DISUSUN OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Teori-teori belajar
behavioristik serta aplikasi pembelajaran dari para ahli behavioristik ” ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Feri Tiona
Pasaribu, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen mata kuliah Belajar dan Pembelajaran matematika di
UNJA yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Ibu serta rekan-
rekan demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori belajar Behavioristik merupakan teori yang berpandangan bahwa belajar adalah
proses perubahan tingkah laku melalui stimulus respon. Dengan kata lain,belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya yang bertujuan merubah
tingkah laku dengan cara interaksi antara stimulus dan respon.Dalam konsep belajar
behavioristik, siswa dikatakan belajar jika terjadi perubahan prilaku ke arah yang lebih baik.
Salah satu tokoh pengusung teori ini adalah Edward Thorndike yang dikenal dengan teori
Koneksionisme. Menurut Thorndike, belajar merupakan proses koneksi antara stimulus respon
yang berujung kepada perubahan tingkah laku. Hubungan stimulus respon ini menurut
Thorndike dapat diperkuat dengan adanya kesiapan dalam menerima perubahan tingkah laku
tersebut (Law of Readiness), diberikan pengulangan (Law of Exercise) dan diberikan
penghargaan (Law of Effect). Dalam pembelajaran khususnya matematika, guru memastikan
kesiapan siswa dalam belajar, agar stimulus yang diberikan dapat diterima baik oleh siswa dan
memunculkan respon yang diinginkan. Stimulus yang diberikan hendaknya sering diulang
agar hubungan stimulus respon semakin kuat salah satunya dengan memberikan latihan
ataupun penekanan konsep oleh guru. Selain itu, hubungan ini juga dapat diperkuat dengan
memberikan penghargaan kepada siswa. Sehingga menimbulkan kepuasan bagi mereka.
PEMBAHASAN
Tokoh-tokoh teori belajar behavioristic antara lain adalah Ivan Pavlov, John B.Watson,
B.F Skinner dan Edward Thorndike.
Pada saat Pavlov melakukan eksperimen ia juga menemukan konsep lain yang masih
berhubungan dengan pengkondisian
Singkatnya, Ivan Pavlov menyatakan bahwa teori classical inditioning merupakan semua
organisme perilaku dapat terjadi secara refleks dan di batasi oleh rangsangan yang
sederhana. Ia menyatakan bahwa (conditioning refleks) berguna untuk memberikan respon
yang sesuai harapan melalui lingkungan dengan tuntutan yang ada pada lingkungan itu
sendiri. Teori operant conditioning berhubungan langsung pada perilaku manusia yang
dapat di lihat serta di amati secara langsung melalui perbuatan yang terjadi sebelum nya.
Jika konsekuensi dari hal sebelum nya menyenangkan maka seorang anak tersebut akan
melalukan nya berulang kali. Tetapi jika kondisi nya tidak menyenangkan maka ia tidak
akan mamu mengulangi hal yang sama untuk terjadi lagi.
3. Terdiri dari pengalaman baik masa lalu dan yang baru saja, materi fisik dan sosial.
Lingkungan yang akan memberikan contoh dan individu akan belajar dari semua itu.
4. Memusatkan pada perilaku hewan. Manusia dan hewan sama, jadi mempelajari
perilaku hewan dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia.
Kelemahan Teori Watson
1. Teori ini menganggap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis
2. Keaktifan dan penentuan pribadi tidak diharapkan
3. Peranan latihan atau kebiasaan terlalu ditonjolkan
4. Pada manusia, teori ini hanya dapat diterima dalam hal-hal belajar kecekatan (skill)
tertentu.
Penerapan Teori Watson
a. Konsep stimulus diterapkan pada proses pembelajaran dalam bentuk penjelasan
tentang tujuan, ruang lingkup dan relevansi pembelajaran.
b. Konsep respons diterapkan dalam bentuk jawaban siswa terhadap pertanyaan lisan,
soal-soal tes dan ujian setelah materi disampaikan.
Watson (1970), setelah mengadakan eksperimen, ia menyimpulkan bahwa
pengubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui latihan atau
membiasakan mereaksi atas stimulus-stimulus yang dialaminya.
c. Pada diri seseorang sebenarnya terdapat potensi untuk mengadakan seleksi terhadap
unsur-unsur penting dari yang kurang/tidak penting hingga akhirnya dapat
menentukan respon yang tepat (seleksi respon).
d. Orang cenderung memberi respon yang sama terhadap situasi yang sama (adanya
respon yang sama).
e. Orang cenderung mengadakan assosiative shifting, ialah menghubungkan respon
yang ia kuasai dengan situasi tertentu tatkala menyadari bahwa respon yang ia kuasai
dengan situasi tersebut mempunyai hubungan (adanya hubungan respon).
f. Manakala suatu respon cocok dengan situasinya relatif lebih mudah untuk dipelajari
(adanya concept shifting).
Kelebihan Teori Thorndike
Teori Thorndike menganggap belajar adalah suatu proses mencoba-coba dimana ketika teori
ini diterapkan dalam proses belajar maka akan menghasilkan banyak pengalaman berharga
bagi seseorang.
Kekurangan Teori Thorndike
1. Terlalu menganggap manusia itu memiliki sifat otomatisme yang sama seperti hewan.
Meski dilapangan benar adanya bahwa manusia juga memiliki sifat otomatisme,
namun teori trial and error mutlak bagi manusia.
2. Teori ini dianggap terlalu mengagungkan konsep stimulus dan respon sehingga ketika
di aplikasikan kepada manusia, manusia terkesan seperti mesin dan robot.
Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat
melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan
perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
3. Menentukan materi pembelajaran (pokok bahasan, sub pokok bahasan, topic, sub
topic dan sebagainya).
4. Menyajikan materi pelajaran.
5. Memberikan stimulus berupa pertanyaan (lisan atau tulisan), tes, latihan, dan
tugas-tugas.
6. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan.
7. Memberikan penguatan/reinforcement positif dan negative.
8. Memberikan stimulus baru.
9. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan (mengevaluasi hasil belajar).
10. Memberikan penguatan.
2.7 Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik Apabila Diaplikasikan Dalam Proses
Belajar dan Pembelajaran
1. Kelebihan Teori Behavioristik
a. Membisakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi belajar.
b. Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar
mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru ditanyakan pada guru yang
bersangkutan.
c. Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan pengakuan positif
dan prilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative yang didasari pada
prilaku yang tampak.
d. Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat
mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika
anak sudha mahir dalam satu bidang tertentu, akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan
pembiasaan dan pengulangan yang berkesinambungan tersebut dan lebih optimal.
e. Bahan pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang
kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian‐bagian kecil yang ditandai
dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu mampu menghasilakan suatu prilaku
yang konsisten terhadap bidang tertentu.
f. Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimuls yang lainnya dan seterusnya
sampai respons yang diinginkan muncul.
g. Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsur‐unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan.
h. Teori behavioristik juga cocok diterapakan untuk anak yang masih membutuhkan
dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru,
dan suka dengan bentuk‐bentuk penghargaan langsung.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Teori Behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat
menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan
atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Stimulus
adalah apa saja yang diberikan pendidik kepada pembelajar, sedangkan respon adalah reaksi
atau tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh pendidik tersebut.
Tokoh-tokoh teori belajar behavioristic antara lain adalah Pavlov, Gutrie, Watson,
Skinner dan Thorndike.
Menurut Ivan Pavlov menyatakan bahwa teori classical inditioning merupakan semua
organisme perilaku dapat terjadi secara refleks dan di batasi oleh rangsangan yang sederhana.
Ia menyatakan bahwa (conditioning refleks) berguna untuk memberikan respon yang sesuai
harapan melalui lingkungan dengan tuntutan yang ada pada lingkungan itu sendiri.
Menurut Watson, ia menyatakan bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus
dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang
dapat diamati dan dapat diukur.
Menurut Thorndike belajar dapat dilakukan dengan mencoba-coba (trial and error).
Mencoba-coba ini dilakukan, manakala seseorang tidak tahu bagaimana harus memberikan
respon atas sesuatu. Dalam mencoba-coba ini seseorang mungkin akan menemukan respon
yang tepat berkaitan dengan persoalan yang dihadapinya.
Menurut Skinner belajar adalah hubungan antara stimulus dengan respon yang
ditunjukkan individu atau subyek terjadi melalui interaksi dengan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA