Anda di halaman 1dari 4

Anggota Kelompok :

1. Fildzaty Cetta Adani (190110210018)


2. Herwinda Ayugi Syafitri (190110210027)
3. Nadhira Saniyya Siregar (190110210041)
4. Kamila Ramadhani Nurul Ikhsanti (190110210050)
5. Giska Rachmantia Eka Putri (190110195002)

Aliran Behaviorisme dalam Ilmu Psikologi

Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme yang


menganalisis jiwa manusia terhadap laporan subjektif dan juga psikoanalisis yang
berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak. Aliran ini dicetuskan oleh
John Broadus Watson yang kemudian dikenal sebagai The Father of Behaviorism
(Bapak dari Behaviorisme) yang lahir di Amerika Serikat. Tujuan teoritis dari
aliran ini adalah peramalan dan penguasaan perilaku.

Menurut Watson, psikologi haruslah menjadi ilmu yang objektif. Oleh


karena itu, ia tidak mengakui adanya kesadaran (consciousness) yang hanya
diteliti melalui metode introspeksi. Watson juga berpendapat bahwa psikologi
harus dipelajari seperti orang mempelajari ilmu pasti.

Aliran ini hanya ingin menganalisis perilaku yang nampak, dapat diukur,
dan dilukiskan saja. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Watson yang
mengatakan bahwa semua bentuk perilaku pada dasarnya hanya terbentuk dari
stimulus-respons (S-R) sederhana yang dapat dilihat, diukur, sehingga dapat
diketahui dan diterangkan melalui variabel-variabel lingkungan. Hingga kini,
behaviorisme mempercayai bahwa seluruh perilaku manusia merupakan hasil
belajar (nurture) atau pengalaman yang terjadi karena adanya dorongan kebutuhan
untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan. Aliran ini ingin
mengetahui bagaimana perilaku manusia dikendalikan oleh faktor-faktor
lingkungan. Dari sinilah, muncul konsep 'manusia mesin' (homo mechanicus).
(Syam, 2016)

Terdapat empat prinsip filosofis utama dalam pengembangan teori ini


yaitu: Manusia adalah binatang yang sangat berkembang dan manusia belajar
dengan cara yang sama seperti yang telah dilakukan binatang lainnya; pendidikan
adalah proses perubahan perilaku; peran guru adalah menciptakan lingkungan
pembelajaran yang efektif; efisiensi, ekonomi, ketepatan dan objektivitas
merupakan perhatian utama dalam pendidikan.
Ada beberapa tokoh yang meyakini dan mempelajari behaviorisme ini di
antaranya adalah sebagai berikut
1. J.B Watson (1878-1958) seorang ilmuwan yang mempelajari ilmu Filsafat
di University of Chicago. Mendapat gelar Ph.D pada tahun 1903. Beliau
banyak melakukan penyelidikan tentang psikologi hewan. Karyanya yang
paling dikenal adalah Psychology as the Behaviourist View It (1913).

2. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936), seorang ahli di bidang ilmu fisiologi


(faal) dari Rusia. Pavlov memiliki hasil eksperimen di bidang psikologi
yang berkaitan dengan refleks. Selain itu, ia juga dikenal karena
eksperimennya mengenai pengkondisian klasik (Classical Conditioning).
Pavlov merupakan tokoh yang meletakkan dasar-dasar metodologi dari
paham behaviorisme.

3. William McDougall (1871-1938), seorang Psikolog berdarah campuran


Inggris-Skotlandia pada abad keduapuluh yang berkarier pertama kali di
Inggris dan menyelesaikannya di Amerika. Ia tokoh yang mengembangkan
teori insting dan psikologi sosial. Ia juga yang memberi inspirasi terhadap
aliran Behaviorisme melalui teori yang dikenal dengan nama Purposive
Psychology (psikologi purposif)

4. Edward Chace Tolman (1886-1959), seorang Psikolog Amerika yang


terkenal dengan kajiannya pada psikologi behavioral. Ia yang melanjutkan
ajaran McDougall dengan mengungkapkan psikologi purposif dalam
behaviorisme.

5. B. F. Skinner (1904-1990), seorang psikolog Amerika, behavioris, dan


filsuf sosial yang mencetuskan teori operant conditioning yang sangat
terkenal hingga hari ini dan tampaknya mewakili behaviorisme. Pada
1938, Skinner mempublikasikan bukunya yang berjudul The Behavior of
Organisms.

Salah satu teori dalam aliran Behaviorisme adalah Purposive Psychology


(Psikologi Purposif atau Psikologi Bertujuan) yang dicetuskan oleh William
McDougall (1871- 1938) yang kemudian dikembangkan oleh Edward Chace
Tolman (1886-1959). Tolman mengatakan bahwa tingkah laku manusia pada
dasarnya adalah tingkah laku molar (perilaku bekerja, makan, tidur, dll). Dalam
tingkah laku tersebut, terdapat tingkah laku lain yang lebih kecil tingkatannya
yaitu tingkah laku molekuler, seperti gerakan menyendokkan nasi saat seseorang
makan.
Tolman memformulasikan pemikirannya dalam rumus sebagai berikut:

B = f (S.A)

B = Behavior (tingkah laku)


f = Fungsi
S = Situasi atau Stimulus
A = Antecedent (hal-hal yang mendahului S)

Jadi, tingkah laku adalah fungsi dari situasi dan hal-hal yang mendahului
situasi tersebut. Tolman berpendapat bahwa psikologi dapat mencapai objektivitas
maksimum dengan mempelajari hubungan antara B dengan S dan A. (Psikologi
Purposif, Refleksive, dan Behaviorisme (8))

Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari


beberapa komponen seperti: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
karakteristik siswa, media, pembelajaran, lingkungan, dan penguatan (Sugandi,
2007:35). Teori ini mengarahkan siswa untuk berpikir dan mencapai target
tertentu, sehingga siswa menjadi tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Teori ini
memandang pengetahuan adalah objektif, sehingga belajar merupakan proses
perolehan pengetahuan, dan mengajar merupakan proses pemindahan pengetahuan
kepada siswa. Maka dari itu siswa diharapkan memiliki pemahaman yang tidak
berbeda terhadap pengetahuan yang disampaikan. Dengan kata lain, apa yang
diterangkan oleh guru maka itulah yang perlu siswa pahami.

Behaviorisme menjadi lebih populer sejak tahun 1960-an karena adanya


konstruksi tes dan metode-metode kuantitatif. (Saleh, 2018). Selain itu, satu
manfaat atau keuntungan dari behaviorisme adalah kemampuannya untuk
mendefinisikan tentang tingkah laku dengan jelas dan untuk mengukur perubahan
dalam tingkah laku. Menurut the Law of Parsimony, semakin sedikit asumsi yang
dibuat oleh suatu teori, maka teori tersebut semakin bagus dan lebih kredibel.
Oleh karena itu, behaviorisme mencari penjelasan yang sederhana mengenai
tingkah laku manusia dari sudut pandang yang sangat ilmiah.

Salah satu contoh penerapan dari teori ini yang seringkali kita jumpai
sebagai mahasiswa adalah adanya reward bagi mahasiswa yang aktif dalam
mengikuti perkuliahan. Reward berupa nilai tambah bagi mahasiswa merupakan
stimulus yang mendorong mereka untuk berpartisipasi lebih aktif dalam
pembelajaran.
Link video tentang Behaviorisme : Snow, Alana. (2015, Oktober 14).
Behaviorism: Pavlov, Watson, and Skinner. [Video]. Youtube.
https://www.youtube.com/watch?v=xvVaTy8mQrg

References

McLeod, A. S. (2017, February 5). Behaviorist approach. Simply Psychology.

https://www.simplypsychology.org/behaviorism.html

Myers, D. G., & DeWall, C. N. (2016). Psychology in Modules (11th ed.). Worth

Publishers. 978-1-4641-6752-2

N., Pam M.S., (2013, April 28). PURPOSIVE BEHAVIORISM.

PsychologyDictionary.org.

https://psychologydictionary.org/purposive-behaviorism/

Syam, N. W. (2016). Psikologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi (R. K. Soenandar,

Ed.). Remaja Rosdakarya Bandung. 978-979-3782-77-5

Rusli, R.K., & Kholik M.A. (2013). Teori Belajar dalam Psikologi Pendidikan.

Jurnal Sosial Humaniora, 4, 65.

Asfar, A.M.I. T., Asfar, A.M.I. A., & Halamury, M. F. (2019, February). Jurnal.

TEORI BEHAVIORISME (Theory of Behaviorism), (Behaviorisme), 32.

https://www.researchgate.net/profile/Amirfan-Asfar/publication/33123387

1_TEORI_BEHAVIORISME_Theory_of_Behaviorism/links/5c6da922a6f

dcc404ec18291/TEORI-BEHAVIORISME-Theory-of-Behaviorism.pdf

Snow, A. (2015, October 14). Behaviorism: Pavlov, Watson, and Skinner. Youtube

An educational video about Behaviorism: Ivan Pavlov, John Watson, and

B.F. Skinner. https://www.youtube.com/watch?v=xvVaTy8mQrg

Anda mungkin juga menyukai