Anda di halaman 1dari 14

1

TEORI BEHAVIORISTIK DALAM FILM HALF NELSON

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

(AKDK 3301)

DOSEN PENGAMPU

Dr. Herry porda nugroho putro, M.Pd

Melisa Prawitasari, M,Pd

OLEH :

KELOMPOK 1

Muhammad Akbar Setyawan 1710111210016


Muhammad Iqbal 1710111210017
Miftahul Jannah 1710111220014
Mirlany Maulida 1710111220017
M.Andy Anwari 1710111310005

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

BANJARMASIN

OKTOBER

2018
DAFTAR ISI
Pendahuluan ............................................................................................................................................ 2
A. Latar belakang ............................................................................................................................. 2
B. Rumusan masalah ....................................................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 2
Pembahasan............................................................................................................................................. 3
A. Pengertian teori behavioristic...................................................................................................... 3
B. Kelebihan dan kekurangan teori behavioristic ............................................................................ 5
C. Aplikasi teori behavioristic dalam pembelajaran ........................................................................ 6
D. Synopsis film half nelson ............................................................................................................ 7
E. Pembahasan film ......................................................................................................................... 8
F. Permaslahan dalam film .............................................................................................................. 9
G. Solusi......................................................................................................................................... 10
Penutup ................................................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 12

2
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku
yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui
rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon)
berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan
belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar.
Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fifik terhadap stimulans.
Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku Stimulus -
Respon.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku
tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila
dikenai hukuman. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun
yang membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti :
Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya:
percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang,
olahraga dan sebagainya.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian Dari Teori Belajar Behavioristik?
2. Bagaimana pemikiran tokoh-tokoh terhadap teori belajar Behavioristik?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran Behavioristik?
4. Bagaimana hubungan teori behavioristic dengan film half nelson ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari teori belajar behavioristik
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan dari pemikiran berbagai tokoh-tokoh
terhadap teori belajar Behavioristik
3. Untuk mengetahui dan menjelaskan kelebihan dan kekurangan dalam teori belajar
behavioristik
4. Untuk mengetahui hubungan film half nelson dengan teori belajar behavioristik

3
PEMBAHASAN

A. Teori belajar behavioristik


Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia.
Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah
laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang
menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum mekanistik. Asumsi
dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya
ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan bisa ditentukan. Menurut teori ini,
seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah mempelajarinya,
melalui pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut
dengan hadiah. Seseorang menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah
laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Karena semua
tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun yang merusak, merupakan tingkah laku
yang dipelajari. ( Eni Fariyatul Fahyuni, Istikomah. 2016:26-27 )

Tokoh-tokoh yang terkenal dalam teori ini meliputi :


1. Thorndike
Menurut Thorndike (1911), salah seorang pendiri aliran tingkah laku,
teori behavioristik dikaitkan dengan belajar adalah proses interaksi antara
stimulus (yang berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga
berupa pikiran, perasaan, dan gerakan). Jelasnya menurut Thorndike,
perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati),
atau yang non-konkret (tidak bisa diamati). Meskipun Thorndike tidak
menjelaskan bagaimana cara mengukur berbagai tingkah laku yang non-
konkret (pengukuran adalah satu hal yang menjadi obsesi semua penganut
aliran tingkah laku), tetapi teori Thorndike telah memberikan inspirasi kepada
pakar lain yang datang sesudahnya. Teori Thorndike disebut sebagai aliran
koneksionisme (connectionism).Prosedur eksperimennya ialah membuat setiap
binatang lepas dari kurungannya sampai ketempat makanan. Dalam hal ini
apabila binatang terkurung maka binatang itu sering melakukan bermacam-
macam kelakuan, seperti menggigit, menggosokkan badannya ke sisi-sisi
kotak, dan cepat atau lambat binatang itu tersandung pada palang sehingga
kotak terbuka dan binatang itu akan lepas ke tempat makanan.
( Budi Haryanto, 2004:63-65 )

2. Ivan Petrovich Pavlov


Classic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah
proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap hewan anjing,

4
di mana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat
secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Dari
contoh tentang percobaan dengan hewan anjing bahwa dengan menerapkan
strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara dengan
mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan
pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari
bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.(Yudrik
Jahja, 2013:100-102 )

3. John B. Watson
Berbeda dengan Thorndike, menurut Watson pelopor yang datang
sesudah Thorndike, stimulus dan respons tersebut harus berbentuk tingkah
laku yang bisa diamati (observable). Dengan kata lain, Watson mengabaikan
berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan
menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui. Bukan berarti
semua perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa tidak penting. Semua
itu penting. Akan tetapi, faktor-faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah
proses belajar sudah terjadi atau belum. Hanya dengan asumsi demikianlah,
menurut Watson, dapat diramalkan perubahan apa yang bakal terjadi pada
siswa. Hanya dengan demikian pula psikologi dan ilmu belajar dapat
disejajarkan dengan ilmu lainnya seperti fisika atau biologi yang sangat
berorientasi pada pengalaman empiris. Berdasarkan uraian ini, penganut aliran
tingkah laku lebih suka memilih untuk tidak memikirkan hal-hal yang tidak
bisa diukur, meskipun mereka tetap mengakui bahwa hal itu penting. ( Budi
Haryanto, 2004: 67-70 )

4. Burrhus Frederic Skinner


Menurut Skinner, deskripsi antara stimulus dan respons untuk
menjelaskan parubahan tingkah laku (dalam hubungannya dengan lingkungan)
menurut versi Watson tersebut adalah deskripsi yang tidak lengkap. Respons
yang diberikan oleh siswa tidaklah sesederhana itu, sebab pada dasarnya setiap
stimulus yang diberikan berinteraksi satu dengan lainnya, dan interaksi ini
akhirnya mempengaruhi respons yang dihasilkan. Sedangkan respons yang
diberikan juga menghasilkan berbagai konsekuensi, yang pada gilirannya akan
mempengaruhi tingkah laku siswa. Oleh karena itu, untuk memahami tingkah
laku siswa secara tuntas, diperlukan pemahaman terhadap respons itu sendiri,
dan berbagai konsekuensi yang diakibatkan oleh respons. Skinner juga
memperjelaskan tingkah laku hanya akan membuat segala sesuatunya menjadi
bertambah rumit, sebab alat itu akhirnya juga harus dijelaskan lagi. Misalnya,
apabila dikatakan bahwa seorang siswa berprestasi buruk sebab siswa ini
mengalami frustasi akan menuntut perlu dijelaskan apa itu frustasi. Penjelasan
tentang frustasi ini besar kemungkinan akan memerlukan penjelasan lain.
Begitu seterusnya. ( Budi Haryanto, 2004:67-70)

5
Pendekatan psikologi ini mengutamakan pengamatan tingkah laku
dalam mempelajari individu dan bukan mengamati bagian dalam tubuh atau
mencermati penilaian orang tentang penasarannya. Behaviorisme
menginginkan psikologi sebagai pengetahuan yang ilmiah, yang dapat diamati
secara obyektif. Data yang didapat dari observasi diri dan intropeksi diri
dianggap tidak obyektif. Jika ingin menelaah kejiwaan manusia, amatilah
perilaku yang muncul, maka akan memperoleh data yang dapat
dipertanggungjawabkan keilmiahannya. Jadi, behaviorisme sebenarnya adalah
sebuah kelompok teori yang memiliki kesamaan dalam mencermati dan
menelaah perilaku manusia yang menyebar di berbagai wilayah, selain
Amerika teori ini berkembang di daratan Inggris, Perancis, dan Rusia.
( Desmita, 2011. hlm:44-45 )

B. Kelebihan dan kekurangan teori Behavioristik


1. Kelebihan teori behavioristic
a. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan
kondisi belajar.
b. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan
belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan, baru ditayangkan kepada
guru yang bersangkutan.
c. Mampu membentuk suatu perilaku yang diinginkan mendapatkan
penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat
penghargaan negatif yang didasari pada perilaku yang tampak.
d. Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan,
dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah
terbentuk sebelumnya.
e. Bahan pelajaran yang disusun secara hierarki dari yang sesederhana
sampai pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam
bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu
keterampilan tertentu mampu menghasilkan suatu perilaku yang
konsisten terhadap bidang tertentu.
f. Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimulus yang lainnya dan
seterusnya sampai respons yang diinginkan muncul.
g. Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan
praktik dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur kecepatan,
spontanitas, dan daya tahan.
h. Teori behavioristik cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang
masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi,
dan harus dibiasakan, suka meniru, dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung ( M.Thobroni.2015:71-72)

6
2. Kekurangan Teori Behavioristik
a. Sebuah konsekuensi bagi guru untuk menyusun bahan pelajaran dalam
bentuk yang sudah siap.
b. Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini.
c. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar
yang efektif.
d. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh
behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk
menertibkan siswa.
e. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat
dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru.
f. Murid hanya mendengarkan dnegan tertib penjelasan guru dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar
yang efektif sehingga inisiatif siswa terhadap suatu permasalahan yang
muncul secara temporer tidak bisa diselesaikan oleh siswa.
g. Cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir linier, konvergen, tidak
kreatif,tidak produktif, dan mendudukan siswa sebagai individu yang
pasif.Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifat mekanistik
dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.

Penerapan metode yang salah dalam pembelajaran mengakibatkan


terjadinya proses pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa.
( M.Thobroni.2015:72-73)

C. Aplikasi Teori Behavioristik dalam pembelajaran.


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah
ciri-ciri kuat yang mendasari, yaitu sebagai berikut.
1. Mementingkan pengaruh lingkungan
2. Mementingkan bagian-bagian
3. Mementingkan peranan reaksi
4. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur
stimulus respons.

7
5. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya.
6. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
7. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.

Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma


behavioristik akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga
tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru.
Guru tidak banyak memberi ceramah,tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-
contoh, baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun
secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.

Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yabg ditandai dengan


pencapaian suatu keterampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang
dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan
digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang
diharapkan dari penerapan teori behavioristik adalah terbentuknya suatu perilaku yang
diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang
kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas
perilaku yang tampak..

Metode behavioristik sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang


membutuhkan praktik dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur, seperti
kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, daya tahan, dan sebagainya. Contohnya
percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang,
olahraga, dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak
yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa ; suka mengulangi dan harus
dibiasakan; suka meniru; dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung,
seperti diberi permen atau pujian.

D. Sinopsis film Half Nelson


Menceritakan guru dan murid yang saling menjaga satu sama lain dari
kerasnya kehidupan, terutama dunia narkoba. Dan Dunne adalah guru SMA muda
yang idealismenya layu dan mati dalam menghadapi realitas. Hari demi hari di kelas
brooklyn nya yang lusuh, entah bagaimana ia dapat menemukan energi untuk

8
menginspirasi muridnya yang berumur 13 dan juga 14-tahun untuk memeriksa segala
sesuatu dari hak-hak sipil ke perang saudara dengan semangat baru. Ia menolak
kurikulum standar demi mendukung pendekatan edgier, dan mengajarkan murid-
muridnya bagaimana mengubah workson. Ia mengajarkan mereka menjadi pribadi
yang berpikir sendiri.
Meskipun dan brilian, dinamis dan mengendalikan kelas, ia menghabiskan
waktunya di luar sekolah di kesadaran yang tipis. Di awal film kita melihat dan
sedang merokok di ruang ganti sekolah setelah dia melatih tim basket cewek.
Sementara di sana, salah satu pemainnya, drey menangkap dia sedang dalam keadaan
tinggi akibat narkoba. Ketika plot bergerak maju, kita belajar sedikit tentang
bagaimana atau mengapa dan terlibat dengan narkoba. Kita akan menemukan bahwa
mantan pacarnya telah berhasil melewati rehabilitasi narkoba, dan bahwa keluarga
dunne memiliki dela tersendiri. Tapi fleck menetapkan kebingungan pada penonton
sepanjang film. Ia meninggalkan lubang besar pertanyaan bagi penonton untuk
mengisinya, bukan langsung memberitahu cerita mengenai kehidupan dan.
Masalah drey ini lebih jelas terbilang dari filmnya daripada dan. Orangtuanya
drey tidak bersama-sama, dan ayahnya tidak bertanggung jawab dan tampaknya tidak
terlibat dalam hidupnya. Saudara drey, mike, sedang di penjara karena menjual obat
dan menjadi dealer obat di lingkungan. Ibu drey ini terus-menerus bekerja sebagai
emt untuk menjaga keluarga tetap bersama-sama. Kurangnya pengawasan orang
dewasa yang tepat terhadap drey membuat dia menjadi sasaran operasi frank.
Ketegangan dalam film berasal dari upaya drey untuk menyelamatkan dan dari
konsekuensi kebiasaan narkoba. Selain itu, berasal dari dan yang berupaya untuk
menjaga drey mengikuti jejak kakaknya mike. Kedua orang ini lebih mampu untuk
menyelamatkan satu sama lain daripada untuk menyelamatkan diri sendiri.

E. Mengenai film half nelson

Film half nelson merupakan sebuah film drama yang dirilis tahun 2006. Dalam
film ini Dan Dunne, tokoh utama di film ini diperankan oleh Ryan Gosling, seorang
guru sejarah yang mengajar di sebuah sekolah menengah di Brooklyn. Tidak hanya
itu, ia juga menyempatkan diri sebagai pelatih tim basket puteri disana. Meski dikenal
sebagai sosok guru yang cukup dekat dan disukai oleh para murid berkat gaya

9
mengajarnya, namun pihak sekolah kurang menyukai cara mengajar Dunne yang
dianggap melenceng dari standar kurikulum yang telah ditetapkan.

Tapi diluar sosoknya sebagai seorang guru yang bisa menjadi teladan, Dunne
ternyata merupakan seorang pecandu narkoba dan selalu menghisap kokain secara
sembunyi-sembunyi. Suatu hari seusai pertandingan, Dunne secara diam-diam
menghisap kokain di tempat itu tanpa ia ketahui salah seorang pemain sekaligus
muridnya di kelas, Drey (Shareeka Epps) masih berada di sana dan memergoki Dunne
sedang teler. Yang terjadi setelah kejadian tersebut justru semakin kuatnya kedekatan
diantara mereka berdua. Dunne yang merasa bersalah atas kejadian tersebut merasa
perlu untuk berbuat hal yang baik dan menjaga Drey, sedangkan Drey sendiri
membutuhkan sosok seperti Dunne setelah kakaknya di penjara dan ayahnya tidak
lagi bersedia mengurus Drey dan sang ibu. Begitulah Half Nelson, sebuah kisah yang
tidak hanya bercerita tentang bagaimana hubungan antara guru dan muridnya tapi
lebih dari itu ini adalah kisah tentang orang-orang yang terjebak dalam kesepian.
Dunne dan Drey masing-masing punya masalah mereka sendiri yang membuat
mereka seolah menghadapi hidup sendiri dan akhirnya mereka saling menemukan dan
mengisi hidup satu sama lain.

Hubungan guru dan murid yang satu ini memang terasa begitu menarik,
karena meski kita jelas merasa keduanya saling mengisi, tapi keintiman yang terjalin
antara keduanya memberikan konflik tersendiri karena sesungguhnya mereka adalah
guru dan murid. Memang tidak ada tendensi lebih dalam hubungan keduanya semisal
hasrat asmara cinta terlarang dan sebagainya, tapi Half Nelson memaparkan dengan
baik bagaimana status antara guru dan murid seolah memiliki tembok pembatas yang
begitu tebal diantara keduanya. Pandangan sosial yang aneh melihat guru dan murid
khususnya yang berbeda gender begitu dekat memang membuat seorang murid sendiri
merasa segan untuk lebih dekat dan berbagi tentang banyak hal dengan sang guru.
Sebaliknya seorang guru untuk menghindari pandangan negatif tersebut secara sadar
atau tidak sadar membatasi diri dalam berhubungan lebih dekat dengan murid-
muridnya, padahal seharusnya guru bukan hanya bertugas mengajar pelajaran di
dalam kelas namun juga sebagai sosok pembimbing dan orang tua kedua bagi para
muridnya.

10
Selain hubungan Dunne dan Drey, plot utama dari Half Nelson juga berkisah
tentang sebuah perubahan. Dalam berbagai kesempatan mengajar, Dunne sering
membahas berbagai hal dalam sejarah yang pada intinya berkisah tentang keberanian
untuk merubah sesuatu secara radikal kearah yang lebih baik. Sosok Dunne sendiri
tengah berusaha untuk berubah. Dia menyadari kelakuan buruknya sebagai seorang
guru dan dia berusaha berubah dengan mencoba melakukan sesuatu yang ia anggap
baik dan benar. Kedekatannya dengan Drey sendiri didasari oleh keinginan tersebut.
Dia ingin berbuat sebuah kebaikan kepada muridnya tersebut yang ia harapkan bakal
menjadi suatu perubahan yang lebih baik dalam hidupnya. Disamping hal tersebut.
Half Nelson juga memiliki sebuah sub cerita tentang bagaimana sosok guru di dalam
kelas. Apa yang diajarkan Dunne dianggap melenceng dari kurikulum, apakah itu
merupakan kesalahan? Bisa ya bisa juga tidak. Karena seitdaknya ia benar-benar tahu
apa yang ia ajarkan dan murid-muridnya merasa nyaman dengan caranya mengajar.

Pujian patut diberikan pada duo Ryang Gosling dan Shareeka Epps atas akting
serta chemistry kuat antara keduanya. Shareeka sanggup dengan begitu baik
memerankan sosok Drey yang tengah mencari sosok yang menuntun dan menemani
kehidupannya serta tengah berusaha mencari arah hidup yang menurutnya benar.
Sedangkan Gosling sempurna sebagai sosok guru sekaligus pria yang juga berada
dalam kesendirian dan tengah terjebak pada dilema dalam norma kehidupannya.
Mungkin pada akhirnya Half Nelson masih belum terlalu maksimal bagi saya tapi
film ini tetap terasa mengesankan berkat segala kesederhanaan yang ditampilkan
dalam kisah yang dituturkan dengan rapih tersebut.

“Sejarah adalah pelajaran yang melakukan perubahan dari masa ke masa.”


Apa itu perubahan? Perubahan tiada lain adalah perlawanan. Sejarah adalah
perubahan sekaligus perlawanan. Perlawanan di mana minoritas menentang
mayoritas. Karena sebelum menjadi mayoritas ia terlebih dahulu adalah minoritas.

F. Permasalahan dalam film Half Nelson

Film Half Nelson yaitu seorang guru Sejarah yang mengajar di sebuah sekolah
di Brooklyn. Tidak hanya itu dia juga menyempatkan menjadi guru olahraga Basket
Putri disana. Pada pihak sekolah kurang menyukai cara mengajarnya karena Dunne

11
dianggap melenceng dari standar Kurikulum yang telah ditetapkan ditempat dia
mengajar Sejarah. diluar sosoknya sebagai Guru Sejarah Dunne juga merupakan
pecandu Narkoba dan selalu menghisap Kokain secara sembunyi-sembunyi. Dunne
juga memiliki pergaulan yang sangat bebas, minum-minuman beralkohol dan seks
diluar nikah seakan sudah menjadi hal wajar dalam dirinya.

Selain Dunne ada juga siswa bernama Drey yang muncul dalam permasalahan
film. Dimana Drey juga memiliki permasalahan, terutama ketika ia harus terlibat
dengan sekelompok orang yang mengedarkan narkoba. Drey menjadi bawahan Frank
yang menyuruhnya untuk membantu Frank dalam menjual narkoba. Hal ini
dilakukannya karena kekurangan biaya hidup sebab ayahnya tidak bersedia lagi
mengurus Drey dan ibunya, serta kakanya yang masuk penjara.

G. SOLUSI
Dunne tengah berusaha untuk berubah. Dia menyadari kebiasaan buruknya
tidaak pantas sebagai seorang guru dan dia berusaha berubah dengan mencoba
melakukan sesuatu yang lebih baik. Dunne berusaha mengamati tingkah lakunya dan
muridnya Drey, agar ia bisa memahami dan mencoba mencari jalan keluar terbaik
untuk permasalahan yang mereka hadapi. Dengan cara saling memahami, sehingga
mereka mampu memposisikan satu sama lain yang dapat memberikan ilmu
pengetahuan juga pengalaman hidup serta permasalahan mereka.
Kesadaran antara guru dan murid ini berawal ketika Drey memergoki Dunne
yang tengah menghisap kokain. Tentu saja hal tersebut disesali oleh Dunne, sehingga
membuatnya sadar akan kelakuan tak wajar tersebut. Disisi lain Drey sendiri
membutuhkan sosok seperti Dunne setelah kakaknya di penjara dan ayahnya tidak
lagi bersedia mengurus Drey dan sang ibu.

12
PENUTUP

Kesimpulan

belajar behavioristik merupakan teori belajar memahami tingkah laku manusia yang
menggunakan pendekatan objektif, mekanistik, dan materialistik, sehingga perubahan tingkah
laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian. mempelajari tingkah
laku seseorang seharusnya dilakukan melalui pengujian dan pengamatan atas tingkah laku
yang terlihat, bukan dengan mengamati kegiatan bagian-bagian dalam tubuh. Teori ini
mengutamakan pengamatan, sebab pengamatan merupakan suatu hal penting untuk melihat
terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Dengan kata lain, perilaku memusatkan
pada interaksi dengan lingkungannya yang dapat dilihat dan diukur. Prinsip-prinsip perilaku
diterapkan secara luas untuk membantu orang-orang mengubah perilakunya ke arah yang
lebih baik.

SARAN

seorang guru yang tidak hanya memeberikan ilmu pengetahuan kepada muridnya ,
tapi juga mampu menjadi pembimbing dan teman yang baik bagi muridnya dan ikut serta
memecahkan masalah yang dihadapi muridnya meskipun guru tersebut juga memiliki suatu
permasalahan. Guru dan siswa dapat menjalin suatu hubungan yang lebih dekat agar dapat
guru dapat membantu permasalahan belajar juga permasalahan lingkungan siswa. Sehingga
memudahkan dalam proses pembelajaran

13
DAFTAR PUSTAKA

Fahyuni, Eni Fariyatul & Istikomah. 2016. Psikologi Belajar & Mengajar.Sidoarjo:Nizamia Learning
Center.

Haryanto, Budi. 2004. Psikologi Pendidikan dan pengenalan Teori-teori Belajar,Sidoarjo:Universitas


Muhammadiyah Sidoarjo.

Jahja, Yudrik. 2013. Psikologi Perkembangan. Jakarta:Kencana Prenamadia Group

M.Thobroni.2015. Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA

Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Di akses tanggal 2 oktober " Sinopsis Half Nelson " ( https://filmbor.com/half-nelson/sinopsis/)

Di akses tanggal 2 oktober " Film half nelson " ( http://movfreak.blogspot.com/2013/09/half-nelson-


2006.html?m=1 )

14

Anda mungkin juga menyukai