Disusun Oleh :
Achmad Muslichun (S812202001)
Amanda Senja Karunia (S812202003)
Ikhwanur Rahmah (S812202007)
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang terus berkembang, terutama pengetahuan, untuk
memahami dirinya. Pada masa lalu, manusia melahirkan perkembangan (peradaban)
dengan cara mempelajari dirinya sendiri; manusia merupakan makhluk yang mampu
menemukan kebenaran dengan pikirannya. Berbagai upaya telah dilakukan agar manusia
bisa memahami dirinya. Pemahaman tersebut kemudian memunculkan berbagai teori
tentang manusia hingga berpadu menjadi ilmu psikologi, sebuah ilmu yang mempelajari
perilaku dan fungsi mental manusia.
Namun, ilmu psikologi ternyata belum bisa mengobati kegelisahan manusia tentang
dirinya. Manusia masih menjadi subjek misterius yang menyimpan banyak misteri yang
belum terpecahkan oleh ilmu pengetahuan, terutama tentang cara belajar manusia.
Kemudian, para ahli melakukan banyak penelitian. Mereka melakukan penelitian terhadap
hewan, anak kecil, dan berbagai penelitian lain yang dimaksudkan untuk mengungkap cara
belajar manusia. Dari upaya-upaya tersebut, kemudian lahir teori-teori belajar melalui para
tokoh yang kebanyakan ialah psikolog.
Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan cara belajar manusia. Teori
belajar muncul seiring penelitian dan pengamatan terhadap objek makhluk hidup (manusia
dan hewan) tentang cara belajar makhluk hidup terhadap lingkungannya. Dari penelitian
dan pengamatan tersebut, kemudian ditemukan pengertian dan konsep tentang belajar atau
teori belajar. Dari situlah, kita mengenal bermacam-macam teori belajar menurut
penelitian dan penemuan para tokoh penemunya. Namun, secara garis besar, teori-teori
belajar dapat kita kelompokkan menjadi behaviorisme, kognitivisme, dan humanisme.
Aliran behaviorisme lahir pada tahun 1900-an dari sebuah gagasan awal bahwa
perilaku dapat dipelajari dan dijelaskan secara ilmiah. Teori belajar behaviorisme
merupakan teori yang berpandangan bahwa belajar adalah proses Perubahan tingkah laku
melalui stimulus respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk Perubahan yang
dialami siswa dalam hal kemampuannya yang bertujuan merubah tingkah laku dengan
cara interaksi antara stimulus dan respon. Dalam konsep belajar behaviorisme, siswa
dikatakan belajar jika terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Dalam melakukan penelitian, behavioris bukan mempelajari keadaan mental
individu, melainkan perilakunya sehingga disebut behavior. Jadi, karakteristik esensial
dari pendekatan behaviorisme terhadap belajar ialah pemahaman terhadap kejadian-
kejadian di lingkungan untuk memprediksi perilaku seseorang, bukan pikiran, perasaan,
ataupun kejadian internal lain dalam diri orang tersebut.
Fokus behaviorisme ialah respons terhadap berbagai tipe stimulus. Aliran ini
mengambil kesimpulan dari penelitian-penelitiannya terhadap hewan, dan menerapkan
hasil belajarnya terhadap manusia. Para tokoh yang memberikan pengaruh kuat pada
aliran ini ialah Ivan Pavlov dengan teorinya yang disebut Classical Conditioning, Edward
Lee Thorndike dengan teorinya Law of Effect; dan B.F. Skinner dengan teorinya yang
disebut Operant Conditioning.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori belajar Edward Lee Thorndike?
2. Bagaimana teori belajar Ivan Petrovich Pavlov?
3. Bagaimana teori belajar Burrhusm Frederic Skinner?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori belajar Edward Lee Thorndike.
2. Untuk mengetahui teori belajar Ivan Petrovich Pavlov.
3. Untuk mengetahui teori belajar Burrhusm Frederic Skinner.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Edward Lee Thorndike
1. Biografi
Orang-orang mengenalnya dengan nama Thorndike, nama lengkapnya adalah
Edward Lee Thorndike. Ia lahir di Williamsburg, Massachusetts pada tanggal 31 Agustus
1874. Ia merupakan anak seorang pendeta Metodis di Lowell, Massachusetts. Ia lulus
dari Roxbury (1891), di West Roxbury, Massachusetts dan Wesleyan University (1985).
Ia kemudian mendapatkan gelar M.A di Harvard University pada tahun 1897.
Selama di Harvard, Thorndike tertarik menekuni ilmu etologi. Ia sempat bekerja
sama dalam penelitian dengan William James. Setelah itu, ia menjadi tertarik pada
hewan “manusia”, dan kemudian mengabadikan dirinya demi penelitian ini. Tesisnya
hingga saat ini masih dianggap sebagai dokumen penting dalam ranah ilmu psikologi
komparatif modern. Setelah lulus, Thorndike kembali ke minat awal, yakni psikologi
pendidikan. Pada tahun 1898, ia menyelesaikan Ph.D. di Columbia University di bawah
pengawasan James McKeen Cattell, salah satu pendiri psikometri. Kemudian, ia
menghabiskan hampir seluruh kariernya di Teachers College, Columbia University. Ia
meninggal pada tanggal 9 Agustus 1949 (umur 74) Montrose, New York
Thorndike menerbitkan buku berjudul Animal Intelligence: An Experimental Study
of Association Process in Animal. Buku ini merupakan hasil penelitiannya terhadap
tingkah laku beberapa jenis hewan, seperti kucing, anjing, dan burung. Buku ini berisi
prinsip dasar proses belajar yang dianut oleh Thorndike, bahwa dasar dari belajar
(learning) ialah asosiasi, suatu stimulus akan menimbulkan suatu respons tertentu.
Dalam perkembangannya, teori Thorndike disebut dengan teori S-R. Menurut
Thorndike, proses belajar individu dilakukan secara bertahap dan terus-menerus.
Biasanya, proses belajar diawali dengan percobaan-percobaan (trial and error). Kalau
individu berada dalam masalah, maka ia akan melakukan berbagai percobaan untuk
keluar dari masalah yang dihadapinya. Thorndike menyimpulkan ketika menghadapi
masalah serupa, individu sudah mengetahui tingkah laku yang harus diambilnya. Ia
mengasosiasikan suatu masalah dengan suatu tingkah laku tertentu. Seekor kucing,
misalnya, apabila terkunci di kandang, ia pasti mencari jalan keluar. Jika kebetulan ia
menginjak pedal di kandang, sehingga bisa keluar, ia akan kembali melakukan hal serupa
apabila dikurung di kandang yang sama.
2. Teori Belajar Koneksionisme Thorndike
Thorndike merupakan tokoh yang mengembangkan dan memopulerkan teori
koneksionisme. Dalam teorinya, ia mengemukakan kalau proses belajar hewan memiliki
kesamaan dengan proses belajar manusia. Kesamaannya terletak pada hubungan (koneksi
atau asosiasi) antara kesan yang ditangkap oleh pancaindra (stimulus) dengan perbuatan
(respons). Oleh karenanya, teori ini disebut dengan teori stimulus (S)-response (R).
Dalam mengembangkan teorinya, Thorndike melakukan percobaan terhadap
seekor kucing sebagai subjek eksperimennya. Kucing itu lalu dimasukkan dan dikurung
dalam sebuah (kotak) dengan konstruksi pintu kurungan yang sedemikian rupa. Dan,
ketika kucing menyentuh tombol tertentu, maka dengan sendirinya pintu kurungan akan
terbuka.
Pada tes pertama, kucing dikondisikan dalam keadaan lapar dan diberikan sepotong
makanan yang diletakkan di luar kotak. Setelah itu, suatu perubahan terjadi. Kucing
tersebut tiba-tiba menunjukkan respons agresif berupa tingkah laku dan gerakan-gerakan
untuk dapat keluar dari kotak. Sampai akhirnya, kucing itu menyentuh tombol kurungan
dan keluar untuk menyantap makanan.
Pada tes selanjutnya, kondisi kucing dan tempatnya didesain sama seperti tes
sebelumnya. Akan tetapi, ternyata kucing tersebut dapat keluar kotak dan menyantap
makanan lebih cepat ketimbang tes pertama. Penyebabnya ialah kucing tersebut telah
terbiasa atau terkondisikan, sehingga ia dapat dengan mudah keluar kotak.
Berdasarkan percobaan tersebut, Thorndike berkesimpulan bahwa belajar ialah
hubungan antara stimulus dan respons. Itulah sebabnya teori koneksionisme juga disebut
S-R bond theory dan S-R psychology of learning atau keduanya dikenal dengan Trial and
Error Learning. Istilah ini menunjuk pada panjangnya waktu atau banyaknya jumlah
kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan. Apabila kita perhatikan secara saksama dalam
eksperimen Thorndike tadi, maka akan kita dapati dua hal pokok yang mendorong
timbulnya fenomena belajar.
Pertama, keadaan kucing yang lapar. Seandainya kucing itu kenyang, sudah tentu
tidak akan berusaha keras untuk keluar. Bahkan, barangkali ia akan tidur saja dalam
kotak yang mengurungnya. Jadi, kucing itu tidak akan menampakkan gejala belajar
untuk keluar. Berkaitan dengan hal ini, dapat dipastikan bahwa motivasi (seperti rasa
lapar) merupakan hal yang sangat vital dalam belajar.
Kedua, tersedianya makanan di muka pintu kotak merupakan efek positif yang
dicapai oleh respons dan menjadi dasar timbulnya hukum belajar yang disebut Law of
Effect. Artinya, jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, hubungan
antara stimulus dan respons akan kian menguat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan
(mengganggu) efek yang dicapai respons, maka bertambah lemah hubungan stimulus dan
respons tersebut.
Percobaan yang dilakukan Thorndike tersebut menyimpulkan sebuah proses bahwa
waktu yang diperlukan untuk menyentuh engsel bertambah singkat; dan kesalahan-
kesalahan (reaksi yang tidak relevan) kian berkurang. Pada akhirnya, kucing sama sekali
tidak berbuat kesalahan lagi. Begitu dimasukkan ke kotak, kucing langsung menyentuh
engsel.
Itulah yang kemudian dikenal sebagai teori belajar trial and error. Objek penelitian
(kucing) dihadapkan pada situasi baru yang dikenalnya. Kemudian, objek dibiarkan
terlibat dengan berbagai aktivitas untuk merespons situasi tersebut, termasuk meletakkan
rangsangan (makanan) di lingkungannya. Dengan rangsangan itu, objek melakukan
berbagai upaya percobaan untuk keluar dari masalah dan menghampiri sasaran. Dalam
hal ini, trial and error dilakukan oleh objek dalam menghubungkan stimulasi dan
respons.
C. BF Skinner
1. Biodata Skinner
BF Skinner adalah seorang tokoh psikolog Amerika Serikat yang sangat terkenal
karena pengaruhnya terhadap behaviorisme. Skinner lahir pada tanggal 24 Maret 1904
dan meninggal pada tanggal 18 Agustus 1990, dia menyebut filosofinya sendiri sebagai
'behaviorisme radikal' dan menyarankan bahwa konsep kehendak bebas hanyalah sebuah
ilusi. Skinner percaya bahwa semua tindakan manusia adalah akibat langsung dari
pengkondisian.
Pengkondisian operan
Jadwal Penguatan
Kotak Skinner
Perekam Kumulatif
Behaviorisme Radikal
Penemuan Skinner
Selama berada di Harvard, Skinner menjadi tertarik untuk mempelajari perilaku manusia
secara objektif dan ilmiah. Dia mengembangkan apa yang dia sebut sebagai alat
pengkondisian operan, yang kemudian dikenal sebagai "kotak Skinner." Perangkat "Kotak
Skinner" adalah ruangan yang berisi batang atau kunci yang dapat ditekan oleh hewan untuk
menerima makanan, air, atau bentuk penguatan lainnya.
Selama waktu di Harvard dia juga menemukan perekam kumulatif, sebuah alat yang
merekam respons sebagai garis miring. Dengan melihat kemiringan garis, yang menunjukkan
tingkat respons, Skinner dapat melihat bahwa tingkat respons bergantung pada apa yang
terjadi setelah hewan menekan palang (tuas).
Artinya, tingkat respons yang lebih tinggi mengikuti penghargaan sementara tingkat respons
yang lebih rendah mengikuti kurangnya penghargaan. Perangkat tersebut juga
memungkinkan Skinner untuk melihat bahwa jadwal penguatan yang digunakan juga
mempengaruhi tingkat respon.
Dengan menggunakan perangkat ini, ia menemukan bahwa perilaku tidak bergantung pada
stimulus sebelumnya seperti yang dipertahankan Watson dan Pavlov. Sebaliknya, Skinner
menemukan bahwa perilaku bergantung pada apa yang terjadi setelah respons. Skinner
menyebut ini sebagai perilaku operan.
Dalam "Project Pigeon," demikian sebutannya dari proyek merpati Skinner, merpati
ditempatkan di kerucut hidung rudal dan dilatih untuk mematuk target yang kemudian akan
mengarahkan rudal ke sasaran yang dituju. Sayangnya proyek ini tidak pernah membuahkan
hasil, karena pengembangan radar juga sedang berlangsung, meskipun Skinner cukup
berhasil bekerja dengan merpati.
Sementara proyek itu akhirnya dibatalkan, namun masih menghasilkan beberapa temuan
menarik dan Skinner bahkan mampu mengajari merpati bermain ping-pong.
Dia menciptakan boks bayi dengan pemanas tertutup dilengkapi jendela kaca plexiglass
sebagai tanggapan atas permintaan istrinya untuk alternatif yang lebih aman daripada boks
tradisional. Ladies Home Journal mencetak artikel tentang boks bayi dengan judul "Baby in a
Box," yang kemudian berkontribusi sebagian pada kesalahpahaman tentang tujuan
penggunaan boks bayi.
Sebuah insiden kemudian juga menyebabkan kesalahpahaman lebih lanjut atas boks bayi
Skinner. Dalam bukunya tahun 2004, Opening Skinner's Box: Great Psychology Experiments
of the Twentieth Century, penulis Lauren Slater menyebutkan rumor yang sering dikutip
bahwa baby tender sebenarnya digunakan sebagai perangkat eksperimental.
Desas-desus mengatakan bahwa putri Skinner telah menjadi subjek dari penelitian dan
dikatakan bahwa dia telah melakukan bunuh diri sebagai hasilnya dari eksperimen boks bayi.
Buku Slater menunjukkan bahwa ini tidak lebih dari rumor, tetapi ulasan buku selanjutnya
secara keliru menyatakan bahwa bukunya mendukung klaim tersebut. Hal ini menyebabkan
bantahan dan amarah yang sangat kuat dari putri Skinner yang masih hidup dan sehat,
Deborah.
Pada tahun 1945, Skinner pindah ke Bloomington, Indiana, dan menjadi Ketua Departemen
Psikologi di University of Indiana. Pada tahun 1948, ia bergabung dengan departemen
psikologi di Universitas Harvard di mana ia tetap menjabat bahkan setelah pensiun pada
tahun 1974.
Dalam proses pengkondisian operan Skinner, seorang operan mengacu pada perilaku apa pun
yang akan bertindak sesuai lingkungan dan mengarah pada konsekuensi. Dia
membandingkan perilaku operan (tindakan di bawah kendali) dengan perilaku responden,
yang dia gambarkan sebagai segala sesuatu yang terjadi secara refleks atau otomatis seperti
seseorang yang menyentak jari ke belakang ketika dia secara tidak sengaja menyentuh panci
panas.
Hukuman melibatkan pemberian penguat negatif (penjara, tamparan, omelan) yang oleh
beberapa orang disebut sebagai hukuman positif atau menghilangkan penguat positif
(mengambil mainan favorit), yang juga dikenal sebagai hukuman negatif.
Jadwal Penguatan
Mesin Pengajaran
Beberapa siswa berjuang dan tidak dapat menyelesaikan masalah yang mereka hadapi,
sementara yang lain selesai dengan cepat tetapi benar-benar tidak belajar sesuatu yang baru.
Sebaliknya, Skinner percaya bahwa pendekatan terbaik adalah menciptakan semacam
perangkat yang akan membentuk perilaku, menawarkan umpan balik tambahan sehingga
respons yang diinginkan tercapai.
Dia mulai dengan mengembangkan mesin pengajaran matematika yang menawarkan umpan
balik segera setelah setiap masalah yang dilalui oleh siswa. Namun, perangkat awal ini
sebenarnya tidak mengajarkan keterampilan baru.
Akhirnya, ia mampu mengembangkan mesin yang memberikan umpan balik tambahan dan
menyajikan materi dalam serangkaian langkah-langkah kecil sampai siswa memperoleh
keterampilan baru, sebuah proses yang dikenal sebagai instruksi terprogram. Skinner
kemudian menerbitkan kumpulan tulisannya tentang pengajaran dan pendidikan berjudul The
Technology of Teaching.
Penelitian dan penulisan dari karya Skinner dengan cepat menjadikannya sebagai salah satu
pemimpin gerakan behavioris dalam psikologi dan karyanya sangat berkontribusi pada
pengembangan psikologi eksperimental. Menggambar pada karir sastra sebelumnya, Skinner
juga menggunakan fiksi untuk menyajikan banyak ide teoretisnya. Dalam bukunya tahun
1948 Walden Two, Skinner menggambarkan masyarakat utopis fiksi di mana orang dilatih
untuk menjadi warga negara yang ideal melalui penggunaan pengkondisian operan.
Bukunya tahun 1971 Beyond Freedom and Dignity juga membuatnya menjadi penangkal
kontroversi karena karyanya tampaknya menyiratkan bahwa manusia tidak benar-benar
memiliki kehendak bebas. Bukunya tahun 1974 Tentang Behaviorisme ditulis sebagian untuk
menghilangkan banyak rumor tentang teori dan penelitiannya.
Di tahun-tahun terakhirnya, Skinner terus menulis tentang hidupnya dan teorinya. Dia
didiagnosis menderita leukemia pada tahun 1989. Hanya delapan hari sebelum dia
meninggal, Skinner diberikan penghargaan pencapaian seumur hidup oleh American
Psychological Association dan dia menyampaikan ceramah 15 menit ke auditorium yang
ramai ketika dia menerima penghargaan. Ia meninggal pada 18 Agustus 1990.
Teori Skinner tentang Penguatan positif dan negatif, serta hukuman dapat digunakan sebagai
berikut :
PENGUATAN POSITIF
Perilaku : Konsekuensi : Perilaku ke depan :
Peserta didik mengajukan Pendidik memuji peserta Peserta didik mengajukan
pertanyaan yang bagus. didik lebih banyak pertanyaan
PENGUATAN NEGATIF
Perilaku : Konsekuensi : Perilaku ke depan :
Peserta didik menyerahkan Pendidik berhenti menegur Peserta didik kian sering
PR tepat waktu peserta didik menyerahkan PR tepat
waktu
HUKUMAN
Perilaku : Konsekuensi : Perilaku ke depan :
Peserta didik menyela Pendidik menegur peserta Peserta didik berhenti
pendidik didik secara langsung menyela pendidik
Skinner, B. F. (1935) Two types of conditioned reflex and a pseudo type. Journal of
General Psychology, 12, 66-77.
Skinner, B. F. (1948) 'Superstition’ in the pigeon. Journal of Experimental
Psychology, 38, 168-172.
Skinner, B. F. (1950) Are theories of learning necessary? Psychological Review, 57,
193-216.
Skinner, B. F. (1971) Beyond Freedom and Dignity
Skinner, B. F. (1989) The Origins of Cognitive Thought. American Psychologist, 44,
13-18.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada teori belajar Thorndike lebih menekankan siswa untuk banyak berlatih dan
mencoba. Teori Thorndike dikembangkan oleh Edward Lee Thorndike yang
mengembakan teori belajar melalui stimulus-respon (S-R). Teori S-R mengungkapkan
bahwa pertama kali organisme (hewan, orang) belajar adalah melalui cara mencoba dan
mengulang atau dikenal dengan istilah ‘trial and error’.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Firliani, F., Ibad, N., Nauval, D. H., & Nurhikmayati, I. (2019, October). TEORI
THRONDIKE DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA.
In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan (Vol. 1, pp. 823-838).
Rila, R. S. P. P., & Aziz, T. A. (2022). Kajian Reflektif Teori Thorndike Dalam Konteks
Representasi Matematis Berdasarkan Ideologi Utilitarian. Griya Journal of
Mathematics Education and Application, 2(1), 80-95.