Anda di halaman 1dari 24

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

Perkembangan Peserta Didik Azmi Asra, S.Si., M.Pd

“PENGERTIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN”

Di susun oleh :

Dewi Suci Prihatin

Nim : 2231003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat
dan karunia-Nya lah saya msih diberi kesempatan untuk menyelesaikan Makalah
yang berjudul “Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan” dengan tepat
waktu. Shalawat serta salam kita hadiahkan kepada junjungan alam yakni Nabi
Besar Muhammad saw karena berkat beliaulah saya bisa terbebas dari zaman
kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini.

Dalam menyelesaikan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu, saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Azmi Asra, S.Si., M.Pd selaku dosen mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik.

Dalam penulisan Makalah ini, saya menyadari bahwa masih banyak


kekuranganbaik dalam teknis penulisan maupun materi yang disampaikan. Atas
kekurangan dalam menyelesaikan makalah ini, saya meminta maaf. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangatlah diharapkan dalam menyempurnakan
tugas ini, agar kedepannya lebih baik dan semoga dengan terselesaikannya
makalah ini. Dan semoga dengan terselesaikannya makalah ini, dapat bermanfaat
bagi saya, dosen pengampu, dan teman – teman sekalian.

Pasir Pengaraian, 10 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................

A. Latar Belakang....................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................
C. Tujuan.................................................................................................

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN.........................................................

A. Tinjauan Hadist...................................................................................
B. Tinjauan Ahli......................................................................................

BAB III PEMBAHASAN..............................................................................

A. Perkembangan Intelek........................................................................
B. Perkembangan Emosi.........................................................................
C. Perkembangan Sosial dan Bahasa......................................................
D. Perbedaan Individual Unik.................................................................

BAB IV PENUTUP........................................................................................

A. Kesimpulan.........................................................................................
B. Saran...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan anak terdapat dua proses yang berlangsung
secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pada umumnya
penggunaan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara
bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara independesi artinya saling
bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bisa di pisahkan dalam
bentuk – bentuk yang berdiri sendiri- sendiri, akan tetapi dapat dibedakan
untuk lebih memperjelas kegunaanya.
Secara umum istilah pertumbuhan (growth) dan perkembangan
(development) memiliki pengertian yang sama yakni keduanya mengalami
perubahan. Tetapi secara khusus yakni sesuai dengan kaidah keilmuan
dalam psikologi, istilah pertumbuhan berbeda dengan perkembangan.
Istilah pertumbuhan mengacu pada perubahan yang bersifat kuantitas,
sedangkan perkembangan lebih mengarah kepada kualitas. Artinya konsep
pertumbuhan lebih mengarah ke fisik yang bersifat pasti seperti dari kecil
menjadi besar, dari pendek atau rendah menjadi tinggi dan lain- lain.
Menurut (Nurhayati : 2017) proses membantu perkembangan
bermacam faktor perkembangan anak harus dilandasi melalui pengetahuan
tentang perkembangan anak, sebab perkembangan anak berbeda dengan
perkembangan remaja atau orang dewasa.
Perkembangana ba3dchasa merupakan aspek penting bagi
kehidupan anak terutama pada era komunikasi global yang tentunya
menggunakan bahasa sebagai media komunikasi (silawati, 2016). Jika
perkembangan bahasa anak mengalami gangguan maka akan berdampak
pada kemampuan anak dalam menggunakan informasi dan komunikasi.
Selain bahasa, emosi anak juga sangat berperan penting terhadap
perkembangan anak.
Perkembangan emosi merupakan salah satu perkembangan
kecerdasaan atau kemampuan mengelola perasaan yang harus di bangun
ke dalam karakter anak sejak usia dini. Dari beberapa hasil penelitian para
ahli tentang perkembangan anak mengatakan bahwa perkembangan emosi
anak memberikan kontribusi yang lebih besar untuk keberhasilan masa
depan. Penemuan ini telah dibuktikan dengan fakta fakta perkembangan
emosional anak yang awali sejak bayi, masa balita, pra sekolahdan
perkembangan manusia dewasa.
Setiap anak dilahirkan dengan tingkat kecerdasan yang sama,
hanya saja perkembangan intelek anak berbeda – beda setiap individunya.
Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, karena itu di masa usia ini
disebut sebagai golden age (masa emas) yaitu masa yang berharga
dibanding usia selanjutnya. Perkembangan intelektual, spritual dan sosial
emosional seorang manusia merupakan hasil dari perkembangan di usia
dini seseorang. Perkembangan anak pada usia pra- sekolah atau sekarang
lebih dikenal dengan anak usia dini yang berada pada rentang udia 0-6
tahun oleh para ahli di anggap sebagai usia emas dalam tahap
perkembangan manusia. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang
unik adan menyenangkan dengan karakteristik khas, baik secara fisik,
psikis, sosial, dan moral.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian dari perkembangan intelek
2. Bagaimanakah pengertian dari perkembangan emosi
3. Bagaimanakah pengertian dari perkembangan sosial dan bahasa
dan
4. Bagaimana perbedaan individual unik
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari perkembangan intelek
2. Untuk mengetahui pengertian dari perkembangan emosi
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan sosial dan bahasan
dan
4. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan individual unik
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN
BAB III

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Intelek

intelek berasal dari kata bahasa latin intelligere yang artinya memahami.
Intelligere berasal dari kata inter yang artinya di antara dana legere yang aratinya
mengumpulkan, memilih, menserap dan membaca. Terdapat beberapa pengertian
mengenai intelek yang dapat di pahami dalam 3 artian. Pertama, intelek sebagai
kemampuan kognitif. Kemampuan mengetahui dan di lawankan dengan
kemampuan menghendaki serta kemampuan merasa. Kedua, intelek adalah

Menurut santrock dalam ( Latifa: 2017), perkembangan merupakan bagian


dari perubahan yang dimulai dari masa konsepsi dan berlanjut sepanjang rentang
kehidupannya . bersifat kompleks karena melibatkan banyak proses seperti
biologis, kognitif, dan sosio – emosional. F.J Monks, ddk dalam (Latifa: 2017)
meneruskan bahwa perkembangan mengacu pada proses mengarah kesempurnaan
yang tidak bisa diperbaiki dari pertumbuhan, pematangan, serta pembelajaran.

Perkembangan intelektual, kecerdasan atau untuk ranah psikologi atau


pendidikan diistilahkan dengan perkembangan kognitif, adalah suatu pengetahuan
yang menganalisis aktivitas psikis atau cara kerja keahlian berpikir abstrak
individu. Perkembangan intelektual berhubungan dengan kemampuan kognitif
seseorang, yaitu kemampuan berfikir dan memecahkan masalah. Aspek kognitif
juga dipengaruhi oleh perkembangan sel saraf pusat di otak.

Intelektual atau pola pikir seseorang berkembang sejalan dengan


pertumbuhan syaraf otaknya. Karena berfikir pada dasarnya menunjukkan fungsi
otak, maka kemampuan intelektual dipengaruhi oleh kematangan syaraf otak yang
mampu menunjukkan fungsinya secara baik. Perkembangan intelektual diawali
dengan kemampuan mengenal dunia luar. Awalnhya respon terhadap rangsangan
dari luar merupakan aktivitas reflektif, seiring dengan bertambahnya usia aktivitas
tersebut berkurang terhadap setiap rangsangana dari luar dan selanjutnya mulai
terkoordinasikan, perkembangan berikutnya ditunjukkan pada prilakunya, yaitu
tindakan memilih dan menolak sesuatu (proses analisis, evaluasi, membuat
kesimpulan dan diakhiri dengan pembuatan keputusan.

Menurut Piaget (Fatimah, 2006: 24) perkembangan kognitif seseorang


mengikuti tahapan berikut ini.

1. Masa Sensorik motorik (0 - 2,5 tahun)


Masa ini adalah masa ketika bayi menggnakan system
penginderaan dan aktivitas motorik untk mengenal lingkngannya. Ia
memberikan reaksi motorik terhadap rangsangan yang diterimanya dalam
bentuk refleks, seperti refleks mencari putting susu ibu, refleks menangis,
refleks kaget, dan lain – lain. Refleks- refleks ini kemudian berkembang
menjadi gerakan – gerakan yang lebih canggih, misalnya berjalan.

2. Masa pra – operasional (2 – 7 tahun )


Ciri khas masa ini adlah kemampuan anak dalam menggunakan
simbol yang mewakili suatu konsep. Kemampuan simbolik ini
memungkinkan seorang anak melakukan tindakan – tindakan yang
berkaitan dengan hal – hal yang telah dilihatnya. Misalnya, seorang anak
yang pernah melihat dokter sedang praktik, Ia akan bermain dokter –
dokteran.

3. Masa Konkreto pra – rasional (7 – 11 tahun)


Pada tahap ini, anak sudah dapat melakukan berbagai tugas yang
konkret. Ia mulai mengembangkan tiga macam operasi berpikir, yaitu
identifikasi (mengenali sesuatu), negasi (mengingkari sesuatu ), dan
reprokasi (mencari hubungan timbal – balik antara beberapa hal).

4. Masa operasional (11 – dewasa )


Pada usia remaja dan seterusnya, seseorang akan mampu berfikir
abstrak dan hipotesis. Pada tahap ini, ia mampu memperkirakan hal- hal
yang mungkin terjadi. Ia dapat mengambil kesimpulan dari suatu
pernyataan. Misalnya mainan A lebih mahal dari pada mainan B dan
mainan C lebih murah dari pada mainan B, maka ia dapat menyimpulkan
mainan yang paling mahal dan yang paling murah.

B. Perkembangan Emosi

Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak dalam diri
individu yang sifatnya di dasari. Oxford English Dictionary mengartikan emosi
sebagai sesuatu kegiatan atau pergolakan berfikir, perasaan, nafsu atau setiap
keadaan mental yang hebat. Selain itu, daniel Goleman merumuskan emosi
sebagai suatu yang merujuk pada suatu perasaan dan pikiran- pikiran khasnya.
Sesuatu keadaan biologis dan psikologis, serta aserangkaian kecenderungan untuk
bertindak. Emosi dapat di kelompokkan sebagai suatu rasa marah, kesedihan, rasa
takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel atau malu.

Istilah emosi berasal dari kata “emotus” atau “emovere” atau “mencerca”
(to sir up) yang berarti sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu, misalnya emosi
gembira mendorong untuk tertawa, atau perkataaan lain emosi di definisikan
sebagai suatu keadaan gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan
melibatkan hampir keseluruhan dari individu (Sujiono,2009). Emosi berkaitan
dengan oerubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah
satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan
motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku
internasional manusia (Prawitasari, 1995).

Menurut Crow dan Crow (1958), pengertian emosi adalah ‘An emotion, is
an affective experience that accompanies generalized inner adjustement and
mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows is self
in his evert behavior”. Jadi, emosi adalah pengalaman efektif yang
digeneralisasikan dalam penyesuaian diri dan mental sehingga dapat menerangkan
siapa individu tersebut sesungguhnya dan ditunjukkan dalam setiap perilakunya.

Jadi emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian diri dalam
individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang
nampak. Emosi sering di definisikan dalam istilah perasaan (feeling), misalnya
pengalaman afektif , kenikmatan atau ketidaknikmatan, marah terkejut, bangga,
sedih dan jijik. Emosi juga sering berhubungan dengan ekspresi tingkah laku dan
respon respon fidiologis.

a. Proses dan Pola Perkembangan Emosi


Menurut Hurclock (1995), proses, pola perkembangan emosi pada anak,
ciri – ciri emosi, dan pola umum emosi dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Proses dan pola perkembangan emosi
Proses perkembangan emosi berlangsung sejak bayi lahir sampai
dewasa melalui pola – pola tertentu. Perkembangan emosi di
pengaruhi oleh faktor bawaan dan pengaruh lingkungan, yaitu
melalui proses pematangan dan proses belajar.
Setelah berumur 1 tahun, ekspresi emosional mereka berwujud
kegembiraan, ketakutan, kemarahan, dan kebahagiaan, selanjutnya
dengan meningkatkan usia anak, reaksi emosional dapat berwujud
menjerit dan menangis, melakukan perlawanan, melempar benda, lari
menghindar, bersembunyi dan mengeluarkan kata – kata.
Sekitar umur 2-4 tahun, reaksi ledakan marah mencapai puncaknya.
Kemudian tampak pola emosi yang lebih matang, seperti cemberut
dan sikap bengal.
2) Kondisi yang mempengaruhi perkembangan emosi
Faktor – aktor yang mempengaruhi perkembangan emosi adalah
faktor kematangan dan faktor belajar. Peran faktor kematangan
meliputi perkembangan intelektual yang menghasilkan kemampuan
untuk memahami makna yang sebelumnya tidak di mengerti.
Selanjutnya, peran faktor belajar tururt menunjang pada
perkembangan emosi pada masa kanak- kanak, adalah melalui :
(a). Belajat dengan coba – coba, (b). Belajar dengan cara meniru,
(c). Belajar dengan cara identifikasi, (d). Belajar dengan cara
pengkondisian, yaitu dengan asosiasi, dan (e). Belajar melalui
pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan.
3) Ciri – ciri khas emosi
Karena adanya pengaruh kematangan dan belajar, maka meosi anak
kecil berbeda dengan anak yang lebih dewasa. Ciri khas penampilan
emosi anak adalah sebagai berikut:
(a). Emosi yayng kuat yaitu bereaksi dengan intensitas yang sama,
baik terhadap situasi yang remeh ataupun serius.
(b). Emosi seringkali tampak, yaitu memperlihatkan emosi mereka
meningkat dan menjumpai bahwa ledakan emosional seringkali
melibatkan hukuman.
(c). Emosi bersifat sementara, yaitu peralihan yang cepat pada anak-
anak kecil dari tertawa kemudian menangis, dan sebagainya. Tetapi
dengan meningkatnya usia anak, emosi merke menjadi lebih menetap.
(d). Reaksi mencerminkan individualisme, yaitu secara bertahap,
dengan adanya pengaruh faktor belajar dan lingkungan, perilaku yang
menyertai berbagai macam emosi semakin diindividualisasikan (tiap
anak berbeda reaksinya)

4) Pola umum emosi


a. Rasa takut
Pola emosi yang berhubungan dengan rasa takut pada umumnya
ialah rasa malu, rasa canggung, rasa khawatir, dan rasa cemas.
Rasa malu merupakan bentuk ketakutan yang ditandai oleh
penarikan diri dari hubungan dengan orang lain yang tidak di
kenal. Rasa canggung adalah reaksi takut terhadap manusia bukan
pada objek atau situasi. Rasa khawatir adalah khalayan ketakutan
atau gelisah tanpa alasan. Rasa cemas ialah keadaan mental yang
tidak enak di tandai oleh kekhawatiran, ketidakenakan dan
perasaan yang tidak baik yang tidak dapat dihindari oleh seseorang

b. Rasa marah
Rasa marah adalah ekspresi yang lebih sering diungkapkan pada
masa kanak kanak jika di bandingkan dengan rasa takut. Reaksi
terhadap kemarahan dapat di klasifikasikan menjadi dua golongan
yaitu impulsif dan ditekan. Reaksi impulsif biasanya di sebut
agresi yang umumnya ditujukan kepada orang lain atau objek lain.
Sedangkan reaksi yang ditekan, misalnya dia masa bodoh, acuh
tak acuh ( ini disebut :impermitive , yaitu membebaskan dari
hukuman).

c. Rasa cemburu
Rasa cemburu adalah reaksi normal terhadap kehilangan kasih
sayang yang nyata, di bayangkan, atau ancaman kehilangan kasih
sayang. Pola rasa cemburu seringkali berasal dari rasa takut yang
dikombinasikan dengan rasa marah.

d. Dukacita
Dukacita adalah trauma psikis, suatu kesengsaraan emosional yang
disebabkan oleh hilangnya sesuatu yang dicintai dalam bentuk
yang lebih ringan, hal ini dikenal sebagai “kesusahan” atau
“kesedihan”. Reaksi dukacita terhadap hilangnya orang atau
barang yang dicintai mungkin tampak ditekan, misalnya menangis
(reaksi yang tampak) atau apatis yaitu hilangnya minat terhadap
hal-hal yang terjadi di lingkungannya, hilangnya selera makan dan
suka tidur.

e. Keingintahuan
Anak yang penuh keingintahuan tampak pada ciri-ciri berikut:
(1)Bereaksi secara positif terhadap unsur-unsur baru, aneh, tidak
layak atau misterius, (2)Memperlihatkan kebutuhan akan
keingintahuan untuk lebih banyak mengetahuinya, (3)Mengamati
lingkungannya untuk mencari pengalaman baru, (4) Tekun dalam
memeriksa atau menyelidiki rangsangan dengan maksud untuk
mengetahui seluk beluk unsur-unsur tersebut.
f. Kegembiraan, keriangan, kesenangan
Kegembiraan ialah emosi yang menyenangkan, yang juga dikenal
dengan keriangan, kesenangan, atau kebahagiaan. Ada berbagai
bentuk reaksi kegembiraan, antara lain : diam, tenang, puas diri,
sampai meluap-luap dalam kegembiraan.

g. Kasih sayang
Kasih sayang adalah reaksi emosional terhadap seseorang,
binatang atau benda. Hal ini menunjukkan perhatian yang hangat
yang bisa berwujud fisik atau kata-kata. Hal ini tumbuh melalui
proses belajar. Reaksi kasih sayang, terutama di perlihatkan
dengan perilaku ramah – tamah penuh perhatian dan akrab.

5) Emosi yang dominan


Emosi yang dominan adalah semua emosi salah satu atau beberapa
diantaranya menimbulkan pengaruh yang terkuat terhadap perilaku
seseorang.

6) Pengendalian emosi
Pengendalian emosi berarti mengarahkan energi emosi ke saluran
ekspresi yang bermanfaat dan dapat diterima secara sosial.
Menurut Daniel Golemsn (1997) pengendalian emosi berkaitan
denga kecerdasan emosional, yaitu suatu kemampuan untuk
merasakan, memahami, dan secara efektif merupakan daya dan
kepekaan emosi sebagai sebagai sumber energi.
Cara umum untuk menyalurkan emosi yang terpendam menurut
Hurlock (1995) adalah: (1) kemurungan, yaitu keadaan emosi yang
diperpanjang, karena adanya energi emosi yang tertahan dan emosi itu
di biarkan tetap menyala. (2) reaksi pengganti, yaitu melepaskan
energi emosional dengan mengganti reaksi emosional yang biasanya
dilakukan dengan reaksi yang lebih dapat diterima secara sosial. (3)
pemindahan, yaitu reaksi emosional ditunjukan kepada manusia,
binatang, atau objek yang tidak ada hubungannya dengan rangsangan.
Misalnya, anak yang marah bukannya memukul dan membentak
orang yang telah menimbulkan kemarahannya, tetapai menyerang
korban yang tidak bersalah sebagai kambing hitam. (4) regresi, yaitu
salah satu cara umum untuk mengekspresikan emosi yang terhalang
pada masa kanak-kanak yaitu dengan kembali ke bentuk perilaku
sebelumnya bahkan perilaku yang infantil.

C. Perkembangan Sosial dan Bahasa


Yusuf (200( menyatakan bahwa perkembangan sosial merupakan
pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembagan sosial
merupakan pencapain kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan
sosial dapat pula di artikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma – norma kelompok, moral dan tradisi : meleburkan diri
menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Kebutuhan interaksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia
enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain,
terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan
arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang
mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (2002)
menyatakan bahwa hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan
antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari
tingkat sederhana dan terbatas, yang di dasari oleh kebutuhan yang
sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia
menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga
berkembangan amat kompleks.
Dari pendapat di atas dapatlah dimengerti bahwa selama bertambah
usia seseorang maka semakin kompleks perkembangan sosialnya, dalam
arti mereka semakin membutuhkan orang lain.
1. Perkembangan sosial
a. Tahap perkembangan sosial
Berdasarkan penjelasan di atas maka dikatakan bahwa perkembangan
sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sosial dengan
tuntukan sosial. Menurut Hurlock (2004) proses dalam perkembangan
sosial adalah sbb:
1. Berprilaku dalam diterima secara sosial
Setiap kelompok mempunyai standar bagi anggotanya tentang
prilaku yang dapat diterima. Untuk dapat bersosialisasi, seseorang
tidak hanya harus mengetahui prilaku yang diterima, tetapi mereka
juga harus menyesuaikan prilakunya sehingga ia bisa diterima
sebagian dari masyarakat atau lingkungan sosial tersebut.
2. Memainkan peran dilingkungan sosialnya
Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah
ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan setiap anggoya
dituntut untuk dapat memenuhi tuntutan yang diberikan kelompoknya.
3. Memiliki sikap yang positif terhadap kelompok sosialnya
Untuk dapat bersosialisai dengan baik, seseorang harus menyukai
orang yang menjadi kelompok atau aktivitas sosialnya. Jika seseorang
disenangi berarti, ia berhasil dalam penyesuaian sosial dan diterima
sebagai anggota kelompok sosial tempat mereka menggabungkan diri.

b. Bentuk Perilaku Sosial


Yusuf (2009) menjelaskan beberapa bentuk tingkah laku sosial
yang kerap kali muncul dalam perkembangan sosial anak diantaranya
sebagai berikut :
1. Pembangkangan (Negativisme)
Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi
sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang
tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak.
Tingkah laku ini mulai muncul pada usia 18 bulan dan
mencapai puncaknya pada usia tiga tahun dan mulai menurun
pada usia empat hingga enam tahun. pemberian label kepada
anak seperti pemalas bodoh atau mungkin komunikasi yang
terlalu keras sering berdampak pada pembnagkangan pada
anak.
2. Agresi (Agression)
Yaitu perrilaku menyerang balik secara fisika (nonverbal)
maupun kata – kata (verbal). Agresi merupakan saslah satu
bentuk reaksi terhadap rasa frustasi (rasa kecewa karena tidak
terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini di
wujudkan dengan menyerang seperti : mencubit, mengigit,
menendang dan lain sebagainya. Oleh karena itu orang tau
harus berusaha mereduksi mengurangi agresifitas anak dengan
cara mengalihkan perhatian atau keinginan anak.
3. Berselisih (bertengkar)
Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau
tenggangu oleh sikap atau perilak orang lain.
4. Menggoda (Teasing)
Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif,
menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain
dalam bentuk verbal (kata – kata ejekan atau cemoohan ) yang
menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
5. Persaingan (Rivaly)
Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu
didorong oleh orang lain. Sikap ini mulai terlihat pada usia
empat tahun, yaitu persaingan prestice dan pada usia enam
tahun semangat bersaing ini akan semakin baik
6. Kerja sama (Cooperation)
Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Sikap ini
mulai nampak pada usia tiga tahun atau awal empat tahun, pada
usia enam hingga tujuh tahun sikap ini semakin berkembang
dengan baik.
7. Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior)
Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial,
mendominasi atau bersikap bossiness. Wujud dari sikap ini
adalah : memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan
sebagainya.
8. Mementingkan diri sendiri (selffishness)
Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau
keinginanny.
9. Simpati (Sympaty)
Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk
menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendekati atau
bekerja sama dengan dirinya.

c. Penyesuaian diri atau sosial


Menurut Gerungan dalam sobur (2009), penyesuain diri dapat
diartikan secara pasif dimna kegiatan individu ditentukan oleh lingkungan
dan juga aktif dimna individu yang mempengaruhi lingkungan.
Penyesuaian diri yang pasif dimna individu yang mengubah diri sesuai
dengan keadaan lingkungan disebut juga dengan penyesuaian diri yang
autoplastis. Sedangkan penyesuaian diri yang aktif dimna individu
mengubah lingkungan sesuai dengan keinginannya disebut juga dengan
penyesuaian diri yang aloplastis.
Dalam kehidupan sehari – hari, individu secara terus menerus
menyesuaikan diri dengan cara- cara tertentu sehingga membentuk suatu
pola tersendiri. Bentuk bentuk penyesuaian diri dapat di klasifikasikan
dalam dua kelompok, yaitu penyesuaian normal dan penyesuaian
menyimpang. Penjabarannya adalah sebagai berikut.
1. Penyesuaian normal
Individu yang memiliki penyesuaian normal (well
adjusted) ciri-cirinya adalah mampu merespon kebutuhan dan masalah
secara matang, efesien, puas, dan sehat (wholesome). Adapun
karakteristik penyesuaian yang normal adalah sebagai berikut.
a. Absence of excessive emotionality, yaitu terhindar dari ekpresi
emosi yang berlebih-lebihan, merugikan atau kurang mampu
mengontrol diri.
b. Absence of psychological mechanisme yaiu terhindar dari
mekanisme psikologis seperti rasionalisasi, agresi dll.
c. Absence of the sense of personal frustation, yaitu terhandar dari
perasaan frustasi atau perasaan kecewa karena tidak terpenuhi
kebutuhannya.
d. Rational deliberation and self-direction, yaitu memiliki
pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional.
e. Ability to learn, yaitu mampu belajar dan mengembangkan
kualitas dirinya.
f. Utilization of past experience, yaitu mampu memanfaatkan
pengalaman masa lalu untuk mengembangkan kualitas hidup
yang lebih baik.
g. Realistic and objective attitude, yaitu bersikap objektif dan
realistis dalam hidup.

2. Penyesuaian penyimpangan

Penyesuaian diri yang menyimpang atau tidak normal


merupakan proses pemenuhan kebutuhan atau upaya
pemecahan masalah dengan cara-cara yang tidak wajar atau
bertentangan dengan norma yang dijunjung tinggi oleh
masyarakat.

2. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan suatu urutan kata-kata dan bahasa dapat
digunkan untuk menyampaikan informasi mengenai tempat yang berbeda
atau waktu yang berbeda. Vygostsky (1978) berpendapat bahwa
perkembangan bahasa seiring dengan perkembangan kognitif, malahan
saling melengkapi, keduanya berkembangan dalam satu lingkup sosial.
Bahasa adalah salah satu cara yang utama untuk mengekpresikan pikiran
dan dalam seluruh perkembangan kognitif. Hal ini dapat dikatakan bahwa
bahasa merupakan sebagian komponen yang ada di dalam sistem kognitif
pada perkembangan manusia.
a. Prinsip-prinsip perkembangan bahasa
Yusuf (2009) menjelaskan perkembangan pikiran itu dimulai pada
usia 1,6-2,0 tahun yaitu saat anak dapat menyusun kalimat dua atau
tiga kata. Laju perkembangan itu sebagai berikut:
1. Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif seperti
“bapak makan”.
2. Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negatif seperti
“bapak tidak makan”.
3. Pada usia selanjutnya anak dapat menyusun pendapat seperti
kritikan “ini tidak boleh,tidak baik”.

b. Tugas perkembangan bahasa


Terdapat beberapa fase tugas perkembangan bahasa yang biasa dilalui
oleh setiap indivu atau manusia. Yusuf (2009) menjelaskan terdapat 4
tugas perkembangan bahasa pada individu
1. Pemahaman, yaitu kemampuan memahamii makna ucapan orang
lain. Layaknya seorang bayi belum mampu memahami kalimat dan
kata-kata orang lain. Tetapi seorang bayi mampu memahami
makna bahasa orang lain dengan cara memahamo gerakan atau
bahasa tubuh yang menyertai ucapan tersebut
2. Pengembangan perbendaharaan kata, perbendaharan kata-kata anak
berkembang di mulai secara lambat pada usia dua tahun pertama,
kemudian memasuki dengan tempo yang lebih cepat saat akan
masuk pada masa-masa sekolah dan terus bertambah seiring
dengan fase perkembangan yang ada.
3. Penyusunan kata-kata menjadi kalimat, kemampuan seseorang
menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya mulai
berkembang sebelum usia 2 tahun.
4. Ucapan, kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil
belajar melalui imitasi terhadap suara-suara yang didengan anak
dari orang lain.

D. Perbedaan individual unik


Perkembangn bagi setiap anak sebagai individu mempunyai sifat
yang unik. Saufrock dan Yusen 91972:17) menyatakan bahwa tiap tiap
individu berkembang dengan cara tertentu, seperti individu lain, seperti
beberapa individu yang lain, dan seperti tidak ada individu lain.
Berdasarkan perkembangan individu di kenal dua fakta yang menonjol.
Pertama,semua manusia memiliki kesamaan pola perkembangan yang
bersifat umum, dan kedua setiap individu mempunyai kecenderungan yang
berbeda secara fisik maupun mental.
Perbedaan individual menurut Landgreen (1980: 578) menyangkut
variasi yang terjadi ada aspek fisik maupun psikologis. Perbedaan yang
mudah dikenali adlah perbedaan fisik, seperti benetuk badan, warna kulit,
bentuk muka dan tinggi badan.
Dalam hal belajar tiap-tiap individu memiliki kelebihan dan
kekurangan dalam menyerap materi pelajaran. Oleh karena itu, dalam
dunia pendidikan dikenal sebagai metode untuk memenuhi tuntutan
perbedaan individu. Dinegara maju sistem pendidikan bahkan dibuat
sedemikian rupa, sehingga individu dapat bebas memilih pola pendidikan
yang sesuai dengan karakteristik dirinya. Adapun di indonesia kita sering
mendengar keluhan dari orang tua yang merasa sudah melakukan berbagai
cara untuk membuat anaknya menjadi pintar dan terampil bahkan
menyekolahkan anaknya ke sekolah yang terbaik memberi les privat
terkadang usaha seperti itu tidak membuahkan hasil yang di harapkan.
Salah satu penyebabnya adalah ketidaksesuaian cara belajar sang anak
dengan metode belajar yang di terapkan oleh pendidikan, padahal
sebaiknya cara belajar itu merupakan kombinasi dari bagaimana individual
menyerap, lalu mengatur, dan mengelola informasi.
1. Otak Sebagai Pusat Belajar
Otak manusia merupakan kumpulan masa protoplasma yang paling
kompleks yang terdapat di alam semesta. Otak dapat berfungsi aktif dan
reaktif selama kurang seratus tahum. Otak inilah yang menjadi pusat
belajar sehingga harus di jaga agar terhindar dari kerusakan.
2. Karakteristik Dalam Belajar
Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap,
mengelola dan menyampaikan informasi, cara belajar individu dapat
dibagi menjadi 3 kategori yaitu cara belajar visual, auditorial, dan
karakteristik yang ditandai ciri-ciri pelaku tertentu.
Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik cara belajar,
menurut de Porter & Hemacki (2001).
(a). Karakteristik perilaku individu visual yang baik di tandai
dengan ciri ciri sebagai berikut.
● Rapi dan teratur;
● Berbicara dengan cepat;
● Lebih suka membaca dari pada di bacakan;
● Sering kali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak
pandai menuliskan dengan kata-kata;
● Biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara
berisik ketika sedang belajar;
(b). Karakteristik perilaku individu dengan cara belajar auditorial
yang baik di tandai dengan ciri-ciri beerikut
● Sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja;
● Mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik;
● lebih senang mendengarkan (dibaca-kan) dari pada
membaca;
● Dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan warna
suara;
● Mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi
sangat pandai dalam bercerita
(c). Karakteristik perilaku individu dengan cara belajar kinestetik
yang baik di tandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
● Berbicara dengan perlahan;
● Tidak dapat duduk diam di suatu tempat dalam waktu yang
lama;
● Pada umumnya tulisannya jelek;
● Menghapalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat
langsung;
● Belajar melalui praktik langsung atau manipulasi;
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Ani. 2016. “Merangsang Pertumbuhan dan Perkembangan


Anak dengan Pembelajaran Tematik Terpadu” dalam Sawwa Vol 12, Nomor 1.
Walisongo Semarang: Universitas Islam Negeri.

Dewi Putri Mera, Neviyarni, Irdamurni. 2020. “Perkembangan Bahasa,


Emosi, dan Sosial Anak Usia Sekolah Dasar” dalam Jurnal Ilmiah “pendidikan
Dasar” Vol 7 Nomor 1. Padang: Prodi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Padang.

Putriana Sania, Neviyarni, Irdamurni. 2021. “ Perkembangan Intelektual


pada Usia Sekolah Dasar” dalam Jurnal Pendidikan Tambusai Vol 5 Nomor 1
(Halaman 1771-1777). Padang: Pendidikan Dasar, Universitas Negeri Padang.

Marbun, Stefanus M. 2018. “Psikologi Pendidikan”. Ds.Sidoharjo, Kec.


Pulung, kab. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.

Susanti, Rini. 2004. “Perkembangan Emosi Manusia” Vol 08 Nomor 15.


Staf Hubungan Sistem Pustekkom Dekdinas.

Budiman, Jumardi. 2016. “Perkembangan Peserta Didik”. Pontianak:


Pustaka Rumah Aloy (PRA).

Anda mungkin juga menyukai