Anda di halaman 1dari 16

PEMBERIAN REWARD AND PUNISHMENT UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPS PADA


SISWA KELAS VIII SMP TAMANSISWA BATU

UNTUK MEMENUHI TUGAS LOKAKARYA


Proposal PTK
Kelas B

DISUSUN OLEH

Fitria Anggraeni, S.Pd. 193174740006

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PENDIDIKAN PROFESI GURU
JULI 2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salahsatu upaya untuk meningkatkan kualitas SDM adalah melalui

pendidikan. Pendidikan diharapkan mampu meningkatkan kualitas SDM di

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Peningkatan kualitas SDM di

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat tercipta dari kegiatan

pembelajaran yang berjalan lancar. Kegiatan pembelajaran dapat berjalan

lancar apabila suasananya kondusif.

Kegiatan pembelajaran yang kondusif dipengaruhi bebrapa faktor

seperti kondisi lingkungan sekolah, guru, dan peserta didik. Kondisi

lingkunga mempengaruhi kenyamanan peserta didik dan guru dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kondisi guru berpengaruh pada

peserta didik. Pun sebaliknya kondisi peserta didik juga mempengaruhi

guru dalam mengajar.

Pada kegiatan pembelajaran di SMP Tamansiswa Batu masih

ditemukan peserta didik yang kurang mendukung terciptanya lingkungan

belajar yang kondusif. Hal ini dapat dilihat dari perilaku peserta didik yang

sering terlambat, tidak memakai atribut yang sesuai, serta sering

meninggalkan kelas sebelum waktunya. Akibat perilaku tersebut, kegiatan

pembelajaran menjadi tidak kondusif. Hal tersebut terutama dilakukan

oleh peserta didik kelas VIII.

2
Berdasarkan pengamatan dan hasil diskusi dengan rekan sejawat,

terdapat faktor penyebab perilaku tersebut, yaitu kurangnya motivasi

belajar. Peserta didik kelas VIII dinilai tidak memiliki keinginan yang kuat

untuk belajar. Terbukti mereka abai dengan peraturan sekolah dan tidak

antusias untuk mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan faktor penyebab tersebut, saya sebagai seorang guru

merasa terpanggil untuk melakukan variasi dalam kegiatan pembelajaran

untuk meningkatkan motivasi belajar di kelas VIII, terutama pada kegiatan

pembelajaran IPS. Kurangnya motivasi kemungkinan dikarenakan

kurangnya stimulus dalam belajar, sehingga perlu adanya stimulus untuk

solusi meningkatkan motivasi belajar. Solusi yang dirasa tepat adalah

pemberian reward and punishment.

Pemberian reward and punishment diharapkan mampu

meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas VIII. Peberian reward

ketika peserta didik menunjukkan kemajuan dan tingkah laku yang baik.

Pemberian reward ini juga dapat menginspirasi peserta didik lain untuk

berusaha mendapatkan hal yang sama. Di lain hal, pemberian punishment

diharapkan mampu menekan adanya pelanggaran peraturan sekolah dan

menciptakan suasana belajar yang lebih kondusif.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pemberian reward and punishment pada pembelajaran IPS

dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik?

3
C. Tujuan Penelitian

1. Pemberian reward and punishment pada pembelajaran IPS untuk

meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah informasi dalam bidang pendidikan, khususnya

mengenai upaya meningkatkan motivasi IPS peserta didik kelas

VIII dengan pemberian reward and punishment.

b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

menyampaikan pembelajaran IPS di SMP oleh para tenaga

kependidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peserta didik

1) Meningkatkan semangat dan motivasi belajar IPS

2) Meningkatkan prestasi belajar peserta didik

b. Bagi guru

1) Memberikan informasi kepada guru dalam proses pembelajaran

IPS dengan pemberian reward and punishment dapat

meningkatkan motivasi belajar IPS siswa.

2) Memberikan pengetahuan tentang pentingnya memberikan

motivasi kepada siswa, salah satunya menggunakan reward

and punishment dalam pembelajaran.

4
c. Bagi pihak sekolah

Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka

memperbaiki dan meningkatkan kegiatan pembelajaran khususnya

pada mata pelajaran IPS.

d. Bagi peneliti

Memberi bekal peneliti, sebagai guru untuk meningkatkan motivasi

belajar IPS peserta didik.

5
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut McCombs (1991) pengertian motivasi belajar adalah

kemampuan internal yang terbentuk secara alami yang dapat ditingkatkan

atau dipelihara melalui kegiatan yang memberikan dukungan, memberikan

kesempatan untuk memilih kegiatan, memberikan tanggung jawab untuk

mengontrol proses belajar, dan memberikan tugas-tugas belajar yang

bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan pribdi.

Menurut Afifudin (dalam Ridwan, 2008), pengertian motivasi

belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri anak yang

mampu menimbulkan kesemangatan atau kegairahan belajar.

Menurut Winkel (2003) dalam Puspitasari (2012) definisi atau

pengertian motivasi belajar adalah segala usaha di dalam diri sendiri yang

menimbulkan kegiatan belajar, dan menjamin kelangsungan dari kegiatan

belajar serta memberi arah pada kegiatan kegiatan belajar sehingga tujuan

yang dikehendaki tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang

bersifat non intelektual dan berperan dalam hal menumbuhkan semangat

belajar untuk individu.

Dari berbagai definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

motivasi belajar merupakan suatu daya yang berasal dari dalam diri

seseorang yang menyebabkan ia mau dan mampu belajar. Motivasi belajar

ini sangat penting dimiliki peserta didik agar bersemangat dalam belajar.

6
B. Pengertian Reward and Punishment

Metode reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) merupakan

bentuk toeri penguatan positif yang bersumber dari teori behavioristik

(Budiningsih, 2005:20). Sedangkan reward (ganjaran) menurut istilah ada

beberapa istilah ada beberapa pendapat yang akan di kemukakan sebagai

berikut diantaranya adalah:

1) Menurut M. Ngalim Purwanto (2006:182) “Reward” (ganjaran) ialah

sebagai alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa

senang karena perbuatan atau pekerjaan mendapat penghargaan.

2) Menurut Abudin Nata(2003:327) “Reward” Ganjaran ialah sesuatu

yang membahagiakan seseorang, baik yang bersifat fisik maupun

nonfisik. Reward (ganjaran) merupakan salah metode pendidikan yang

mudah dilaksanakan dan sangat menyenangkan bagi para siswa, untuk

itu reward (ganjaran) dalam suatu pendidikan sangat dibutuhkan

keberadaanya demi meningkatkan minat belajar siswa

Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa reward

adalah segala sesuatu yang diberikan kepada peserta didik, berupa hal

yang menyenangkan, yang diberikan karena kemajuan dan perilaku yang

baik. Hal lain yang tak terlepas dari reward adalah punishment.

Hukuman menurut bahasa berasal dari bahasa inggris, yaitu dari

kata punishment yang berarti law (hukuman) atau siksaan (Shadily,

1996:456). Sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat yang

dikemukakan oleh para ahli pendidikan tentang punishment (hukuman).

Menurut Charles schaefer(1996:93) hukuman ialah suatu bentuk kerugian

7
atau kesakitan yang di timpakan kepada seorang yang berbuat kesalahan.

Agar afektif, hukuman itu mestilah tidak menyenagkan; jadi bersifat

beberapa bentuk kehilangan, kesakitan atau penderitaan.

Menurut Purwanto(2006:186) hukuman adalah penderitaan yang

diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua,

guru, dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan dan

kesalahan.

Menurut Amir Daien “punishment (hukuman) adalah tindakan

yang dijatuhkan kepada anak secara sadar dan disengaja sehingga

menimbulkan nestapa. Dan dengan adanya nestapa itu anak akan menjadi

sadar akan perbuatannya dan berjanji untuk tidak mengulanginya.

Menurut Abuddin Natta (2003:372) dalam bukunya yang berjudul

Manajemen pendidikan punishment (hukuman) adalah sanksi atau sesuatu

yang menyakitkan atau yang menyusahkan seseorang, baik yang bersifat

fisik maupun non fisik. Hukuman dapat dilakukan dalam keadaan

terpaksa, tidak ada alternatif lain, bukan dengan tujuan menyakiti atau

melalui jiwa dan raga seseorang, melainkan untuk menumbuhkan

keinsyafan dan kesadaran, dan mengarah pada terjadinya perbuatan sikap

kearah yang lebih positif.

Dari berbagai pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa

punishment diberikan beupa segala sesuatu yang tidak menyenangkan

sebagai sanksi atas adanya pelanggara dan perilaku tidak terpuji.

8
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2012: 9) menyatakan bahwa

penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di

kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan

merefleksi tindakan secara kolaboratif dan partisipasif dengan tujuan

memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa

dapat meningkat.

Penelitian tindakan yang baik adalah penelitian yang dilakukan

dalam bentuk kolaborasi, yaitu pihak yang melakukan tindakan adalah

guru itu sendiri, sedangkan yang diminta untuk melakukan pengamatan

terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru

yang sedang melakukan tindakan (Suharsimi Arikunto, dkk, 2007: 17).

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan secara kolaboratif antara guru

yang mengajar di Kelas VIII dengan peneliti. Guru bertindak sebagai

pelaksana pembelajaran, sedangkan peneliti bertindak sebagai observer.

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa melalui pemberian reward and

punishment dalam pembelajaran IPS.

9
B. Desain Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model tindakan yang

dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (Wijaya Kusumah

Dwitagama, 2012: 21), yang mencakup empat komponen, yaitu

perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing)

dan refleksi (reflecting). Keempat komponen tersebut saling terkait satu

sama lain dalam suatu sistem spiral. Berikut ini gambaran secara singkat

langkah-langkahnya:

Keterangan:
Siklus I:
Plan (Perencanaan Tindakan Siklus I)
Act and Observe (Tindakan dan
Observasi I) Reflect (Refleksi I)
Siklus II:
Plan (Perencanaan Tindakan Siklus II)
Act and Observe (Tindakan dan
Observasi II) Reflect (Refleksi II)

Gambar 1.
Desain Penelitian Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart (Wijaya Kusumah
dan Dedi Dwitagama, 2012: 21)

Berdasarkan gambar di atas, dalam setiap siklus terdiri dari

tiga komponen, yaitu perencanaan (plan), tindakan dan pengamatan

(action and observing), dan refleksi (reflect). Berikut penjelasan dari

masing-masing komponen:

1. Perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan merupakan proses merencakanan tindakahan

10
yang akan dilakukan oleh peneliti untuk meningkatkan motivasi
belajar
IPS siswa kelas VIII SMP Tamansiswa Batu. Perencanaan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Peneliti dan guru menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan pemberian

reward and punishment, dengan tujuan untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran

IPS.

b) Peneliti menyiapkan media pembelajaran berupa aturan

mengenai pemberian reward and punishment.

c) Peneliti menyusun instrumen penelitian berupa skala

motivasi belajar IPS dan lembar observasi mengenai

aktivitas guru dan siswa saat pembelajaran IPS.

2. Tindakan dan Pengamatan (Acting & Observation)

Tahap pelaksanaan tindakan merupakan implementasi

atau penerapan isi rancangan sebelumnya, peneliti dan guru

melaksanakan kegiatan pembelajaran secara kolaboratif seseuai

dengan RPP yang telah disusun yaitu yang telah disisipi

pemberian reward and punishment. Sedangkan tahap observasi

yaitu kegiatan pengamatan terhadap proses pembelajaran.

Observasi dilakukan oleh peneliti dan dua orang rekan peneliti

dengan menggunakan lembar observasi yang telah ditentukan

untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama proses

11
pembelajaran berlangsung. Peneliti mengamati setiap proses

pembelajaran dari awal sampai akhir kegiatan di dalam kelas

selama pembelajaran IPS berlangsung. Hasil pengamatan

terhadap aktivitas guru dan siswa dirangkum ditulis dalam

lembar observasi yang telah siapkan.

3. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali

apa yang telah dilakukan selama proses pembelajaran secara

mendalam tentang perubahan yang terjadi pada siswa, guru dan

kelas, Dalam kegiatan ini peneliti mengamati, mengkaji, dan

menganalisis hasil dari tindakan yang telah dilakukan

berdasarkan data yang telah terkumpul. Kekurangan maupun

ketercapaian pembelajaran didiskusikan bersama antara peneliti

dan guru untuk selanjutnya dikonsultasikan dengan dosen

pembimbing. Apabila pelaksanaan tindakan belum dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran

IPS, maka dilakukan perbaikan pada siklus beikutnya.

Berdasarkan refleksi inilah suatu perbaikan tindakan data

ditentukan.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas

VIII SMP Tamansiswa Batu yang beralamat di Jalan K.H

Agus Salim 45 Batu.

12
2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil pada

bulan Agustus tahun ajaran 2019/ 2020.

D. Subjek dan Objek Penelitian


1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP

Tamansiswa Batu tahun pelajaran 2019/2020. Peneliti memilih

SMP Tamansiswa Batu karena SMP tersebut merupakan SMP

dimana peneliti mengajar sehingga peneliti cukup mengetahui

kondisi siswa-siswi SMP Tamansiswa Batu, termasuk kondisi

siswa kelas VIII yang memiliki motivasi belajar yang

tergolong rendah. Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk

melakukan penelitian pada siswa kelas VIII SMP Tamansiswa

Batu.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah motivasi belajar IPS siswa

kelas VIII SMP Tamansiswa Batu.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Skala Sikap
Skala sikap digunakan untuk mengukur segi-segi

afektif/ sikap seseorang (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005:

238). Skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini

13
menggunakan model Likert, yaitu berupa pernyataan-

pernyataan yang alternatif jawabannya dinyatakan dalam

bentuk “Selalu, Sering, Jarang, dan Tidak Pernah”. Sedangkan

pemberian nilai pada skala ini yaitu: 1) nilai 4 untuk selalu, 2)

nilai 3 untuk sering, nilai 2 untuk jarang, dan 4) nilai 1 untuk

tidak pernah. Skala sikap ini akan diberikan oleh peneliti pada

akhir siklus untuk mengetahui seberapa besar motivasi belajar

siswa pada pembelajaran IPS dengan menerapkan pemberian

reward and punishment.

2. Observasi

Observasi merupakan teknik mengumpulkan data

dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang

berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang

hal-hal yang akan diamati atau diteliti (Wina Sanjaya, 2012:

86). Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan

untuk memperoleh data tentang aktivitas guru dan siswa dalam

proses pembelajaran dengan pemberian reward and

punishment. Dalam penelitian ini, observasi dilaksanakan oleh

peneliti dan dibantu oleh rekan peneliti dengan panduan lembar

observasi untuk pelaksanaan proses pembelajaran dengan

pemberian reward and punishment.

3. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah catatan lengkap yang berisi

hasil observasi/ wawancara/ studi dokumen yang telah

14
dsempurnakan oleh peneliti yang dibuat pada setiap akhir

pengamatan (Djam‟an Satori dan Aan Komariah, 2011: 180).

Catatan lapangan berisikan pengamatan observer mengenai

peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran yang tidak

terurungkapkan dalam lembar observasi.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan

untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati

(Sugiyono: 2010:148). Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Skala Motivasi Belajar. Skala motivasi

belajar dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur motivasi

belajar yang dimiliki siswa, serta untuk mengetahui apakah ada

peningkatan motivasi belajar siswa setelah pemberian reward and

punishment

G. Validitas Instrumen
Validitas merupakan derajat yang menunjukan sejauh

mana hasil tersebut dapat berguna (relevan) sebagai petunjuk

untuk guru dan kekuatannya untuk memberi informasi dan

pendapat tentang meningkatkan praktik pendidikan di masyarakat

(Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2012: 85). Suatu

instrumen dikatakan valid apabila instrumen yang akan digunakan

dapat mengukur apa yang hendak diukur (Sukardi, 2007: 121).

15
Pengujian validitas yang dilakukan oleh peneliti adalah

pengujian validitas konstrak, yaitu dilakukan dengan meminta

pendapat para ahli atau yang sering disebut dengan expert

judgment. Langkah-langkah yang harus ditempuh peneliti yaitu

mengajukan instrumen yang telah dibuat oleh peneliti kepada para

ahli. Prosesnya adalah instrumen yang telah dibuat oleh peneliti,

kemudian diajukan kepada ahli. Ahli tersebut akan menyatakan

apakah instrumen tersebut sudah bisa digunakan dalam penelitian

tanpa perbaikan ataupun masih membutuhkan perbaikan.

H. Metode Analisis Data


Setelah data terkumpul perlu segera dilakukan pengolahan

data atau analisis data. Menganalisis data adalah suatu proses

mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk

menunjukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga

memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan

penelitian (Wina Sanjaya, 2010: 106). Adapun analisis yang

digunakan adalah analisis data observasi.

16

Anda mungkin juga menyukai