Anda di halaman 1dari 19

ALIRAN PSIKOLOGI:

(BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK, KOGNITIFISTIK)

Makalah Ini Dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi


Pendidikan

Dosen Pengampu :

Mohammad ErlanggaM.Pd.I

Kelas 1E

Oleh Kelompok 3 :

 Maskur Abdul
 M. Rizal
 Naila Ummil Khoir
 Ruliyana Hamimatul Mandzuroh

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY GENTENG


Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur  senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan limpahan Rahmat,Taufik dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat
serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat
kepada umat manusia.
Makalah ini di  susun guna memenuhi tugas mata kuliah Aswaja
dengan judul “ALIRAN PSIKOLOGI:BEHAVIORISTIK,
HUMANISTIK, KOGNIFISTIK)” dan juga untuk khalayak ramai
sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang
semoga bermanfaat.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan


semaksimal mungkin. Namun, kami menyadiri bahwa dalam
penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan.Maka dari itu kami sebagai penyusun
makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca
makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas
yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Genteng, 22 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI
COVER ..............................................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................................
C. Tujuan ............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Behavioristik ..................................................................................................................
B. Humanistik .....................................................................................................................
C. Kognitifistik ...................................................................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PEMBAHASAN

1. Pengertian Teori Behavioristik


Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia.
Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah
Laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang
Menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum mekanistik.
Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku
Sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan bisa ditentukan.
Menurut Teori ini, seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena
mereka telah mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman terdahulu,
menghubungkan Tingkah laku tersebut dengan hadiah. Seseorang menghentikan
suatu tingkah laku, Mungkin karena tingkah laku tersebut belum diberi hadiah
atau telah mendapat Hukuman. Karena semua tingkah laku yang baik bermanfaat
ataupun yang Merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari.(Eni Fariyatul
Fahyuni, Istikomah. Psikologi Belajar & Mengajar. Sidoarjo. Nizamia Learning
Center. 2016. Hlm:26- 27)
Dalam belajar siswa Seharusnya dibimbing untuk aktif bergerak, mencari,
mengumpulkan, Menganalisis, dan menyimpulkan dengan pemikirannya sendiri
dan bantuan orang Dewasa lainnya berdasarkan pengalaman belajarnya. Inilah
yang disebut belajar Dengan pendekatan inkuiri terbimbing.(Eni Fariyatul
Fahyuni, Developing og Learning Tool at IPA Subyek by Guided Inquiry Model
to Improve Skills Science Process an Understanding Concepts SMPN 2 Porong.
Proceedings of International Research Clinic & Scientific Publications of
Educational Technology. 2016)
Pendekatan psikologi ini mengutamakan pengamatan tingkah laku dalam
Mempelajari individu dan bukan mengamati bagian dalam tubuh atau mencermati
Penilaian orang tentang penasarannya. Behaviorisme menginginkan psikologi
Sebagai pengetahuan yang ilmiah, yang dapat diamati secara obyektif. Data yang
Didapat dari observasi diri dan intropeksi diri dianggap tidak obyektif. Jika ingin
Menelaah kejiwaan manusia, amatilah perilaku yang muncul, maka akan
Memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan.(Desmita. Psikologi
Perkembangan Peserta Didik. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2011. Hlm:44-45)
Jadi,Behaviorisme sebenarnya adalah sebuah kelompok teori yang memiliki
kesamaan Dalam mencermati dan menelaah perilaku manusia yang menyebar di
berbagai Wilayah, selain Amerika teori ini berkembang di daratan Inggris,
Perancis, dan Rusia. Tokoh-tokoh yang terkenal dalam teori ini meliputi
E.L.Thorndike, I.P.Pavlov, B.F.Skinner, J.B.Watson, dll.
1) Thorndike
Menurut Thorndike (1911), salah seorang pendiri aliran tingkah laku,
teori Behavioristik dikaitkan dengan belajar adalah proses interaksi antara
stimulus (yang berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang
juga berupa Pikiran, perasaan, dan gerakan). Jelasnya menurut Thorndike,
perubahan Tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat
diamati), atau yang Non-konkret (tidak bisa diamati). Dalam
implementasinya, siswa sekolah dasar Mengalami peningkatan
kemampuan membaca dengan adanya interaksi siswa Dengan media
belajar, dalam hal ini berupa media cerita bergambar. Belajar Dengan
menggunakan media pembelajaran akan terbentuk proses penguasaan
Karena adanya interaksi dalam belajar (Fahyuni, 2011)Meskipun
Thorndike tidak menjelaskan bagaimana cara mengukur Berbagai tingkah
laku yang non-konkret (pengukuran adalah satu hal yang Menjadi obsesi
semua penganut aliran tingkah laku), tetapi teori Thorndike Telah
memberikan inspirasi kepada pakar lain yang datang sesudahnya. Teori
Thorndike disebut sebagai aliran koneksionisme (connectionism).
Prosedur eksperimennya ialah membuat setiap binatang lepas dari
Kurungannya sampai ketempat makanan. Dalam hal ini apabila binatang
Terkurung maka binatang itu sering melakukan bermacam-macam
kelakuan, Seperti menggigit, menggosokkan badannya ke sisi-sisi kotak,
dan cepat atau Lambat binatang itu tersandung pada palang sehingga kotak
terbuka dan Binatang itu akan lepas ke tempat. (Budi Haryanto, Psikologi
Pendidikan dan pengenalan Teori-teori Belajar, Sidoarjo. Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo. 2004. Hlm:63- 65)
2) Ivan Petrovich Pavlov Classic Conditioning
(pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah Proses yang ditemukan
Pavlov melalui percobaannya terhadap hewan anjing,Di mana perangsang
asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat Secara berulang-
ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Dari Contoh tentang
percobaan dengan hewan anjing bahwa dengan menerapkan Strategi
Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara dengan
Mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan
Pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari
Bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar.(Yudrik Jahja.
Psikologi Perkembangan. Jakarta. 2013. Kencana Prenamadia Group.
Hlm: 100-102)\
3) John B. Watson
Berbeda dengan Thorndike, menurut Watson pelopor yang datang
sesudah Thorndike, stimulus dan respons tersebut harus berbentuk tingkah
laku yang bisa Diamati (observable). Dengan kata lain, Watson
mengabaikan berbagai perubahan Mental yang mungkin terjadi dalam
belajar dan menganggapnya sebagai faktor Yang tidak perlu diketahui.
Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi Dalam benak siswa
tidak penting. Semua itu penting. Akan tetapi, faktor-faktor Tersebut tidak
bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum.Hanya
dengan asumsi demikianlah,menurut Watson, dapat diramalkan Perubahan
apa yang bakal terjadi pada siswa. Hanya dengan demikian pula Psikologi
dan ilmu belajar dapat disejajarkan dengan ilmu lainnya seperti fisika Atau
biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empiris. Berdasarkan
Uraian ini, penganut aliran tingkah laku lebih suka memilih untuk tidak
Memikirkan hal-hal yang tidak bisa diukur, meskipun mereka tetap
mengakui Bahwa hal itu penting.

2. Burrhus Frederic Skinner


Menurut Skinner, deskripsi antara stimulus dan respons untuk
menjelaskan Parubahan tingkah laku (dalam hubungannya dengan
lingkungan) menurut versi Watson tersebut adalah deskripsi yang tidak
lengkap. Respons yang diberikan Oleh siswa tidaklah sesederhana itu,
sebab pada dasarnya setiap stimulus yang Diberikan berinteraksi satu
dengan lainnya, dan interaksi ini akhirnya Mempengaruhi respons yang
dihasilkan. Sedangkan respons yang diberikan juga Menghasilkan
berbagai konsekuensi, yang pada gilirannya akan mempengaruhi Tingkah
laku siswa.Oleh karena itu, untuk memahami tingkah laku siswa secara
tuntas, Diperlukan pemahaman terhadap respons itu sendiri, dan berbagai
konsekuensi Yang diakibatkan oleh respons tersebut (lihat bel-Gredler,
1986). Skinner juga Memperjelaskan tingkah laku hanya akan membuat
segala sesuatunya menjadi Bertambah rumit, sebab alat itu akhirnya juga
harus dijelaskan lagi. Misalnya, Apabila dikatakan bahwa seorang siswa
berprestasi buruk sebab siswa ini Mengalami frustasi akan menuntut perlu
dijelaskan apa itu frustasi. Penjelasan Tentang frustasi ini besar
kemungkinan akan memerlukan penjelasan lain.Begitu seterusnya. (Budi
Haryanto, Psikologi Pendidikan dan pengenalan Teori-teori Belajar. Hlm:
67-70)
3. Tahap-tahap Perkembangan Behavioristik
Fakta penting tentang perkembangan ialah bahwa dasar perkembangan
Adalah kritis. Sikap, kebiasaan dan pola perilaku yang dibentuk selama tahun
Pertama, menentukan seberapa jauh individu berhasil menyesuaikan diri
dalam Kehidupan mereka selanjutnya. Menurut Erikson (Hurlock, 1980: 6)
berpendapat Bahwa masa bayi merupakan masa individu belajar sikap
percaya atau tidak Percaya, bergantung pada bagaiamana orang tua
memuaskan kebutuhan anaknya Akan makanan, perhatian, dan kasih sayang .
Pola-pola perkembangan pertama cenderung mapan tetapi bukan berarti tidak
dapat berubah. Ada 3 kondisi yang Memungkinkan perubahan:
1) Perubahan dapat terjadi apabila individu memperoleh bantuan atau
bimbingan Untuk membuat perubahan.
2) Perubahan cenderung terjadi apabila orang-orang yang dihargai
Memperlakukan individu dengan cara yang baru atau berbeda (kreatif
dan Tidak monoton)
3) Apabila ada motivasi yang kuat dari pihak individu sendiri untuk
membuat Perubahan.
Dengan mengetahui bahwa dasar-dasar permulaan perkembangan
cenderung Menetap,memungkinkan orang tua untuk meramalkan
perkembangan anak Dimasa akan datang. Penganut aliran lingkungan
(behavioristk) yakin bahwa Lingkungan yang optimal mengakibatkan
ekspresi faktor keturunan yang Maksimal. Proses perkembangan itu
berlangsung secara bertahap, dalam arti:
1. Bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju meningkat atau
Mendalam atau meluas secara kualitatif maupun kuantitatif. (prinsip
Progressif)
2. Bahwa perubahan yang terjadi antar bagian dan atau fungsi
Organisme itu terdapat interpedensi sebagai kesatuan integral yang
Harmonis. (prinsip sistematik)
3. Bahwa perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu
Berlangsung secara beraturan dan tidak kebetulan dan
meloncatloncat.(prinsip berkesinambungan).

4. Aplikasi Teori Behavioristik dan Ciri-ciri Terhadap Pembelajaran


1.Aplikasi Teori Behavioristik
1) Mementingkan Pengaruh Lingkungan
2) Mementingkan bagian-bagian
3) Mementingkan Peranan Reaksi
4) Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui
prosedur Stimulus respons
5) Mementingkan perana kemampuan yang telah terbentuk
sebelumnya
6) Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan
Pengulangan
7) Hasil belajar yang dicapai ialah munculnya perilaku yang
diinginkan
2.Ciri – ciri Teori Behavioristik
Pertama,aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari
Kesadarannya, melainkan mengamati perbuatan dan tingkah laku yang
Berdasarkan kenyataan. Pengalamanpengalaman batin di kesampingkan
serta Gerak-gerak pada badan yang dipelajari. Oleh sebab itu,
behaviorisme adalah Ilmu jiwa tanpa jiwa. Kedua, segala perbuatan
dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari unsur-unsur yang
paling sederhana yakni perbuatanperbuatan bukan kesadaran yang
dinamakan refleks. Refleks adalah reaksi Yang tidak disadari terhadap
suatu pengarang. Manusia dianggap sesuatu yang Kompleks refleks atau
suatu mesin. Ketiga, behaviorisme berpendapat bahwa Pada waktu
dilahirkan semua orang adalah sama. Menurut behaviorisme Pendidikan
adalah maha kuasa, manusia hanya makhluk yang berkembang Karena
kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat mempengaruhi reflek
keinginan hati. (Novi Irwan Nahar. Penerapan Teori Belajar Behavioristik
Dalam Proses Pembelajaran.Desember 2016. Jurnal Ilmu Pengetahuan
Sosial Vol.1. hlm:4-5)
B. Pengertian Teori Humanistik
Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi
kemanusiaan Adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap
pengalaman dan tingkah Laku manusia, yang memusatkan perhatian pada
keunikan dan aktualisasi diri Manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi
humanistik ia adalah alternatif, sedangkan Bagi sejumlah ahli psikologi
humanistik yang lainnya merupakan pelengkap bagi Penekanan tradisional
behaviorisme dan psikoanalis. Psikologi humanistik juga memberikan
sumbangannya bagi pendidikan Alternatif yang dikenal dengan sebutan
pendidikan humanistik (humanistic Keseluruhan melalui pembelajaran
nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, Mental, dan keterampilan
dalam berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan Humanistic Aliran
Psikologi Humanistik selalu mendorong peningkatan kualitas diri Manusia
melalui penghargaannya terhadap potensi-potensi positif yang ada pada
Setiap insan. Seiring dengan perubahan dan tuntutan zaman, proses
pendidikan Pun senantiasa berubah.
Aliran humanistik muncul pada tahun 1940-an sebagai reaksi
Ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa dan behavioristik.
Sebagai sebuah aliran dalam psikologi, aliran ini boleh dikatakan Relatif
masih muda, bahkan beberapa ahlinya masih hidup dan terus-menerus
mengeluarkan konsep yang relevan dengan bidang Pengkajian psikologi,
yang sangat menekankan pentingnya Kesadaran, aktualisasi diri, dan hal-
hal yang bersifat positif tentang Manusia.Dalam tulisan singkat ini akan
dijelaskan mulai dari tokohtokoh penting dalam aliran humanistik dan
teorinya yang relevan Dengan psikologi pendidikan, dan diakhiri dengan
aplikasi psikologi Humanistik dalam dunia pendidikan, khususnya dalam
proses Pembelajaran.
B. Tokoh-tokoh Penting dalam Aliran Humanistik dan Teorinya
1. Abraham Maslow
Abraham H. Maslow (selanjutnya ditulis Maslow) adalah Tokoh yang
menonjol dalam psikologi humanistik. Karyanya di Bidang pemenuhan
kebutuhan berpengaruh sekali terhadap upaya Memahami motivasi manusia.
Sebagian dari teorinya yang penting Didasarkan atas asumsi bahwa dalam
diri manusia terdapat dorongan Positif untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan
yang melawan atau Menghalangi pertumbuhan (Rumini, dkk. 1993).
2. Carl R. Rogers
Carl R. Rogers adalah seorang ahli psikologi humanistik yang Gagasan-
gagasannya berpengaruh terhadap pikiran dan praktek Psikologi di semua
bidang, baik klinis, pendidikan, dan lain-lain. Lebih khusus dalam bidang
pendidikan, Rogers mengutarakan Pendapat tentang prinsip-prinsip belajar
yang Ancaman, belajar atas inisiatif sendiri, dan belajar untuk perubahan
(humanistik, yang Meliputi hasrat untuk belajar, belajar yang berarti, belajar
tanpa Rumini,dkk. 1993).
3. Arthur Combs
Perasaan, persepsi, keyakinan dan maksud merupakan Perilaku-perilaku
batiniah yang menyebabkan seseorang berbeda Dengan yang lain. Agar dapat
memahami orang lain, seseorang harus Melihat dunia orang lain tersebut,
bagaimana ia berpikir dan merasa Tentang dirinya. Itulah sebabnya, untuk
mengubah perilaku orang Lain, seseorang harus mengubah
persepsinya.Menurut Combs, perilaku yang keliru atau tidak baik terjadi
Karena tidak adanya kesediaan seseorang melakukan apa yang Seharusnya
dilakukan sebagai akibat dari adanya sesuatu yang Lain, yang lebih menarik
atau memuaskan.
Misalkan guru mengeluh Murid-muridnya tidak berminat belajar,
sebenarnya hal itu karena Murid-murid itu tidak berminat melakukan apa yang
dikehendaki Oleh guru. Kalau saja guru tersebut lalu mengadakan
aktivitasaktivitas yang lain, barangkali murid-murid akan berubah sikap Dan
reaksinya (Rumini, dkk. 1993).
4. Aldous Huxley
Manusia memiliki banyak potensi yang selama ini banyak Terpendam dan
disia-siakan. Pendidikan diharapkan mampu Membantu manusia dalam
mengembangkan potensi-potensi Tersebut, oleh karena itu kurikulum dalam
proses pendidikan harus Berorientasi pada pengembangan potensi, dan ini
melibatkan semua Pihak, seperti guru, murid maupun para pemerhati ataupun
peneliti Dan perencana pendidikan.
Huxley (Roberts, 1975) menekankan adanya pendidikan Non-verbal yang
juga harus diajarkan kepada siswa. Pendidikan Non verbal bukan berwujud
pelajaran senam, sepak bola, bernyanyi Ataupun menari, melainkan hal-hal
yang bersifat diluar materi Pembelajaran, dengan tujuan menumbuhkan
kesadaran seseorang. Proses pendidikan non verbal seyogyanya dimulai sejak
usia dini Sampai tingkat tinggi.
5. David Mills dan Stanley Scher
Ilmu Pengetahuan Alam selama bertahun-tahun hanya dibahas Dan
dipelajari secara kognitif semata, yakni sebagai akumulasi Dari fakta-fakta
dan teori-teori. Padahal, bagaimanapun, praktek Dari ilmu pengetahuan selalu
melibatkan elemen-elemen afektif Yang meliputi adanya kebutuhan akan
pengetahuan, penggunaan Intuisi dan imajinasi dalam usaha-usaha kreatif,
pengalaman yang Menantang, frustasi, dan lain-lain. Berdasarkan fenomena
tersebut, David Mills dan Stanley Scher (Roberts, 1975) mengajukan konsep
Pendidikan terpadu, yakni proses pendidikan yang mengikutsertakan Afeksi
atau perasaan murid dalam belajar.Metode afektif yang melibatkan perasaan
telah bisaa diterapkan Pada murid-murid untuk pelajaran IPS, Bahasa dan
Seni. Sebetulnya Ahli yang memulai merintis usaha ini adalah George Brown,
namun Kedua ahli ini kemudia mencoba melakukan riset yang bertujuan
Menemukan aplikasi yang lebih real dalam usaha tersebut. Penggunaan
pendekatan terpadu ini dilakukan dalam pembelajaran IPA, pendidikan bisnis
dan bahkan otomotif.
5. Aplikasi Aliran Humanistik Dalam Pendidikan
1.Open Education atau Pendidikan Terbuka
Pendidikan Terbuka adalah proses pendidikan yang memberikan
Kesempatan kepada murid untuk bergerak secara bebas di sekitar Kelas dan
memilih aktivitas belajar mereka sendiri. Guru hanya Berperan sebagai
pembimbing. Ciri utama dari proses ini adalah Murid bekerja secara
individual atau dalam kelompok-kelompok Kecil.
Dalam proses ini mensyaratkan adanya pusat-pusat belajar Atau pusat-pusat
kegiatan di dalam kelas yang memungkinkan murid Mengeksplorasi bidang-
bidang pelajaran, topik-topik, ketrampilan ketrampilan atau minat-minat
tertentu. Pusat ini dapat memberikan Petunjuk untuk mempelajari suatu topik
tanpa hadirnya guru dan Dapat mencatat partisipasi dan kemajuan murid untuk
nantinya Dibicarakan dengan guru (Rumini, 1993).
2.Cooperative Learning atau Belajar Kooperatif
Belajar kooperatif merupakan fondasi yang baik untuk
Meningkatkan dorongan berprestasi murid. Dalam prakteknya, Belajar
kooperatif memiliki tiga karakteristik :
a. Murid bekerja dalam tim-tim belajar yang kecil (4 – 6 orang
Anggota), dan komposisi ini tetap selama beberapa minggu.
b. Murid didorong untuk saling membantu dalam mempelajari Bahan
yang bersifat akademik dan melakukannya secara Berkelompok.
c. Murid diberi imbalan atau hadiah atas dasar prestasi Kelompok
3.Independent Learning (Pembelajaran Mandiri)
Pembelajaran Mandiri adalah proses pembelajaran yang Menuntut murid
menjadi subjek yang harus merancang, mengatur Dan mengontrol kegiatan
mereka sendiri secara bertanggung Jawab. Proses ini tidak bergantung
pada subjek maupun metode Instruksional, melainkan kepada siapa yang
belajar (murid), Mencakup siapa yang memutuskan tentang apa yang akan
dipelajari, Siapa yang harus mempelajari sesuatu hal, metode dan sumber
Apa saja yang akan digunakan, dan bagaimana cara mengukur
Keberhasilan upaya belajar yang telah dilaksanakan (Lowry, dalam
Harsono, 2007)
4.Student Centered Learning (Belajar yang Terpusat pada Siswa)
Student Centered Learning atau disingkat SCL merupakan
Strategi pembelajaran yang menempatkan peserta didik secara Aktif dan
mandiri, serta bertanggung jawab atas pembelajaran yang Dilakukan.
Dengan SCL peserta diharapkan mampu mengembangkan Ketrampilan
berpikir secara kritis, mengembangkan system Dukungan social untuk
pembelajaran mereka, mampu memilih gaya Belajar yang paling efektif
dan diharapkan menjadi life long learner Dan memiliki jiwa entrepreneur.
B. Pengertian Kognitif
Istilah cognitive berasal dari kata cognition, yang berarti knowing atau
Mengetahui yang dalam arti luas berarti perolehan, penataan, dan
pengunaan Pengetahuan. (Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan
Pendekatan Baru. (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2011: 65.). Adapun
secara sederhana, dapat dipahami bahwa kemampuan kognitif Adalah
kemampuan yang dimiliki anak untuk berfikir lebih kompleks, serta
Kemampuan penalaran dan pemecahan masalah. Dalam perkembangan
Selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu ranah
psikologis Manusia meliputi perilaku mental yang berhubungan dengan
pemahaman, Pengolahan informasi, pemecahan masalah dan keyakinan.
Untuk memberikan Pemahaman yang lebih utuh, berikut kami kutip
beberapa pendapat ahli.Menurut Chaplin dalam Dictionary of Psycologhy
karyanya, kognisi Adalah konsep umum yang mencakup seluruh bentuk
pengenalan, termasuk Didalamnya mengamati, menilai, memerhatikan,
menyangka, membayangkan, Menduga, dan menilai. Sedangkan menurut
Mayers menjelaskan bahwa kognisi Merupakan kemampuan
membayangkan dan menggambarkan benda atau Peristiwa dalam ingatan
dan bertindakberdasarkan penggambaran ini. (Desmita psikologi
perkembangan peserta didik.hal 98)
Dari Pengertian diatas dapat dipahami bahwa kognisi adalah istilah yang
digunakan Oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental
yang berhubungan Dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan
informasi yang memungkinkan Seseorang untuk memperoleh
pengetahuan.
Tahap – tahap Perkembangan Kognitif
Seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dan psikologi
Anak, Jean Pieget mengklasifikasikan perkembangan kognnitif anak
menjadi 4 Tahap, antara lain,:
1) Tahap Sensory Motor ( berkisar antara usia sejak lahir sampai 2
tahun)Gambarannya, bayi bergerak dari pergerkan refleks
instinktif pada saat Lahir sampai permulaan pemikiran
simbolis.
2) Tahap Pre-Operational (berkisar antara 2-7 tahun)
Gambarannya, anak Mulai mempresentasikan dunia dengan
kata-kata dan gambar-gambar. (kata dan gambar menunjukan
adanya peningkatan pemikiran simbolis)
3) Tahap Concrete Operarational (berkisar antara 7-11 tahun)
Gambarannya, Anak dapat berpikir secara logis mengenai hal
yag konkret dan Mengklasifikasikan benda kedalam bentuk
yang berbeda.
4) Tahap Formal Operational (berkisar antara 11-15 tahun)
Gambarannya, Remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak,
logis, dan idealistis.( ibid hal 101)
Faktor – faktor Penunjang Perkembangan Kognitif
Berdasarkan hasil studi Piaget, terdapat lima faktor yang mempengaruhi
Seseorang pindah tahap perkembangan intelektualnya. Kelima faktor itu
adalah: Kematangan (maturation), pengalaman fisik (physical experience),
pengalaman Logika matematika (logico-methematical experience), transmisi
sosial (social Transmission), dan ekuilibrasi (equilibration).
1) Kematangan yaitu proses perubahan fisiologis dan anatomis,
proses Pertumbuhan tubuh, sel-sel otak, sistem saraf dan manifestasi lainnya
Yang mempengaruhi perkembangan kognitif. Kematangan mempunyai
Peran yang penting dalam
2) perkembangan intelektual. Hal ini ditunjukkan Oleh hasil beberapa
penelitian
3) yang membuktikan adanya perbedaan ratarata usia anak pada tahap
perkembangan yang sama pada satu masyarakat Dengan masyarakat lain
yang berbeda.
4) Pengalaman fisik yaitu pengalaman yang melibatkan seseorang
untuk Berinteraksi dengan lingkungan fisik, memanipulasi obyek-obyek di
Sekitarnya dan membuat abstraksi dari obyek tersebut. Melalui Pengalaman
fisik akan terbentuk pengetahuan fisik dalam diri individu, Karena
pengetahuan fisik merupakan pengetahuan tentang benda-benda Yang ada
“di luar” dan dapat diamati dalam kenyataan eksternal. Salah Satu
perkembangan fisik yang mempengaruhi perkembangan kognitif Adalah
perkembangan otak Otak berkembang paling pesat pada masa bayi. Pada
masa kanak-kanak otak tidak bertumbuh dan berkembang sepesat Masa
bayi. Pada masa awal kanak-kanak, perkembangan otak dan sistem Syaraf
berkelanjutan. Otak dan kepala bertumbuh lebih pesat daripada Bagian
tubuh lainnya. Bertambah matangnya otak, dikombinasikan Dengan
kesempatan untuk mengalami suatu pengalaman melalui rangsangan dari
lingkungan menjadi sumbangan terbesar bagi lahirnya Kemampuan-
kemampuan kognitif pada anak. Artinya, perkembangan Kognitif menjadi
optimal jika ada kematangan dalam pertumbuhan otak Serta ada rangsangan
dari lingkungannya.
3) Pengalaman logika matematika yaitu pengalaman membangun
hubunganhubungan atau membuat abstraksi yang didapat dari hasil interaksi
Terhadap obyek. Dengan pengalaman logika matematika akan terbentuk
Pengetahuan logika matematika dalam diri individu. Pengetahuan logika
Matematika merupakan hubungan-hubungan yang diciptakan subyek dan
Diperlakukan pada obyek-obyek.
4) Transmisi sosial yaitu proses interaksi sosial dalam menyerap unsur-
unsur
Budaya yang berfungsi mengembangkan struktur kognitif. Hal ini dapat
Terjadi melalui informasi yang datang dari orang tua, guru, teman, media
Cetak dan media elektronik. Dengan adanya transmisi sosial akan Terbentuk
pengetahuan sosial dalam diri individu. Pengetahuan sosial
Merupakan pengetahuan yang didasarkan pada perjanjian sosial, suatu
Perjanjian atau kebiasaan yang dibuat oleh manusia. Pengetahuan sosial
Dan pengetahuan fisik merupakan pengetahuan tentang isi yang Bersumber
dari kenyataan yang ada “di luar”, sementara pengetahuan Logika
matematik mengkonstruksi keadaan nyata tersebut melalui pikiran.
5) Ekuilibrasi yaitu kemampuan untuk mencapai kembali keseimbangan
Selama periode ketidak seimbangan. Ekuilibrasi merupakan suatu proses
Untuk mencapai tingkat kognitif yang lebih tinggi melalui asimilasi dan
Akomodasi. Pada proses ini mengintegrasikan faktor-faktor
kematangan,Pengalaman fisik, pengalaman logika matematika, dan
transmisi sosial.(ibid hal 99-100)
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya:
1. Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia.
Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan
tingkah Laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan
(stimulus) yang Menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-
hukum mekanistik. Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini
adalah bahwa tingkah laku Sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa
diramalkan, dan bisa ditentukan.
2. Adapun Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi
kemanusiaan Adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap
pengalaman dan tingkah Laku manusia, yang memusatkan perhatian pada
keunikan dan aktualisasi diri Manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi
humanistik ia adalah alternatif, sedangkan Bagi sejumlah ahli psikologi
humanistik yang lainnya merupakan pelengkap bagi Penekanan tradisional
behaviorisme dan psikoanalis.3.
3. Adapun Istilah cognitive berasal dari kata cognition, yang berarti knowing
atau Mengetahui yang dalam arti luas berarti perolehan, penataan, dan
pengunaan Pengetahuan.
Daftar pustaka

Eni Fariyatul Fahyuni, Istikomah. Psikologi Belajar & Mengajar. Sidoarjo. Nizamia
Learning Center. 2016. Hlm:26- 27)
(Eni Fariyatul Fahyuni, Developing og Learning Tool at IPA Subyek by Guided
Inquiry Model to Improve Skills Science Process an Understanding Concepts SMPN
2 Porong. Proceedings of International Research Clinic & Scientific Publications of
Educational Technology. 2016)
.(Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung. Remaja Rosdakarya.
2011. Hlm:44-45)
Budi Haryanto, Psikologi Pendidikan dan pengenalan Teori-teori Belajar, Sidoarjo.
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. 2004. Hlm:63- 65
Yudrik Jahja. Psikologi Perkembangan. Jakarta. 2013. Kencana Prenamadia Group.
Hlm: 100-102)
Nahar, Novi Irwan. Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses
Pembelajaran. Desember 2016. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol.1.
Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.
Bandung : PT.Remaja Rosda Karya.
ÀDWLQ7Strategi Pembelajaran dengan Paradigma Student
Centered Learning (makalah dalam Lokakarya Peningkatan
Pembelajaran melalui SCL, FPISB UII, Yogyakarta, 4 April 2007).
Harsono, 2007. Student Centered Learning (makalah dalam Lokakarya
Peningkatan Pembelajaran melalui SCL, FPISB UII, Yogyakarta, 4 April 2007).
Roberts, T. B., 1975. Four Psychologies Applied to Education :
Freudian, Behavioral, Humanistic, Transpersonal. New York:
Schenkman Pub. Co.Rumini, S. Dkk. 1993.
Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
YogyakartaWalgito, B. 2000.
Peran Psikologi di Indonesia (Kumpulan Pidato Pengukuhan Guru Besar Fakultas
Psikologi UGM). Yogyakarta: Yayasan Pembina Fakultas Psikologi UGM.

Anda mungkin juga menyukai