Pendahuluan
Makalah ini membahas beberapa teori tentang pembelajaran dan saran praktis terkini untuk
pelatih, untuk merancang kegiatan pelatihan lebih efektif. Secara umum, program pelatihan
merupakan sarana untuk meningkatkan atau mengembangkan kinerja seseorang. Namun,
jika Anda mengevaluasi hasil program pelatihan, tidak jarang ditemukan, bahwa peserta
tidak mencapai serangkaian perbaikan seperti yang dimaksudkan dalam program pelatihan.
Ada banyak alasan mengapa hal ini dapat terjadi, salah satunya adalah desain yang buruk
dari acara pelatihan karena asumsi yang salah tentang cara bagaimana para peserta akan
belajar untuk melakukan pekerjaan itu. Ketiga teori pembelajaran yang disajikan dalam
makalah ini memberikan lebih banyak wawasan tentang bagaimana orang-orang belajar
mengenai hal-hal baru. Teori pembelajaran yang dibahas adalah:
"Sebuah proses yang menyatukan pengaruh kognitif, emosional dan lingkungan serta
pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan atau membuat perubahan dalam
keterampilan pengetahuan seseorang, nilai-nilai dan pandangan dunia" (Illeris, 2004;
Ormrod, 1995).
Pembelajaran sebagai sebuah proses berfokus pada “apa yang terjadi” saat pembelajaran
berlangsung. Penjelasan tentang “apa yang terjadi” membentuk serangkaian teori
pembelajaran. Teori pembelajaran merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana
orang belajar, sehingga membantu kita untuk memahami kompleks pembelajaran yang
saling berkaitan.
Referensi
Illeris, Knud (2004). Three dimensions of learning. Malabar, FL: Kriegeer Publishing
Ormrod, J. E. (1995). Human Learning Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall
Menurut David Kolb, guna mendapatkan pengetahuan sejati dari pengalaman, peserta didik
diharuskan untuk dapat berpartisipasi dalam setiap tahapan dalam siklus experiential
learning.
Ketika memikirkan tentang sesuatu yang baru yang belum lama Anda pelajari, bisa jadi
Anda belajar untuk melakukan sesuatu, seperti belajar menggunakan ponsel pintar baru
atau mungkin memperoleh wawasan atau fakta yang terkait dengan topik yang sudah tidak
asing bagi Anda. Jika hal ini yang terjadi, maka Anda tengah mendapatkan pengalaman
pembelajaran sejati, sesuatu yang benar-benar akan Anda gunakan dan sesuatu yang akan
Anda ingat di masa depan, maka besar kemungkinan Anda mempelajari hal baru tersebut
dengan menerapkan “Siklus pembelajaran berdasarkan pengalaman”.
David A. Kolb, seorang ahli teori pendidikan Amerika, membantu mempopulerkan gagasan
ini. Teorinya memiliki dampak yang sangat penting pada pengembangan model
pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran meliputi:
Pengalaman
Konkret
Merasakan, melakukan
Eksperimen Observasi
Aktif Reflektif
menguji, menerapkan
menyaksikan, bermimpi
MDF copyright 2018
Konseptualisasi
Abstrak
berpikir, menganalisis
Agar pembelajaran menjadi efektif, dalam arti menjadi benar-benar berguna atau bermakna,
seseorang harus melalui segala tahapan secara aktif dan memiliki keempat kemampuan
www.mdf.nl
tersebut diatas.
Keluhan yang sering terdengar mengenai alur atau set-up ini, menyebutkan bahwa pelatihan
menjadi terasa membosankan dan peserta mengalami kesulitan menghubungkan topik
dengan situasi di kehidupan nyata. Untuk menghindari kebosanan, pelatih mencoba untuk
menggunakan teknik pelatihan kreatif. Menurut De Galan (2003), teknik pelatihan kreatif
tidak akan membantu selama “penyelenggara” kursus Anda tidak menerapkan siklus belajar
ala Kolb. Siklus pengalaman belajar ala Kolb menyiratkan, bahwa pelatih harus memastikan
peserta kursus mengikuti secara aktif semua langkah dalam siklus pembelajaran. De Galan
(2003) berpendapat, bahwa hal inilah yang akan membedakan kursus yang baik dari buruk
atau pelatihan sukses dengan yang gagal. Pelatihan yang buruk sering kali berlama-lama di
salah satu tahapan dari siklus belajar.
Eksperimen Observasi
Aktif Reflektif
menguji, menerapkan
menyaksikan, bermimpi
MDF copyright 2018
pembahasan terstruktur.
Ketika program pelatihan diatur dan dirancang berdasarkan siklus pembelajaran berbasis
pengalaman, maka akan terasa lebih nyata. Pelatih akan merasakan, bahwa pengalaman
mereka dan akumulasi penguasaan materi adalah penting dan bernilai dalam kegiatan
pelatihan. Bagi pelatih, penggunaan konsep ini memerlukan perubahan dari peran guru
tradisional sebagai orang yang "menuangkan pengetahuan ke dalam bejana kosong"
menjadi citra baru pelatih sebagai fasilitator, yang membantu peserta dalam proses belajar
mereka.
Siklus pembelajaran seseorang dapat dimulai pada salah satu dari empat langkah tersebut
diatas dan hendaknya dilihat selayaknya sebuah spiral yang berkesinambungan (Kolb dan
Fry, 1975). Seperti telah disebutkan di atas, kuncinya adalah bahwa peserta Anda menjalani
keseluruhan empat langkah secara aktif. Alih-alih selalu memulai dari Pengalaman Konkret,
ada argumen kuat agar pelatih melakukan variasi saat melakukan langkah/tahap pertama
karena setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda. Hanya sedikit dari kita yang dapat
secara berimbang menggunakan empat langkah Siklus Pembelajaran. Pada prakteknya, kita
secara alamiah lebih cenderung untuk menggunakan satu atau dua langkah saja. Preferensi
inilah yang disebut Kolb (1984) sebagai gaya pembelajaran dan diidentifikasikan sebagai
menyebut gaya belajar dan dapat diidentifikasi dalam Kumpulan Gaya Belajar ala Kolb.
Gaya Belajar
MDF copyright 2018
Untuk memahami dari mana konsep gaya belajar Kolb berasal, kita periksa kembali
langkah-langkah dari siklus belajar. Menurut Kolb, kita dapat mengidentifikasi dua tindakan
ketika mempelajari sesuatu yang baru. Tindakan atau variabel pertama adalah cara kita
mengeksplorasi pengalaman baru atau pendekatan terhadap kegiatan atau tugas baru.
Sebagian orang memilih untuk diperkenalkan kepada sesuatu yang baru melalui perasaan
atau penginderaan. Contohnya, mereka mulai menekan tombol dan layar ponsel pintar baru
mereka, sementara yang lain lebih memilih untuk terlibat dengan informasi baru melalui
eksplorasi konsep atau teori dan pertama-tama akan membacakan instruksi pemakaian
www.mdf.nl
Ketika informasi baru dieksplorasi, kita harus mengubah atau memroses pengalaman, baik
dengan eksperimen aktif, misalnya seseorang mulai menggunakan ponsel pintar segera,
maupun memilih untuk mengamati dan merefleksikan terlebih dahulu sebelum
memanfaatkan informasi baru tersebut. Mereka pertama kali akan melihat bagaimana orang
lain menggunakan ponsel pintar mereka, sebelum mereka sendiri mulai menggunakannya.
Bentuk visualisasi kedua variabel ini dan kedua sumbunya pada grafik di bawah ini akan
menjabarkan empat gaya belajar ala Kolb. Keempat gaya belajar dinamai dan diilustrasikan
sebagai berikut (De Galan, 2003):
The Diverger melihat pengalaman konkret dan merefleksikannya pada diri mereka
The Assimilator akan dengan mudah menentukan konsep berdasarkan refleksi
The Converger mengambil esensi dari teori dan mulai menerapkannya
The Accommodator bekerja sesuai dengan teknik coba-coba (trial and error). Jika
diberikan target, maka ia akan memilih cara/gayanya sendiri untuk mengolah pengalaman.
Pengalaman
Konkrit
Merasakan, melakukan
Meng- Menyebar
akomodasi (merasakan &
(Merasakan & melihat)
melakukan)
Eksperimen Observasi
Aktif Reflektif
Menguji, menerapkan Menyaksikan, bermimpi
Menyimpulkan Asimilasi
(berpikir dan (berpikir &
bertindak) Menyaksikan
Konseptualisasi
Abstrak
Berpikir, menganalisis
MDF copyright 2018
Bila Anda ingin membuat peserta merasa nyaman, pilihlah gaya belajar favorit nya ketika
Anda memulai pelatihan. Bayangkan Anda ingin belajar tentang cara memberikan umpan
balik dan ingin berlatih; namun ternyata Anda harus mendengarkan penjelasan panjang
tentang teori dan kompleksitas budaya tentang umpan balik! Resistance peserta sering
dikaitkan dengan gaya belajar mereka. Peserta memberikan perlawanan dan merasa sulit
untuk belajar, saat Anda memberikan informasi baru dan menjadi sulit untuk diatasi.
Perlawanan tersebut seringkali berkaitan dengan gaya belajar mereka. Di bawah ini, Anda
terdapat tabel berisi paparan singkat mengenai gaya belajar, langkah yang banyak dipilih
www.mdf.nl
dalam siklus pembelajaran, kualitas, dan jebakan ,yang terkait dengan gaya belajar dan
ungkapan khas untuk mengenali sebuah gaya.
Ketika bekerja dengan lebih dari satu kelompok, bertemu dengan orang yang memiliki gaya
belajar yang sama, bukanlah hal yang lumrah. Oleh karena itu, seperti yang disebutkan
sebelumnya, disarankan agar para pelatih mencari variasi pada saat mereka memulai sesi
pelatihan, supaya dapat menyesuaikan dengan gaya belajar peserta yang berbeda-
beda.Cara ini juga akan membantu Anda sebagai pelatih agar terhindar dari perangkap
“menyusun pelatihan berdasarkan satu gaya belajar favoritnya semata”.
Namun demikian, dalam beberapa kasus, menurut De Galan (2003), pelatih mungkin
MDF copyright 2018
menyesuaikan seting pelatihan dengan gaya belajar tertentu. Misalnya, pada pelatihan di
sebuah perusahan, dengan kursus yang dibuat khusus untuk kelompok peserta tertentu,
bisa jadi mayoritas peserta memiliki gaya belajar yang sama. Di kelompok staf universitas
gaya belajar Assimiliator mungkin dominan. Dalam beberapa kasus, orang-orang belajar
dari lingkungan tempat bekerja dengan gaya belajar tertentu. Terutama jika menghadapi
mereka yang telah bekerja dengan kurun waktu lama dengan kelompok atau untuk
organisasi tertentu. Dalam beberapa kasus, orang bisa dididik oleh lingkungan kerja mereka
www.mdf.nl
dalam gaya belajar tertentu, terutama ketika salah satu bekerja dalam periode yang lebih
lama dengan kelompok tertentu atau untuk sebuah organisasi tertentu. Pelatih mungkin
mendapatkan kesempatan untuk mengenali gaya belajar yang dominan dan
Kategorisasi lain dari gaya belajar, yang paling umum dan banyak digunakan adalah VAK
Visual, Auditory, and Kinaesthetic) atau VAK Model ala Fleming. Hal ini didasarkan pada
model pemrograman neuro-linguistik. Fleming mengidentifikasi tiga jenis peserta didik.
Pelajar Visual memiliki preferensi untuk melihat apa yang mereka pikirkan dalam gambar.
Peserta didik Auditory belajar secara optimal dengan cara mendengarkan dan berpartisipasi
dalam diskusi. Peserta didik Kinaesthetic atau sentuhan lebih memilih untuk belajar melalui
pengalaman: bergerak, menyentuh/meraba dan melakukan. Sebagai pelatih, Anda mungkin
ingin mempersiapkan program pelatihan Anda sedemikian rupa, sehingga mencakup
keseluruhan hal tersebut diatas.
Model terakhir yang juga cukup umum , yang akan disorot dalam dokumen ini adalah model
ala Fuhrman dan Jacobs. Model ini berfokus pada interaksi sosial antara peserta didik
dengan guru atau pelatih. Mereka mengidentifikasikan peserta didik menjadi tiga kategori:
dependent, collaborative dan independent. Di setiap tipe dijelaskan kebutuhan peserta didik
beserta tindakan yang akan dilakukan pelatih.
Bacaan Lanjutan
David A. Kolb tentang pengalaman belajar, Smith, MK di http://www.infed.org/b-explrn.htm
Memberikan gambaran singkat mengenai serba-serbi pembelajaran berbasis pengalaman
dan ringkasan kritik terhadap model ala Kolb.
Ulasan yang sangat menarik tentang ragam model dari gaya belajar, terkait dengan tipe-
tipe kepribadian, seperti misalnya: Myers Briggs Type Indicator (MBTI).
Berbagai artikel mengenai pembelaaran berbasis pengalaman dan kritik terhadap teori
David Kolb dapat dilihat di: http://revieuwing.co.uk/reserach/experiential.leraning.htm
Ringkasan menyeluruh atas kritik-kritik terhadap teori Kolb
Referensi
www.mdf.nl
Honey, P and Mumford, A (1983) Using your Learning styles. Maidenhead, UK, Peter Honey
Publications Kolb. D (1984) Experiential Learning: Experience as the source of learning and
development. Englewoods Cliffs NJ: Prentice-Hall
Kolb.d and Fry. R. (1975) Toward an applied theory of experiential learning; in C. copper
(ed) Theories of Group Process, London; John Wiley
Makalah ini mengambil perspektif praktis pada pembelajaran berbasis otak dengan fokus
utama pada bagaimana pelatih dapat membuat program mereka lebih efektif. Bagi para
pelatih, pertanyaan yang sangat penting adalah bagaimana cara terbaik untuk
menghubungkan dengan fungsi alami otak agar pembelajaran benar-benar meresap?
Pemahaman tentang bagaimana otak belajar akan membantu pelatih mempertimbangkan
aspek-aspek ketika merancang dan menerapkan program pelatihan.
Konsep Dasar
Konsep yang mendasari pembelajaran berbasis otak adalah bahwa:
Dalam otak manusia setiap sel saraf (neuron) berfungsi sebagai stasiun pemancar. Mereka
menerima informasi dari sel-sel lain dan juga memroses sinyal dan mengirimkannya ke sel-
sel lain. Ketika sel saraf yang dirangsang oleh pengalaman baru dan paparan yang masuk
dalam formasi dari indera, tumbuhlah cabang yang disebut dendrit. Dendrit adalah
permukaan reseptif utama dari sel saraf dan membentuk jaringan saraf di dalam otak kita.
Informasi ini kemudian diteruskan dari satu sel ke sel yang lainnya melalui jaringan saraf
yang terdapat di celah kecil yang disebut sinapsis atau melalui akson, saluran langsung
antar dendrit. Senyawa yang disebut neurotransmitter menyebabkan sinyal mengalir dari
satu neuron ke neuron lainnya. Proses elektrokimia antara sel-sel ini adalah dasar dari
semua perilaku manusia. Setiap kali kita berbicara, bergerak, atau berpikir, listrik dan
MDF copyright 2018
komunikasi kimiawi terjadi antara puluhan ribu neuron. (R. Weiss, 2000)
Pola berkomunikasi sesama sel tercatat secara singkat dalam ingatan kita. Namun dalam
penggunaan yang konstan, Anda memperkuat jaringan ini dan kemudian mungkin menjadi
pola yang lebih permanen. Karena sering digunakan, jaringan netral menumbuhkan cabang
saraf akson, dendrit dan sinapsis baru, yang berkembang luas. Seiring pemakaian yang
terus-menerus, Anda kehilangan akson dan terjadilah penurunan jaringan. (R. Weiss, 2000).
www.mdf.nl
Proses ini disebut plastisitas neuron. Sepanjang hidup, otak terus-menerus "merekonstruksi"
diri untuk mengatasi perubahan yang sedang berlangsung di lingkungan kita (Gulpinar,
2005).
Peristiwa diatas memiliki implikasi praktis untuk pelatih. Implikasi pertama berkaitan dengan
motivasi untuk belajar dan yang kedua berhubungan dengan proses pembelajaran.
Keduanya dibahas dalam dua bagian berikut ini.
Pola pikir adalah ide sederhana yang ditemukan oleh Carol Dweck, psikolog dari Stanford
University yang terkenal di dunia. Carol Dweck menunjukkan bahwa pola pikir Anda akan
menentukan hingga batas tertinggi, bagaimana orang akan mengembangkan diri dan
menjadi sukses atau sebaliknya. Beliau membedakan jenis pola pikir menjadi dua: pola pikir
tetap dan pola pikir berkembang.
Dalam pola pikir tetap, orang percaya kualitas dasar mereka, seperti kecerdasan atau bakat
mereka sebagai ciri yang bersifat tetap. Mereka justru menghabiskan waktu
mendokumentasikan kecerdasan atau bakat tersebut dan bukan mengembangkannya.
Mereka juga percaya bahwa (dengan) bakat saja dapat menciptakan kesuksesan-tanpa
usaha. Sedangkan dalam pola pikir berkembang, orang percaya bahwa kemampuan mereka
yang paling dasar dapat dikembangkan melalui dedikasi dan kerja keras-otak dan bakat
hanyalah ujung pangkal. Masing-masing individu belum tentu menyadari pola pikir mereka
sendiri, tetapi pola pikir mereka masih bisa dilihat berdasarkan perilaku mereka.
Perbedaan pola pikir sangat jelas terlihat pada reaksi seseorang terhadap kegagalan.
Seseorang dengan pola pikir tetap akan takut gagal karena itu adalah pernyataan negatif
atas kemampuan dasar mereka. Individu dengan pola pikir berkembang tidak keberatan
dengan kegagalan karena mereka menyadari bahwa kinerja mereka dapat ditingkatkan dan
melihat situasi itu sebagai kesempatan untuk belajar. "Practice makes perfect” adalah
ungkapan yang menggambarkan dengan tepat untuk pola pikir berkembang.
Menurut Dweck (2006) mengajar (orang) dengan pola pikir berkembang menciptakan
motivasi dan produktivitas. Dengan alasan ini, ia menyarankan untuk membuat 'peserta'
MDF copyright 2018
menyadari kemampuan otak untuk berkembang. Kesadaran ini akan membantu mereka
untuk beralih dari pola pikir tetap ke pola pikir berkembang. Pola pikir peserta pelatihan juga
dapat secara positif dipengaruhi oleh pelatih. Sebagai seorang pelatih, Anda disarankan
untuk memverifikasi pola pikir Anda sendiri, karena peserta pelatihan secara tidak sadar
akan menerima apa pun yang Anda pikirkan tentang mereka, yang akan mempengaruhi
motivasi mereka untuk belajar.
Selain itu, pola pikir peserta pelatihan dapat sangat dipengaruhi oleh cara Anda memberikan
www.mdf.nl
umpan balik. Peserta akan tampil lebih baik ketika mereka dipuji karena usaha mereka (dan
bukan pada kecerdasan mereka). Tanggapan yang diberikan dengan cara demikian akan
mendorong ketekunan (Dweck, 2006).
Keenam prinsip ini dapat digunakan oleh pelatih sebagai checklist untuk memastikan,
apakah Anda menggunakan semua kesempatan yang ada untuk membuat wawasan baru
melekat di otak peserta. Heath Bersaudara yang menulis 'Made to stick', membandingkan
otak dengan bahan Velcro (kain perekat). Adalah tugas pelatih untuk memastikan bahwa
ada sebanyak mungkin hooks and loop (asosiasi) yang dibuat di otak para peserta untuk
kemudian dipakai dalam pembelajaran.
cara yang sama; setiap kali neuron berkomunikasi, mereka lebih terhubung. Dalam konteks
ini, penting untuk diingat sebagai pelatih, bahwa menyebarkan pesan yang sama pada
waktu yang tepat akan lebih efektif daripada menyampaikan segala sesuatu pada saat yang
sama. Berikan otak beberapa waktu untuk membiarkan informasi meresap, karena jika tidak,
otak mungkin akan jenuh. Jadi, pastikan bahwa peserta pelatihan mengingat
pesan/informasi baru tersebut beberapa kali sepanjang siang ataupun sepanjang minggu.
Dalam hal ini adalah penting untuk tidak “hanya” mengulang pesan yang persis sama,
melainkan menggunakan variasi dalam cara Anda untuk membuat mereka mengingat pesan
www.mdf.nl
Pengulangan juga dapat dilakukan dengan cara memberikan contoh yang Anda pahami.
Dengan cara ini, Anda akan memicu apa yang disebut neuron cermin. Secara kebetulan,
para peneliti menemukan pada pertengahan tahun 90an bahwa sel-sel neuron yang
berkomunikasi satu sama lain ketika Anda melakukan sesuatu juga berkomunikasi ketika
Anda melihat orang lain melakukan hal yang sama. Tindakan orang lain tersebut
dicerminkan atau bergaung di otak Anda. Contoh neuron cermin yang amat umum dijumpai
di tempat kerja adalah ketika seseorang menguap,maka Anda akan menguap juga.
Wawasan ilmiah terbaru menunjukkan bahwa untuk pembelajaran baru yang kompleks
penting untuk terus menggunakan cara ini secara aktif selama minimal 6 minggu agar
informasi baru melekat di otak. Hal ini bisa menjadi semacam tantangan (tapi tidak mustahil
diatasi) bagi pelatih ketika pelatihan Anda hanya berlangsung satu minggu dan setelahnya
kontak dengan peserta didik Anda hanya sedikit.
Prinsip 4: Fokus
Seorang pelatih harus membuat program pelatihan yang berorientasi pada hasil dan konteks
semaksimal mungkin.
Memberikan perhatian pada sesuatu, akan menjadikannya berkembang dalam pikiran Anda.
Semakin baik kita fokus, maka akan semakin baik kita dalam hal belajar, memahami, dan
mengingat. Semakin banyak perhatian yang diberikan otak kita kepada sebuah
pengalaman, makan akan diproses secara lebih baik dan lebih diingat. .
Bila Anda menggunakan contoh yang sangat erat kaitannya dengan konteks peserta Anda,
akan lebih mudah bagi mereka untuk membayangkan atau memvisualisasikan bagaimana
mereka dapat menggunakan wawasan tersebut dalam situasi mereka. Sebagai contoh:
keterampilan negosiasi tidaklah memiliki banyak variasi, menurut situasinya. Namun jika
pelatih menggunakan beragam contoh dari konteks komersial dan korporasi, sedangkan
peserta adalah PNS atau karyawan LSM, tentu akan lebih sulit bagi mereka untuk
MDF copyright 2018
Agar dapat fokus, akan sangat membantu bagi peserta pelatihan untuk berpikir tentang
bagaimana mereka akan menggunakan wawasan baru atau memvisualisasikan hasilnya,
www.mdf.nl
juga dapat sangat membantu. Oleh karena itu, menempatkan teladan yang baik sebagai
pelatih dapat pula membantu untuk membuat banyak hal serealistis dan senyata mungkin
Ringkasan
Merancang dan melakukan pelatihan yang efektif tidak dapat dilakukan tanpa
memanfaatkan pengetahuan tentang bagaimana otak belajar. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan, bahwa pembelajaran adalah tentang pembentukan jaringan saraf yang kuat
dan luas. Implikasi bagi pelatih adalah bahwa kita harus memastikan peserta termotivasi,
bergembira dan wawasan yang baru diperoleh pun tidak mudah hilang. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara:
untuk merencanakan dan memverifikasi ketertarikan dan “faktor tahan lama” dari pelatihan
Anda. Ingat, gunakan keenam prinsip, maka semua teratasi!
Gerbang menuju informasi lebih lanjut tentang motivasi belajar dan pola pikir, bisa dilihat di
www.mdf.nl
Informasi lebih lanjut tentang cara membuat ide-ide mudah diingat ditemukan di
http://www.heathbrothers.com
Buku yang mudah diakses dalam format DVD yaitu Brain rules; 12 principles for striving and
thriving at Work, Home, and School oleh John Medina. The six brain principles karya
Dirksen sangat mudah dikenali/dipahami.
Referensi
Renate Nummela Caine and Geoffrey Caine (1997). Unleashing the power of perceptual
change the potential of brain-based teaching. Association for Supervision and Curriculum
Development
Dirksen, G (2010). Het brein achter het leren; leermotivatie verhogen en beter laten leren
door breinkennis. Uitgeverij SchoolBV, Meppel
Dweck, C. S. (2006). Mindset: The new psychology of success. New York: Random House.
Weiss, R. P. (2000). Brain-based Learning: the wave of the brain. In Training &
Development, July 2000, p 20-24
anak.
Istilah 'andragogy' telah digunakan di masa dan di negara-negara yang berbeda dengan
beragam konotasi. Awalnya, didefinisikan sebagai ilmu tentang pemahaman dan dukungan
kepada orang dewasa untuk belajar. Terutama di Amerika Serikat, andragogi dalam tradisi
Malcolm Knowles, yang didefinisikan pada tahun tujuh puluhan, adalah pendekatan teoretis
dan praktis spesifik tentang pembelajaran untuk orang dewasa. Saat ini andragogi mengacu
pada pendidikan yang berpusat pada pelajar, untuk orang-orang dari segala usia, sebagai
www.mdf.nl
alternatif untuk pendidikan yang berpusat pada guru (sinonim untuk mengajar). Di kemudian
hari, guru memikul tanggung jawab untuk membuat keputusan tentang apa (dan bagaimana
serta kapan) akan dipelajari.
Asumsi yang mendasari pendekatan berpusat pada peserta didik adalah bahwa peserta
didik menyadari kemampuan dan pengalaman mereka serta bahwa mereka memerlukan
keterlibatan dalam proses pembelajaran. Asumsi ini telah diterjemahkan ke dalam
karakteristik berikut andragogi: (Goad, 1982, Hanson, 1981).
apa yang ditawarkan dan menerapkannya dengan cara yang relevan dan dirasa
terbaik bagi mereka. Tanggung jawab pelatih adalah memfasilitasi, sedangkan
tanggung jawab peserta adalah belajar.
Dalam lampiran, terdapat sebuah perbandingan asumsi yang mendasari pedagogi dan
andragogi menurut Knowles. Dibawah ini adalah bahan bacaan lanjutan karya Malcolm yang
disarankan:
Knowles M. S. (1973; 1990) The Adult Learner. A neglected species (4e), Houston: Gulf
Publishing. 2e. 292 + viii pages. Survei tentang teori pembelajaran, andragogi dan
pengembangan sumber daya manusia (SDM). Bagian tentang andragogi memiliki beberapa
refleksi pada perdebatan tentang andragogi. Lampiran yang lengkap, yang mencakup check
list perencanaan, pernyataan kebijakan dan beberapa artikel yang ditulis Knowles -
menciptakan komunitas belajar seumur hidup, mulai dari guru hingga fasilitator dan lainnya.
Knowles, M. S. (1975) Self-Directed Learning. A guide for learners and teachers, Englewood
Cliffs: Prentice Hall/Cambridge. 135 pages. Panduan programatis yang cenderung
berorientasi pada tujuan/sasaran. Terdapat bab tentang peserta didik, guru, dan referensi
pembelajaran.
Referensi
Conner, M.L. (1997-2004). ‘Andragogy and Pedagogy”. Ageless learner
Goad, T.W. (1982) Delivering effective training. Sien Diego, Ca: Pfeiffer & Company
Hanson, P. g. (1981). Learning through groups: a trainer’s basic guide. San Diego CA:
Pfeiffer & Company
Mengkaji wawasan dari tiga teori belajar yang disajikan akan menghasilkan pelatihan yang
paling efektif. Konsep pembelajaran berbasis pengalaman berfungsi sebagai penyusun
proses pembelajaran kursus pelatihan. Wawasan pembelajaran berbasis otak dan
andragogi memungkinkan untuk memberikan pembelajaran berkualitas tinggi dan kerangka
yang lebih konkret tentang peran pelatih. Sifat tumpang tindih namun saling melengkapi
menegaskan relevansi bagi pelatih dan memberikan argumen yang kuat untuk penerapan
ketiga teori.
Langkah-langkah yang berbeda dari proses ini dapat digunakan sebagai penyusun tahapan
pembelajaran. Meskipun tidak memberikan pedoman umum tentang teknik pelatihan
manakah (diskusi, bermain peran, presentasi, dan lain-lain) yang sesuai untuk setiap tahap
dari siklus belajar, model Kolb tidak memberikan karakteristik yang spesifik untuk setiap
langkah efektif. Kondisi untuk pengamatan reflektif atau pengalaman konkret yang efektif
tidak menjadi jelas. Oleh karena itu, risiko yang dapat muncul adalah bahwa fokus yang
ekstrem terhadap proses akan menghilangkan semangat dari model ini dan mengubah
siklus belajar menjadi mekanisme yang membosankan. Oleh karena itu, kombinasi dari
www.mdf.nl
Membandingkan teori-teori pembelajaran dalam hal peran pelatih dan lingkungan belajar,
dapat disimpulkan bahwa: pembelajaran berbasis otak terutama akan bermanfaat untuk
meningkatkan keterampilan dan sikap sebagai seorang pelatih serta menunjukkan bahwa
pengaturan pelatihan dapat berguna. Andragogi dan pengalaman belajar berbasis
pengalaman memberikan Anda informasi terutama tentang sikap tepat seorang pelatih.
Titik awal teori pembelajaran ala Kolb secara jelas adalah “cara alami” bagaimana orang-
orang belajar dan ia pada dasarnya mengatakan, ketika seseorang membuat pengaturan
yang "tidak wajar, maka peran pelatih kemudian adalah untuk membuat proses belajar
terlihat alami agar menjadi efektif. Ini cukup mirip dengan peran fasilitator (dari
pembelajaran), sebagaimana dimaksud dalam teori pembelajaran Andragogi. Dikarenakan
titik awal untuk Andragogi adalah pembelajaran bagi peserta didik dewasa, teori ini
menekankan pentingnya penerapan pengaturan informal dan “aman”/umum serta
menghindari terciptanya situasi seperti di “ruang kelas” atau lingkungan “menakutkan”
lainnya. Teori ini juga melihat pembelajaran sebagai proses berkelanjutan yang
menunjukkan paralel yang jelas dengan fase percobaan aktif dari siklus belajar Kolb.
Teori pembelajaran berbasis otak secara jelas memiliki asal-usul dalam hal pendidikan
umum tanpa fokus khusus pada pembelajaran orang dewasa. Ini bisa menjadi alasan
mengapa pengaturan kelas harus merupakan titik awal yang jelas. Namun demikian, teori
ini juga memberikan petunjuk tentang bagaimana cara pengaturan dapat digunakan untuk
menjamin pembelajaran yang lebih efektif. Misalnya, mengapa pergi ke hutan atau
berdandan, dalam beberapa kasus, dianggap berguna. Selanjutnya, pembelajaran berbasis
otak sangat membantu untuk meningkatkan kemampuan presentasi pelatih. Selain itu, ia
memberikan petunjuk tentang bagaimana menjadi panutan dan memperluas wawasan
mengenai bagaimana, mengapa dan kapan menggunakan teknik pelatihan (kreatif).
Terakhir, para pelatih sangat setuju dengan konsep pembelajaran berbasis otak untuk
mengadaptasi perilaku berdasarkan pada pola pikir berkembang (a growth mindset).
Tumpang tindih antara ketiga teori pembelajaran yang berbeda, terutama ditemukan dalam
aspek keterlibatan aktif peserta didik dalam proses pembelajaran, perlunya hubungan antara
topik dan pengalaman peserta didik, dan relevansi topik dengan peserta didik.
Ketika seseorang melihat lebih dalam pada tumpang tindih tersebut, menjadi jelas bahwa
tumpang tindih yang paling signifikan adalah antara andragogi dan pembelajaran berbasis
otak. Apa yang telah dikemukakan di tahun tujuh puluhan dan delapan puluhan dari
perspektif ilmu kognitif baru-baru ini telah dikonfirmasi secara luas dari perspektif ilmu saraf.
Nilai tambah dari teori pembelajaran berbasis otak terhadap andragogi adalah bahwa
sebagai tambahan terhadap wawasan “bagaimana orang-orang belajar”, yang menjelaskan
mengapa orang-orang belajar seperti yang mereka lakukan. Dengan mengetahui hal ini,
merumuskan petunjuk-petunjuk yang lebih konkret untuk rancangan dan penyampaian sesi
pelatihan menjadi mungkin dilakukan.
MDF copyright 2018
Kemiripan antara andragogi dan pembelajaran berbasis otak (selain yang disebutkan di
atas), sebagian besar dapat ditemukan berkaitan dengan a) motivasi sebagai syarat penting
bagi orang untuk belajar, b) pengakuan bahwa pembelajaran juga mencakup komponen
emosional, bahkan melibatkan emosi akan meningkatkan pembelajaran, c) penggunaan
variasi dalam hal stimulasi panca indera peserta, d) peran umpan balik/tanggapan, yaitu
bahwa upaya harus dipuji dan “penghakiman” harus dihindari. Unsur-unsur yang berbeda
dari kedua teori pembelajaran bisa sebenarnya berfungsi untuk menilai kualitas dan
www.mdf.nl
Pedagogi Andragogi
Peserta didik/ • Peserta didik bergantung Peserta didik belajar secara mandiri
pelajar pada instruktur dalam hal
pembelajaran secara
keseluruhan
Kesiapan untuk Pelajar didikte tentang apa yang Perubahan apapun dapat memicu
belajar mereka harus pelajari supaya kesiapan untuk belajar
dapat menguasai tahap
penguasaan berikutnya Kebutuhan untuk mengetahui
supaya dapat melakukan sesuatu
secara efektif dalam banyak aspek
di kehidupan seseorang adalah hal
penting
MDF copyright 2018