Anda di halaman 1dari 16

Makalah Belajar Dan Pembelajaran

“Teori Belajar Behavioristik”

Dosen Pembimbing :

Dr. Hj. Darmyti, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 5

Abu Kumus’an Ali : 1910122310014

Martoen Japugau : 1910122710001

Nanda Akhmadi Adam :1910122310014

Nurul Huda : 1910122220013

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

BANJAR BARU 2021


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Kami mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Teori
Belajar Behavioristik” ini tepat pada waktunya. Laporan hasil makalah ini semata-
mata hanya untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kesalahan,


untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan.

            Akhirnya kami berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Banjar baru, 10 februari 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

BAB II.....................................................................................................................6

PEMBAHASAN.....................................................................................................6

A. Karakteristik Teori Belajar Behavioristik...............................................6

B. Pendapat Para Ahli Teori Belajar Behavioristik.....................................7

C. Aplikasi Teori Belajar Behvioristik dalam Pembelajaran....................11

BAB III..................................................................................................................15

PENUTUP.............................................................................................................15

A. Kesimpulan................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

Belajar merupakan proses bagi manusia untuk menguasai berbagai


kompetisi, keterampilan dan sikap. Proses belajar dimulai sejak manusia masih
bayi sampai sepanjang hayatnya. Kapasitas manusia untuk belajar merupakan
karakteristik penting yang membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya.
Kajian tentang kapasitas manusia untuk belajar, terutama tentang bagaimana
proses belajar terjadi pada manusia mempunyai sejarah panjang dan telah
menghasilkan beragam teori. Salah satu teori belajar yang dikenal adalah teori
belajar behavioristik (sering diterjemahkan secara bebas sebagai teori perilaku
atau teori tingkah laku). .

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai


akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan
perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh, siswa belum dapat berhitung
perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat dan gurunya sudah mengajarkan
dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan
perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukkan
perubahan perilaku sebagai hasil belajar.

Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa
stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. STIMULUS adalah apa
saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya daftar perkalian, alat peraga,
pedoman kerja, atau cara-cara tertentu, untuk membantu belajar siswa, sedangkan
RESPON adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru.
Menurut teori behavioristik, apa yang terjadi di antara stimulus dan respon
dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat
diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa
saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons),
semuanya harus dapat diamati dan dapat diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat
terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut
BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik merupakan teori belajar yang lebih


mengutamakan pada perubahan tingkah laku siswa sebagai akibat adanya
stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya yang bertujuan
merubah tingkah laku dengan cara interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut Watson tingkah laku siswa merupakan hasil dari pembawaan
genetis dan pengaruh lingkungan, sedangkan menurut Pavlov merujuk
pada sejumlah prosedur pelatihan antara satu stimulus dan rangsangan
muncul untuk menggantikan stimulus lain dalam mengembangkan respon,
terakhir menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respons terjadi
karena melalui interaksi dengan lingkungan yang kemudian menimbulkan
perubahan tingkah laku. Dengan demikian, teori belajar behavioristik lebih
memfokuskan untuk mengembangkan tingkah laku siswa ke arah yang
lebih baik

Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya,


melainkan mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan
kenyataan. Pengalamanpengalaman batin di kesampingkan serta gerak-
gerak pada badan yang dipelajari. Oleh sebab itu, behaviorisme adalah
ilmu jiwa tanpa jiwa. Kedua, segala perbuatan dikembalikan kepada
refleks. Behaviorisme mencari unsur-unsur yang paling sederhana yakni
perbuatanperbuatan bukan kesadaran yang dinamakan refleks. Refleks
adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu pengarang. Manusia
dianggap sesuatu yang kompleks refleks atau suatu mesin. Ketiga,
behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang
adalah sama. Menurut behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa,
manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan,
dan pendidikan dapat mempengaruhi reflek keinginan hati.

B. Pendapat Para Ahli Teori Belajar Behavioristik


1. Premis dasar teori belajar behavioristik

Menurut teori belajarbehavioristik, belajar merupakan perubahan


tingkah laku hasil interaksi antara stimulus dan respons, yaitu respons
manusia untuk memberikan respons tertentu berdasarkan stimulus
yang dating dari luar.Proses S-R ini terdiri dari beberapa unsur, yaitu
dorongan atau “drive”stimulus atau rangsangan , respons, dan
penguatan atau “reinforcement”.

Teori belajar behavioristik menekankan pada hasil belajar


(outcome), yaitu perubahan tingkah laku yang dapat dilihat, dan tidak
begitu memperhatikan apa yang terjadi didalam otak manusia karena
hal tersebut tidak dapat dilihat.

2. Classical conditioning – Pavlov

Percobaan yang dilakukan oleh Ivan Petrovich Pavlov (1849 –


1936) merupakan upaya untuk meneliti “conditioned reflexes” atau
refleks terkondisi. Dalam percobaan Pavlov , seekor anjing akan
berliur jika mencium bau daging. Bau daging merupakan stimulus
yang tak terkodisi, sementara liur merupakan respon (repleks) ysng
tidak terkondisi. Kemudian daging ditambah dengan cahaya lampu dan
digukan sebagai sebagai stimulus. Setelah pengulangan beberapa kali ,
diperoleh hasil bahwa anjing sudah akan berliur hanya oleh cahaya
lampu , tanpa ada daging (prpses asosiasi). Dengan demikian cahaya
lampu menjadi stimulusyang terkondisi, dan liur menjadi respons yang
terkondisi.
Teori Pavlov didasarkan pada reaksi system tak terkondisi dalam
diri seseorang , reaksi emosional yang dikontrol oleh system urat
syaraf otonom, serta gerak refleks setelah menerima stimulus dari
luar.Ada 3 parameter yang diperkenalkan Pavlov melalui teori
Classical Conditioning , yaitu reinforcement, extinction, and
spontaneous recovery (penguatan, penghilangan, penengembalian
spontan). Menurut Pavlov , respons terkondisiyang paling sederhana
diperoleh melalui serangkaian penguatan yaitu tindak lanjut atau
penguatan yang terus berulang dari suatu stimulus terkondisi yang
diikuti stimulus tak terkondisi dan respons tak terkondisipada interval
tertentu.

3. Connectionism – Thorndike

Dasar – dasar teori connectionism dari Edward L. Thorndike


(1874-1949) diperoleh juga dari sejulah penelitian yang dilakukan
terhadap perilaku binatang. Penelitian – penelitian Thorndike pada
dasarnya dirancang untuk mengetahui apakah binatang mampu
memecahkan masalah dengan menggunakan “reasoning” atau akal,
dan atau dengan mengkombinasikan beberapa proses berpikir dasar.

Dalam penelitiannya , Thorndike menggunakan beberapa jenis


binatang , yaitu anak ayam , anjing, ikan, kucing dan kera. Percobaan
yang dilakukan mengharuskan bintang-binatang tersebut keluar
kendang untuk memperoleh makanan. Untuk keluar dari kendang ,
binatang-binatang tersebut harus membuka pintu, menumpahkan
badan , dan mekanisme lolos lainnya yang sengaja dirancang.

Dari hasil penelitiannya , Thorndike menyimpulkan bahwa respons


untuk keluar kendang secara bertahap diasosiasikan dengan suatu
situasi yang menampilkan stimulus dalam suatu proses coba-coba (trial
and error). respons yang benar secara tahap diperkuat melalui
serangkaian proses coba – coba, sementara respons yang tidak benar
melemah atau menghilang. Teori Connectionism Thorndike ini juga
dikenal dengan nama “instrumental conditioning” , karena respons
tertentu akan dipilih sebagai instrument dalam memperoleh”reward”
atau hasil yang memuaskan.

4. Behavioorism – Watson

Walaupun John. Watson (1878-1958) bukanlah ahli pertama yang


melakukan kajian terhadap perilaku manusia dalam proses belajar,
namun Watson lah yang melakukan penyimpulan atas teori Classical
Conditioning dari Pavlov dan teori Connectionism dari Thorndike.
Teori perilaku dari Watson sangat dipengaruhi oleh teori Pavlov
maupun Thorndike yang menjadi landasan utamanya.

Menurut Watson, stimulus dan respons yang menjadi konsep dasar


dalam teori perilaku pada umumnya , haruslah berbentuk tingkah laku
yang dapat diamati(observable). Dengan demikian, Watson
mengabaikanberbagai perubahan mental yang mungkin terjadidalam
belajar , karena dianggap terlalu kompleks untuk diketahui. Watson
menyatakan bahwa semua perubahan mental yang terjadi dalam benak
siswa adalah penting, namunhak itu tidak dapat menjelaskanapakah
perubahan tersebut terjadi karena proses belajar atau proses
pematangan semata, hanya dengan tingkah laku dapat diamati
(observable) maka prubahan yang bakal terjadi pada seseorang sebagai
hasil proses belajar dapat diramalkan.

Interaksi antara stimulus dan respons terhadap berbagai situasi –


proses- pengkondisian- menurut Watson merupakan proses
penegmbangan kepribadian seseorang. Peryataan Watson tersebut
dilandaskan kepada penelitian yang dilakukannya terhadap sejumlah
bayi. Watson mengemukakan bahwa pada dasarnya bayi yang baru
lahir hanya memiliki 3 jenis respons emosional yaitu takut, marah ,
dan sayang.

5. Penerapan teori belajar Pavlov, Thorndike, dan Watson dalam


proses pembelajaran.

Teori belajar Classical Condationing dari Pavlov,


Connectionismdari Thorndike, dan Behaviorism dari Watson
merupakan teori -teori dasar dari aliran perilaku dengan premis dasar
yang relative sama. Teori- teori ini dikemudian hari dikembangkan
atau dimodifikasi oleh berbagai ahli menjadi beragam tori-teori baru
dalam aliran perilaku, yang kemudian disebut aliran perilaku baru
(neo-behaviorism).

Konsep stimulus (Pavlov, Thorndike, Watson) diterapkan dalam


proses pembelajaran dalam bentuk penjelasan tentang tujuan, ruang
lingkup, dan relavasi pembelajaran, dan dalam bentuk penyajian
materi. Kemudian konsep respons (Pavlov, Thorndike, Watson)
diterapkan dalam bentukjawaban siswa terhadap soal-soal tes dan atau
ujian setelah materi disajikan, atau hasil karya siswa setelah prosedur
pembuatan karya disampaikan. Dalam proses pengkondisan , berlaku 3
dalil tentang belajar yaitu dalil sebab akibat, dalil latihan \pembiasaan,
dan dalil kesiapan (Thordike).

Proses pembelajara juga akan berjalan dengan baik jika ada


dorongan atau kebutuhan yang jelas dari pihak guru maupun siswa.
Hal ini dioperasioanlkan dalam bentuk tujuan intruksional atau tujuan
pembelajaran (umum maupun khusus) , yang harus dapat diukur
sehingga perubahan perilaku siswa dapat terlihat jelas terlihat sebagai
akibat dari proses pembelajaran (Watson).
C. Aplikasi Teori Belajar Behvioristik dalam Pembelajaran

Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah


pengembangan teori dan praktek pendidikkan dan pembelajaran
hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respons
atau perilaku tertentu dapat dibentuk karena dikondisi dengan cara
tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement,
dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Istilah-istilah seperti hubungan stimulus-respon, individu atau
siswa pasif, perilaku sebagai hasil belajar yang tampak, pembentukan
perilaku (shaping) dengan penataan kondisi secara ketat, reinforcement
dan hukuman, ini semua merupakan unsurunsur yang sangat penting
dalam teori behavioristik. Teori ini hingga sekarang masih merajai
praktek pembelajaran di Indonesia. Hal ini tampak dengan jelas pada
penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat paling dini, seperti
Kelompok bermain, Taman Kanak-kanak, Sekolah-Dasar, Sekolah
Menengah, bahkan sampai di Perguruan Tinggi, pembentukan perilaku
dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan reinforcement atau
hukuman masih sering dilakukan Aplikasi teori behavioristik dalam
kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti; tujuan
pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori
behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti,
tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi,
sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar
adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar atau siswa.
Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap
pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar
atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur
pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat
dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses
berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan
tersebut.
Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu
yang ada di dunia nyata telah tersetruktur rapi dan teratur, maka siswa
atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang
jelas dan ditetapkan lebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin
menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih
banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau
ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan
sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan belajar atau
kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi
hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai
penentu keberhasilan belajar. Siswa atau siswa adalah obyek yang
harus berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus
dipegang oleh sistem yang berada di luar diri siswa.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas
“mimetic”, yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau
tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampilan
yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke
keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat,
sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku
teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan
kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Thorndike (Schunk, 2012)
kemudian merumuskan peran yang harus dilakukan guru dalam proses
pembelajaran, yaitu: 1. Membentuk kebiasaan siswa. Jangan berharap
kebiasaan itu akan terbentuk dengan sendirinya 2. Berhati hati jangan
smpai membentuk kebiasaan yang nantinya harus diubah. Karena
mengubah kebiasaan yang telah terbentuk adalah hal yang sangat sulit.
3. Jangan membentuk dua atau lebih kebiasaan, jika satu kebiasaan
saja sudah cukup 4. Bentuklah kebiasaan dengan cara yang sesuai
dengan bagaimana kebiasaan itu akan digunakan.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara
terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi
hasil belajar menuntut satu jawaban benar. Maksudnya, bila siswa
menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini
menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.
Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan
pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan
pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa
secara individual.
Salah satu contoh pembelajaran behavioristik adalah pembelajaran
terprogram (PI/Programmed Instruction), di mana pembelajaran
terprogram ini merupakan pengembangan dari prinsip-prinsip
pembelajaran Operant conditioning yang di bawa oleh Skinner. Dalam
Schunk (2012) PI melibatkan beberapa prinsip pembelajaran. Dalam
pembelajaran terprogram, materi dibagi menjadi frame-frame secara
berurutan yang setiap frame memberikan informasi dalam potongan
kecil dan dilengkapi dengan test yang akan direspon oleh siswa.
Pada jaman modern ini, aplikasi teori behavioristik berkembang
pada pembelajaran dengan powerpoint dan multimedia. Dalam
pembelajaran dengan powerpoint, pembelajaran cenderung terjadi satu
arah. Materi disampaikan dalam bentuk powerpoint yang telah disusun
secara rinci. Sementara itu pada pembelajaran dengan multimedia,
siswa diharapkan memiliki pemahaman yang sama dengan
pengembang, materi disusun dengan perencanaan yang rinci dan ketat
dengan urutan yang jelas, latihan yang diberikan pun cenderung
memiliki satu jawaban benar. Feedback pada pembelajaran dengan
multimedia cenderung diberikan sebagai penguatan dalam setiap soal,
hal ini serupa dengan program pembelajaran yang pernah
dikembangkan Skinner (Collin, 2012), dimana Skinner
mengembangkan model pembelajaran yang disebut “teaching
machine” yang memberikan feedback kepada siswa bila memberikan
jawaban benar dalam setiap tahapan dari pertanyaan test, bukan
sekedar feedback pada akhir test.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Teori belajar behavioristik merupakan teori belajar yang lebih


mengutamakan pada perubahan tingkah laku siswa sebagai akibat adanya
stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan
yang dialami siswa dalam hal kemampuannya yang bertujuan merubah
tingkah laku dengan cara interaksi antara stimulus dan respon

Aplikasi Teori Behavioristik


1. Mementingkan Pengaruh Lingkungan
2. Mementingkan bagian-bagian 6
3. Mementingkan Peranan Reaksi
4. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui
prosedur stimulus respons
5. Mementingkan perana kemampuan yang telah terbentuk
sebelumnya
6. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan
pengulangan
7. Hasil belajar yang dicapai ialah munculnya perilaku yang
diinginkan
DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/
343384767_belajar_dan_pembelajaran

Modul-Teori-Belajar-Dan-Pembelajaran.

https://core.ac.uk/download/pdf/151573599.pdf

Anda mungkin juga menyukai