Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL TESIS

IMPLEMENTASI PERATURAN SEKOLAH TENTANG HUKUMAN DALAM

PENDIDIKAN ISLAM DI SMP MUHAMMADIYAH 3 SURABAYA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Pada Mata kuliah

Metodologi Penelitian Program Pascasarjana

Oleh : If Sujalma

NIM: 20192550003

Dosen Pengampu:

Dr M.Arfan Mu’ammar,MPdi

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

TAHUN 2020
A.    Latar Belakang Masalah

Pandangan klasik tentang pendidikan pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang

dapat menjalakan 3 fungsi sekaligus yaitu : Pertama, generasi muda disiapkan supaya bisa

memegang peranan penting / tertentu yang ada didlam masyarakat. Kedua , memindahkan

ilmu pengetahuan seperti hasil yang diharapkan. ketiga, transfer nilai untuk menjaga

keutuhan dan kesatuan masyarakat dan juga peradaban.. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa pendidikan secara umum dan pendidikan Islam secara khususnya, tidak cuma

bertujuan sekedar memproses transfer budaya (transfer of culture) atau mungkin transfer

pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga sekaligus sebagai proses pindah nilai

(transfer of value) ajaran pendidikan islam.1

Pendidikan sebenarnya mempunyai nilai pendidikan yang strategis dan urgent dalam

proses pembentukan suatu bangsa didunia. Pendidikan itu upaya untuk menjamin hidup dan

keberlangsungan bangsa tersebut. Sebab lewat pendidikanlah semua nilai-nilai luhur akan

diwariskan serta didapati oleh bangsa tersebut akan bertahan, karena itu pendidikan tidak

hanya berfungsi sebagai bentuk how to know, dan juga how to do, tetapi yang mungkin sangat

penting yaitu adalah how to be, bagaimana agar how to be supaya cepat terwujud maka akan

diperlukan transfer nilai budaya dan transfer nilai kultur.Islam datang sebagai ajaran yang

diberikan oleh Allah sebenarnya menjalankan nilai-nilai pendidikan untuk membimbing serta

mengarahkan manusia didunia ini agar menjadi manusia / insan yang sempurna.2

Islam itu sebenarnya telah memberikan cara hidup untuk manusia dengan sangat

jelas. Yang pencapaiannya itu sangat bergantung pada ranah pendidikan. Dan itu merupakan

kunci yang sangat penting dalam membuka cara hidup atau kehidupan manusia ini.
1
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendekatan Nasional di Indonesia, (Jakarta:
Kencana),33
2
M. Rusli Karim, Pendidikan Islam sebagai Upaya Pembebasan Manusia, dalam Muslih Usa, Pendidikan Islam di
Indonesia Antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta: Tiara Wacana,1991),48.
Demikianlah islam jelas tak terpisahkan dan sangat berhubungan erat dalam dunia

pendidikan. Antar keduanya ada hubungan yang bersifat : organis fungsional yaitu gunanya

sebagai fungsi alat untuk mecapai tujuan pendidikan yang telah diinginkan. Pengembangan

pendidikan islam inilah yang menjadi kerangka dasar dalam mensistem pendidikan islam dan

juga merupakan landasan banyaknya berbagai macam pemikiran tentang pendidikan.

Pendidikan merupakan bentuk interaksi dan juga sekaligus merupakan tindakan sosial

yang berlaku dalam jaringan hubungan manusia yang bisa menentukan gaya pendidikan

dalam suautu masyarakat. Untuk peranan dalam invidu yang mana didalamnya ada proses

pembelajaran pendidikan. Pendidikan adalah proses yang untuk menjadikan seseorang agar

lebih manusiawi (being humanize).

Proses pembelajaran ada visi dan tujuan yang ingin didapat. Sebagai pendidik guru

dan subyek yang dididik, peserta didik. Maka keduanya itu adalah merupakan peranan

manusia yang sejajar dan berbeda. Dalam pandangan guru tentang manusia bisa

mempengaruhi sikap dan prilaku dalam mengerjakan dan mengelola tugas pendidikan.

Usaha yang dilakukan dalam proses memperoleh sesuatu perubahan yang bisa

menjadi tingkah laku adalah merupakan cara belajar mandiri. Atas hasil dari pengalaman

dalam berinteraksi dengan apapun, termasuk dengan lingkungannya. Seyogyanya ada 3 aspek

cara pembelajaran yang diketahui. Aspek kognitif, afektif dan juga psikomotorik.3

Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan metode belajar agar efektif dan terarah

karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses

belajar yang dilakukan oleh peserta didik. Maka diperlukan peran aktif guru suapaya dapat

berpengaruh untuk karakterisktik siswa dengan memberikan dukungan moral dalam

3
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka  Cipta, 2003),2.
memberikan bimbingan dan fasilitas belajar yang terbaik agar dapat memaksimalkan metode

dalam pembelajaran.

Seperti yang kita ketahui metode yang biasanya dipakai dala kegiatan belajar

menagajar adalah dengan dilakukannya sistem hukuman siswa dengan cara preventif dan

refpresif. Dengan dilakukan cara tersebut diharapkan hukuman tersebut dapat mencegah

terjadinya pelangaran dalam peraturan saudah dibuat dan juga sebagai bentuk tindakn tegas

yang dapat memunculkan rasa takut terhadap akibat dari pelanggaran tersebut.

Menurut amir daien indrakusuma pengertian hukuman adalah tindakan yang diberikan

untuk anak dalam posisi sadar dan ada unsur kengajaan didalamnya sehingga akan

menimbulkan effek nestapa dengan dengan itulah akan sadar akan hasil dari setiap perbuatan

pelanggaran yang telahh dilakukan. Dan ia harus berjanji untuk tidak mengualgi

perbuatannya dikemudian hari.Hukuman adalah diberikannya penderitaan yang ditimbulkan

secara sengaja yang dilakukan oleh seseorang setelah terjadi pelanggaran yang buatnya.4

Dalam psikologi Punishment / hukuman akan terjadi pada saat situasi kehilangan

(deprivation). Hukuman dapat diistilahkan pengalaman tidak enak yang hasilkan oleh

sesorang atau suatu kelompok secara sengaja dan sadar, dan juga merugikan kelompok lain

disebabkan dari pelanggaran tersebut. Perbuatan yang tidak benar/salah (misbehavior) itu

bisa berupa pelanggaran hukum, atau aturan, perundangan,dan perintah. 

Hukuman itu awalnya dilakukan dengan cara retributive dan juga merupakan reaksi

langsung dari tingkah laku / perbuatan yang kita lakukan. Cara pandang retributive ini akan

dakap dilihat pada saat dalam mamberikan hukuman dalam secara adil yang berkaitan dengan

kesalahan yang diperbuat atau effek yang dihasilkan oleh perbuatannya tersebut. Bisa
4
Armai Arief,,Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,2002),131.
diakatan hukuman ini dilakukan agar dapat sebagai penangkal (deterrence). Dalam

perkebangannya atas kegunaan hukuman sebagai bentuk perubahan tingkah laku seseorang

akan terlihat pada saat muncul cara berfikir rehabilitative. Cara berfikir / paradigma tersebut

akan melihat individu yang apa bila melanggar aturan atau menyimpang dari peraturan yang

sduah dibuat, maka jika demikian pada dasarnya orang tersebut alah orang yang rusak, bisa

jadi sakit atupun kekurangan dan memiliki ketidakmampuan sehinggga akhirnya dia

melakukan perbuatan pelanggaran tersebut.

Oleh karena itu hukuman pada dasarnya manfaatnya adalah untuk memperbaiki dan

menyembuhkan sikap dari pelakunya. Maka seiring berjalan dengan pola fikir tersebut maka

bentuk hukuman yang diterimapun berbeda dan berkembang luas, dan bahkan bervariasi.

Cara / metode hukumanpun diselaraskan dengan fitrhanya manusia pada umumnya. Yang

merupakan ciri khas pendidikan islam. Jka kita mau menilik sejarah, Nabi Muhammad SAW

pun dalam menghadapi kesalahan ummatnya tidak menghukum dengan cara yang tidak bijak,

berlebihan ataupun sembrono. Maksudnya, beliau kalau menghukum tidak memakai sikap

yang kejam ataupun keras, dan juga tidak membuat enteng hukumannya.

Sebenarnya prinsip pokok dalam penggunaan hukuman ini semata-mata untuk sebagai

opsi jalan terakhir dan harus dilakukan dengan bijak dan tidak bersikap kejam pada anak

didik. Karna tujuan utama dalam hukuman yang kita terapkan adalah untuk menyadarkan

pelakunya dari kesalahan yang telah ia perbuat. Didalam buku karya Muhammad Athiya Al-

abrasyi : Attarbiyah Al islamiyah menerangkan bahwa, punushment atau hukuman (al-

uqubah) adalah usaha edukasi / pendidikan untuk memperbaiki dan memberikan arahan pada

pelakunya kepada sesuatu yang benar (al irsyad wa al ishlah). Hukuman bukan hanya bentuk

tindakan menghantikan kreativitas, melainkan sebagai bentuk usaha untuk mengembalikan

pelakunya menjadi pribadi yang produktif, kreatif dan imajinatif. Adapan manfaat hukuman
dala perspektif / pandangan islam tentu saja sebagai alat untuk membimbing fitrahnya anak

didik pada sesuatu yang maksimal dalam tumbuh kembangnya. Yaitu agar ia bisa menghayati

, memahami dan mengamalkan pedoman ajaran islam dengan sebaik mungkin.Oleh karena

itu penelitian ini jika kita tarik pada hal yang spesifik maka akan kita temukan bahwa dalam

kontek ini akan terlihat pada dunia pendidikan yang ada disekolah.

Sebenarnya ada banyak pendapat yang berbeda-beda tentang masalah bentuk

hukuman yang ada disekolah. Seperti orang yang bahwa apa bila seseorang memberikan

hkuman pada siswa yang bersalah dalam melanggar aturan itu dianggap memperkosa hak

siswa dan tidak memberikan serta menunjukan hukuma dari jiwa seorang pendidik.

Sedangkan ada sebaian pendapat lain mengatakan dan menyetujui hukuman kepada siswa

adalah langkah untuk menghentikan perbuatan siswa yang tidak dinginkan guru karna pasti

akan mengakibat mudharat untuk dirinya taupun orang lain. Jika demikian maka sebagai

sebagai seorang pendidik harus bisa mengerti dan faham perlu tidaknya hukuman

diberlakukan pada siswa yang melanggar aturan.

Tujuan hukuman yang diberikan , serta manfaat yang didapat setelah menjalani

hukuman. Jika disekolah guru pasti kan mendapati masalah yang terdapat dan diperbuat oleh

siswa. Maka guru harus mau tidak mau atau suka tidak suka untuk bisa menangani

problematika ini. Sebagai contoh ada guru yang mengeluh bahwa ada siswanya yang gemar

mencontek dan juga suka berkelahi, padahal dia sering diberikan hukuman tapi tidak juga

jera. Selain itu ada juga kenakalan siswa lainnya yang sering dialkukan yaitu tawuran,

mungkin juga terlibat narkoba ataupun aktivitas seksual dini yang tidak semestinya mereka

lakukan. Hal yang demikian umunya akan menjadikan siswa sebagai objek dari tindak

afirmatif dan juga sebagai bentuk tindakan dari sekolah yang tegas dari guru-gurunya.
Tetapi saat ini yang dihadapi oleh tenaga pendidik kita kenyataanya sangat

berbanding terbalik dan bisa dikatakan serba salah. Ada anak didik yang salah tapi tetap kita

perlakukan secara halus tapi tetap tidak mengerti dan bahkan ngelunjak. Apa lagi jika da

siswa yang diperlakukan tindakan tegas dalam hukuman bisa berakibat runyam, baik untuk

gurunya sendiri taupun pihak sekolah.dan inilah yang menjadikan guru serbag salah dalam

mmeberikan didikan pada siswa. Sikap tegas pendidik dalam mberikan hukuman akan

menjadi kesalahan danberakibat negatif , contohnya mungkin akan ada unsur balas dendam,

merendahkan wibawa dan martabat pendidik sendiri.5

Dalam menangani prilaku atau perbuatan anak sesudah orang tua , maka guru adalah

sebuah subyek kedua yang sangat penting dalam penangan pendidikan. Kadangkala guru

hanya bisa menghukum jka dianggap hukuman tersebut akan mengubah prilaku siswanya.

Konsep hukuman tidak bisa diabaikan karna akan sangat membantu fitrahnya yang baik.

Walaupun demikian pemahaman tentang manfaat hukuman dalam keadaaan tertentu tidak

bisa dganggu-gugat dalam menerapkan hukuman tanpa pandang bulu dan adil. Hukuman juga

harus bisa menghindari kesan kejam/sadis dan menakutkan yang bisa jadi terdapat kekerasan

didalamnya.6

Dengan Adanya terdapat pelanggaran yang ada dan dilakukan siswa dan kenakalan

para siswa, menarik minat penulis untuk meneliti bagaimana implementasi peraturan sekolah

tentang hukuman dalam pendidikan Islam di Smp Muhammadiyah 3 Surabaya.

Adapun lokasi penelitian di Smp Muhammadiyah 3 Surabaya dipilih karena beberapa alasan:

5
Hery Noer Aly,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1999),104.
6
Abdullah Abdurrahman Saleh, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2007),236.
1. Sekolah ini juga memiliki program unggulan seperti, pesantren singgah, one

day one ayah , muhadaharah, kelas sabat ( entrepreneur, hukum dan tahfidzh)

dan outing class. Sehingga dengan adanya kegiatan tersebut memudahkan

mencari sumber masaalah dan solusi penangan hukuman peserta didik disekolah

tersebut.

2. Pelaksanaan peraturan sekolah tentang hukuman dalam pendidikan Islam juga

telah dilaksanakan. Jumlah peserta didik dan background siswa yang beragam

yang ada disni merupakan tantangan tersendiri bagi guru Smp Muhammadiyah 3

Surabaya dalam menerapkan peraturan sekolah tentang hukuman dalam

pendidikan Islam.  Namun demikian Smp Muhammadiyah 3 Surabaya mampu

melaksanakan peraturan sekolah tersebut secara efektif dan efisien.

3. Suasana sekolah yang cukup harmonis dan kekeluargaan yang hangat. Mulai

dari anak didik disana dan semua staf serta guru-gurunya. (hal ini peneliti

rasakan saat pertama datang di sekolah tersebut), menjadi alasan lain atas

ketertarikan peneliti untuk memilih sekolah tersebut.

Jadi, karna atas dasar realita diatas maka peneliti menjadi tertarik untuk meneliti dan

mengkaji lebih mendalam tentang apa strategi guru dalam mengimplementasikan peraturan

sekolah yang berlaku yang tentu saja dalam bentuk pendidikan islam. Mengacu pada hal

demikian itu, maka peneliti mencoba meneliti tentang “Implementasi Peraturan Sekolah

tentang Hukuman dalam Pendidikan Islam di Smp Muhammadiyah 3 Surabaya”.

B.     Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:
1. Bagaimanakah implementasi peraturan sekolah tentang hukuman dalam pendidikan

Islam di Smp Muhammadiyah 3 Surabaya?

2. Bagaimana implikasi pelaksanaan peraturan sekolah tentang hukuman dalam

pendidikan Islam terhadap pencapaian tujuan pendidikan Islam  di Smp

Muhammadiyah 3 Surabaya?

C.    Tujuan Penelitian

Penelitian mengenai Implementasi Peraturan Sekolah tentang Hukuman dalam Pendidikan

Islam  di Smp Muhammadiyah 3 Surabaya ini mempunyai beberapa tujuan yang menjadi

kerangka acuan dalam kerja penelitian. Tujuan ini adalah:

1. Untuk mengetahui implementasi peraturan sekolah tentang hukuman dalam

pendidikan Islam   di Smp Muhammadiyah 3 Surabaya.

2. Untuk mengetahui implikasi pelaksanaan peraturan sekolah tentang hukuman dalam

pendidikan Islam terhadap pencapaian tujuan pendidikan Islam di Smp

Muhammadiyah 3 Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

1) Kegunaan Teoritik

Adapun hasi penelitian ini bisa dijadikan pedoman implementasi untuk pertauran yang

ada disekolah tentang hukuman dalam konsep pendidikan islam yang ada di SMP

Muhammadiyah 3 Surabaya. Dengan demikian diharapkan hasil penelitian ini dapat

membawa manfaat signifikan baik secara praktis ataupun teoritis untuk para pendidik.
2) Kegunaan Praktis

Manfaat praktis itu adalah memberikan sumbangsih pemikiran tentang pentingnya

peraturan yang ada disekolah yang dikombinasikan dengan pendidikan islam. Dan juga dapat

menajdi solusi praktis atas masalah yang bisa jadi muncul jika terdapat pelanggaran disekolah

dengan memberikan solusi hukuman terbaik. Sedangkan manfaat teoritisnya adalah penelitian

ini bisa jadi informasi yang sangat jelas dan detail mengenai penangan dan impentasi aturan

sekolah di SMP Muhammadiyah 3 Surabaya.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain

yang ingin melakukan penelitian yang berupa istilah istilah yang penting dalam isi makalah

sehingga memudahkan pembaca untuk merupakan hal yang sangat penting guna

menghindari penyimpangan atau kesalah pahaman pada saat pengumpulan begitu pula istilah

itilah ini sangat penting guna menghindari penyimpangan atau kesalahpahaman terhadap

pembaca.

Guna memudahkan dalam memahami dan memeperoleh gambaran yang lebih jelas

secara komprehensif tentang judul tesis di atas ,maka disini akan di jelaskan istilah istilah

baku yang terdapat pada judul tesis ini.

1. Implementasi

Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang

sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan

setelah perencanaan sudah dianggap sempurna. Menurut Nurdin Usman,

implementasi adalah bermuara pada aktivitas,aksi,tindakan atau adanya

mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas , tapi suatu

kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. 7


7
Nurdin Usman,Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum,Grasindo,Jakarta,2002,hal70
2. Sekolah

Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin yaitu: skhole, scola, scolae atau skhola

yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah

adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama

mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak

dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung,

cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika

(seni). Untuk mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak didampingi oleh

orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan kesempatan

yang sebesar-besarnya kepada anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui

berbagai pelajaran di atas. Namun saat ini kata sekolah telah berubah arti menjadi

suatu bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima

dan memberi pelajaran. Sekolah dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah. Kepala

sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah. Jumlah wakil kepala sekolah di setiap

sekolah berbeda-beda tergantung dengan kebutuhannya. Bangunan sekolah

disusun meninggi untuk memanfaatkan tanah yang tersedia dan dapat diisi dengan

fasilitas yang lain.

Ukuran dan jenis sekolah bervariasi tergantung dari sumber daya dan tujuan

penyelenggara pendidikan. Sebuah sekolah mungkin sangat sederhana di mana

sebuah lokasi tempat bertemu seorang pengajar dan beberapa peserta didik, atau

mungkin, sebuah kompleks bangunan besar dengan ratusan ruang dengan puluhan

ribu tenaga kependidikan dan peserta didiknya.8

8
Lihat di http:// edukasimedia.wordpress.com/2011/07/15/definisi-sekolah. Diakses pada tanggal 19 Juli 2020
pukul 06:10.
Menurut kamus besar bahasa indonesia, sekolah berarti bangunan atau lembaga

untuk belajar dan mengaajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.9

Sekolah merupakan saalah satu lembaga pendidikan formal sebagai pusat kegiatan

belajar-mengajar yang menjadi tumpuan harapan orang tua, masyarakat dan

pemerintah karena sekolah memberikan pelayanan pendidikan, pengajaran dan

pelatihan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan afektif (nilai dan

sikap) bagi peserta didik.

3. Peraturan

Peraturan adalah suatu tata cara yang dilakukan oleh pihak tertentu untuk

menertibkan dan menyelaraskan dengan keperluan suatu pihak tersebut. Peraturan

juga berguna bagi perkembangan mental dan psikologis bagi yang menaatinya.

Menumbuhkan rasa hormat serta pembentukan pribadi yang baik. Peraturan

sekolah adalah peraturan yang diterapkan oleh sekolah tertentu dengan tujuan

untuk memberi batasan dan mengatur sikap anak muda yang sering bersikap

kurang kondusif dalam menjalankan proses belajarmengajar di sekolah. Banyak

orang beranggapan bagaimana seharusnya peraturan itu dibuat dan bagaimana isi

dari peraturan tersebut.

Kita ambil contoh sebuah peraturan di sekolah. Setiap sekolah memiliki aturannya

sendiri dan mereka yang membuatnya sendiri.4 Karakteristik tata tertib dan

disiplin sekolah mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar.

Pada dasarnya tata tertib dan disiplin merupakan harapan yang dinyatakan secara

explisit yang mengandung peraturan tertulis mengenai perilaku peserta didik yang

dapat diterima, prosedur disiplin, dan sanksi-sanksinya.

9
Kamus besar bahasa indonesia v1.1
Ada dua dimensi penting dari disiplin yaitu: persetujuan kepala sekolah dan guru

terhadap kebijakan disiplin sekolah dan dukungan yang diberikan kepada guru

dalam menegakkan disiplin sekolah. Indikator karakteristik ini adalah:

a. Terdapat peraturan tertulis yang menetapkan tingkah laku peserta didik yang
bisa diterima.

b. Penyusunan tata tertib melibatkan aspirasi peserta didik.

c. Terhadap pelanggaran-pelanggaran, dengan cepat dilakukan tindakan


kedisiplinan.

d. Pemberian tugas tambahan atas ketidakhadiran dan keterlambatan yang


dilakukan peserta didik.

e. Tata tertib disosialisasikan kepada peserta didik melalui berbagai cara.

4. Hukuman

Hukuman menurut bahasa berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata Punishment

yang berarti Law (hukuman) atau siksaan”.10 Dalam Kamus Lengkap Bahasa

Indonesia, hukuman memiliki arti peraturan resmi yang menjadi pengatur. 11

Sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para

ahli pendidikan tentang punishment (hukuman), diantaranya adalah sebagai

berikut: Menurut M. Ngalim Purwanto “punishment (hukuman) adalah

penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang

(orang tua, guru, dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran,kejahatan atau

kesalahan”.12 Adapun menurut Ny. Roestiyah N.K. punishment (hukuman) adalah

suatu perbuatan yang tidak menyenangkan dari orang yang lebih tinggi

10
John M. Echole dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996), hal. 456
11
Ananda S. dan S. Priyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Kartika Putra Press, 2010), hal.196
12
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 186.
kedudukannya untuk pelanggaran dan kejahatan, yang bermaksud untuk

memperbaiki kesalahan anak dan bukan untuk mendendam.13

5.Pendidikan

Secara bahasa pendidikan berasal dari bahasa Yunani, paedagogy, yang

mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar oleh

seorang pelayan.Pelayan yang emngantar dan menjemput dinamakan

Paedagogos. Dalam bahasa Romawi pendidikan diistilahkan sebagai educate yang

berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual (Muhajir, 2000:20). Banyak

pendapat yang berlainan tentang pendidikan.Walaupun demikian, pendidikan

berjalan terus tanpa menunggu keseragaman arti. 14

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya

dan masyarakat.15

a. Penelitian Terdahulu

Dalam hal ini Sejauh yang peneliti / penulis dapatkan dari penelitian sebelumnya, belum

ada penelitian yang membahas tentang implementasi peraturan sekolah tentang hukuman

dalam pendidikan Islam. Apalagi khususnya di Smp Muhammadiyah 3 Surabaya. Tapi

sebenarnya ada memang penelitian sejenis mengenai reward ( hadiah ) dan punishmant

( hukuman ), misalnya :

13
Ny. Roestiyah N.K., Didaktik/Metodik, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), hal. 63.
14
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm.39
15
Ibid, 41.
1. Tulisan Abdurrahman Mas’ud yang berjudul, Reward dan Punishment dalam

Pendidikan Islam (Mas’ud, 1997).  Dalam tulisan ini, Abdurrahman Mas’ud

banyak membahas tentang aktualisasi kondisi penerapan hadiah dan hukuman

yang ada di indonesia maupun juga dibarat, danmengkomparasikan keduanya.

Menurutnya diindonesia masih cenderung pendidiknya menerapkan hukuman

dari pada reward / hadiah kepada siswa. Akan tetapi meneurtunya, barat

melakukan hal sebaliknya, lebih banyak pendidiknya melakukan reward dari

pada punishment. Padhal sebagaimana diketahui bahwa gama islam sudah

memberikan aturan prinsip dalam mendidik dan sudah dicontohkan oleh

rosulullah SAW. Seprti halnya sikap, ulet, sabar, pemaaf, tanpa dendam dan

dengki terhadap siswa yang melakukan pelanggaran. Jadi menurut mas’ud

pendidikan nasional dan pendidikan islan harus ditegakkan bersama-sama dan di

apilkasikan secara proporsiaonal.

2. Tesis yang berjudul Reward dan Punishment sebagai Metode Pendidikan Anak

menurut Ulama Klasik (Studi Pemikiran Ibnu Maskawaih, al-Ghazali dan al-

Zarnuji) yang ditulis oleh peneliti Maimunah, M. Ag. (2001). Beliau membahas

dalam tesisnya tentang padangan dan berbagai pemikiran dari para ulama’ klasik

tentang opsi / cara konsep hukuman dan hadiah yang diterapkan dalam konsep

pendidikan islam. Tesis ini mempunya kecendrungan membahas aspek

normatifnya saja dalam pembahasan penelitiannya.

3. Tesis Abdullah Ulwan dengan judul Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam (Kamalie,

1981). Dalam penelitiannya ada pasal yang memberikan ketrangan bagaimana

sebenarnya hukuman yang efektif yang dapat dietrapkan pada anak didik. Yaitu

adalah dengan cara bersikap kasih sayang dan lemah lembut. Anak salah itu
wajar kta peneliti karna sudah jadi tabiatnya anak. Dan dalam memberikan harus

berlaku banyak tahapan (gradualy)

4. Sedangkan tesis Anton Widyanto yang berjudul Aplikasi Konsep Reward dan

Punishment di Pesantren Walisongo Ngabar Ponorogo Jawa Timur (Widyanto,

2002). Dia menjelaskan bahwa pada hakikatnya reward dan punihsment adalah

merupakan sitem pendidikan islam. Dan pada sistem terdapat cara yang

kompleks karna terkait pada psikologis , kedisplinan ataupun peraturan yang

berlaku. Punishment sebenrnya untuk agar sipelaku untuk faham bahwa yang

dilakukannya tidak dibeanarkan dan tidakperbolhkan mengulanginya lagi dilain

waktu. Sedangkan reward fungsinya adalah untuk memotivasi seorang individu

agar mengulangi lagi perbuatanya dan meningkatkannya.

Jika sudah jelas semua tesis diatas membahas tentang reward dan punishment secara

normatif maupun dalam pengaplikasiannya. Maka berbeda dengan tesis diatas , penulis

mencoba lebih memfokuskan diri pada hukuman (punishment) dalam pendidikan islam.

Dengan demikian peneliti mengambil judul Implementasi Peraturan Sekolah tentang

Hukuman dalam Pendidikan Islam di Smp Muhammadiyah 3 Surabaya.

b. Metode Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini rencana metodologi yang akan dipergunakan antara lain

sebagai berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Artinya yaitu teknik/strategi

penelitian yang biasanya dipakai untuk memahami masyarakat, timbulnya masalah

yang timbul, dan gejala / akibat dampak yang terjadi dimasyarakat. Dengan cara
peneliti mengumpulkan banyak bukti untuk mendapatkan fakta aktual dan mendalam

yang disajikan dalam bentuk verbal , bukang dalam bentuk angka. Yang disebut

penelitian kualitatif. Adapun pengertian metode ini adalah metode penelitian yang

berlandaskan filsafat postpositivisme, yang mana digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimental).teknik

pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif,

dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Kalau

menilik pada jenisnya maka akan diketahuin bahwa penelitian ini lebih menekankan

pada field research / penelitian lapangan. Dan juga pendekatan kualitatif ini bisa juga

dilakukan sebagai prosedur penelitian untuk menghasilkan data diskripsi berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati / diteliti.

Adapun lapangan yang menjadi sasaran penelitian adalah SMP Muhammadiyah 3 Surabaya,

selain itu juga tidak lepas dari library research (penelitian kepustakaan) untuk memperoleh

landasan teoritis secara ilmiah.

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah meliputi:

a. Metode Observasi

Metode observasi yaitu dengan pengamatan yang dilakukan dengan cara pengamatan

dan melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument.

Dalam penelitian ini penulis akan mengamati secara langsung implementasi peraturan

sekolah tentang hukuman dalam pendidikan Islam di sekolah tersebut. Kondisi secara

umum di sekolah tersebut juga akan menjadi obyek pengamatan penulis.


Agar data diperoleh secara lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna

dari setiap perilaku yang tampak, maka observasi penelitian ini menggunakan

observasi partisipatif dengan tipe partisipatif moderat sehingga terdapat keseimbangan

peneliti antara menjadi orang dalam dan orang luar.

Observasi dilakukan selama lebih kurang tiga bulan dengan rangkaian kegiatan yang

meliputi; observasi umum kegiatan yang dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3

Surabaya dan observasi khusus terhadap peraturan sekolah tentang hukuman.

b. Metode Wawancara

Wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada

responden. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.16

Wawancara untuk mengungkap data  dilakukan dengan teknik wawancara kombinasi

terbuka dan tertutup, yaitu dilakukan wawancara bebas dipadukan dengan wawancara

yang draf pertanyaannya sudah disiapkan. Wawancara dilakukan secara bervariasi dan

melihat momen, kapan dan di mana akan dilakukan wawancara secara informal,

wawancara dengan menggunakan petunjuk umum wawancara, dan wawancara baku

terbuka.  Materi wawancara mengacu pada implementasi peraturan sekolah tentang

hukuman.

16
Masri Singarimbun,  dkk. Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES,1989),192
Penetapan wawancara terhadap subjek-subjek penelitian dilakukan atas pertimbangan

bahwa subjek penelitian tersebut lebih memahami dan terkait dengan tujuan atau

informasi yang akan dikumpulkan.

Adapun wawancara tersebut dilakukan terutama terhadap kepala sekolah untuk

mendapatkan informasi tentang kebijakan-kebijakan dan manajemen yang diterapkan

di sekolah  dan  waka kurikulum, guru bimbingan dan konseling, guru mata pelajaran

pendidikan agama Islam dan guru mata pelajaran lain yang beragama Islam.

Wawancara tambahan dilakukan hanya sepintas kepada guru senior, atau peserta didik

untuk mendapatkan data yang diperlukan.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang mengandung makna barang-barang

tertulis Metode dokumentasi berarti mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya. .

Studi dokumentasi digunakan untuk mempelajari berbagai sumber dokumentasi yang

sudah tersedia di lapangan, sehingga data yang didapatkan. berupa data sekunder.

Metode ini digunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dan untuk

mencocokkan beberapa informasi .dengan data yang ada di lapangan.

Kelebihan dari studi dokumentasi adalah data yang diperoleh stabil dan tidak cepat

berubah-ubah dan apabila terjadi kekeliruan atau kekurangan data dalam pembahasan.

maka dapat ditelusuri kembali dari sumber data yang sama yang kondisinya. tidak

banyak berubah.
Studi dokumentasi .dilakukan terhadap .dokumen-dokumen tertulis misalnya; sejarah

pendirian, profil, program sekolah, dokumen tentang guru dan siswa, dokumen

peraturan sekolah tentang hukuman, data pelanggaran siswa, program .penilaian, buku

daftar nilai siswa, jurnal pelaksanaan belajar mengajar  sekolah, atau foto-foto

penyelenggaraan kegiatan.

3. Sumber Data Penelitian

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang memberikan data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data. Dalam penelitian kualitatif posisi nara

sumber sangat penting, bukan sekedar memberi respon, melainkan juga sebagai

pemilik informasi, sebagai sumber informasi (key informan).17

Sumber data berupa data primer berupa kata-kata dan tindakan yang diperoleh dari

situasi alami yang terjadi di lingkungan sekolah, baik dari pimpinan sekolah, para guru

serta peserta didik. Subjek penelitian adalah pimpinan sekolah, guru mata pelajaran

yang aktif terlibat dalam mengimplementasikan peraturan sekolah tentang hukuman,

bersedia dan mempunyai waktu untuk memberi informasi serta peserta didik.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen . Sumber data

sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen tertulis dan foto-foto. Jenis data yang

17
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, dilengkapi dengan Contoh Proposal dan Laporan Penelitian,
(Bandung: Alfabeta 2005),62.
diperoleh hasil pengamatan terhadap implementasi peraturan sekolah tentang hukuman

dari wawancara dan hasil studi dokumentasi yang isinya mempunyai korelasi dengan

pembahasan obyek penelitian ini.

4. Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola,

katagori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan

hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Tahap selanjutnya setelah data-data terkumpul penulis melakukan penelaahan dan

penganalisasian terhadap data-data tersebut, mulai dari hasil wawancara, pengamatan yang

sudah dituliskan dari catatan lapangan, dokumen resmi dan sebagainya. Kemudian diteruskan

dengan melakukan reduksi data melalui cara abstraksi, menyusunnya dalan satuan-satuan,

mengadakan kategorisasi dan melakukan proses pemeriksaan  keabsahan data.  Data yang

sudah diperiksa keabsahannya diinterpretasikan dan disajikan secara deskriptif.18

c. Sistematika Pembahasan

Hasil penelitian ini akan dituangkan dalam bentuk tulisan dengan sistematika sebagai

berikut:

1. Bab pertama, pendahuluan yang membahas latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, tinjauan pustaka, metode

penelitian, dan sistematika penelitian.

2. Bab kedua, berisi pembahasan tentang Hukuman dalam Pendidikan Islam dan Tujuan

Pendidikan Islam yang terdiri 2(dua) sub bab yaitu sub bab Hukuman dalam

18
Iman Suprayogo dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial Agama,(Bandung: Remaja Rosdakarya,2001),134.
Pendidikan Islam, meliputi Pengertian,  kedudukan dan Signifikansi; Tujuan dan

Fungsi Hukuman dalam Pendidikan Islam; Prosesual dan Unsur-unsur Hukuman

dalam Pendidikan Islam; Jenis-jenis Hukuman dalam Pendidikan Islam; Prinsip-

prinsip Pelaksanaan Hukuman dalam Pendidikan Islam, terdiri dari Prinsip Amr

Ma’ruf Nahi Munkar; Prinsip Keadilan (Egalite); Prinsip Kasih Sayang; Prinsip

Lemah Lembut; Prinsip Targhib dan Tarhib. Sub bab Tujuan Pendidikan Islam,

meliputi Pengertian dan Fungsi; Prinsip-prinsip Pengembangan Tujuan  Pendidikan

Islam; Tujuan Pendidikan Islam, terdiri dari Tujuan Akhir dan Tujuan Khusus

Pendidikan Islam

3. .Bab ketiga berisi tentang Kondisi Obyektif Sekolah dan Peraturan Sekolah tentang

Hukuman dalam Pendidikan Islam di SMP Muhammadiyah 3 Surabaya yang terdiri

dari: Situasi Umum SMP Muhammadiyah 3 Surabaya Visi dan Misi Sekolah; Faktor

Personal; Fasilitas Penunjang dan Peraturan Sekolah tentang Hukuman dalam

Pendidikan Islam.

4. Bab keempat adalah tentang Analisis Peraturan Sekolah tentang Hukuman dalam

Pendidikan Islam di SMP Muhammadiyah 3 Surabaya yang meliputi Tahapan-

tahapan Implementasi Peraturan Sekolah tentang Hukuman dalam Pendidikan Islam

di SMP Muhammadiyah 3 Surabaya dan Implikasinya terhadap Pencapaian Tujuan

Pendidikan Islam.

5. Bab kelima adalah penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

d. Rancangan Outline Penelitian

BAB I . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penelitian

D. Manfaat penelitian

E. Definisi Penelitian

F. Sistematika Pembahasan

BAB II . LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

B. Kerangka Teori

BAB III . METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

B. Sumber Data

1. Data Primer

2. Data Sekunder

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pra Lapangan

2. Teknik Lapangan

a) Observasi

b) Dokumentasi

c) Metode inteview atau wawancara

D. Teknik Analisa Data

1. Reduksi Data

2. Display Data

3. Verifikasi Data

E. Pengecekaan Keabsahan Data.


BAB IV . PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah berdirinya SMP Muhammadiyah 3 Surabaya

2. Lokasi SMP Muhammadiyah 3 Surabaya

3. Mata pelajaran yang diajarkan kegiatan extrakulikulernya dan daftar guru.

B. Penyajian Data

1. Pembelajaran di SMP Muhammadiyah 3 Surabaya.

2. Kegiatan penunjang implementasi peraturan sekolah tentang hukuman dalam

pendidikan islam di smp muhammadiyah 3 surabaya.

BAB V . PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

C. Kata Penutup

D. Daftar Pustaka

E. Lampiran-Lampiran.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdurrahman Saleh, 2007, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an,


Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Aly, Hery Noer,  1999,  Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Arief, Armai, 2002, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Press.

Daulay, Haidar Putra, 2006, Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendekatan Nasional di


Indonesia, Jakarta: Kencana.
Maimunah, 2001, Reward dan Punishment sebagai Metode Pendidikan Anak menurut Ulama
Klasik (Studi Pemikiran  Ibnu Maskawaih, al-Ghazali dan al-Zarnuji), tesis, Program
Pascasarjana IAIN Walisongo, Semarang.

Mas’ud, Abdurrahman, Reward dan Punishment dalam Pendidikan Islam, Media,  Edisi


28/Th. VI/Nopember/1997.

Moleong, Lexy J., 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Singarimbun, Masri,  dkk. , 1989, Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES.

Slameto, 2003, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Edisi Revisi, Jakarta:


Rineka  Cipta.

Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif, dilengkapi dengan Contoh Proposal dan


Laporan Penelitian, Bandung: Alfabeta.

Suprayogo, Iman dan Tobroni, (2001), Metode Penelitian Sosial Agama, Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Ulwan, Abdullah, 1981, ’Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam’, dalam Saifullah Kamalie


dkk.., Pedoman pendidikan Anak dalam Islam, Semarang: Assy-Syifa.

Widyanto, Anton, 2002, Aplikasi Konsep Reward dan Punishment di Pesantren

Zuhairini, dkk., 1991, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

M. Ngalim Purwanto, 2006, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Ny. Roestiyah N.K., 1986, Didaktik/Metodik, Jakarta: Bina Aksara.

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo, 2005, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

John M. Echole dan Hasan Shadily, 1996, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia.

Ananda S. dan S. Priyanto, 2010, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,Surabaya: Kartika Putra
Press.

Nurdin Usman, 2002,Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum,Grasindo: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai