. Perbuatan tikus itu menekan alat disebut tingkah laku

operant, karena tikus itu sengaja melakukannya untuk mengubah situasi demi

kepuasan dirinya sendiri. Makanan tersebut merupakan imbalan dari perbuatan

menekan alat tersebut. Pada tingkat lebih lanjut, Skinner hanya memberikan

makanan kalau tikus menekan alat penekan pada

saat lampu menyala dalam kotak. Jika lampu tidak

menyala, meski alatnya ditekan, makanan tidak

akan keluar. Maka tikus akan menekan alat tersebut

hanya pada saat lampu menyala. Tikus itu pun bisa

membedakan kapan ia boleh menekan alat dan

kapan ia tidak perlu menekan alat. Dalam hal ini

lampu menjadi stimulus diskriminasi

(discriminative stimulus), yaitu tanda untuk

memperkuat respon.8

Selain melakukan eskperimen menggunakan tikus, Skinner juga

menggunakan burung merpati dengan pola yang sama, menggunakan makanan

sebagai stimulus. Ketika lampu menyala, merpati akan mencungkil makanan

menggunakan paruh mereka, lalu pada saat lampu padam yang berarti tidak ada

makanan, terjadi sebaliknya. Dalam eksperimen ini, para burung itu telah belajar

menggunakan tanda cahaya sebagai sinyal untuk membedakan kemungkina

konsekuensi yang akan didapatnya saat mencungkil menggunakan paruhnya.9

8
Adnan Achiruddin S, Pengantar Psikologi, (Makassar: Aksara Timur, 2018), h. 185
9
Setyo Pambudi, Penerapan Teori Operant Conditioning B.F. Skinner Dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Pai) Di Sekolah’, Al-Hikmah : Jurnal Studi Islam, 1.2 SE-
5

3. Teori Skinner

Yang membedakan teori Skinner dari tokoh lain adalah bahwasanya ia

membedakan respon terhadap stimulus menjadi dua, yakni respondent response

(reflexsive response) dan operant response (instrumental response). Respondent

response adalah respons yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu,

misalnya stimulus makanan menimbulkan keluarnya saliva. Respons ini relatif

tetap. Artinya setiap ada stimulus sepert itu maka akan muncul respons tertentu.

Dengan demikian, perangsang yang demikian itu mendahului respon yang

diinginkannya.

Operant response atau instrumental response adalah respon yang timbul dan

berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang

demikian disebut reinforcer, karena perangsang-perangsang tersebut memperkuat

respon yang telah dilakukan organisme. Dengan demikian, perangsang tersebut

mengikuti dan memperkuat suatu tingkah laku yang telah dilakukan.

Pada perilaku manusia respondent response bersifat sangat terbatas, oleh

karena itu kecil peluang untuk dimodifikasi. Sebaliknya operant response atau

instrumental response sifatnya tidak terbatas, maka peluang untuk dimodifikasi

menjadi lebih besar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasanya untuk

mengubah perilaku dapat digunakan instrumental response.10

Bisa disimpulkan bahwasanya respons dalam operant conditioning terjadi

tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh

reinforcer. Reinforcer adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya

sejumlah respon tertentu. Berdasar kepada teori tersebut disimpulkanlah

bahwasanya teori belajar tunduk pada dua hukum, yaitu:

Articles(2020),128–43
Http://Ejournal.Kopertais4.Or.Id/Sasambo/Index.Php/Alhikmah/Article/View/3922>.
10
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2006), H. 119
6

a. Law of operant conditioning

Yaitu jika timbulnya tingkah laku operant diiringi dengan stimulus penguat,

maka kekuatan tingkah laku tersebut akan meningkat. Artinya tingkah laku

yang ingin dibiasakan akan meningkat dan bertahan apabila ada reinforcer.

b. Law of operant extinction

Yaitu jika timbulnya tingkah laku operant tidak diiringi dengan stimulus

penguat, maka kekuatan tingkah laku tersebut akan menurun atau musnah. ini

bermakna bahwa tingkah laku yang ingiin dibiasakan tidak akan eksis apabila

tidak ada reinforcer.

Dalam hal ini Skinner memberikan konsekuensi dari tingkah laku ada yang

menyenangkan (reward) dan tidak menyenangkan (punishment).11 Perilaku yang

diimbangi dengan pendorong memungkinkan akan terjadi kembali di kemudian

hari. Sedangkan perilaku yang tidak diimbangi pendorong akan mengecilkan

peluang untuk dilakukan kembali di lain waktu.

4. Aplikasinya dalam dunia pendidikan

Kontribusi teori yang diangkat oleh Skinner dalam desain pembelajaran

antara lain:

a. Tujuan instruksional khusus

Mendesain sasaran kinerja atau tujuan instruksional khusus menjadi salah

satu faktor penentu keberhasilan belajar, karena mengandung urutan aktivitas

yang dapat membawa peserta didik pada tingkat keberhasilan dala

penbelajaran. Maka mengetahui kemampuan awal peserta didik adalah kunci

utama agar seorang guru bisa menentukan sikap, keterampilan serta tingkat

pengetahuan apa yang diinginkan mengalami perubahan perilaku ke arah

yang lebih positif.

11
Izzatur Rusuli, Refleksi Teori Belajar Behavioristik Dalam Perspektif Islam, 8.1 (2014),
38–54 <https://doi.org/10.13170/jp.8.1.2041>.
7

b. Evaluasi formatif

Evaluasi formatif bertujuan mengetahui sejauh mana perubahan yang terjadi

dan berbagai permasalahan yang dihadapi, sehingga pembelajran dapat

diperbaiki sesuai dengan masukan yang diperoleh selama melaksanakan

evaluasi formatif tersebut.

c. Umpan balik (feedback)

Kedudukan umpan balik dalam suatu strategi pembelajaran berfungsi sebagai

penguatan sekaligus sebagai motivasi dan pembaruan semangat kepada

peserta didik sebagai upaya untuk menghasilkan perubahan perilaku yang

diinginkan.12

B. Teori Belajar Sosial : Albert Bandura

1. Biografi Albert Bandura

Albert Bandura lahir pada 4 Desember 1925 di Mundare, kota kecil di

Alberta, Canada. Dia mendapatkan gelar B.A. dari University of British Columbia,

kemudian M.A. pada 1951 dan Ph.D. pada 1952 dari University of Lowa. Dia ikut

magang pascadoktoral di Wichita Guidance Center pada 1953 dan kemudian

bergabung di Stanford University. Pada tahun 1969-1970 dia sempat di Center for

the Advanced Study in the Behavioral Science. Bandura kini menjabat sebagai

David Starr Jordan Professor of Sosial Science di Fakultas Psikologi di Uiversitas

Stanford.13

Seperti Skinner, Bandura tumbuh di kota yang sagat kecil, sekolah menengah

umumnya saja hanya memiliki 20 orag murid. Di tahun 1953 Bandura bergabung

dengan fakultas psikologi, Bandura sudah membangun reputasi yang demika tinggi

12
Muh. Yaumi, Prinsip-Prinsip desain Pembelajaran, (Jakarta, Kencana Prenadamedia
group,2013), h.30
13
B.R Hergenhahn dan Mattew H. Olson, The Ories of Learning, (Jakarta: Kencana, 2015),
h.355
8

sehingga pada tahun 1974 dia dipercaya menjavbat sebagai Presiden Asosiasi

Psikologi Amerika atau APA. Murid-muridnya sendiri menjuluki dia sebagai

generalis modern, seorang pria dengan pengetahuan sangat luas di banyak biang

ilmu pengetahuan.14

2. Teori Belajar Sosial Albert Bandura

Secara etimologi, psikologi berasal dari kata Psiche yang maksudnya jiwa

serta kata logos yang berarti ilmu ataupun pengetahuan, psikologi kerap dimaksud

dengan ilmu pengetahuan tentang jiwa, ataupun ilmu jiwa.15

Psikologi ataupun jiwa adalah ilmu yang menekuni tingkah laku serta tanda-

tanda kejiwaa pada manusia.16

Teori belajar social adalah teori belajar yang berfokus pada proses belajar

yang berasal dari observasi dan modeling. Teori belajar social ini berawal dari

Albert Bandura yang mencetuska versi baru dalam Behaviorisme yang disebut

dengan Sociobehavioristic Approach yang kemudian dikenal dengan A Sosial

Cognitive Theory. Bandura dengan teorinya menganggap bahwa perilaku manusia

tidak ditentukan oleh factor personal atau pun stimulis yang ada di lingkungan

Bandura justru beranggapan bahwa perilaku manusia lebih banyak diperoleh

melalui pengamata langsung terhadap perilaku orang lain, dan bagaimana akibatnya

terhadap dirinya.17

Dalam model pembelajaran Bandura, factor person/kognitif memainkan

peran penting. Factor person/kognitif yang ditekankan Bandura pada masa

belakangan ini adalah self-efficacy, yakni keyakinan bahwa seseorang bisa

menguasai situasi dan menghasilkan hasil positif. Bandura mengatakan bahwa self-

14
William Crain, Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi terj. Yudi Santoso (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007), h.302
15
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), h.1
16
Kartina Kartono, Psikologi Sosial untuk Manajemen Perusahaan dan Industri, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2002), h.35
17
Imam Nurcholis, Penugasan Makalah Teori Belajar Sosial Albert Bandura, Universitas
Psikologi, 2020, h.4-5
9

efficacy berpengaruh besar terhadap perilaku. Misalnya, seorang murid yang self-

efficacy-nya rendah mungkin tidak mau berusaha belajar akan bisa membantunya

mengerjakan soal.18

Salah satu asumsi paling awal mendasari teori pembelajaran social Bandura

adalah manusia cukup fleksibel dan sanggup mempelajari bagaimana kecakapan

bersikap maupun berperilaku. Titik pembelajaran dari semua ini adalah

pengalaman-pengalaman tak terduga. Meskipun manusia dapat dan sudah banyak

belajar dari pengalaman langsung, namun lebih banyak yang mereka pelajari dari

aktivitas mengamati perilaku orang lain.19

Dalam pengembangan teori dari Bandura ini, ia menjelaskan bahwa cara

seseorang mengontrol kejadian dalam kehidupan melalui pikiran dan Tindakan

yang mengatur diri sendiri. Proses fundamentalnya meliputi penetapan arah tujuan,

evaluasi asumsi hasil dari sebuah Tindakan, evaluasi kemajuan pencapaian tujuan,

dan pengaturan diri terhadap pikiran, emosi dan Tindakan. Bandura menjelaskan

bahwa ciri khas lain dari teori kognitif social adalah bahwa ia memainkan peran

utama dalam pengaturan diri. Sebagian besar perilaku mereka dimotivasi dan diatur

oleh standar internal, dan tanggapan mereka terhadap perilaku mereka terikat

dengan penilaian diri.20

Manusia cenderung meniru apa yang sudah diperbuat oleh orang lain, perihal

ini adalah watak biologis manusia. Tiap orang tentunya mempunyai kecendrungan

serta kemauan yang kokoh buat menyamai apalagi melebihi aksi orang lain di

sekitarnya. Dalam transmisi kebudayaan serta pengetahuan dari satu generasi ke

generasi selanjutnya imitasi memerangkan peranan yang sentral. Dalam

perkembangan teori imitasi yang alamiah tersebut secara bertahap, pakar psikologi

18
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), h.286
19
Herly Janet Lesilolo, Penerapan Teori Belajar Sosial Albert Bandura dalam Proses
belajar Mengajar di Sekolah, Jurnal Kenosis Vol 4 No 2, 2018, h.190
20
Muhammad Nurul Mubin, Pendekatan Kognitif Sosial Perspektif Albert Bandura Pada
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jurnal Edureligia Vol 5 No 1 2021, h.93
10

meninggalkannya, serta menggantikannya dengan beberapa kerangka teoritis yang

berkata kalau kecendrungan buat meniru orang lain merupakan suatu yang

dipelajari ataupun didapatkan lewat proses pengondisian supaya seorang cuma

melaksanakan peniruan terhadap sikap tertentu.21

Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian. icon

pembelajaran social berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan okh Bandura

bahwa sebagian besar dari pada tingkah laku manusia adalah diperoleh dari

pengamatan dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana

tingkah laku berkembang. Akan telapi, teori- teori sebelumnya kurang memberi

perhatian pada konteks social dimana tingkah laku ini muncul dan kurang

memperhatikan bahwa hanyak peristiwa pembelajaran terjadi dengan perantaraan

orang lain.. Maksudnya semakin melihat tingkah laku orang lain. individu akan

belajar meniru tingkah laku tersebut dan dalam hal tertentu menjadikan orang lain

sebagai model bagi dirinya.22

Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) dari Bandura didasarkan pada

tiga konsep berikut.23

a. Reciprocal determinism

Pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi

timbal balik secara terus menerus, antara kognitif, tingkah laku, dan lingkungan.

Seseorang akan menentukan atau memengaruhi tingkah lakunya dengan

mengontrol lingkungan, tetapi orang tersebut juga dikontrol oleh kekuatan

lingkungan tersebut.

21
Intan Budiana Putri dan Abdul Muhid, Metode Pendidikan Keteladanan Relevansi
Antara Qasidah Burdah dengan Teori Belajar Sosial Albert Bandura, Jurnal Pendidikan Islam, Vol
14 No 2 2021, h.172
22
Rizma Fithri, Psikologi Belajar, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014, h.104
23
Zalyana, Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab, Pekanbaru: Al-Mujtahadah Press, 2010.
Riyanto, Agus, Teori Belajar Bandura dan Implementasinya dalam Pembelajaran, Publikasi 19
Maret 2019, https://www.amongguru.com/teori-belajar-bandura dan-implementasinya-dalam-
pembelajaran/, [02 April 2023]
11

b. Beyond reinforcement

Bandura memandang bahwa jika setiap unit respon sosial yang kompleks

harus dipilah-pilah untuk dibangun kembali satu per satu, maka bisa jadi orang

tersebut malah tidak belajar apa pun. Menurutnya reinforcement penting dalam

menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus menerus atau tidak, akan tetapi

hal ini bukanlah satu-satunya pembentuk tingkah laku. Orang dapat belajar

melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang apa yang

dilihatnya, belajar melalui observasi tanpa ada reinforcement yang terlibat berarti

tingkah lakunya ditentukan oleh antisipasi konsekuensi.

c. Self regulation

Konsep Bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur

diri sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur

lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, dan mengadakan konsekuensi bagi

tingkah lakunya sendiri. Dalam praktiknya, teori belajar tradisional sering kali

terhalang oleh ketidaksenangan atau ketidakmampuan seseorang dalam

menjelaskan proses kognitif.

3. Eksperimen Teori Peniruan Modeling

Teori belajar social menyatakan bahwa hal yang kita pelajari berasal dari

observasi dan modeling dari apa yang orang lain lakukan. Seseorang bisa belajar

banyak mengenai cara melakukan sesuatu dengan mengamati orang lain. Namun,

orag tersebut juga bisa belajar banyak dengan diberitahu mengenai hal-hal lainnya

yang juga berkaitan dengan hal tersebut.24

Albert Bandura serta Richard Walters sudah melaksanakan eksperimen pada

kanak-kanak. Hasil eksperimen menampilkan bahwa peniruan bisa terjalin Cuma

lewat pengamatan terhadap sikap model, walaupun pengamatan itu tidak dicoba

terus menerus. Teori social Learning berkata kalau, interaksi antara klien dengan

24
Imam Nurcholis, Teori Belajar Sosial Albert Bandura, Universita Diponegoro, 2020, h.7
12

area bisa memodifikas sesuatu sikap. Metode modeling merupakan salah satu

metode konseling yang sudah disusun cocok teori Albert Bandura. Metode

modeling ini digunakan apabila tujuan konseling merupakan membentuk sikap baru

untuk klien Prinsip dasar dari metode modeling merupakan klien hendak

mendapatkan sikap baru, lewat imitasi ataupun peniruan terhadap seseorang

ataupun sebagian orang model. Tetapi bagi Hansen, dengan memakai jenis model

tertentu modeling bisa pula buat melenyapkan ataupun kurangi sikap tertentu.25

Pada tahun 1961, Bandura, dkk. telah membuat laporan eksperimennya

dengan judul “Transmission of Aggression Through Imitation of Aggressive

Models”. Pada tulisan ini akan disarikan inti dari laporan eksperimen tersebut.

Dalam eksperimen tersebut, peneliti menggunakan yang terdaftar dalam Standford

University Nursery School. Subjek memiliki umur berkisar antara 37 sampai 69

bulan, dengan rata-rata berumur 52 bulan.

Desain eksperimen dilakukan dengan cara membawa seorang anak dan

seorang model dalam sebuah ruangan eksperimen. Si anak ditempatkan di sebuah

meja kecil dan diberikan permainan yang menarik untuknya (stickers dan potato

prints) di sudut ruangan. Model diminta berada di sudut lain ruangan yang telah

terdapat beberapa peralatan seperti palu, boneka Bobo dan mainan rakitan. Subjek

dan model dibiarkan berdua dalam ruangan dalam kurun waktu 10 menit.

Pada perlakuan model agresif, model akan merakit mainan selama satu menit.

Selanjutnya model akan mulai menunjukkan perilaku agresif seperti meninju,

mendudukinya, membanting, memukul dengan palu, dan menabrak boneka Bobo

tersebut. Selain itu model juga mengucapkan ucapan agresif seperti pukul dia di

hidung, banting dia, lemparkan ke udara, tendang dia, dan sebagainya. Tindakan

tersebut dilakukan model sampai kurun waktu 10 menit berakhir.

25
Tarsono, Implikasi Teori Belajar Sosial dari Albert Bandura dalam Bimbingan dan
Konseling Vol 3 No 1 2010, h. 32
13

Pada perlakuan model nonagresif, model hanya akan merakit mainan selama

sepuluh menit dan tidak melakukan apapun kepada boneka Bobo.

Setelah perlakuan selesai, anak dibawa ke dalam ruangan bermain yang

didesain mirip dengan bangunan sekolahnya. Subjek dan peneliti akan bersama-

sama berada di ruangan tersebut. Subjek diberikan permainan yang menarik seperti

truk, boneka, dan gasing. Setelah 2 menit, peneliti akan melarang subjek untuk

memainkan permainan di ruangan itu dengan tujuan menimbulkan emosi frustasi

subjek. Namun, peneliti memperbolehkan subjek untuk bermain di ruang

eksperimen yang berisi boneka Bobo, palu, dan sebagainya tadi. Selanjutnya,

selama 20 menit peneliti akan membiarkan subjek bermain di ruang eksperimen

dan mencatat perilaku subjek tersebut.

Penelitian tersebut menemukan bahwa anak yang terpapar atau diperlihatkan

perilaku agresif dari model, memberikan respon tindakan yang agresif pula (seperti

yang model lakukan). Subjek yang diperlihatkan perilaku agresif akan bertindak

lebih agresif dibandingkan dengan subjek yang tidak diperlihatkan. Tindakan

agresif yang ditiru oleh subjek yakni fisik dan juga verbal. Perilaku meniru tindakan

agresif juga dipengaruhi jenis kelamin model dan

subjeknya. Subjek laki-laki yang telah diperlihatkan

tindakan agresif model laki-laki lebih banyak

menunjukkan tindakan agresif dibandingkan subjek

perempuan yang telah diperlihatkan tindakan agresif

model laki-laki.26

4. Aplikasnya dalam dunia pendidikan

Setiap proses belajar dalam hal ini belajar sosial terjadi dalam urutan tahapan

peristiwa. Tahap-tahap ini berawal dari adanya peristiwa stimulus atau sajian

26
Evi Baiturohmah, Bobo Doll Experiment, Publikasi 24 Juli 2017,
https://sahabatkapas.org/bobo-doll-experiment-sebuah-studi-tentang-perilaku-imitasi-anak-anak/,
[02 April 2023].
14

perilaku model dan berakhir dengan penampilan atau kinerja (performance) tertentu

sebagai hasil atau perolehan belajar seorang siswa. Tahap-tahap dalam proses

belajar tersebut adalah sebagai berikut ;

a. Tahap perhatian/attentional phase

Pada tahap pertama ini para siswa atau para peserta didik pada umumnya

memusatkan perhatian (sebab para siswa atau peserta didik tidak bisa mengimitasi

sebuah model tanpa memberikan perhatian yang cukup kepada model tersebut)

pada obyek materi atau perilaku model yang lebih menarik terutama karena

keunikannya dibanding dengan materi atau perilaku lain yang sebelumnya telah

mereka ketahui. Untuk menarik perhatian para peserta didik, guru dapat

mengekspresikan suara dengan intonasi khas ketika menyajikan pokok materi atau

bergaya dengan mimik tersendiri ketika menyajikan contoh perilaku tertentu.

b. Tahap penyimpanan dalam ingatan / retention phase

Pada tahap kedua ini, informasi berupa materi dan contoh perilaku model itu

ditangkap, diproses dan disimpan dalam memori. Para peserta didik lazimnya akan

lebih baik dalam menangkap dan meyimpan segala informasi yang disampaikan.

c. Tahap reproduksi / reproduction phase

Tahap ketiga ini, segala bayangan atau citra metal atau kode-kode simbolos

yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpaan alam memori

peserta didik itu diproduksi Kembali. Untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan

peserta didik, guru dapat menyuruh mereka membuat atau melakukan apa-apa yang

telah mereka serap misalnya menggunakan sarana post-test

d. Tahap motivasi / motivation phase

Tahap terakhir dalam proses terjainya peristiwa belajar adalah tahapan

penerimaan dorongan yang dapat berfungsi sebagai penguatan bersemayanya

segala informasinya dalam memori para peserta didik. Pada tahap ini guru

dianjurkan untuk memberi pujian,hadia, atau nilai tertentu kepaa peserta didik yang
15

berkinerja memuaskan. Sementara itu, kepada mereka yang belum menunjukkan

kinerja yang memuaskan perlu diyakinkan akan arti penting penguasaan materi atau

perilaku yang disajikan model bagi kehidupan mereka.27

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori belajar social adalah

ciri-ciri yang kuat mendasarinya yaitu :

1) Mementingkan pengaruh lingkungan

2) Mementingan bagian-bagian

3) Mementingkan peranan reaksi

4) Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimul

respon

5) Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya.

6) Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui Latihan dan pengulangan

7) Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.28

KESIMPULAN

Hal Yang membedakan teori Skinner dari tokoh lain adalah bahwasanya ia

membedakan respon terhadap stimulus menjadi dua, yakni respondent response

(reflexsive response) dan operant response (instrumental response). Operant

response atau instrumental response adalah respon yang timbul dan

berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu.

Teori belajar social adalah teori belajar yang berfokus pada proses belajar

yang berasal dari observasi dan modeling. Bandura dengan teorinya menganggap

bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh factor personal atau pun stimulis

yang ada di lingkungan Bandura justru beranggapan bahwa perilaku manusia lebih

banyak diperoleh melalui pengamata langsung terhadap perilaku orang lain, dan

bagaimana akibatnya terhadap dirinya.

27
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1995, h.112
28
Elga Yanjuardiato, Teori Kognitif Albert Bandura, Jurnal Auladuna Vol 1 No 2 2019, h.99
16

DAFTAR PUSTAKA
Achiruddin Adnan S, Pengantar Psikologi, Makassar: Aksara Timur, 2018.
Baiturohmah Evi, Bobo Doll Experiment, Publikasi 24 Juli 2017,
https://sahabatkapas.org/bobo-doll-experiment-sebuah-studi-tentang-perilaku-
imitasi-anak-anak/, [02 April 2023].
Boeree George, Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog
Dunia, Yogyakarta: Prismasophie, 2008.
Dalyono M, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997.
Fithri Rizma, Psikologi Belajar, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014.
Hergenhahn B.R dan Mattew H. Olson, The Ories of Learning, Jakarta: Kencana, 2015.
Izzatur Rusuli, Refleksi Teori Belajar Behavioristik Dalam Perspektif Islam, 8.1 (2014),
38–54 <https://doi.org/10.13170/jp.8.1.2041>.
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2010.
Kartina Kartono, Psikologi Sosial untuk Manajemen Perusahaan dan Industri, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2002.
Lesilolo Herly Janet, Penerapan Teori Belajar Sosial Albert Bandura dalam Proses belajar
Mengajar di Sekolah, Jurnal Kenosis Vol 4 No 2, 2018
Marfiyanto Tri, Ahmad Syafi’i, and Hermawan Hermawan, Implementasi Teori Operant
Conditioning Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidkan Agama Islam Melalui
Pendampingan Guru Al-Qur’an, CARADDE: Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat, 1.2 SE- (2019), 180–88
<https://doi.org/10.31960/caradde.v1i2.108>.
Mubin Muhammad Nurul, Pendekatan Kognitif Sosial Perspektif Albert Bandura Pada
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jurnal Edureligia Vol 5 No 1 2021
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1995.
Nurcholis Imam, Penugasan Makalah Teori Belajar Sosial Albert Bandura, Universitas
Psikologi, 2020
Pambudi Setyo , Penerapan Teori Operant Conditioning B.F. Skinner Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (Pai) Di Sekolah’, Al-Hikmah : Jurnal Studi Islam, 1.2 SE-
Articles(2020),128–43
Http://Ejournal.Kopertais4.Or.Id/Sasambo/Index.Php/Alhikmah/Article/View/3922
>.
Putri Intan Budiana dan Abdul Muhid, Metode Pendidikan Keteladanan Relevansi Antara
Qasidah Burdah dengan Teori Belajar Sosial Albert Bandura, Jurnal Pendidikan
Islam, Vol 14 No 2 2021
Rais Nurdyansyah, Pandi, Media pembelajaran Inovatif, Sidoarjo: UMSIDA Press, 2019.
17

Rusli & Kholik, Teori Belajar dalam Psikologi Pendidikan, Jurnal Jurnal Sosial Humaniora
ISSN 2087-4928 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2013.
Sanjaya Wina, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta:
Kencana, 2006.
Syafir Muh., dkk, Teori Belajar Skinner, Jurnal Sigma Vol 3, Ed 1 2011
Walgito Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi Offset, 2004.
William Crain, Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi terj. Yudi Santoso, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007.
Yanjuardiato Elga, Teori Kognitif Albert Bandura, Jurnal Auladuna Vol 1 No 2 2019.
Yaumi Muh, Prinsip-Prinsip desain Pembelajaran, Jakarta, Kencana Prenadamedia group,
2013
Zalyana, Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab, Pekanbaru: Al-Mujtahadah Press, 2010.
Riyanto, Agus, Teori Belajar Bandura dan Implementasinya dalam Pembelajaran,
Publikasi 19 Maret 2019, https://www.amongguru.com/teori-belajar-bandura dan-
implementasinya-dalam-pembelajaran/, [02 April 2023]

Anda mungkin juga menyukai