Oleh :
Komalasari 192153064
Dosen Pengampu:
Ernita Susanti, S.Pd., M.Pd.
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada Nabi Muhammad saw yang telah membimbing manusia menuju
alam kedamaian, berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits, keluarga beliau, sahabat-
sahabat serta orang yang istiqamah mengikuti jalan mereka dengan ahsan.
Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada ibu mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran yang telah memberikan kesempatan waktu sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Belajar dan Pembelajaran
dengan judul “Teori Behavioristik”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis menemui beberapa kendala.
Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya. Semoga makalah ini bisa
dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori belajar Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh
Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang
berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan
akan menghilang bila dikenai hukuman.
Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang
membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti :
Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya,
contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan
komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan
untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang
dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang
dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau puji.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimana teori belajar behavioristik menurut para ahli ?
2. Apa kelebihan dan kekurangan teori behavioristik?
3. Bagaimana Implikasi teori belajar Behavioristic dalam pembelajaran
Fisika?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui teori belajar behavioristic menurut para ahli.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori behavioristik.
3. Untuk mengetahui Implikasi teori belajar Behavioristic dalam
pembelajaran Fisika?
1
2
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini,
a. Bagi penulis, diharapkan makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang
dalam mengenai teori belajar behavioristic menurut para ahli, kekurangan
dan kelebihan teori behavioristic dan implikasi teori belajar behavioristic
dalam pembelajaran fisika.
b. Bagi pembaca, makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi atau
gambaran mengenai teori belajar behavioristic dalam proses pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
Albert menjadi takut terhadap tikus putih itu. Dengan eksperimen itu
Watson menyatakan bahwa ia telah berhasil membuktikan bahwa
pelaziman dapat mengubah perilaku secara nyata.
Dalam pembelajaran yang didasarkan pada hubungan Stimulus-
respons ini, Watson mengemukakan dua prinsip penting yaitu (1) recency
principle (prinsip kebaruan), dan (2) frequency principle (prinsip
frekuensi). Menurut recency principle jika suatu stimulus baru saja
menimbulkan respons, maka kemungkinan stimulus itu untuk
menimbulkan respons yang sama apabila diberikan umpan lagi akan lebih
besar daripada kalau stimulus itu diberikan umpan setelah lama berselang.
Menurut frequency principle apabila suatu stimulus lebih sering
menimbulkan suatu respons, maka kemungkinan stimulus itu akan
menimbulkan respons yang sama pada waktu yang lain akan lebih besar.
disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberikan ceramah,
tetapi intruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri
maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang
sederhana sampai pada yang kompleks.
Menurut Goodstein, 1972 dalam Corey (2013:203) “peran konselor adalah
menunjang perkembangan tingkah laku yang secara sosial layak dengan
secara sistematis memperkuat jenis tingkah laku clien semacam itu”.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai
dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Menurut Corey (2013: 199)
tujuan umum terapi bahvioristik adalah menciptakan kondisi-kondisi baru
bagi proses belajar. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang
diinginkan dapat menjadi kebiasaan.
Kesalahpahaman umum adalah bahwa tujuan-tujuan client ditentukan dan
dipaksakan oleh terapi tingkah laku. Tampaknya ada unsur kebenaran dalam
anggapan tersebut, terutama jika menyinggung beberapa situasi, misalnya
situasi di rumah sakit jiwa (Corey,2013:200).
1. Kelebihan
Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behaviouristik terdapat
beberapa kelebihan di antaranya :
a. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan
kondisi belajar.
b. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh
kemampuan yang menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan,
refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
c. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan
belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada
guru yang bersangkutan
d. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan
harus dibiasakan , suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
2. Kekurangan
Teori Thorndike terlalu memandang manusia sebagai mekanisme dan
otomatisme disamakan hewan.
a. Memandang belajar merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan
respon.
b. Mengabaikan pengertian belajar sebagai unsure pokok.
c. Proses belajar berlangsung secara teoritis
10
sesuai dengan stimulus yang diberikan. Menurut Santrock (2011, hal 233) “one
of the strategies for using applied behavior analysis to change behaviori is
focus on what you want students to do, rather than on what you want them not
to do”. Belajar fisika berarti belajar mengenai konsep fisika yang saling terkait
antara satu dengan yang lain.
Penerapan teori Thorndike tentang adanya perilaku yang muncul akibat
lingkungan akan meningkat jika di beri rangsangan yang
disertai reinforcement. Sebagai contoh seorang guru memberikan apresiasi dan
selamat kepada siswa yang mampu menjawab pertanyaan. Maka siswa tersebut
akan merasa aktive untuk berusaha menjawab setiap diadakan kegiatan Tanya
jawab.
Pavlov mengungkapkan adanya rangsangan yang menyenangkan akan
direspon dan akan di ulang. Sebagai contoh guru memberikan senyuman dan
apresiasi kepada siswa yang mengerjakan PR (pekerjaan rumah), maka siswa
tersebut akan mengulang untuk mengerjakan soal setiap diberikan PR.
Clark C. Hull mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran harus dibuat
kondisi rasa ingin tahu. Implementasi pada pembelajaran fisika bisa diterapkan
dengan memberikan dua hal yang bertentangan dalam memberikan suatu contoh.
Dengan demikian muncul rasa ingin tahu dan termotivasi untuk belajar.
Bentuk hukum pertama dari Thorndike Law of readiness itu yaitu
persiapan untuk bertindak, ready to act. Seorang anak yang mempunyai
kecenderungan untuk bertindak dan kemudian melakukan kegiatan, sedangkan
tindakannya itu mengakibatkan ketidakpuasan bagi dirinya, akan selalu
menghindarkan dirinya dari tindakan-tindakan yang melahirkan ketidakpuasan
itu. Seorang anak yang tidak mempunyai kecenderungan untuk bertindak atau
melakukan kegiatan tertentu, sedangkan orang tersebut ternyata melakukan
tindakan, maka apa yang dilakukannya itu akan menimbulkan rasa tidak puas
bagi dirinya. Dia akan melakukan tindakan lain untuk menghilangkan
ketidakpuasan tersebut. Dari ciri-ciri di atas dapat disimpulkan bahwa seorang
anak akan lebih berhasil belajarnya, jika ia telah siap untuk melakukan
kegiatan belajar.
Hukum yang kedua adalah Hukum latihan (law of exercise), yaitu semakin
sering suatu tingkah laku diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut
akan semakin kuat. Interpretasi dari hukum ini adalah semakin sering suatu
pengetahuan itu dibentuk maka akan mengakibatkan terjadinya asosiasi antara
stimulus dan responakan semakin kuat. Jadi, hukum ini menunjukkan prinsip
utama belajar adalah pengulangan. Semakin sering suatu materi pelajaran
diulangi maka materi pelajaran tersebut akan semakin kuat tersimpan dalam
ingatan (memori). Dalam pembelajaran fisika, hal ini dapat dilakukan dengan
guru memberikan latihan berupa soal-soal yang berhubungan dengan materi
yang diberikan.
12
Hukum yang ketiga adalah hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan
stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan
cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan, suatu tindakan yang
diikuti akibat yang menyenangkan, maka tindakan tersebut cenderung akan
diulangi pada waktu yang lain. Sebaliknya, suatu tindakan yang diikuti akibat
yang tidak menyenangkan, maka tindakan tersebut cenderung akan tidak
diulangi pada waktu yang lain. Dalam hal ini, tampak bahwa hukum akibat
tersebut ada hubungannya dengan pengaruh ganjaran dan hukuman. Setiap
pembelajaran yang berpegang pada teori belajar behavioristik telah terstruktur
rapi, dan mengarah pada bertambahnya pengetahuan pada siswa. Selain itu,
menurut pandangan Skinner dalam Hanafy (2014) kesempatan terjadinya
peristiwa yang menimbulkan respons belajar,baik konsekuensinya sebagai
hadiah maupun teguran atau hukuman. Dengan demikian, pemilihan stimulus
yang deskriminatif dan penggunaan penguatan dapat merangsang individu
lebih giat belajar, sehingga belajar merupakan hubungan antara stimulus
dengan respons (S–R).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini, sebagai berikut:
1. Penekanan Teori Behviorisme adalah perubahan tingkah laku setelah
terjadi proses belajar dalam diri siswa. Teori Belajar Behavioristik
mengandung banyak variasi dalam sudut pandangan. Pelopor-pelopor
pendekatan Behavioristik pada dasarnya berpegang pada keyakinan bahwa
banyak perilaku manusia merupakan hasil suatu proses belajar dan karena
itu, dapat diubah dengan belajar baru. Behavioristik berpangkal pada
beberapa keyakinan tentang martabat manusia, yang sebagian bersifat
falsafah dan sebagian lagi bercorak psikologis.
2. Teori behaviorisme menurut Hull dikelompokkan dalam enam kategori
dan 16 postulat. (1) Tanda-tanda luar yang mendorong atau membimbing
tingkah laku dan representasi neuralnya atau saraf, (2) Respon terhadap
kebutuhan, hadiah, dan kekuatan kebiasaan, (3) Stimulus pengganti
(ekuaivalen), (4) Dorongan-dorongan sebagai akitivator respon, (5)
Faktor-faktor yang melawan respon-respon, (6) Bangkitnya respon.
Aplikasi teori Hull dalam pendidikan yaitu: Driver: Pembelajaran harus
menginginkan sesuatu. Cue: Pembelajaran harus memerhatikan
sesuatu.Response: Pembelajaran harus melakukan sesuatu. Reinforcement:
Respons pembelajaran harus membuatnya mendapatkan sesuatu yang
diinginkannya.
3. Kekurangan:
Siswa menjadi terbiasa diberikan stimulus. Dalam hal ini, jika stimulus
ditiadakan, atau guru tidak memberikan stimulus, maka tidak akan ada
respons, suatu proses pembelajaran tidak berlangsung dengan baik.
Dengan adanya stimulus, menjadikan siswanya ketergantungan untuk
diberikan stimulus oleh gurunya. Karena dalam hal ini, pembelajaran
siswa terpusat pada guru. Hingga akhirnya, hanya berorientasi pada hasil
yang bisa diukur saja.
Kelebihan:
Dengan adanya stimulus respon sebanyak-banyaknya dalam suatu proses
pembelajaran, maka suatu proses pembelajaran tersebut menjadikan
siswanya aktif dalam kegiatan belajar. Siswanya menjadi termotivasi
untuk mengerjakan suatu tugas yang diberikan oleh guru jika dalam
pemberian stimulusnya, siswa diberikan suatu reward. Dalam hal ini juga,
dengan adanya stimulus, dapat melatih kecepatan, kelenturan atau
fleksibilitas, spontanitas, refleks, dan daya tahan.
13
14
B. Saran
Adapun saran penulis setelah menulis makalah ini, adalah: untuk
memperthatikan kembali point-point utama mengenai pengertian teori
behavioristic menurut para ahli sehingga menjadi suatu pemahaman yang
lebih mudah dipahami, kemudian untuk dapat menerapkan teori-teori ini
dalam pembelajaran yang sesuai sehingga akan menciptakan pribadi anak
yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
15