Anda di halaman 1dari 15

TEORI BELAJAR BEHAVIOR DALAM PRESPEKTIF SKINNER

MAKALAH
Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Teori-teori Belajar
Dosen Pengampu : Dr. Agus Sutiyono, M.Ag.

oleh :
AULIYA AFIFAH
NIM: 2203018024

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA
UIN WALISONGO SEMARANG
2023
A. Pendahuluan
Perilaku secara keseluruhan digunakan sebagai penilaian pribadi dalam keterlibatan
lingkungan. Seseorang dinilai secara pribadi berdasarkan perilaku yang disadarinya dalam
lingkungan sosialnya. Dalam konteks psikologi, aliran behaviorisme mengungkapkan bahwa
perilaku merupakan kajian lanjutan dari ekspresi jiwa berupa identitas individu. Berdasarkan
hal tersebut munculah teori belajar yang menggunakan tolak ukur penilaian pribadi yang
dikenal dengan istilah teori belajar behaviorisme.
Teori belajar behaviorisme adalah teori yang menganggap keberhasilan belajar berasal
dari perubahan tingkah laku dan pengalaman. Dalam mempelajari tingkah laku pada siswa
memerlukan sebuah uji dan pengamatan. Pengamatan yang dilakukan adalah pada bagian
yang dapat terlihat dari luar bukan bagian dalam tubuh. 1 Karena itu tidak memprioritaskan
segi aspek mental ataupun psikologis siswa, seperti kecerdasan, bakat, minat, perasaan
ataupun emosi pada saat belajar. Akan tetapi, teori behaviorisme hanya memandang proses
belajar terjadi karena ada gajala-gejala dari jasmani atau perubahan perilaku yang terlihat
dan terukur. Teori behaviorisme juga berfokus pada pengamatan untuk mengetahui
perubahan tingkah laku terjadi. 2
Pandangan ini sebetulnya sudah berlangsung lama sejak jaman Yunani Kuno, ketika
psikologi masih dianggap bagian dari kajian filsafat. Namun kelahiran behaviorisme sebagai
aliran psikologi formal diawali oleh J.B. Watson pada tahun 1913 yang menganggap
psikologi sebagai bagian dari ilmu kealaman yang eksperimental dan obyektif, oleh sebab
itu psikologi harus menggunakan metode empiris, seperti: observasi, conditioning, testing,
dan verbal reports. John A. Laska dalam Knight (1982),3 pendidikan dikatakan sebagai
sebuah usaha yang terencana oleh pelajar atau oleh orang lain untuk mengontrol baik dengan
cara memberi panduan, mengarahkan, atau mempengaruhi atau mengatur suatu situasi
belajar untuk mencapai tujuannya. Pendidikan dilihat dari sudut pandang ini tidak terbatas di
sekolah, kurikulum atau metode sekolah yang tradisional. Pendidikan dapat dipandang
sebagai suatu proses belajar seumur hidup yang dilaksanakan secara terarah dan terencana.

1
Novi Irwan Nahar, “Penerapan Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran,” Nusantara Jurnal Ilmu
Pengetahuan Sosial, (Vol. 1, No. 1, 2016), hlm. 64-73.
2
Rahmawati dan Daryanto, Teori Belajar Dan Proses Pembelajaran Yang Mendidik, (Yogyakarta: Gava
Media, 2015), 55.
3
G.R. Knight, Issue and Alternativesen Educational Philosophy, ( Michigan: Andrews University Press, 1982),
hlm. 113.

1
Sedangkan proses pembelajaran menurut Corey (1982) dalam Sagala (2003) 4 adalah suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut
serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap
situasi tertentu.

B. Pengertian Behaviorisme
Behaviorisme berasal dari kata bahasa inggris Behavior yang berarti cara bertingkah laku
atau tingkah laku. Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memusatkan perhatian
dan studinya pada perilaku dan mempergunakannya sebagai dasar untuk membangun teori-
teori tanpa mengacu kepada pengalaman dan kesadaran manusia. Prinsip kerjanya yang
pokok adalah rangsangan atau stimulus dan tanggapan atau respon. Teorinya adalah perilaku
yang dapat diukur berdasarkan rangsangan yang diberikan dan tanggapan yang
dimunculkan. 5 Menurut Skinner Behaviorisme adalah “Behavior is behavior of an
individual Which Acheves its effect on the world through someone else’s behavior”.
(Perilaku individu yang mencapai pengaruhnya terhadap dunia melalui perilaku orang lain).6
Menurut Skinner behavior adalah segala perilaku yang dasar melakukanya ialah dari
stimulus yang di berikan oleh orang lain. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dijelaskan
bahwa behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang menjadikan perilaku
menjadi fokus penelitiannya. Behaviorisme menginginkan bahwa perilaku yang bisa diukur,
dilukiskan hanya yang tampak saja serta memandang bahwa ketika manusia dilahirkan di
dunia, manusia tidak memiliki bakat apapun dalam dirinya sehingga yang membuat
perilakunya ialah linkungannya dari apa yang di lihat, di dengar, serta di rasakan akan
menjadi perilakunya.
Pendekatan behaviorisme modern terhadap pembelajaran muncul dari karya-karya ilmiah
Skinner dan pengikutnya, yang menekankan pentingnya anteseden dan konsekuensi dalam
mengubah perilaku, fokus dari perspektif ini jelas terarah pada perilaku. Pembelajaran di
definisikan sebagai perubahan pada perilaku yang di sebabkan oleh pengalaman.7 Teori
behaviorisme dalam pembelajaran dapat digunakan untuk melatih refleks-refleks sedemikian

4
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna.Pembelajaran, cet. Ke- 11, (Bandung: 2013), hlm.10.
5
A. Mangunhardjana, Isme-isme dalam etika dari A sampai Z, (Yogyakarta: Kanisius, 1997), hlm. 32.
6
B.F Skinner,Verbal Behavior, (Massachusetts :B. F. Skinner Foundation Reprint Series,1957), hlm. 6.
7
Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel, Administrasi pendidikan : teori, riset, dan praktik, terj, Daryatno &
Rianayati K. Pancasari, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 64.

2
rupa, sehingga menjadi suatu kebiasaan yang dikuasai individu. Artinya suatu pembelajaran
harus dapat melatih individu peserta didik dengan menggunakan stimulus dan respon
sehingga hasil dari belajar tersebut merupakan sesuatu yang dapat dikuasai oleh peserta
didik.

C. Biografi Skinner
Salah satu penganut aliran behaviorisme ialah B.F Skinner, Skinner yang mempunyai
nama panjang Burrhus Frederic Skinner yang lahir pada 20 maret 1904 di Susquehanna,
Pennsytvania, Amerika Serikat.8 Skinner tumbuh di sebuah kota kecil di keluarga yang
terbilang nyaman, hangat dan bahagia. Ayahnya, William Skinner merupakan seorang
pengacara sekaligus seorang politisi terkemuka dan ibunya, Grace Mange Burrhus Skinner
adalah seorang pengurus rumah tangga, Skinner merupakan anak pertama dari dua
bersaudara. Status ekonomi keluarga Skinner tergolong cukup baik. Dan di sinilah Skinner
diajarkan nilai-nilai kontrol diri, arti kejujuran dan kerja keras. Sebagai anak yang aktif
Skinner lebih menyenangi kegiatan di luar rumah dan sangat menikmati kegiatan di
sekolahnya. Skinner menerima gelar BA nya dalam bidang bahsa inggris dari Hamillton
College, Negara bagian New York. Skinner juga belajar ilmu psikologi di Univeresitas
Harvard pada tahun 1928 dan mengambil spesifik pada jurusan tingkah laku hewan. Gelar
master diraihnya tepat di tahun 1930 dan gelar doktor pada tahun 1940 di Universitas yang
sama.
Pada tahun 1936, dia pindah ke Minneapolis untuk mengajar di University Of
Minnesota. Di sini dia berkenalan dengan Yvone blue dan tidak lama kemudian dia
menikahinya, mereka mempunyai dua orang putri. Putrinya yang kedua menjadi sangat
terkenal karena dialah anak pertama yang memberi inspirasi bagi berbagi penemuan skinner,
salah satunya adalah kurungan kaca, walupun penemuan ini tidak lebih dari gabungan
ayunan dan kurungan bayi yang terbuat dari kaca dan dilengkapi dengan saluran udara,
seperti menempatkan bayi dalam akuarium agar mudah diamati.9
Tanggal 18 agustus 1990 B.F. Skinner meninggal dunia akibat leukemia. Dia tetap
dikenang sebagai psikolog paling paling terkenal setelah Sigmud Frued. Skinner juga
8
M Irham dan Wiyani, Psikologi Pendidikan Teori Dan Aplikasi Dalam Proses Pembelajaran, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 155.
9
George Boeree, Sejarah Psikologi Dari masa Kelahiran Sampai Masa Modern, (Jogjakarta: Prisma Sophie,
2000), hlm. 405.

3
termasuk guru besar psikologi di Havard Universty yang terkenal dengan teorinya operant
conditioning (pengkondisian operan). Teori Skinner berdasar pada eksperimennya dengan
objek tikus sebagai bahan percobaan dan bilik kaca yang idenya yang disumbangkan dari
anaknya. 10 Pada akhirnya konsep belajar Operant Conditioning dalam pembelajaran yang
menjadi pendamping dari teori sebelumnya, yaitu teori Pavlov yang biasa disebut Clasical
Conditioning. Perbedaan penting antara Pavlov’s Classical conditioning dan Skinner’s
operant conditioning ialah dalam Classical conditioning melibatkan asosiasi respons yang
tidak disengaja dan stimulus, sedangkan operant conditioning adalah tentang
mengasosiasikan perilaku sukarela dan konsekuensinya, dan akibat dari suatu tingkah laku
itu.11
Dalam sejarah American Psychological Association (APA), Skinner adalah satu-satunya
psikolog yang mendapat pujian sebagai Outstanding Lifetime Constribution To Psycology,
artinya adalah Skinner telah memberikan kontribusi yang besar bagi dunia psikologi,
terutama bagi psikologi kontemporer, dan juga berkontribusi pada metodologi penelitian
psikologi, khususnya dalam menyempurnakan gagasan Ivan Pavlop. 12 Skinner telah
melahirkan banyak karya dan gagasannya yang tertuang dalam beberapa buku diantaranya
yang berjudul: The Behavior of Organisme, Walden two, Science and Human Behavior,
Verbal Behavior, Shedules of Reinforcement, Cumulative Record, The Technologi of
Teaching, Contingencies of Reinforcement, Beyond Fredom and Dignity, About
Behaviorisme dan Particulars of My Life.13

D. Teori Belajar Behavior Skinner


Penelitian yang dilakukan Skinner berfokus pada perilaku dan konsekuensinya untuk
menghasilkan perubahan dalam peluang perilaku yang akan diulang-ulang. 14 Maka menurut
teori Skinner belajar adalah proses terjadinya perubahan perilaku sebagai wujud dari hasil
belajar, dengan melalui adanya proses penguatan perilaku baru yang disebut pengkondisian
operan (operant conditioning). Operan tersebut terdiri dari penguatan (reinforcement) dan

10
B.F. Skinner, Science and Human Behavior, (Massachusetts:Harvard University, 1932), hlm. 11.
11
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 33.
12
Asrori, Psikologi Pendidikan Pendekatan Multidisipliner, (Banyumas: Pena Persada, 2020), hlm. 135.
13
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar Dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015),
hlm. 102.
14
John W Santrock, Psikologi Pendidikan, Cet ke-2, (Jakarta: Prenada Media, 2017), hlm. 268.

4
hukuman (punishment).15 Penguatan ini diartikan sebagai pengaruh dari perilaku yang
kemudian akan memperkuat perilaku tertentu. Dalam penguatan dijelaskan terdapat dua
macam penguatan yang terdiri dari penguatan yang sifatnya positif dan penguatan yang
sifatnya negatif. Penguatan positif berupa rangsangan yang semakin kuat dan akan
mengakibatkan terjadinya respon yang baik. Sedangkan penguatan negatif adalah penguatan
yang mendorong siswa untuk menghidari respon akibat tidak ada kepuasan. Dalam teori
belajar Skinner, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku secara
progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu prilaku yang terjadi pada saat orang belajar,
dan responnya menjadi lebih baik ataupun tidak. Menurut Skinner dalam belajar ditemukan
hal-hal sebagai berikut:
1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons belajar.
2. Tanggapan yang berasal dari siswa
3. Adanya konsekuensi yang melibatkan tanggapan dari siswa tersebut, baik konsekuensi
sebagai hadiah, teguran, atau hukuman.16
Pada dasarnya teori Skinner mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan prilaku
pada diri siswa yang dicapai sebagai hasil belajar tersebut melalui proses penguatan prilaku
yang dilakukan oleh seorang guru. Burrhus Frederic Skinner mengadakan pendekatan
behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Dalam perkembangan pisikologi belajar, ia
mengemukakan teori operan conditioning. Dimana seseorang dapat mengontrol tingkah
laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan yang
sangat besar. Operan conditioning adalah suatu proses prilaku operan (pengatan positif
atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau
menghilang sesuatu dengan keinginan. 17
Sebagai tokoh behavioristik Skinner mengatakan bahwa belajar dapat di pahami,
dijelaskan, dan diprediksi secara keseluruhan melalui kejadian yang dapat diamati, yakni
prilaku peserta didik beserta penyebab terjadi dan konsekuensi yang ada di lingkunganya.
Menurut Skinner untuk mengamati konsekuensi dari prilaku dapat ditunjukan dalam
prilaku berikutnya misalnya, sesorang siswa yang mendapat hadiah dari guru nya berupa

15
Muhammad Thobroni, Belajar Dan Pembelajaran Teori Dan Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015),
hlm. 66.
16
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna.Pembelajaran, cet. Ke- 13, (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2017),
hlm. 14.
17
Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, Cet ke- 1, (Jakarta : Rajawali Pers, 2018), hlm. 44.

5
senyum ketika meminta perhatian di dalam ruangan kelas kemungkinan besar mengikuti
arahan gurunya dari pada siswa lain yang prilakunya tidak tampak dan tidak pernah di
tegur.18
Eksperimen yang dilakukan oleh skinner popular dengan sebutan “Skinner Box”.19
Skinner mengembangkan teori conditioning dengan menggunakan tikus sebagai percobaan.
Menurutnya, suatu respons sesungguhnya juga menghasilkan sejumlah konsekuensi yang
nantinya akan memengharui tingkah laku manusia. Untuk memahami tingkah laku siswa
secara tuntas, menurut skinner perlu memahami hubungan anatara satu stimulus dengan
stimulus lainnya, memahami respons itu sendiri, dan berbagi konsekuensi yang diakibatkan
oleh respons tersebut.8 Skinner juga mengemukakan bahwa menggunakan perubahan
mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan membuat segala
sesuatunya menjadi bertambah rumit, sebab alat itu akhirnya juga harus dijelaskan lagi.
Dari hasil percobaanya, Skinner membedakan respons menjadi dua, yaitu respons yang
timbul dari stimulus tertentu dan operant (instrumental) yang timbul dan berkembang
karena diikuti oleh perangsang tertentu. Teori Skinner dikenal dengan“operant
conditioning” yaitu:
a. Penguatan positif dan negatif
b. Shapping, proses pembentukan tingkah laku yang makin mendekati tingkah laku yang
diharapkan, sehingga responpun sesuai dengan yang diisyaratkan
c. Extinction, proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari tindakanpenguatan.
d. Chainning of response,respon sdan stimulus yang satu sama lain.
e. Jadwal penguatan,variasi pemberian penguatan rasio tetap dan bervariasi.20
Skinner memulai penemuan teori belajarnya dengan kepercayaan bahwa prinsip
classical conditioning hanya sebagian kecil dari prilaku yang dapat dipelajari. Banyak
prilaku manusia adalah operan, bukan responden. Pada dasarnya, Skinner mendefinisikan
belajar sebagai proses perubahan prilaku. Perubahan prilaku baru yang muncul, yang
biasanya disebut dengan kondisioning operan (operant conditioning ).21

18
Muhammad Yaumi,Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran, Cet Ke-3, (Jakarta: Kencana 2014), hlm. 28.
19
Irham dan Wiyani, Psikologi Pendidikan Teori Dan Aplikasi Dalam Proses Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2014), hlm. 155.
20
Jumanta Hamdayana, Metedologi Pengajaran, Jakarta Bumi Aksara 2016), hlm. 23.
21
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Cet. Ke- 1 (Yogyakarta : Ar-Ruzz
media 2015), hlm.103.

6
E. Prinsip Belajar Skinner
Teori belajar Skinner didasarkan atas gagasan bahwa belajar adalah fungsi perubahan
perilaku individu secara jelas. Perubahan perilaku tersebut diperoleh sebagai hasil respon
individu terhadap kejadian (stimulus) dari lingkungan. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Skinner, maka dapat diketahu beberapa prinsip-prinsip utama pandangan
Skinner sebagai berikut:
1. Descriptive behaviorism, pendekatan eksperimental yang sistematis pada perilaku yang
spesifik untuk mendapatkan hubungan S-R, dengan pendekatannya induktif. Dalam hal
ini pengaruh Watson jelas terlihat.
2. Empty organism, menolak adanya proses internal pada individu.
3. Menolak menggunakan metode statistikal, mendasarkan pengetahuannya pada subyek
tunggal atau subyek yang sedikit namun dengan manipulasi eksperimental yang
terkontrol dan sistematis.
Dari hasil eksperimen yang dilakukan oleh Skinner, ada beberapa prinsip belajar yang
menghasilkan perubahan perilaku yakni sebagai berikut:
1. Reinforcemen (Penguatan)
Reinforcemen didefinisikan sebagai sebuah konsikuen yang menguatkan tingkah laku
atau frekuensi tingkah laku. Keefektifan sebuah reinforcemen dalam proses belajar perlu
ditunjukan. Karena kita dapat mengansumsikan sebuah konsukuen adalah reinforce
sampai terbukti bahwa konsekuen tersebut dapat menguatkan prilaku. 22 Reinforcemen
(penguatan) memiliki dua efek yaitu memperkuat perilaku dan memberikan penghargaan
pada orang tersebut. Oleh karena itu, penguatan dan penghargaan tidak sama. Setiap
prilaku yang diberi penguatan tidak selalu bersifat memberikan penghargaan atau
meyenangkan orang tersebut. Sebagai contoh, orang orang diberi penguatan untuk
bekerja, namun banyak yang menemukan bahwa pekerjaan mereka membosankan, dan
tidak menarik, dan tidak memberikan penghargaan apapaun.23 Secara umum,
reinforcmen dapat dibedakan menjadi tiga :

22
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni,Teori belajar dan Pembelajaran, Cet Ke- 1, (Yogyakarta : Ar-Ruzz
media 2015), hlm. 107.
23
Jess Feis dan Gregory J. Feist, Teori Keperibadian, ( Jakarta: Salemba hamanika,2014), hlm. 203

7
a. Dari segi jenisnya dibagi menjadi dua kategori, yaitu reinforcemen primer dan
reinforcemen sekunder. Reinforcemen primer adalah berupa kebutuhan dasar
manusia, seperti makanan, air, keamanaan, kehangatan, dan lain sebagainya.
Sedangkan reinforcemen sekunder adalah reinforcemen yang diasosiasikan dengan
reinforcemen primer. Misalnya, uang mungkin tidak mempunyai nilai bagi anak
kecil sampai ia belajar bahwa uang itu dapat di gunakan untuk membeli kue
kesukaanya. 24
b. Dari segi bentuknya, reinforcemen dibagi menjadi dua yaitu, reinforcemen positif dan
reinforcemen negative. Reinforcemen positif adalah konsekuen yang diberikan untuk
menguatkan atau meningkatkan prilaku seperti hadiah, pujian, kelulusan dan lain
sebagainya. Sedangkan reinforcemen negative adalah menarik diri dari situasi yang
tidak menyenangkan untuk menguatkan tingkah laku.
c. Waktu pemberian reinforcemen, keefektifan reinforcemen dalam prilaku tergantung
pada berbagai faktor, salah satu diantarnya adalah frekuensi atau jadwal pemberian
reinforcemen. Ada empat macam pemberian jadwal reinforcemen:
1) Fixed ratio ( FR ) adalah salah satu jadwal pemberian reinforcemen ketika
reinforcemen diberikan setelah sejumlah tingkah laku secara teratur.
2) Variable-ratio adalah sejumlah prilaku yang dibutuhkan untuk berbagai macam
reinforcemen dari reinforcmen satu ke reinforcemen yang lainnya. Jumlah prilaku
yang dibutuhkan mungkin sangat bermacam-macam dan siswa tidak tahu prilaku
mana yang akan di reinforcemen.
3) Fixed interval(FI),yang diberikan ketika sesorang menunjukan perilaku yang di
inginkan pada waktu tertentu.
4) Variable interval (VI),yaitu reinforcemen yang diberikan tergantung pada waktu
dan sebuah respons, akan tetapi antara waktu dan reinforcemen yang diberikan
bermacam-macam.
2. Punishmen (Hukuman)
Punishmen adalah menghadrikan atau memberikan sebuah situsi yang tidak
menyenangkan atau situasi yang yang ingin dihindari untuk menurunkan tingkah laku.

24
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni,Teori belajar dan Pembelajaran, Cet Ke- 1, (Yogyakarta : Ar-Ruzz media
2015), hlm. 108.

8
Menurut kazdin, ada dua aspek dalam punishmen yaitu sesuatu yang tidak menyenangkan
(aversive) muncul setelah sebuah respon, atau yang disebut dengan arrive stimulus. Dan
sesuatu yang positif (menyenangkan) setelah sebuah respons tidak muncul. Dari segi
bentuknya, punishment terdiri dari time out dan respons cost.25 Banyak penganut aliran
behaviorisme awal yakni bahwa hukuman sangat efektif untuk mengurangi prilaku yang
bermasalah dan secara khusus bisa efektif mengurangi prilaku yang bermasalah dan
secara khusus berguna ketika siswa kelihatanya kurang memiliki motivasi untuk
mengubah prilakunya. Adapun macam macam bentuk punsihment yakni bentuk hukuman
efektif (teguran verbal, konsekuensi logis, time out, dan skors di sekolah) dan bentuk
hukuman yang tidak efektif (hukuman fisik, psikologis, tugas kelas ekstra, skors tidak
boleh berangkat sekolah).
3. Shaping (pembentukan)
Istilah shaping (pembentukan) digunaan dalam teori belajar behavioristik untuk
menunjukan pengajaran keterampilan keterampilan baru atau perilaku-perilaku baru
dengan memberikan penguatan kepada siswa untuk menguasai keterampilan atau perilaku
tersebut dengan baik. 26 Shaping (pembentukan) digunakan dalam teori pembelajaran
prilaku untuk merujuk ke pengajaran kemampuan atau prilaku baru dengan memperkuat
pembelajaran untuk mendekati perilaku akhir yang di inginkan.27 Arti penting dari
shaping (pembentukan) ialah dapat menimbulkan prilaku yang kompleks. Pembentukan
juga berbeda dari modifikasi prilaku yang terjadi dalam situasi kotak teka teki. Dalam
situasi itu, subjek diletakan dalam situasi masalah dan hanya dapat sukses melalui trial
and eror.28
4. Extinction (kepunahan)
Extinction adalah mengurangi atau menurunkan tingkah laku dengan menarik
reinforcemen yang menyebabkan prilaku tersebut terjadi. Extinction ini terjadi melalui

25
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni,Teori belajar dan Pembelajaran, Cet Ke- 1, (Yogyakarta : Ar-Ruzz media
2015), hlm. 110-111.
26
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni,Teori belajar dan Pembelajaran, Cet Ke- 1, (Yogyakarta : Ar-Ruzz media
2015), hlm. 111-112.
27
Robert E.Slavin, Educational psychology : theory and practice, 10th ed, terj. (Jakarta : Indeks, 2019), hlm.
190.
28
Margaret E.Gredler, Learning and Instruction Teori dan Aplikasi, (Jakarta:kencana,2011), hlm. 130.

9
proses perlahan- lahan. Biasanya ketika reinforcemen di tarik atau di hentikan perilaku
individu sering meningkat seketika. 29

F. Aplikasi Teori Belajar Behavior Skinner dalam Pembelajaran


Teori belajar behaviorsime pada dasarnya digunakan untuk membantu suatu
pembelajaran sehingga dari pembelajaran tersebut dapat membentuk perilaku peserta didik
yang baik dan diinginkan. Namun sebelum menggunakan teori behaviorisme dalam
pembelajaran hendaklah diketahui secara lebih medalam mengenai teori belajar
behaviorisme agar apa yang diinginkan dari sebuah pembelajaran dapat tercapai. 30 Aplikasi
teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan
pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pembelajaran, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori
behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. 31
Adapun langkah-langkah pembelajaran dalam Teori Skinner yakni sebagai berikut:
1. Mempelajari keadaan kelas berkaitan dengan prilaku siswa
2. Membuat daftar penguat positif.
3. Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis
penguatannya.
4. Membuat program pembelajaran berisi urutan prilaku yang dikehendaki, penguatan,
waktu mempelajari prilaku, dan evaluasi. 32

Sedangkan menurut Suciati dan Prasetya, secara umum langkah-langkah pembelajaran


yang berpijak pada teori Skinner (behavioristik) sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan tujuan pembelajaran
2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikas
pengetahuan awal (entry behavior) siswa.
3. Menentukan materi pelajaran.
4. Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil kecil, meliputi pokok bahasan, sub-

29
Robert E.Slavin, Educational psychology : theory and practice, 10th ed, terj. (Jakarta : Indeks, 2019), hlm.
192.
30
Yoga Anjas Pratama, Relevansi Teori Belajar Behaviorisme Terhadap Pendidikan Agama Islam,
(Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2019), hlm. 1.
31
Supratiknya, Teori Kepribadian dan Teori Teori Behavioristik, (Yogyakarta : Kanisius, 1993), hlm. 50.
32
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna.Pembelajaran, Cet Ke- 11,( Bandung: 2013), hlm. 15.

10
pokok bahasan, topik, dsb.
5. Menyajikan materi pelajaran.
6. Memberikan stimulus, dapat berupa pertanyaan baik lisan maupun tertulis, tes/ kuis,
latihan, atau tugas tugas.
7. Mengamati dan mengkaji respons yang di berikan siswa.
8. Memberikan penguatan/ reinforcemen.
9. Memberikan stimulus baru.
10. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman
11. Evaluasi hasil belajar. 33

G. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavior Skinner


1. Kelebihan Teori B.F. Skinner
Kelebihan dari teori pengkondisian operan (operant conditioning) yang telah
dikembangkan oleh Skinner terletak pada pendidik atau guru yang lebih diarahkan untuk
mengapresiasi dan menghargai setiap peserta didiknya. Selain itu, kelebihan dari teori
Skinner berupa adanya pembentukan lingkungan yang baik dan nyaman, sehingga
meminimalisir terjadinya kesalahan. Seperti yang kita tahu bahwa teori yang
dikembangkan Skinner ini terdapat penguatan yang di mana penguatan itu ternyata bisa
dijadikan sebagai motivasi bagi para murid dan para guru untuk berperilaku yang benar
yang sesuai dengan keinginannya.
2. Kekurangan Teori B.F. Skinner
Kekurangan yang kedua dari teori Skinner adalah penggunaan hukuman yang salah.
Dalam hal ini, hukuman bukanlah suatu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut
Skinner, hukuman yang baik adalah hukuman yang dapat dirasakan oleh murid atas
konsekuensi dari perbuatannya.

H. Penutup
Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memusatkan perhatian dan studinya
pada perilaku dan mempergunakannya sebagai dasar untuk membangun teori-teori tanpa

33
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, cet. Ke-2, (Jakarta: Rineka Cipta,2012), hlm. 29-30.

11
mengacu kepada pengalaman dan kesadaran manusia. Prinsip kerjanya yang pokok adalah
rangsangan atau stimulus dan tanggapan atau respon. Teorinya adalah perilaku dapat diukur
berdasarkan rangsangan yang diberikan dan tanggapan yang dimunculkan. Salah satu tokoh
aliran behaviorisme adalah Burrhus Frederic Skinner, Dalam sejarah American
Psychological Association (APA), Skinner adalah satu-satunya psikolog yang mendapat
pujian sebagai Outstanding Lifetime Constribution To Psycology. Skinner juga termasuk
guru besar psikologi di Havard Universty yang terkenal dengan teorinya operant
conditioning (pengkondisian operan). Teori Skinner berdasar pada eksperimennya dengan
objek tikus yang pada akhirnya menghasilkan konsep belajar Operant Conditioning dalam
pembelajaran yang menjadi pendamping dari teori sebelumnya, yaitu teori Pavlov yang
biasa disebut Clasical Conditioning.
Teori Skinner dikenal dengan“operant conditioning”dengan konsepnya meliputi :
penguatan positif dan negative, shapping, proses pembentukan tingkah laku yang makin
mendekati tingkah laku yang diharapkan, sehingga responpun sesuai dengan yang
diisyaratkan, extinction, proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari tindakan
penguatan, chainning of response,responsdan stimulus yang satusama lain, dan jadwal
penguatan,variasi pemberian penguatan rasio tetap dan bervariasi. Dari hasil eksperimen
yang dilakukan oleh Skinner, ada beberapa prinsip belajar yang menghasilkan perubahan
perilaku yakni Reinforcemen (Penguatan), Punishmen (Hukuman), Shaping (pembentukan),
dan Extinction (kepunahan).
Adapun langkah-langkah pembelajaran dalam Teori Skinner yakni mempelajari keadaan
kelas berkaitan dengan prilaku siswa, membuat daftar penguat positif, memilih dan
menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatannya, dan membuat
program pembelajaran berisi urutan prilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu
mempelajari prilaku, dan evaluasi.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang bersifat behavioristik diperlukan analisis pendidik
dengan melihat kenyataan dilapangan, sehingga akan muncul pendekatan inovatif yang dapat
diupayakan keterlaksanaannya dalam proses pembelajaran. Namun kesiapan dari berbagai
unsur sistem pendidikan menjadi faktor penentunya. Oleh karena itu, kebijakan pendidikan
yang relevan dengan tuntutan perubahan harus didukung oleh semua pelaku pendidikan
termasuk komponen pendidikan yang lain.

12
DAFTAR PUSTAKA
Asrori. 2020. Psikologi Pendidikan Pendekatan Multidisipliner. Banyumas: Pena Persada.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2015. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Boeree, George. 2000. Sejarah Psikologi Dari masa Kelahiran Sampai Masa Modern.
Yogyakarta: Prisma Sophie.
Budiningsih, Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran, cet. Ke-2. Jakarta: Rineka Cipta.
Dalyono, M. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Feis, Jess. dan Gregory J. Feist. 2014. Teori Keperibadian. Jakarta: Salemba hamanika.
Gredler, Margaret E. 2011. Learning and Instruction Teori dan Aplikasi. Jakarta:kencana.
Hamdayana, Jumanta. 2016. Metedologi Pengajaran. Jakarta Bumi Aksara.
Hoy, Wayne K. dan Cecil G. Miskel. 2014. Administrasi pendidikan : teori, riset, dan
praktik, terj, Daryatno & Rianayati K. Pancasari. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Irham dan Wiyani. 2014. Psikologi Pendidikan Teori Dan Aplikasi Dalam Proses
Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Irham, M.dan Wiyani. 2014. Psikologi Pendidikan Teori Dan Aplikasi Dalam Proses
Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Knight, G.R. 1982. Issue and Alternativesen Educational Philosophy. Michigan: Andrews
University Press.
Mangunhardjana, A. 1997. Isme-isme dalam etika dari A sampai Z. Yogyakarta: Kanisius.
Nahar, Novi Irwan. 2016. “Penerapan Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran,” Nusantara
Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, (Vol. 1, No. 1).
Pratama, Yoga Anjas. 2019. Relevansi Teori Belajar Behaviorisme Terhadap Pendidikan
Agama Islam. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Rahmawati dan Daryanto. 2015. Teori Belajar Dan Proses Pembelajaran Yang Mendidik.
Yogyakarta: Gava Media.
Sagala, Syaiful. 2 0 1 3 . Konsep dan Makna.Pembelajaran, cet. Ke- 11. Bandung.
Sagala, Syaiful. 2 0 1 7 . Konsep dan Makna.Pembelajaran, cet. Ke- 13. Bandung :
Penerbit Alfabeta.
Santrock, John W. 2017. Psikologi Pendidikan, cet ke-2. Jakarta: Prenada Media.
Skinner, B.F. 1932. Science and Human Behavior. Massachusetts:Harvard University.

13
Skinner, B.F. 1957. Verbal Behavior. Massachusetts :B. F. Skinner Foundation Reprint
Series.
Slavin, Robert E. 2019. Educational psychology : theory and practice, 10th ed, terj. Jakarta :
Indeks.
Supratiknya. 1993. Teori Kepribadian dan Teori Teori Behavioristik. Yogyakarta : Kanisius.
Thobroni, Muhammad. 2015. Belajar Dan Pembelajaran Teori Dan Praktik. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Wahab, Rohmalina. 2018. Psikologi Belajar, Cet- 1. Jakarta : Rajawali Pers.
Yaumi, Muhammad. 2014. Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran,cet.ke-3. Jakarta: Kencana.

14

Anda mungkin juga menyukai