NIM : 4101419029
Prodi : Pendidikan Matematika
Mata Kuliah : Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika
TEORI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
TEORI BEHAVIORISTIK
A. TEORI THORNDIKE
1. Sejarah Thorndike
Erdward L. Thorndike (1873-1949) adalah seorang psikologi terkemuka di
Amerika Serikat yang teori pembelajarannya-koneksionisme-dominan di negeri
tersebut. Ia menerapkan sebuah pendekatan eksperimental ketika mengukur hasil-
hasil yang dicapai oleh siswa. Pengaruhnya terhadap pendidikan ditandai dengan
adanya Thorndike Award (Penghargaan Thorndike), penghargaan tertinggi yang
diberikan oleh Devisi Psikologi Pendidikan Asosiasi Psikologi Amerika kepada
kontribusi- kontribusi besar terhadap psikologi pendidikan. (Schunk, D.H, 2012:
101).
2. Definisi Belajar Menurut Thorndike
Teori belajar koneksionisme dikembangkan oleh Thorndike tahun 1913.
Terjadi hubungan (koneksionisme) antara stimulus-respon pada panca indera
dengan kecenderungan untuk bertindak. Teori ini juga dinamai teori
stimulusrespon. Belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus dan
respon sebanyak–banyaknya. (Susanto, B, 2010: 76).
3. Eksperimen Thorndike
Eksperimen menggunakan seekor kucing dan kucing tersebut mencapai tujuannya
(keluar kandang) dengan lebih cepat dan membuat lebih sedikit kesalahan
sebelum akhirnya merespon dengan benar. Dari eksperimen tersebut dapat
disimpulkan bahwa
1) belajar dapat terjadi dengan dibentuknya hubungan, atau ikatan, atau asosiasi,
ataupun koneksi neural yang kuat antara stimulus dan respons. 2) untuk
dicapainya hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan
untuk memilih respon yang tepat, serta melalui usaha – usaha atau percobaan
(trials) dan kegagalan (error) terlebih dahulu. Dengan ini Thorndike mengutarakan
bila bentuk paling dasar dari belajar adalah trial dan error learning atau selecting
dan connecting learning (dengan ini teori belajar Thorndike disebut teori
koneksionisme). (Schunk, D.H, 2012: 101)
4. Hukum-Hukum Teori Thorndike
- Hukum latihan (law of exercise), yaitu apabila asosiasi antara stimulus dan
respon sering terjadi, maka asosiasi itu akan terbentuk semakin kuat.
- Hukum akibat (law of effect), yaitu apabila asosiasi yang terbentuk antara
stimulus dan respon diikuti oleh suatu kepuasan maka asosiasi akan semakin
meningkat.
- hukum kesiapan, maksud dari hukum kesiapan disini terdapat empat rumus
yang digunakan sebagai berikut :
a. Bila seseorang sudah siap melakukan suatu tingkah laku, maka
pelaksanaan tingkah laku tersebut memberi kepuasan baginya sehingga
tidak akan melakukan tingkah laku lain.
b. Bila seseorang sudah siap melakukan sesuatu tingkah laku, tetapi tidak
dilaksanakan tingkah laku tersebut, maka akan menimbulkan kekecewaan
baginya, sehingga menyebabkan dilakukanya tingkah laku lain untuk
mengurangi kekecewaanya.
c. Bila seseorang belum siap melakukan suatu tingkah laku tetapi dia
harus melakukanya, maka akan menimbulkan ketidakpuasan, sehingga
dilakukan tingkah laku lain untuk menghalangi terlaksananya tingkah laku
tersebut.
d. Bila seseorang belum siap melakukan suatu tingkah laku dan tidak
dilakukanya tingkah laku tersebut, maka akan menimbulkan kepuasan.
5. Revisi Teori Thorndike
- Hukum latihan ditinggalkan, karena ditemukan bila pengulangan saja tidak
cukup untuk memperkuat hubungan stimulus dengan respons.
- Hukum akibat direvisi, karena dalam penelitianya lebih lanjut ditemukan
bahwa hanya sebagian saja dari hukum ini yang benar.
B. TEORI SKINNER
1. Biografi Ringkas B.F. Skinner
Burhuss Frederick Skinner lahir 20 Maret 1904, di kota kecil Pennsylvania
Susquehanna. Anak pertama pasangan William Skinner dan Grace Mange Burrhus
Skinner. Ayahnya adalah seorang pengacara, dan ibunya yang kuat dan cerdas
sebagai ibu rumah tangga.
B.F Skinner (Bruss Frederic Skinner, 1904- 1990)adalah seorang Psikolog
Amerika pada abad 20-an dan termasuk psikolog yang berpengaruh di dunia. Pada
tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of
Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori
operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan
yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of
Behavior”. Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the
Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika
(Sahakian,1970).
2. Pembelajaran menurut Aliran Behavioristik
Pembelajaran menurut aliran behavioristik adalah upaya membentuk tingkah
laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan
lengkungan dengan tingkah laku siswa (Rifa’i, 2011: 205). Berikut merupakan
contoh penguatan positif dalam pembelajaran :
- Penguatan sosial; berupa senyuman, pujian.
- Penguatan aktivitas; pemberian mainan.
- Penguatan simbolik; uang, nilai.
b. Pengondisian Opera
Penelitian operant conditioning dilakukan Skinner dengan objek tikus. Seekor
tikus dimasukan ke dalam kotak Skinner (Skinner box); kotak kecil yang
kedap, memisahkan tikus dari lingkungan normal dan memungkinkan peneliti
mengontrol seluruh variasi lingkungan, mengontrol dan mencatat kejadian
stimulus dan respon terjadi.
- Pembentukan
Pembentukan (shaping) adalah suatu prosedur ketika peneliti atau
lingkungan memberikan suatu penghargaan atas perkiraan kasar dari
perilaku tersebut, lalu perkiraan yang lebih dekat, dan terakhir, perilaku
yang diinginkan tersebut. Melalui proses penguatan perkiraan berkala,
peneliti atau lingkungan secara bertahap membentuk suatu kumpulan yang
kompleks dan final dari perilaku (Skinner, 1953).
- Penguatan
Menurut Skinner (1978a),penguatan (reinforcement) memiliki dua efek:
memperkuat perilaku dan memberikan penghargaan pada orang tersebut.
Oleh karena itu, penguatan dan penghargaan tidak sama. Setiap perilaku
diberi penguatan tidak selalu bersifat memberikan penghargaan ata
menyenangkan bagi orang tersebut.
Penguatan Positif
Setiap stimulus yang saat dimasukkan dalam suatu situasi,
meningkatkan kemungkinan bahwa suatu perilaku akan terjadi disebut
penguat positif (positive reinforcement) (Skinner, 1953). Contoh umum
dari penguat positif, yaitu makan, air, seks, uang, persetujuan social,
dan kenyamanan fisik.
Penguatan Negatif
Menghilangkan suatu stimulus yang tidak disukai dari suatu situasi dari
situasi dapat meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku sebelumnya
akan terjadi. Menghilangkan hal tersebut dapat berakibat pada
penguatan negatif (negative reinforcement) (Skinner, 1953).
Hukuman
hukuman (punishment) adalah pemberian stimulus yang tidak
menyenangkan, seperti setrumen, atau menghilangkan stimulus yang
menyenangkan, seperti memutuskan telepon seorang remaja. Penguaran
negative menguatkan suatu respons, sementara hukuman tidak.
Perbandingan Penguatan dan Hukuman
terdapat dua macam hukuman. Hukuman pertama 23 membutuhkan
pemberian stimulus yang tidak di sukai, sedangkan hukuman yang
kedua melibatkan penghilangan suatu penguatan positif. Contoh dari
hukuman yang pertama adalah rasa sakit yang dirasakan karena jatuh
ditrotoar bersalju akibat berjalan terlalu cepat. Contoh hukuman yang
kedua adalah denda yang sangat tinggi yang dikenakan pada seorang
pengendara motor akibat mengendarai motor terlalu cepat.
6. Organisme Manusia
Menurut Sinner (1987) perilaku manusia dan kepribadian manusia dibentuk oleh
tiga kekuatan : (1) seleksi alam, (2) praktik budaya, (3) sejarah seseorang atas
penguatan yang diterimanya. Akan tetapi, pada akhirnya seleksi alam, sejak
pengondisian operan adalah suatu proses yang berevolusi dan praktik budaya
menjadi aplikasi spesialnya.
b. Definisi Belajar
Belajar adalah mekanisme yang membuat individu menjadi berfungsi
sebagai anggota masyarakat secara kompeten. Belajar juga melahirkan
semua keterampilan, 36 pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai yang didapat
oleh manusia. Dalam pengertian umum belajar merupakan perubahan
disposisi kapabilitas (kemampuan) manusia yang bertahan dalam jangka
waktu yang lama dan bukan hasil dari pertumbuhan. Ketika didefinisikan
secara formal, belajar menghasilkan berbagai disposisi yang dipertahankan
yang tercermin dalam berbagai macam perilaku atau hasil kinerja tertentu,
yaitu perbandingan antara hasil kinerja sebelumnya dengan sesudah
pembelajaran. Menurut Gagne, kapabilitas (kemampuan) ini terdiri dari
komponen mental (disposisi yang dipertahankan) dan komponen perilaku
(kinerja). Kedua komponen kapabilitas ini didapatkan oleh manusia melalui
stimulasi dari lingkungan, dan pemrosesan kognitif yang mengubah
stimulus dari lingkungan menjadi kapabilitas baru.
2. Komponen Belajar
Lima variasi belajar yang dikemukakan Gagne adalah informasi verbal,
keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap, dan strategi kognitif.
Kelima variasi belajar ini merepresentasikan hasil belajar yang merupakan
kapabilitas.
a. Informasi Verbal
Informasi verbal dimulai sejak masa kanak-kanak awal ketika bayi
mulai belajar nama-nama objek, hewan, dan peristiwa. Berlanjut
disepanjang hayat saat mereka belajar tentang dunia sekitar. Karakteristik
esensial dari informasi verbal yaitu dapat ditulis atau dikatakan
(diverbalkan), dan beberapa kata dari informasi verbal memiliki makna
bagi individual. Informasi verbal mengacu pada memilih teks yang
terkoneksi secara bermakna, dan mengorganisasikan bagian-bagian
informasi. Hasil dari informasi verbal adalah menyatakan informasi.
b. Keterampilan Intelektual
Yang termasuk dalam keterampilan intelektual adalah membedakan,
mengombinasikan, menabulasikan, mengklasifikasikan, mengaalisis, dan
mengkuantifikasikan objek, kejadian, dan simbol-simbol lain. Contohnya,
menerjemahkan ton menjadi kilogram.
Keterampilan intelektual terdiri dari empat keterampilan lain yaitu:
Belajar diskriminasi, merupakan merespon secara berbeda pada
karakteristik yang membedakan objek.Contohnya, membedakan
gambar segitiga tertutup dengan geometris lainnya.
Belajar konsep konkret dan definisi, merupakan mengidentifikasi
objek atau kegiatan sebagai anggota dari satu kelompok konsep,
belajar melalui pertemuan langsung dengan contoh
konkret.Contohnya, mengidentifikasi berbagai bentuk segitiga dari
segitiga yang tinggi sampai yang lebar.
Belajar kaidah atau aturan, merupakan merespon satu kelompok
situasi dengan kelompok kinerja yang berkaitan.Contohnya,
menjawab 5 x (2 + 3) dengan menjumlahkan (5 x 2) + (5 x 3)
Belajar pemecahan masalah, merupakan memecahkan masalah
dengan mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya.Contohnya, untuk mencari FPB dari 15 dan 30 harus
mengetahui dan mengaplikasikan pemfaktoran atau faktorisasi
prima dari 15 dan 30.
c. Strategi Kognitif
objek strategi kognitif adalah proses pemikiran individu yang belajar itu
sendiri. Strtaegi kognitif yang membantu siswa dalam mengelola belajar
dan pengingatan antara lain mencitrakan suatu kata yang hendak dipelajari,
menggarisbawahi kalimat penting, mengecek pemahaman dengan
mengerjakan soal Latihan. Strategi kognitif juga membantu individu untuk
mengelola pemikiran mereka dengan membantu mereka menentukan kapan
dan bagaimana menggunakan informasi verbal dan keterampilan
intelektual.
d. Keterampilan Motorik
Karakteristik dari keterampilan motorik adalah persyaratan untu
mengembangkan kelancaran tindakan, ketepatan, dan pengaturan waktu,
dan hanya dapat diperoleh melalui pengulangan gerakan yang tepat.
Sehingga menuntut latihan gerakan secara berkelanjutan. Dalam belajar
keterampilan motorik ada tiga fase yaitu belajar tahap-tahap gerakan dalam
keterampilan dan pelaksanaan rutin, menyesuaikan bagian-bagian dari
keterampilan secara keseluruhan melalui latihan, dan memperbaiki
pengaturan waktu dan kelancaran kinerja melalui latihan terus menerus.
Fase ini secara otomatis akan menimbulkan 39 keterampilan, sehingga ia
dapat menentukan tindakan yang mungkin dapat mengganggu.
e. Sikap
Sikap adalah keadaan yang memengaruhi atau mengatur perilaku namun
tidak secara langsung menentukan tindakan. Sikap hanya menyebabkan
kemungkinan dilakukannya suatu tindakan.
3. Hakikat Belajar yang Kompleks
Analisis belajar Gagne mencakup dua organisasi kapabilitas yang
merepresentasikan hasil belajar yang kompleks, yaitu prosedur dan hierarki
belajar.
a. Prosedur
Sebuah prosedur adalah seperangkat tindakan yang harus dilakukan sesuai
urutan atau secara langkah demi lanngkah, dan organisasi keterampilan
yang mencakup 40 keterampilan motorik/gerak dan keterampilan
intelektual.
b. Hierarki Belajar
Menurut kamus ilmiah populer (2006:179) hirarki berarti berurutan-urutan,
peringkat, tingkat. Hirarki belajar merupakan struktur belajar yang terdiri
dari tingkatantingkatan belajar.Robert M. Gagne merupakan salah seorang
penganut aliran psikologi tingkah laku.
4. Tipe Belajar menurut Robert Gagne
Gagne membedakan delapan tipe belajar yang terurut secara hirarki, mulai dari
tipe belajar yang sederhana sampai dengan tipe belajar yang lebih kompleks.
Kedelapan tipe belajar di atas dikemukakan berikut ini.
a. Belajar isyarat (signal learning)
Belajar isyarat adalah belajar sesuatu dengan tidak sengaja yaitu sebagai
akibat dari suatu rangsangan yang dapat menimbulkan reaksi tertentu. Dari
signal yang dilihat atau didengarnya, anak akan memberi respon tertentu.
Misalnya, siswa menjadi senang belajar matematika karena gurunya
bersikap ramah dan humoris.
b. Belajar stimulus-respons (stimulus-response learning)
Belajar stimulus-respons adalah belajar yang disengaja dan responsnya
seringkali secara fisik (motoris). Misalnya, seorang siswa dapat
menyelesaikan suatu soal setelah memperhatikan contoh penyelesaian soal
yang serupa oleh gurunya.
c. Rantai atau rangkaian (chaining)
Belajar rantai atau rangkaian (gerak, tingkah laku) adalah belajar yang
menunjukkan kemampuan anak untuk menggabungkan dua atau lebih hasil
belajar stimulus–respon secara berurutan. Misalnya, siswa belajar melukis
garis melalui dua titik melalui rangkaian gerak: mengambil pensil,
membuat dua titik sembarang, memegang penggaris, meletakkan penggaris
tepat di samping kedua titik, kemudian menarik ruas garis melalui kedua
titik itu.
d. Asosiasi verbal (verbal association)
Belajar asosiasi verbal adalah tipe belajar yang menggabungkan hasil
belajar yang melibatkan unit bahasa (lisan) seperti memberi nama sebuah
objek/benda. Sebagai contoh, bila diperlihatkan suatu bentuk geometris,
seorang siswa dapat mengatakan bentuknya adalah ’persegi’.
e. Belajar diskriminasi (discrimination learning)
Belajar diskriminasi atau memperbedakan adalah belajar untuk
membedakan hubungan stimulus-respons agar dapat memahami berbagai
objek fisik dan konsep. Ada dua macam belajar diskriminasi, yaitu belajar
disriminasi tunggal dan belajar diskriminasi jamak. Sebagai contoh belajar
diskriminasi tunggal, siswa dapat membedakan lambang ∩ dan 𝖴 dalam
operasi himpunan. Belajar diskriminasi jamak, misalnya siswa dapat
membedakan sudut dan sisi pada segitiga lancip, siku-siku, dan tumpul,
atau pada segitiga sama sisi, sama kaki, dan sembarang.
f. Belajar konsep (concept learning)
Belajar konsep adalah belajar memahami sifat-sifat bersama dari benda-
benda konkrit atau peristiwa-peristiwa untuk dikelompokkan menjadi satu
jenis. Untuk
42 mempelajari suatu konsep, anak harus mengalami berbagai situasi dan
stimulus tertentu.
E. TEORI BANDURA
1. Latar Belakang Tokoh
Albert Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925, di kota kecil Mundare
bagian selatan Alberta, Kanada. Ia sekolah di sekolah dasar dan sekolah menengah
yang sederhana, namun dengan hasil rata-rata yang sangat memuaskan. Setelah
selesai SMA, Ia bekerja pada perusahaan penggalian jalan raya Alaska Highway
di Yukon. Kemudian Bandura menerima gelar sarjana muda di bidang psikologi
dari University of British of Columbia tahun 1949. Kemudian ia masuk University
of Iowa, tempat di mana ia meraih gelar Ph.D tahun 1952.
Baru setelah itu Bandura menjadi sangat berpengaruh dalam tradisi behavioris
dan teori pembelajaran. Di Iowa, ia bertemu dengan Virginia Varns, seorang
instruktur sekolah perawat. Mereka kemudian menikah dan dikaruniai dua orang
puteri. Setelah lulus, ia meneruskan pendidikannya ke tingkat post-doktoral di
Wichita Guidance Center di Wichita, Kansas.
Dalam teorinya, Bandura menekankan dua hal penting yang sangat
mempengaruhi perilaku manusia yaitu pembelajaran observasional (modeling)
yang lebih dikenal dengan teori pembelajaran sosial dan regulasi diri. Beberapa
tahapan yang terjadi dalam proses modeling.
2. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)
Teori Pembelajaran Sosial atau disebut juga Teori Belajar dari Model relatif
masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya dan merupakan
perluasan dari teori belajar perilaku (behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini
dicetuskan oleh Albert Bandura pada tahun 1969. Selanjutnya dikembangkan
menjadi Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) pada tahun 1986.
Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang
Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond),
melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan
dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini,
bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi
melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini
juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan
punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana
yang perlu dilakukan.
Berikut ini adalah pembahasan tentang konsep-konsep utama dari teori belajar
social:
a. Pemodelan (modelling)
Bandura memperhatikan bahwa penganut-penganut Skinner member
penekanan pada efek-efek dari konsekuensi-konsekuensi pada perilaku dan
tidak mengindahkan fenomena pemodelan yaitu meniru perilaku orang lain
dan pengalaman Vicarious. Yang disebut model sendiri adalah orang-orang
yang perilakunya dipelajari atau ditiru orang lain. Peranan utama model
tersebut adalah untuk memindahkan informasi ke dalam diri individu
(pengamat). Peranan ini dapat dirinci menjadi tiga macam yaitu:
Sebagai contoh untuk ditiru
Untuk memperkuat atau memperlemah perilaku yang telah ada
Untuk memindahkan pola-pola perilaku yang baru
Selain itu, model-model yang ada di lingkungan senantiasa memberikan
rangsangankepadaindividu yang membuat individu memberikan tindak balas
apabila terjadi hubungan atau keterkaitan antara rangsangan dengan dirinya
sendiri. Menurut Surya (dalam Laila, 2015:30) dalam kaitan dengan
pembelajaran, ada tiga macam model yaitu:
- Live model (model hidup) Adalah model yang berasal dari kehidupan
nyata, misalnya perilaku orang tua di rumah, perilaku guru, teman
sebaya atau perilaku yang dilihat sehari-hari di lingkungan.
- Symbolic model (model simbolik) Adalah model-model yang berasal
dari sesuatu perumpamaan atau gambaran tingkah laku dalam pikiran.
Misalnya, dari cerita dalam buku, radio, TV, film atau dari
berbagaiperistiwa lainnya.
- Verbal description model (deskripsi verbal) Adalah model yang
dinyatakandalam suatu uraian verbal (kata-kata) atau model yang
bukan berupa tingkah laku tetapi berwujud instruksi-instruksi.
Misalnya, petunjuk atau arahan untuk melakukan sesuatu seperti resep
yang memberikan arahan bagaimana membuat suatu masakan.
b. Fase Belajar
Terdapat empat fase belajar dari model. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
bagan berikut :
Fase Perhatian
Fase pertama dalam belajar observasional ialah memberikan perhatian
pada suatu model. Pada mumnya, para siswa memberikan perhatian pada
model- model yang menarik, berhasil, menimbulkan minat, dan popular.
Inilah sebabnya mengapa banyak siswa menir pakaian, tata rambut, dan
sikap-sikap bintang film misalnya.
Fase Retensi
Belajar obsevasional terjadi berdasarkan kontiguitas. Dua kejadian
kontiguitas yang diperlukan ialah perhatian pada penampilan model dan
penyajian simbolik dari penampilan itu dalam memori jangka panjang.
Menurut Bandura (dalam Dahar, 1996:29):
Dari apa yang dikemukakan Bandura ini terlihat betapa pentingnya
peranan katakata, nama-nama, atau bayangan yang kuat yang dikaitkan
dengan kegiatan- kegiatan yang dimodelkan dalam mempelajari dan
mengingat perilaku.
Fase Reproduksi
Atribut Model
Karakteristik seorang model perlu dipertimbangkan, karena hal
ini akan menimbulkan pengaruh yang lebih besar jika perilaku tersebut
ditiru. Dalam hal ini, nilai fungsional berdasarkan penampilan fisik dan
kemampuan model.
d. Pengaturan Sendiri (Self-Regulation)
Konsep penting lainnya dalam belajar observasional adalah pengaturan
sendiri atau Self-Regulation. Bandura berhipotesis bahwa manusia mengamati
perilakunya sendiri, mmpertimbangkan perilaku itu terhadap criteria yang
disusunnya sendiri, dan kemudian member reinforsemen atau hukuman
terhadap dirinya sendiri.
3. Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory)
Teori Kognitif Sosial merupakan pengembangan lebih lanjut dari Teori
Belajar Sosial. Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan
oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta faktor
pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa
ekspektasi/ penerimaan 72 siswa untuk meraih keberhasilan, faktor sosial
mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orangtuanya.
Berikut ini adalah contoh bagaimana model Bandura dalam kasus perilaku
akademik murid di sekolah menengah.
a. Kognitif Mempengaruhi Perilaku
Siswa menyusun strategi kognitif untuk berpikir secara lebih mendalam dan
logis tentang cara menyelesaikan suatu masalah. Sehingga strategi kognitif
mempengaruhi akademiknya.
b. Perilaku Mempengaruhi Kognitif
Perilaku belajar siswa mengantarkan siswa tersebut untuk mendapat nilai baik
sehingga menghasilkan ekspektasi positif tentang kemampuannya dan
membuat dirinya lebih percaya diri (Kognitif).
c. Lingkungan Mempengaruhi Perilaku
Sekolah mengembangkan program percontohan keterampilan untuk
membantu siswa dalam mengerjakan ujian secara lebih efektif. Hal ini jelas
mempengaruhi siswa dalam bentuk perilaku.
d. Perilaku Mempengaruhi Lingkungan
Program keterampilan membuat perilaku akademik siswa meningkat,
sehingga memacu sekolah untuk mengembangkan program tersebut.
e. Kognitif Mempengaruhi Lingkungan
Ekspektasi dan perencanaan dari kepala sekolah dan para guru,
memungkinkan program sekolah terwujud
f. Lingkungan Mempengaruhi Kognitif
Sekolah mendirikan pusat sumber daya dan tutoring agar siswa dapat
meningkatkan keterampilan belajarnya. Hal ini akan meningkatkan
keterampilan berpikir siswa.
b. Nirokake
Niroake adalah proses meniru. Anak memiliki keinginan untuk meniru
segala sesuatu yang menarik perhatiannya. Meniru ini sangat berguna, karena
memiliki sifat mendidik diri pribadi dengan jalan orientasi dan mengalami
walaupun dengan daya khayal.
c. Nambahi
Nambahi atau menambahkan atau mengembangkan adalah kreatif dan
inovatif untuk memberi warna baru pada model yang ditiru.
2. System Among
Menurut Ki Hajar Dewntara sistem among yaitu suatu sistem pendidikan yang
berjiwa kekeluargaan dan bersendikan dua dasr yaitu kodrat alam sebagai syarat
untuk mencapai kemajuan dan kemerdekaan sebagai syarat untuk mengerakan
hidup lahir batin anak sehingga dapat berfikir dan bertindak merdeka. Sistem ini
juga disebut sistem “Tut Wuri Handayi”. Dalam sistem tersebut maka setiap guru
harus melaksanakan tut wuri handayani, ing madya mangungkarsa dan ing ngarsa
sung tulada.
a. Sendi Sistem among
Berjiwa kekeluargaan yang dimaksudkan dalam sistem ini sebagai upaya
untuk membangun manusia yang berjiwa sosial. Sehingga hubungan guru
dengan murid selayaknya hubungan orang tua dan anak selayaknya kelurga.
Hukum Alam
Dalam istilah hukum alam terkandung dua makna yaitu :
1) Kodrat alam dalam artian: Anak memiliki dasar beraneka warna
dalam hidupnya . bakat bisa dikatakan sebagai pembawaan sejak
lahir. Karena menurut Ki Hajar Dewntara anak lahir didunia tidak
seperti kertas kosong melainkan penuh dengan tulisan walaupun
tulisan tersebut smar-samar.
2) dalam artian: masa peka adalah masa dimana terbukanya
jiwa.anak anak mulai menunjukan kegemaranya terhadap macam-
macam perilaku.
Kemerdekaan
Pendidikan kemerdekaan adalah suatu usaha sadar dalam
menanamkan d budi pekerti dengan jalan pengajaran, teladan dan
pembiasaan tanpa paksaan dan perintah. Perkataan merdeka diartikan
dengan hidup tidak untuk diperintah, berdiri tegak dengan kekuatan
sendiri dan cakap mengatur hidu dengan aturan yang ada.
b. Pelaksanaan system among
Tut Wuri Handayani (mengikuti mendayai) yaitu proses pembelajaran
yang dipusatkan pada oto aktivitas anak dengan guru mendorong atau
memotivasi agar anak memukan sendiri pemcahan masalah dari
masalah yang dihadapi.
Ing madya mangung karsa adalah guru menjadi bagian dari proses
pencarian anak seraya memberikan motivasi untuk meningkatkan rasa
percaya diri anak.
Ing ngasa sung tulada adalah guru menjadi figur panutan dan menjadi
contoh, ketika siswa dalam proses mencari pemberian motivasi belum
membuahkan hasil guru perlu memberi contoh.
Adapun petunjuk pelaksanaan sistem among yaitu :
1) Sistem among lebih bersifat memberikan pelayanan agar
anak dapat tumbuh secara maksimal
2) Sistem among lebih mengutamakan pendekaatan pribadi
dengan memperhatikan kodrat anak 88
3) Didalam sistem among diperlukan kreativitas guru dalam
memberikan rangsangan agar anak memiliki inisiatif dan
dapat bertindak.
4) Pemberian hukuman harus dipertimbangan agar hukuman
dapat dijadikan sarana untuk mendidik
Adapun cara- cara mendidik dalam sistem among yaitu : Pengalaman
lahir dan batin, Disiplin, Pengajaran, Membiasakan, Memberi contoh,
Hukuman
c. Model pembe;ajaran among
Desain model pembelajaran among mencakup antara lain:
Fase perencanaan
Pembelajaran yang menekankan pada otoaktivitas anak
diperlukan perencanaan yang sangan serius. Perencanaan tersebut
menyangkut isi, proses dan assesment.
Fase penciptaan atmosfir merdeka
Penciptaan atmosfir merdeka memberi keleluasan bagi siswa
untuk melakukan oto aktivitas. Atmosfir merdeka adalah jembaatan
dalam proses pembelajaran yang berpusat pada oto aktivitas anak.
Selain itu guru menjadi bagian dalam menciptakan atmosfir merdeka
dengan membangun hubungan yang jauh dari paksaan dan hukuman
Fase among
Pada fase ini pembelajaran direalisasikan dengan prinsip “Tut
Wuri Handayani”. Model dan pengaplikasiannya dalam situasi
riil(niroake dan nambahi). Dalam proses ini guru dapa menjadi bagian
(ing madya mangung karsa) yang memberi motivasi dan apabila
diperlukan memberikan contoh (ing ngarsa sung tulada).
Fase pertanggungjawaban
Dalam fase ini fase among dipertanggungjawabkan. Hal ini
bisa dilakukan dengan sharing sesama siswa ataupun dengan guru
yang bertujuan untuk meperkaya pemahaman, menemukan kesalahan
dan memperbaiki hasil.