Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ni Komang Ratih Putri Nadi

NIM : 2113071021
Kelas/Prodi : 1B/ S1 Pendidikan IPA
Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik
RESUME MATERI 8
I. Deskripsi Teori Reward Dan Punishment
Didalam sebebuah model pembelajaran yang membuat peserta didik untuk
berinteraksi satu sama lain yaitu denganmenggunakan metode pemberi-an rewardand
punishment. Menurut teori dari B.F. Skinner dalam teorinya yaitu Operant Conditioning
bahwa ia berpendapat tingkah laku pada dasarnya merupakan fungsi dari konsekuensi
tingkah laku dengan munculnya tingkah laku diikuti dengan sesuatu yang menyenangkan
atau reward dan sebaliknya tingkah laku dengan sesuatu yang tidak menyenangkan atau
punishment yang keduanya cenderung tidak akan diulang. Menurutnya efektivitas reward
dan punishment yaitu intensitas, frekuensi, interval waktu, konsistensi. Metode reward
(ganjaran) dan punishment (hukuman) merupakan suatu bentuk tindadakan yang bersifat
membangun yang berlandas pada teori Behavi-oristik. Menurut teori Behavioristik,
belajar merupakan suatu bentuk perubahan tingkah laku peserta didik sebagai sebab dan
akibat dari adanya interaksi antara guru dan respon peserta didik itu sendiri. Menurut
teori S-R Bond yang menyatakan bahwa hukuman dan hadiah dapat digunakan untuk
memperkuat respon positif atau respon negatif, sedangkan menurut Muliawan (2016)
metode reward dan punishment adalah metode pem-belajaran interaktif antara guru dan
peserta didik yang menerapkan sistem pemberian hadiah bagi peserta didik yang aktif
dan benar dalam menjawab soal latihan dan sebaliknya memberikan hukuman bagi
peserta didik yang tidak aktif atau tidak benar dalam menjawab soal latihan.
Menurut Jasa Ugguh Muliawan (2016), langkah-langkah metode pembelajaran reward
and punishment adalah sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan materi pembelajaran yang akan diberikan pada peserta didik.
b. Guru memberikan penjelasan materi pembelajaran tersebut kepada peserta didik.
c. Ditengah-tengah penjelasan materi, guru menyelipkan pertanyaan-pertanyaan latihan
soal sesuai dengan materi pembelajaran yang sedang diberikan.
d. Bagi peserta didik yang aktif menjawab dengan benar mendapat-kan hadiah tertentu
seperti alat tulis dan kebutuhan alat tulis lainnya.
e. Bagi peserta didik yang membuat keributan dikelas atau malas belajar di beri
kesempatan menjawab soal. Jika ia bisa menjawab dengan benar, ia akan mendapat
hadiah. Sebalik-nya jika ia salah dalam menjawab soal dan sebelumnya terbukti
membuat kegaduhan di kelas, ia akan mendapatkan hukuman sesuai tingkat
kesalahannya.
f. Semakin banyak materi soal diberi-kan, hadiah yang harus diberikan pun semakin
banyak. Sebaliknya, semakin banyak peserta didik yang membuat keribukan atau malas
belajar, hukuman yang diberikan juga semakin banyak.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia reward merupakan pemberian, hadiah
karena memenangkan suatu perlombaan, pemberian kenang-kenangan, penghargaan,
peng-hormatan, kenang-kenangan tentang perpisahan cendera mata. Ganjaran ialah
sebagai alat untuk mendidik anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan
atau pekerjaannya mendapat peng-hargaan (Ngalim Purwanto, 2011). Menurut Mulyasa,
reward adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan
kemungkinan terulang kembalinya tingkah laku tersebut. Selain itu menurut Suharsimi
Arikonto, reward merupakan suatu yang disenangi dan digemari oleh anak-anak yang
diberikan kepada siapa yang dapat memenuhi harapan yakni mencapai tujuan yang
ditentukan atau bahkan mampu melebihinya. Sedangkan menurut Nugroho, reward
adalah ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan yang bertujuan agar seseorang
menjadi lebih giat usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja yang telah
dicapai. Jadi, pemberian hadiah merupakan salah satu bentuk alat pendidikan dalam
proses pembelajaran yang dilakukan guru untuk peserta didik sebagai satu pendorong,
penyemangat dan motivasi agar peserta didik lebih meningkatkan prestasi hasil belajar
sesuai yang diharapkan. Dan diharapkan dari pemberian hadiah tersebut muncul
keinginan dari diri anak untuk lebih membangkitkan motivasi belajar yang tumbuh dari
dalam diri peserta didik sendiri.
Hukuman ialah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh
sese-orang (orang tua, guru) sesudah terjadi sesuatu pelanggaran, kejahatan atau
kesalahan (Ngalim Purwanto, 2011). Menurut Baharuddin & Esa Nur Wahyuni adalah
menghadirkan sebuah situasi yang tidak menyenangkan atau situasi yang ingin dihindari
untuk menurunkan tingkah laku yang berpengaruh dalam mengubah perilaku seseorang.
Selain itu menurut Malik Fadjar punishment adalah alat pendidikan yang mengakibatkan
penderitaan bagi siswa yang dihukum yang mengandung motivasi sehingga siswa yang
bersangkutan berusaha untuk dapat selalu memenuhi tugas-tugas belajarnya agar
terhindar dari hukuman. Menurut Kamus Besar Indonesia, hukuman adalah peraturan
yang dibuat oleh satu kekuasaan atau adat yang dianggap berlaku oleh dan untuk orang
banyak. Artinya bahwa ganjaran suatu aturan yang dibuat untuk mengatur pergaulan
hidup dalam hal ini pergaulan hidup peserta didik yang berada disekolah. Ganjaran
adalah pemberian penderitaan atau penghilangan stimulasi oleh pendidik sesudah terjadi
pelanggaran, kejahatan atau kesalahan yang dilakukan peserta didik.
Pemberian reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) merupakan salah satu
tujuan yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Reward dan
punishment diberikan atas kesadaran yang dilakukan oleh peserta didik dalam belajar.
Reward dan punishment sangat mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
meningkatkan hasil peserta didik. Berdasarkan konsep dan metode reward diatas
menjelaskan bahwa peserta didik yang aktif belajar akan mendapatkan hadiah,
sedangkan peserta didik yang tidak aktif mengikuti jalannya proses belajar mengajar
dikelas saat proses belajar mengajar berlangsung maka ia akan mendapatkan hukuman.
II. Keunggulan Dan Kelemahan Pelaksanaan Reward dan Punishment dalam
Perkembangan Individu
Keunggulan dan Kelemahan Teori Reward
1. Keunggulan Pemberian Reward: Memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
jiwa anak didik untuk melakukan perbuatan yang positif dan bersikap progresif;
Dapat menjadi pendorong bagi anak-anak didik lainnya untuk mengikuti yang telah
memperoleh pujian dari guru-gurunya, baik dalam tingkah laku, sopan santun atau
pun semangat dan motivasinya dalam berbuat yang lebih baik. Proses ini sangat
besar kontribusinya dalam memperlancar pencapaian tujuan pendidikan. Melihat
kelebihan reward di atas, maka reward sangat perlu diadakan agar para peserta didik
lebih meningkatkan pendidikannya. Agar peserta didik termotivasi dengan proses
pembelajaran yang berlangsung.
2. Kelemahan Pemberian Reward; Dapat menimbulkan dampak negatif apabila guru
melakukannya secara berlebihan, sehingga mungkin bisa mengakibatkan
muridmenjadi merasa bahwa dirinya lebih tinggi dari teman-temannya; Umumnya
“reward” membutuhkan alat tertentu serta membutuhkan biaya, dan lainlain.
Seorang pendidik harus benar-benar berhati-hati dalam memilih reward yang akan
diberikan kepada peserta didik. Agar peserta didik tidak merasa berbangga hati dan
puas atas reward yang diperoleh.
Keunggulan dan Kelemahan Teori Punishment
1. Keunggulan Pemberian Punishment ; Punishment akan menjadikan perbaikan-
perbaikan terhadap kesalahan murid; Murid tidak lagi melakukan kesalahan yang
sama; Merasakan perbuatannya sehingga ia akan menghormati dirinya.
2. Kekurangan Pemberian Punishment ; Akan membangkitkan suasana rusuh, takut dan
kurangnya percaya diri; Murid akan selalu merasa sempit hati, bersifat pemalas,
serta akan menyebabkan ia suka berdusta (karena takut dihukum) ; Mengurangi
keberanian anak untuk bertindak ; Jika dilakukan dengan marah yang berlebihan
dapat melukai perasaan dan harga diri anak,sehingga anak akan cenderung tetap
mencari-cari kesalahan
III. Memformolasikan Pelaksanaan Reward dan Punishment Sesuai dengan Undang-
Undang Anti Kekerasan dan Pengaruhnya Dalam Perkembangan Individu.
Hak Asasi Manusia merupakan suatu hak dasar yang dibawa sejak lahir yang berlaku
universal pada semua manusia. Menurut UU RI No 39 Tahun 1999, Hak Asasi Manusia
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Undang-Undang
Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014. Dapat diketahui adanya hak anak secara
umum yakni : (1) hak hidup; (2) hak tumbuh-kembang; (3) hak perlindungan; dan (4)
hak partisipasi. Keempat hak tersebut saling berkaitan.
Pasal 54 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 menyatakan dalam ayat (1)  bahwa
Anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan perlindungan
dari tindak kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual, dan kejahatan lainnya yang
dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain.
Sedangkan pada ayat (2) diterangkan bahwa perlindungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, aparat pemerintah, dan/atau
Masyarakat. Setiap sekolah, tidak peduli sekolah dasar, sekolah menengah pertama
maupun sekolah menengah atas, seharusnya wajib turut serta melindungi hak-hak anak di
bidang pendidikan terebut. Peran seorang guru untuk membimbing dan memberi nasihat
kepada siswanya. Sementara posisi orang tua  adalah pendidik utama karena mereka
yang memberikan pengajaran, Pendidikan yang memiliki tanggung jawab.sudah menjadi
bagian dari tanggung jawab pemerintah.
Dengan hal ini menjadikan tembok dasar sebagai landasan hukum bahwa anak tidak
dapat dilakukan kekerasaan didalam pembelajarannya disekolah dalam penerapan reward
dan punishment yang diberikan kepada siswa disekolah tersebut. Factor penyebab
terjadinya kekerasan didalam dunia Pendidikan tidak luput dari pihak peserta didik dan
pendidik yang sebagai utamanya dalam Pendidikan sehingga factor kekerasan ini akan
menimbulkan dampak yang begitu keras bagi pihak peserta didik dan pendidik yaitu
meliputi fisik, psikologis dan sosialnya dalam perkembangan peserta didik dan pendidik
tersebut. Dengan dampak yang ditimbulkan akan menghasilkan suatu solusi yaitu dengan
strategi penggunaan reward dan punishment secara efektif dan efisien dalam
pembelajaran untuk peserta didik agar terus berkembang, dalam pihak orang tua dapat
membangun komunikasi yang efektif dengan memberikan arahan untuk anak-anaknya
dalam mengkuti pembelajaran Pendidikan tanpa menggunakan kekerasan dan mendidik
untuk terus berkembang dalam dunia Pendidikan dan yang terakhir yaitu bagi pihak
sekolah itu sendiri perlu adanya suatu tindakan bagi siswa untuk menyelenggarakan
pembelajaran dengan teori reward dan punishment tanpa adanya kekerasan untuk peserta
didik dalam pembelajaran yang tengah berlangsung serta melakukan sosialisasi tentang
anti kekerasan dalam proses belajar mengajar yang terjadi pada siswa maupun guru.
Sumber :
Kusyairy, U., & Culo, S. (2018). Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui
Pemberian Reward And Punishment. JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar, 6(2), 81-88.
Rosyid, Moh. Zaiful & Abdullah, Aminol Rosid. 2018. Reward & Punishment Dalam
Pendidikan. Malang : CV. Literasi Nusantara Abadi
Perlindungan Hak Asasi Anak Dalam Proses Pembelajaran Terhadap Perkembangan
Psikologis (2020). Universitas Jambi. https://law.unja.ac.id/perlindungan-hak-asasi-
anak-dalam-proses-pembelajaran-terhadap-perkembangan-psikologis/ diakses pada
tanggal 29-10-2021.
Amalia, Lekar (2017). Reward dan Punishment http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/6265/6/BAB%20II.pdf. Tulung Agung. Diakses pada tanggal 29-
10-2021.

Anda mungkin juga menyukai