Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TAKE AND GIVE UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA


MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas III MI Husainiyah Cicalengka Kabupaten Bandung)

PROPOSAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Bimbingan Skripsi


Dosen Pengampu:
Drs. Anas salahudin, M.Pd.

Irma Rismayanti
1152090045

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI


BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

A. Metode Pembelajaran Take and Give

1. Pengertian Metode Take and Give

Model pembelajaran (Take and Give) menurut Slavin dalam Shoihimin (2014 : 195)
yaitu pembelajaran yang dapat membuat siswa itu sendiri aktif dan membangun pengetahuan
yang akan menjadi miliknya.
Pembelajaran Take and Give merupakan proses pembelajaran yang berusaha
mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Pernyataan
lebih mengarah ke teori belajar bermakna yang tergolong pada aliran psikologi belajar
kognitif ( Shoihimin, 2014 : 195).
Adapun kegiatan yang diselenggrakan di sekolah ataupun di dalam kelas yang
dimaksudkan untuk menimbulkan suasana belajar yang menyenangkan dan keakraban antar
sesama teman sehingga anak merasa betah untuk melakukan pembelajaran. Salah satu
kegiatan adalah pembelajaran dengan model pembelajaran Take and give yang merupakan
suatu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kartu permainan dengan kontek memberi
dan menerima. Dalam model pembelajaran ini peserta didik akan saling berinteraksi dalam
menginformasikan apa yang telah diperolehnya dan menerima apa yang belum diketahuinya.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
pada pasal 19, ayat 1 mengamanatkan bahwa: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
Untuk membangun motivasi belajar siswa banyak hal yang bisa dilakukan diantaranya
penerapan metode mengajar yang menyenangkan dan membuat siswa ikut berperan aktif
dalam pembelajaran sehingga mereka tidak pasif dalam pembelajaran.. Untuk meningkatkan
motivasi belajar matematika dapat didukung dengan metode pembelajaran yang inovatif yaitu
dengan metode pembelajaran Take and Give. Miftahul Huda (2013: 241) menyatakan bahwa
Take and Give merupakan strategi pembelajaran yang didukung oleh penyajian data yang
diawali dengan pemberian kartu kepada siswa”. Di dalam kartu, ada catatan yang harus
dikuasai atau dihafal masing-masing siswa. Selain dengan penerapan metode pembelajaran
Take and Give, dalam pelaksanaannya juga disertai dengan pemberian reward.
Pendidikan pada hakikatnya yaitu sebagai proses perubahan pada seseorang yang
belajar, oleh karena itu guru menghendaki dan berharap sukses dalam mendidik para peserta
didiknya dengan menciptakan suasana akrab yaitu dengan saling memberi dan menerima,
baik antara sesama peserta didik ataupun peserta didik dengan guru. Dalam proses belajar
mengajar ini lebih diwarnai student centered daripada teacher centered, bertambahnya
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang diperoleh dari interaksi individu dengan
lingkungannya.
Metode dalam arti sempit dapat mengandung arti suatu cara, sedangkan dalam arti
luas metode pembelajaran ini suatu cara untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Menurut Gunarto (2013 : 16) metode pembelajaran merupakan suatu cara atau
tahapan yang digunakan dalam interaksi peserta didik dan pendidik untuk mencapai tujuan
pembelajaran yanag telah ditetapkan materi dan mekanisme metode pembelajaran.

Hal yang demikian bisa terlaksana dengan menggunakan model-model pembelajaran


yang tepat dan sesuai diantaranya yaitu dengan penerapan metode pembelajaran Take and
Give. Penyediaan media ini dilakukan oleh guru dengan menyiapkan kartu ukuran 10 x 15
cm, dan setiap kartu berisi sub materi yang berbeda antara satu kartu dengan kartu lainnya.

2. Langkah-angkah Metode Pembelajaran Take and Give

Adapun langkah-langkah pembelajaran Take and Give dalam Shoihimin (2014 : 196)
adalah sebagai berikut:
a. Siapkan media yang terbuat dari kartu.
b. Jelaskan materi sesuai TPK.
c. Untuk memantafkan penguasaan peserta tiap siswa diberi masing-masing satu
kartu untuk dipelajari (dihafal) lebih kurang 5 menit. Kartu dibuat dengan ukuran
kurang lebih 10 x 15 cm sebanyak siswa di kelas. Tiap kartu berisi sub materi
(yang berbeda dengan kartu yang lainnya, materi sesuai dengan PTK).
d. Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasi.
Tiap siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu contoh.
e. Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima
masing-masing (Take and Give)
f. Strategi ini dapat di modifikasi sesuai keadaan.
g. Untuk mengevaluasi keberhasilan, berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai
dengan kartunya (kartu orang lain).
h. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman dan
memberikan penguatan.
i. Kesimpulan.

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Take and Give

Menurut Slavin dalam Miftahul Huda (2013 : 2430 model pembelajaran Take and
Give ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya adalah sebagai berikut:
1. Dapat dimotifikasi sedemikian rupa sesuai dengan keinginan dan situasi
pembelajaran.
2. Melatih siswa untuk bekerja sama dan menghargai kemampuan orang lain.
3. Melatih siswa untuk berinteraksi secara baik dengan teman sekelas.
4. Memperdalam dan mempertajam pengetahuan siswa melalui kartu yang
dibagikan.
5. Meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab masing-masing siswa dibebani
pertanggung jawaban atas kartunya masing-masing.

Adapun kekurangan dari model pembelajaran Take anda Give ini adalah sebagi
berikut:
1. Kesulitan untuk mendisiplinkan siswa dalam kelompok-kelompok.
2. Ketidaksesuaian skill antara siswa yang memiliki kemampuan akademik yang
baik dan siswa yang kurang memiliki kemampuan akademik.
3. Kecenderungan terjadinya free riders dalam setiap kelompok, utamanya siswa
yang akrab satu sama lain.
B. Motivasi

1. Pengertian Motivasi Belajar

Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam subjek untuk
menlakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat
diartikan sebagai suatu kondisi intern (ke-siapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka
motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi
aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat
dirasakan/mendesak. (Sardiman , 2014 : 73)

Menurut Mc. Donald dalam sardiman 73 motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan.

Motivasi belajar siswa dapat dilakukan melalui dua bentuk motivasi yakni motivasi
ekstrinsik dan motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang timbul untuk
mencapai tujuan yang datang dari luar dirinya. Misalnya, guru memberikan pujian atau
hadiah bagi siswa yang mencapai dan menunjukan usaha yang baik, memberikan angka yang
tinggi terhadap prestasi yang dicapainya, tidak menyalahkan pekerjaan atau jawaban tersebut
belum memuaskan, tidak menghukum siswa di depan kelas, menciptakan suasana belajar
yang memberi kepuasan dan kesenangan (Sudjana : 2011 : 160).

Untuk membangun motivasi belajar siswa banyak hal yang bisa dilakukan diantaranya
penerapan metode mengajar yang menyenangkan dan membuat siswa ikut berperan aktif
dalam pembelajaran sehingga mereka tidak pasif dalam pembelajaran. Motivasi sangat besar
pengaruhnya dalam belajar, tidak jarang hasil belajar kurang baik bukan karena
kemampuannya yang kurang baik tetapi justru motivasinya yang kurang mendukung yang
sering diartikan dengan kalimat sederhana yaitu dorongan. Motivasi sangat banyak
menentukan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.

Menurut Hamalik (2001:27), adalah suatu proses , suatu kegiatan dan bukan satu hasil
dan tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni
mengalami.Sedangkan menurut Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang
mengubah sikaf stimulasi lingkunganmelewati pengolahan informasi menjadi kafabilitas baru
(Dimyati dan Mudjiono, 2013:10).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa motivasi


belajar adalah suatu penggerak yang timbul dari kekuatan mental diri peserta didik maupun
dari penciptaan kondisi belajar sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan belajar itu
sendiri. Jenis-jenis motivasi yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Menurut
Richards Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh guru membangkitkan motivasi belajar

siswa, baik motivasi instrinsik maupun ekstrinsik (Yamin, 2013:222), antara lain
dengan cara:
1. Memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi.

2. Adanya persaingan atau kompetisi di dalam kelas.

3. Pemberian hadiah atau pujian terhadap siswa-siswa yang memiliki prestasi baik
dan memberikan hukuman kepada siswa yang prestasinya mengalami penurunan.

4. Adanya pemberitahuan tentang kemujan belajar siswa.

Selanjutnya untuk melengkapi uraian mengenai makna teori tentang motivasi itu,
perlu dikemukakan adanya beberapa ciri motivasi. Menurut Sardiman, (2014 : 83) Motivasi
yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama,
tidak pernah berhenti sebelum selesai).
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
c. Menunjukan minat terhdap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa
(misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan,
pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan
sebagainya).
d. Lebih senang bekerja mandiri.
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin(hal-hal yang ber-sifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
g. Tidak mudah melepaskan hal diyakini itu.
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti orang itu selalu memiliki
motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan
belajar-mengajar.

C. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Motivasi mempengaruhi adanya kegiatan, sehubungan dengan hal tersebut ada tiga
fungsi motivasi:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dadri
setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian motivasi memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai
dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi gunan mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seorang melakukan suatu usaha karena adanya
motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukan hasil yang baik.
Dengan demikian, dengan adanya usaha yang tekun terutama disadari adanya motivasi, maka
seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi baik. Intensitas motivasi seorang
siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya (Sardiman, 2014 : 85).
Beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar
siswa, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar hendaknya seorang guru menjelaskan
mengenai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang akan dicapai siswa. Tidak cukup
sampai di situ saja, tapi guru juga bisa memberikan penjelasan tentang pentingnya ilmu
yang akan sangat berguna bagi masa depan seseorang, baik dengan norma agama
maupun sosial. Makin jelas tujuan, maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah.
Berikan hadian untuk siswa-siwa yang berprestasi. Hal ini akan sangat memacu
siswa untuk lebih giat dalam berprestasi, dan bagi siswa yang belum berprestasi akan
termotivasi untuk mengejar atau bahkan mengungguli siswa yang telah berprestasi.
Hadiah di sini tidak perlu harus yang besar dan mahal, tapi bisa menimbulkan rasa
senag pada murid, sebab merasa dihargai karena prestasinya. Kecuali pada setiap akhir
semester, guru bisa memberikan hadiah yang lebih istimewa (seperti buku bacaan) bagi
siswa ranking 1-3.
3. Saingan/kompetisi.
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan
prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya.

4. Pujian.

Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau


pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Bisa dimulai dari hal yang paling
kecil seperti, “beri tepuk tangan bagi si Budi…”, “kerja yang bagus…”, “wah itu kamu
bisa…”.

5. Hukuman.

Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar
mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah
diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Hukuman di sini hendaknya yang
mendidik, seperti menghafal, mengerjakan soal, ataupun membuat rangkuaman.
Hendaknya jangan yang bersifat fisik, seperti menyapu kelas, berdiri di depan kelas,
atau lari memutari halaman sekolah. Karena ini jelas akan menganggu psikis siswa.

6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.

Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik,


khususnya bagi mereka yang secara prestasi tertinggal oleh siswa lainnya. Di sini guru
dituntut untuk bisa lebih jeli terhadap kondisi anak didiknya. Ingat ini bukan hanya
tugas guru bimbingan konseling (BK) saja, tapi merupakan kewajiban setiap guru,
sebagai orang yang telah dipercaya orang tua siswa untuk mendidik anak mereka.

7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

Ajarkan kepada siswa cara belajar yang baik, entah itu ketika siswa belajar
sendiri maupun secara kelompok. Dengan cara ini siswa diharapkan untuk lebih
termotivasi dalam mengulan-ulang pelajaran ataupun menambah pemahaman dengan
buku-buku yang mendukung.

8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok.Ini


bisa dilakukan seperti pada nomor 6.

9. Menggunakan metode yang bervariasi


Guru hendaknya memilih metode belajar yang tepat dan berfariasi, yang bisa
membangkitkan semangat siswa, yang tidak membuat siswa merasa jenuh, dan yang
tak kalah penting adalah bisa menampung semua kepentingan siswa.

10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Baik itu
media visual maupun audio visual.

D. Pembelajaran Akidah Akhlak


a. Pengertian Akidah Akhlak
Akidah Akhlak adalah sesuatu yang di yakini dan di percayai kebenarannya oleh hati
setiap manusia juga hal yang paling mendasar sesuai ajaran islam dengan berpedoman kepada
Al-Quran. Dengan adanya pelajaran Akidah Akhlak di harapkan peserta didik memiliki
akhlak yang mulia. Akidah secara umum adalah kepercayaan, keimanan, keyakinan secara
mendalam dan benar lalu merealisasikannya dalam perbuatannya. Sedangkan Akidah dalam
agam Islam berarti percaya sepenuhnya kepada ke-Esaan Allah, dimana Allah pemegang
kekuasaan tertinggi dan pengatur atas segala apa yang ada di jagad raya. (Wahyudi Dedi,
2017 : 2).
Akidah akhlak merupakan suatu bidang studi yang mengajarkan dan membimbing
siswa untuk dapat mengetahui, memahami dan meyakini akidah Islam serta dapat membentuk
dan mengamalkan tingkah laku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam. Pembelajaran
akidah akhlak merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk dapat menyiapkan
peserta didik agar beriman terhadap ke-Esaan Allah Swt, yang berupa pendidikan yang
mengajarkan keimanan, ke-Islaman, kepatuhan dan ketaatan dalam menjalankan syariat Islam
menurut ajaran agama, sehingga akan terbentuk pribadi muslim yang sempurna iman dan
islam.
Pendidikan akidah akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengimani Allah SWT dan
merealisasikan perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan al-Quran dan
Hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaa pengalaman.
Disertai tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dan hubungannya dengan
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan
bangsa. (Nurul Haq, 2012 : 11).
Dalam Islam, di samping pendidikan islam siswa harus menerima pendidikan Akidah
Akhlak yang merupakan bagian dari pendidikan Islam. Akidah Akhlak merupakan suatu
pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang membahas ajaran agama islam dalam segi
aqidah dan akhlak. Mata pelajaran aqidah akhlak merupakan bagian dari mata pelajaran
pendidikan agama islam yang memberikan bimbingan kepada siswa agar memahami,
menghayati, menyakini kebenaran agama islam serta bersedia mengamalkan dalam
kehidupan sehari-hari dengan berpedoman kepada Al quran dan hadist
b. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak

Akidah Akhlak merupakan ilmu yang mengajarkan manusia dan


kepercayaannya juga merealisasikannya dalam perilaku ataupun tingkah laku pada
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Akidah Akhlak ini mempunyai tujuan
memberikan bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar setelah selesai dari
pendidikannya kelak dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam
serta dapat menjadikannya sebagai pandangan hidup. Tujuan adalah sasaran yang
hendak dicapai setelah kegiatan selesai. Adapun tujuan pembelajaran akidah akhlak
dapat dilihat dari beberapa perspektif diantaranya sebagai berikut :

1. Tujuan pembelajaran akidah akhlak secara umum

Akidah akhlak merupakan salah satu bidang studi dalam pendidikan agama Islam.
Maka tujuan umum pendidikan akidah akhlak sesuai dengan tujuan umum pendidikan agama
Islam. Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah, tujuan umum pendidikan agama Islam adalah
membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah atau sekurang-kurangnya mempersiapkan
peserta didik ke jalan yang mengacu pada tujuan akhir manusia. Tujuan utama khalifah Allah
adalah beriman kepada Allah dan tunduk patuh secara total kepada-Nya.

2. Ruang Lingkup Akidah Akhlak

Ibadah dalam islam sangat erat hubungannya dengan pendidikan akhlak. Larangan
Allah berhubungan dengan perbuatan yang tidak baik, orang bertaqwa adalah orang yang
menggunakan akalnya dan pembinaan akhlak adalah ajaran paling dasar dalam islam.
Menurut pendapat Atiyah-Albrasyi dalam Nurul Haq (2012: 13) bahwa pendidikan budi
pekerti adalah jiwa dari pendidikan islam, dan mencapai kesempurnaan akhlak yang
merupakan tujuan pendidikan islam.

Ruang lingkup pembelajaran Akidah Akhlak Zaki Mubarok Latif mengutip pendapat
dari Hasan Al Bana menunjukkan empat bidang yang berkaitan dengan lingkup pembahasan
mengenai akidah yaitu :
1. Ilahiyat

lahiyat pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah


(Tuhan) seperti wujud Allah Swt, Asma Allah, sifat-sifat yang wajib ada pada Allah
dan lain-lain.

2. Nubuwwat

Nubuwwat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan


dengan Rasul-Rasul Allah, termasuk kitab suci, mu‟jizat, dan lain-lain.

3. Ruhaniyyat

Ruhaniyyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan


roh atau metafisik, seperti malaikat, jin, setan, roh, dan lain-lain.

3. Fungsi Pengajaran Akidah Akhlak

Ada beberapa fungsi pembelajaran akidah akhlak pada anak. Maka pelajaran
akidah akhlak berfungsi sebagai berikut:

1. Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah


SWT yang telah ditanamkan di lingkungan keluarga.

2. Perbaikan yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman


dan pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
dikarenakan pengembangan keimanan yang dilakukan di madrasah di jalankan
melalui proses yang sistematis dalam kerangka ilmu pengetahuan.

3. Pencegahan yaitu untuk menangal hal-hal negatif dari lingkungan atau dari
budaya lain yang dapat membahayakan diri siswa dan menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.32

4. Pengajaran, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan tentang keimanan akhlak.


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI (1998), Pedoman Pembelajaran Akidah Akhlak, Badan Penelitian Dan
Pengembangan Agama, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Anak, Kerjasama
Pemerintah RI Dengan UNICEF Pelita VI.
Miftahul, (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nana Sudjana, (2011). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Nurul Haq, dkk (2012). Pendidikan Akidah Akhlaq. Bandung: Fajar Media.

Sardiman, (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rajagrafindo


Persada
Shoihimin, (2013). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Thoyib Syahputra (2004), Akidah Akhlak, Semarang : Karya Toha Putra, hal. 4.

Wahyudi Dedi, (2017). Pengantar Akidah Akhlak dan Pembelajarannya. Yogyakarta: Lintang
Rasi Aksara Books.
www.academia.edu/5729046/aqidah_akhlak_semester_7, diakses pada 27 Desember 2018,
Pukul 08:06.

Anda mungkin juga menyukai