Dengan cara mangajar seperti ini, guru bertindak sebagai pemberi ilmu pengetahuan, sedangkan siswa
dianggap sebagai penerima ilmu pengetahuan yang pasif. Dari hal tersebut untuk memenuhi tuntutan
kurikulum berbasis kopetensi, sudah selayaknya sekarang kita beralih dari pandangan bahwa guru
sebagai pemberi ilmu pengetahuan, siswa menjadi atau sebagai agen pembelajaran yang aktif dan
guru sebagai fasiltator dan mediator yang kreatif. Diyakini atau tidak, bahwa upaya peningkatan
Semenjak dahulu kehidupan dan perkembangan kerap kali menjadi pusat para ahli yang bergerak
dalam bidang pendidikan. Seorang ahli jiwa perkembangan dan pendidikan William Sterm (M.
Ngalim Purwanto, (1995:60). berpendapat perkembangan anak dipengaruhi oleh bakat dan
lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Keluarga (orang tua) adalah pendidik utama dan pertama. Kegiatan orang tua mendidik anaknya
sebagian terbesar dilakukan dirumah. Kegiatan itu hampir tidak ada yang berupa pengajaran. Bentuk
kegiatan pendidikan yang dilakukan orang tua ialah pembiasaan, pemberi contoh, dorongan, hadiah,
Sekolah adalah tempat pendidikan yang kedua setelah anak mendapat pendidikan yang pertama dari
orang tuanya dirumah. Pendidikan diberikan kepada anak didik yang bertujuan mendewasakannya,
agar anak dalam bertingkah laku dan mengambil keputusan dapat dipertanggungjawabkan sehingga
Dalam pendidikan disekolah kadang-kadang terjadi seorang anak melanggar tata tertib atau peraturan-
peraturan yang berlaku disekolah dan pelanggaran yang dilakukan oleh seorang anak hendaklah patut
dijadikan perhatian oleh para pendidik. Karena kadang kala seorang anak yang melakukan
pelanggaran itu hanya bermaksud untuk mencari perhatian dari gurunya. Tetapi ada juga yang
memang dilakukan karena keadaan yang mendesak, disinilah terujinya peran seorang pendidik.
Agar seorang pendidik dalam menjalankan fungsinya sebagai seorang pendidik maka dia harus
memiliki atau mampu bersikap tegas dan melatakkan sesuatu sesuai dengan proporsinya. Sehingga dia
akan mampu mengontrol dan menguasai jiwa. Jika dia dituntut untuk keras, dia tidak boleh
menampakkan kelunakannya, dan sebaliknya jika dia dituntut untuk lembut, dia harus menjauhi
kekerasannya.
Bagaimanapun seorang guru pemimpin kelas yang perintahnya harus diikuti dan diindahkan oleh anak
didiknya dan juga seorang guru harus harus atau dituntut memiliki sikap adil terhadap seluruh anak
didiknya. Artinya dia tidak berpihak atau mengutamakan kelompok tertentu. Dalam hal ini dia harus
menyikapi setiap anak didiknya sesuai dengan perbuatannya. Atau bisa juga dikatakan pekerjaan
mendidik itu dapat dibedakan menjadi dua aspek yaitu bentuk corak atau isi yang dimaksud dengan isi
disini adalah segala sesuatu yang mencakup segala tujuan atau rencana yang hendak dicapai oleh
pendidik. Sedangkan yang dimaksud dengan bentuk atau corak disini ialah mengenal tingkah laku si
pendidik terhadapa anak didiknya seperti melarang, memberi, anjuran, memberi perintah, menasehati,
dan menghukum.
Hukuman sesungguhnya tidaklah mutlak diperlukan. Ada orang-orang baginya teladan dan nasehat
saja sudah cukup, tidak perlu lagi hukuman dalam hidupnya. Tetapi manusia iu tidak sama
seluruhnya. Diantara mereka ada yang perlu dikerasi sekali-kali. Tapi hukuman bukan tindakan yang
pertama kali terbayang oleh seorang pendidik, dan tidak pula cara yang didahulukan. Nasehatilah
yang paling didahulukan, karena mungkin anak tersebut akan berubah sehingga dapat menerima
nasehat tersebut.
Pendidikan yang halus, lembut dan menyentuh perasaan sering kali berhasil dalam mendidik anak
untuk jujur dan lurus, tetapi pendidikan terlampau halus dan lembut akan berpengaruh jelek, karena
Jiwa dalam hal ini seperti tubuh, bila terlalu memanjakannya maka jiwa itu tidak akan mampu
menahan sustu kerja berat yang melelahkan dan suatu kesulitan yang sulit diatasi. Akibatnya ialah
bahwa ia tidak mampu sama sekali dan selalu goyah. Dan juga bila kita terlalu memanjakan anak
didik kita maka jiwanya mungkin tidak akan mampu menahan sesuatu yang tidak dienanginya.
Akibatnya kepribadiannya akan goyah. Dari sinilah ada sedikit kekerasan dalam mendidik anak-anak
Diantara bentuk kekerasan itu adalah hukuman atau ancaman hukuman pada suatu waktu. Hukum
dalam pendidikan memiliki pengertian yang luas, mulai dari hukuman ringan sampai pada hukuman
berat. Sekalipun hukuman banyak macamnya, pengertian pokok dalam setiap hukuman tetap satu
yaitu adanya unsure yang menyakitkan baik jiwa maupun badan. Sebenarnya tidak ada ahli
pendidikan yang menghendaki digunakannya hukuman dalam pendidikan kecuali bila terpaksa,
Hukuman itu selalu mengandung rasa tidak senang pada anak. Oleh karenaseorang pendidik dalam
memberikan hukuman harus dalam pertimbangan dan sesuai dengan kealahan yang telah dilakukan
anak tersebut. Jadi sebaik mungkin seorang pendidik harus dapat memberikan hukuman untuk
menghindari hukuman yang dapat mencederai badan anak. Karena itu dapat membekas dalam jiwanya
dan mungkin seorang anak tersebut akan mengalaki terutama dalam hidupnya.
Manfaat dan pengaruh hukuman dan ganjaran dalam pendidikan dapat bernialai positif dan negatif
bagi prkembangan kepribadian anak. Bernilai positif apabila hukuman itu sifatnya mendidik untuk
mencapai kearah kedewasaan anak dan dapat dipertangungjawabkan, dan dpat bernilai negatif apabila
akibat yang ditimbulkan dari hukuman tersebut membekas dalam diri anak dapat menjadikan anak
Oleh sebab itu seorang pendidik perlu dan harus memperhatikan apakah pemberian hukuman atau
tindakan yang dilkukanya terhadap kesalahan anak sesuai atau tidak dengan perbuatan anak tersebut.
Sehingga reaksi yang ditimbulkan oleh anak atau sipenerima hukuman tersebut menerima hukuman
sebagai suatu teguran atas perbuatannya yang keliru dan salah seingga anak tersebut menyadari
kesalahannya.
Tapi ada pula anak yang apabila dibri hukuman justru bersikap sebaliknya yaitu menentang atau
melawan karena akibat pendidik yang kurang tepat dalam menggunakan alat pendidikan, hal ini
membuat moivasi belajar mereka rendah, mereka hanya berleha-leha dalam belajar tetapi sedikit
motivasi belajar siswa setelah mendapat hukuman malah meningkat karena ia menganggap bahwa
hukuman yang ia terima adalah suatu penderitaan yang harus mereka terima. Maka dari itu seorang
guru harus mengenal anak didiknya lebih dekat lagi dan membimbing dengan baik serta dapat
menunjukan kasih sayangnya ketika memberikan hukuman, sehingga terpenuhi tujuan pendidikan dari
pemberian hukuman itu untuk perbaikan sekaligus untuk memotivasi yang baik kepada siswa baik
Selain hukuman ada juga alat pendidikan yang sering dignakan pendidik dalam proses pembelajaran
mengajar maupun dalam motivasi belajar siswa yaitu ganjaran. Karena ganjaran merupakan bentuk
tindakan yang dapat menimbulkan terjadi karena fisik dan usia. Adanya peserta didik yang demikian
itu menuntut adanya proses penyelenggaraan pendidikan yang sesuai terutama pada pelaku utamanya
yaitu guru. Guru harus menguasai ilmu keguruannya sebagai syarat utama keberhasilan belajar siswa
yang optimal.
Sehubungan dengan uraian diatas, maka penulis ingin meneliti tentang Peran Hukuman Dan
Ganjaran Dalam Meningkatan Motivasi Belajar Siswa kelas XI.ATPH di SMKN 1 Bontomanai tahun
ajaran 2014-2015
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah yang diambil oleh penulis
1. Bagaimana manfaat hukuman dan ganjaran bagi siswa kelas XI.ATPH di SMK Negeri 1
2014-2015 ?
3. Bagaimana pengaruh manfaat hukuman dan ganjaran terhadap motivasi belajar siswa kelas
ajaran 2014-2015.
3. Untuk mengetahui pengaruh manfaat hukuman dan ganjaran terhadap motivasi belajar siswa
kelas XI.ATPH sehingga dapat dijadikan refensi tindakan bagi penulis selaku guru BK di
SMKN 1 Bontomanai.
D. Kerangka pemikiran
Di dalam ilmu pendidikan, usaha-usaha atau perbuatan seorang pendidik yang ditunjukan untuk
melaksanakan tugas mendidik itu disebut juga alat-alat pendidikan. Perlu kiranya diperingatkan disini
bahwa penggunaan alat pendidikan itu bukan hanya soal teknis, melainkan mempunyai sangkut paut
yang erat sekali dengan pribadi yang menggunakan alat tersebut. Dan seorang pendidik yang
menggunakan alat itu hendaknya betul-betul timbul ataudari pribadi yang menggunakan alat itu (si
pendidik). Seorang guru juga berkewajiban untuk menjelaskan kepada para siswanya tentang apa
yang akan dicapai dengan pengajarannya. Ia juga hendaknya melakukan berbagai upaya untuk
Dalam penelitian ini ada dua variable, yang pertama adalah hukuman dan ganjaran dan
variabel kedua adalah motivasi belajar siswa. Hukuman adalah memberikan atau mengadakan
nestapa atau penderitaan dengan sengaja kepada anak yang menjadi asuhan kita dengan maksud
supaya penderitaan itu betul-betul diraskannya untuk menuju kearah perbaikan. Jadi hukuman adalah
sangi yang diberikan kepada siswa agar siswa menjadi terdorong untuk selalu tertib dalam mengikuti
setiap pelajaran, dengan demikian maka akan terciptalah tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Ganjaran adalah salah satu alat pendidikan. Jadi dengan sendirinya maksud ganjaran itu ialah
sebagai alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau
Hukuman dan ganjaran sebagai teknik pendidikan yang fungsinya sebagai alat pendorong
untuk mempergiat belajar anak juga agar anak lebih mentaati disiplin atau peraturan. Ganjaran atau
hukuman dalam pendidikan tidak berhenti pada hukuman itu sendiri, melainkan pada tujuan yang ada
dibelakangnya, yaitu agar manusia yang melanggar itu insyaf, bertaubat dan menjadi orang baik dan
ketika sudah berada dalam keadaan yang baik, mereka tidak dihukum. Sedangkan ganjaran diberikan
kepada orang-orang yang memajukan prestasi yang tinggi dalam kebaikan. Hukuman dan ganjaran
diberlakukan kepada sasaran pembinaan yang lebih bersifat khusus, hukuman untuk orang yang
melanggar dan berbuat jahat sedangkan ganjaran untuk orang yang patuh dan menunjukan perbuatan
baik. Maka dari itu hukuman sangat berpengaruh terhadap siswa. Karena biarpun hukuman
marupakan alat pendidikan yang tidak menyenangkan. Namun demikian dapat juga menjadi alat
motivasi untuk mempergiat belajar siswa maupun mendorong siswa untuk lebih mentaati peraturan
yang berlaku, sebab anak yang pernah mendapat hukuman karena tidak mengerjakan tugas atau
melanggar peraturan maka ia akan selalu berusaha belajar dan mentaati peraturan yang ada agar
Ganjaran pun tidak kalah penting pengaruhnya terhadap siswa, karena pada umumnya bila
anak diberi ganjaran atau penghargaan dia akan senang dan gembira hatinya karena tanda
penghargaan tersebut sehingga ia bekerja sebaik-baiknya, bekerja keras dan akan melakukan segala
apa yang ditugaskan padanya. Walaupun tugas itu dirasakan sukar. Secara alamiah jika seorang
mendapat pujian atau sanjungan dia akan berbesar hati, juga akan mempunyai macam-macam
dorongan yang sering kali berguna bagi perkembangan pribadinya. Jadi wajar kalau ganjaran itu
sangat berpengaruh bagi siswa. Karena ganjaran mempunyai daya penggerak terhadap belajar siswa
juga berpengaruh pada ketaatan siswa terhadap peraturan, karena siswa yang sering kali mendapat
pujian atau penghargaan maka ia akan terdorong untuk selalu mentaati peraturan. Dan juga siswa
tersebut akan terus terdorong untuk mendapat hasil yang lebih baik dari pekerjaan yang telah
dilakukannya.
Motivasi merupakan gejala jiwa yang dapat mendorong manusia untuk bertindak atau berbuat
sesuatu keinginan dan kebutuhan atau motiv. Motivasi berpangkal dari upaya yang ada di dalam diri
seseorang untuk melakukan aktifitas. Aktifitas tertentu demi mencapai sutu ujuan. Bahkan motif dapat
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan
kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangku pengetahuan, keterampilan maupun
kegiatan belajar, yang menjaminkelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki
Secara teknik, proses awal motives seseorang berasal dari kekurangan/kebuuhan yang tidak
terpenuhi, itu tidak cukup untuk mengendalikan tingginya motivasi seseorang, kemudian motivasi itu
Dalam memberikan motivasi kepada seseorang siswa, berarti menggerakan siswa untuk melakukan
sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Pada tahap awalnya akan menyebabkan si subjek belajar
merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar. Perubahan tingkah laku siswa
senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan
demikian semakin banyak usaha belajar itu dilaksanakan semakin banyak dan semakin baik pula
perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif tidak terjadi dengan sendirinya, perubahan
tingkah laku belajar siswa disebabkan oleh motivasi yang ada dalam rekayasa jaringan-jaringan
paedagogis guru, yang dilakukan dengan tindakan perbuatan persiapan mengajar, pelaksanaan belajar
mengajar, penggunaan metode dan media. Sedang dari segi emansipasi kemandirian siswa, ganjaran
merupakan salah satu faktor penentu semakin meningkatnya motivasi belajar siswa.
Dari uraian di atas tergambar sudah kerangka pemikiran tentang judul penelitian ini yakni
usaha yang dilakukan secara berdaya guna agar siswa mempunyai motivasi yang tinggi/ baik dengan
cara menerapkan hukuman terhadap siswa yang melanggar peraturan tata tertib. Dan dapat kita
pahami bahwa hukuman itu adalah salah satu alat pendidikan yang tidak menyenangkan, tapi
hukuman dapat menjadi alat untuk memotivasi anak supaya mereka giat dan bekerja keras dalam
belajar, dan yang lebih penting lagi hukuman dapat membuat motivasi bagi anak-anak sehingga akan
Dari pernyataan di atas, penulis dapat membuat sinyalemen bahwa diduga kuat terdapat hubungan
1. Pengertian Hukuman
Hukuman merupakan masalah etis, yang menyangkut soal buruk dan baik, soal norma-norma.
Sedangkan pandangan manusia tentang baik dan buruk itu berbeda-beda dan berubah. Mengenai
hukuman dalam proses pendidikan ada beberapa pendapat tentang pengertian hukuman.
Diantaranya adalah Ngalim Purwanto (1995:186) bahwa : hukuman ialah penderitaan yang diberikan
atau timbul dengan sengaja oleh seseorang (Orang Tua, Guru dan sebagainya) sesudah terjadi
Sedangkan Gunning, Kohnstam, dan Scheler (dalam Ngalim Purwanto, 1995:186) berpendapat
bahwa hukuman adalah hukuman itu tiada lain dari pada pengasahan kata hati, atau membangkitkan
kata hati.
Menurut Rustiah MK (1978:71) Hukuman adalah salah satu perbuatan yang tidak menyenangkan
dari orang yang lebih tinggi kedudukannya untuk pelanggaran dan kejahatan dengan maksud
memperbaiki.
Hukuman menurut Amir Daeng Indrakusuma (1973:147) adalah tindakan yang dijatuhkan kepada
anak secara sadar dan sengaja, sehingga menimbulkan nestapa dn dengan adanya nestapa itu anak
akan sadar pada perbuatannya dan berjanji pada perbuatannya dan berjanji dalam hatinya untuk tidak
mengulangi.
Sedangkan menurut Charles Schaefer (1984:46) berpendapat bahwa : hukuman berarti suatu bentuk
kerugian atau kesakitan yang ditimpakan kepada seseorang yang berbuat kesalahan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hukuman merupakan suatu
alat pendidikan yang dapat memberikan penderitaan bagi yang menjalaninya agar anak tersebut sadar
akan kesalahannya dan berusaha memperbaiki sikapnya. Atau bisa juga dikatakan bahwa hukuman
adalah suatu perbuatan yang tidak menyenangkan, baik terhadap jasmani maupun terhadap rohani,
sebagai akibat dari kesalahan yang telah dilakukan, dan hukuman itu dijatuhkan oleh orang yang lebih
dewasa, sehingga akan menjadi sadar akan kesalahan yang telah dilakukan dan sebagai akibatnya,
Menurut Abu Ahmadi, ada 4 macam hukuman yang harus atau perlu diketahui:
a. Hukuman yang berwujud isyarat; ini diberikan cukup dengan pandangan mata, gerakan anggota
pelanggar, misalnya : mengerjakan pekerjaan dirumah yang harus dikerjakan dengan betul, dan
jumlahnya tidak sedikit, termasuk juga memindah tempat, keluar dari kelas, dikeluarkan dari
Dari segi paedagogis, pemberian hukuman badan ini tidak dibenarkan. Sebab :
a. Pemberian hukuman ini biasanya dalam suasana marah, sehingga kadang-kadang kurang
perhitungan,
b. Bagi anak besar merasa dirinya dihina, direndahkan dimuka umum,
c. Akibat yang lebih luas lagi, timbullah pertentangan antara orang tua murid dengan
guru/terhadap sekolah.
Seperti yang diungkapkan atau dikatakan oleh W. James Popham dari Evi L. Baker,
(1992:110) bahwa hukuman badan merupakan suatu tuduhan kejam atas kegagalan si Guru.
Pertanyaan-pertanyaan bahwa jenis hukuman ini baik bagi anak tidak dapat diterima oleh setiap
psikologi klinis yang baik. Hukuman badan mungkin merupakan penyaluran prustasi guru yang
terpendam. Latihan olah raga dilapangan sekolah adalah suatu alternatif yang lebih baik.
Guru-guru yang senang menggunakan hukuman badan sebaiknya merenungkan alasan mengapa
mereka berbuat itu. Ketergantungan pada teknik-teknik semacam itu mungkin bersumber pada
kelainan yang serius, keengganan memperbaiki program instruksionalnya sambil mengarahkan siswa-
Jenis hukuman lain yang sangat tidak dapat dipertanggungjawabkan yaitu usaha mengaitkan
tambahan tugas menulis saya akan selalu.. lima puluh atau seribu kali tidak mempunyai arti.
Terus menerus mengaitkan tambahan pekerjaan rumah atau panjang karangan dengan kenakalan
adalah berbahaya. Tugas sekolah sebaiknya diberikan dalam suasana yang positif, atau setidaknya-
Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang macam-macam hukuman, antara lain:
a. William Stern yang membedakan tiga macam hukuman yang disesuaikan dengan tingkat
pelanggaran, antara penderitaan yang diakibatkan oleh hukuman dengan perbuatan pelanggaran
yang dilakukan. Untuk menyingkirkan perasaan tidak enak (hukum) itu, biasanya orang atau anak
2) Hukuman Logis, hukuman ini dipergunakan terhadap anak-anak yang telah agak besar. Dengan
hukuman ini, anak mengerti bahwa hukuman itu adalah akibat yang logis dari pekerjaan atau
perbuatan yang tidak baik. Anak mengerti bahwa ia mendapat hukuman itu adalah akibat dari
kesalahan yang diperbuatnya. Misalnya, seorang anak yang disuruh menghapus papan tulis bersih-
3) Hukuman Normatif, hukuman ini adalah hukuman yang bermaksud memperbaiki moral anak-
seperti berdusta, menipu, dan mencuri. Jadi, hukuman normatif sangat erat hubungannya dengan
1) Hukukman Preventif, yaitu hukuman yang dilakukan dengan maksud agar tidak atau jangan
terjadi pelanggaran. Hukuman ini bermaksud untuk mencegah jangan sampai terjadi pelanggaran
sehingga hal itu dilakukannya sebelum pelanggaran itu dilakukan. Misalnya seseorang dimasukan
atau ditahan dalam penjara. (selama menantikan keputusan hakim) : karena perkara tersebut ia
2) Hukuman Represif, yaitu hukuman yang dilakukan oleh karena adanya pelanggaran, oleh
karena dosa yang telah diperbuat. Jadi hukuman ini dilakukan setelah terjadi pelanggaran atau
kesalahan.
c. Di samping pembagian seperti di atas, hukuman itu dapat pula dibedakan seperti berikut:
1) Hukuman Alam
Yang menganjurkan hukuman ini adalah J. J. Rousseau, menurut Rousseau, anak-anak ketika
dilahirkan adalah suci, bersih dari segala noda dan kejahatan. Adapun yang menyebabkan rusaknya
anak itu ialah masyarakat manusia itu sendiri. Maka dari itu, Rousseau menganjurkan supaya
anak-anak didik menurut alamnya. Demikian pula mengenai hukuman Rousseau menganjurkan
Mengenai teori Rousseau tersebut tidak dapat kita menerima seluruhnya. Dalam beberapa hal yang
kecil-kecil atau yang ringan. Ringan, kadang-kadang adapula benarnya teori Rousseau itu.
Umpamanya, seorang anak yang berumur 1,5 tahun tidak mau lagi meminta rokok ayahnya setelah
Tetapi, kalau ditinjau dari segi pedagogis, hukuman alam itu tidak mendidik. Dengan hukuman
alam saja anak tidak dapat mengetahui norma-norma etika, mana yang baik dan mana yang buruk,
mana yang boleh diperbuat dan mana yang tidak. Anak tidak dapat berkembang sendiri kearah
yang sesuai dengan cita-cita dan tinjauan pendidikan yang sebenarnya. Lagi pula, hukuman alam
Hukuman ini sebagai lawan dari hukuman alam. Hukuman macam ini dilakukan dengan sengaja
dan bertujuan. Sebagai contoh ialah hukuman yang dilakukan oleh si pendidik terhadap anak-anak
didiknya, hukukman yuang dijatuhkan oleh seorang hakim kepada si terdakwa atau si pelanggar.
d. Sedangkan menurut Omar Hamalik (1983:130), ditinjau dari objek yang menjadi sasaran hukuman
ada dua macam, yaitu hukuman yang dijatuhkan kepada jasmani dan hukuman yang dikenakan
kepada rohani. Dan apabila dari cara menghukumnya ada empat macam, yaitu :
Yaitu hukuman yang dijatuhkan kepada siswa dengan isyarat seperti dengan pandangan mata,
gerakan badan dan raut wajah. Hukuman isyarat ini biasanya digunakan untuk pelanggaran.
Pelanggaran ringan, dan bersifat mencegah pada tingkah laku siswa, sebagai tanda bahwa
a. Memberikan nasihat dan pengertian, dalam hal ini siswa yang melakukan pelanggaran
diberitahu, disamping itu diberi pengetahuan atau ditanamkan kesadaran agar tidak
mengulangnya lagi.
b. Teguran dan peringatan, menghukum dalam hal ini dilakukan dengan jalam mengatur
sehingga siswa berhenti dari pelanggaran, dan jika itu masih tetap saja maka siswa diberi
peringatan.
c. Ancaman, ancaman disini adalah suatu pernataan yang menimbulkan kemungkinan.
Kemungkinan yang akan terjadi dengan maksud agar siswa merasa takut dan berhenti dari
perbuatannya.
Pengertian hukuman perbuatan dilaksanakan dengan memberi tugas dan mencabut kesenangan
tertentu dari siswanya. Termasuk dalam hukuman ini seperti memberi tugas kepada siswa.
4) Hukuman badan.
Yang dimaksud dengan hukuman badan atau jasmani yaitu hukuman yang dijatuhkan dengan
cara menyakiti anggota badan seperti memukul, mencubit, menarik daun telinga dan sebagainya
yang kesemuanya itu dilakukan dengan maksud memperbaiki dan dilaksanakan secara
pedagogis.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hukuman badan perlu juga dilakukan atau boleh
diberikan dengan catatan adalah jalan terakhir untuk memperingatkan anak-anak yang sudah
terlalu sering melakukan kesalahan, tetapi itupun mempunyai batas-batas tertentu, yaitu hukuman
itu jangan sampai menimbulkan cacat tubuh pada si anak. Hukuman badan selain dapat
menimbulkan kejeraan terhadap anak itu juga dapat diharapkan dapat menjadi pelajaran atau
contoh kepada anak-anak yang lain. Karena jelas sekali pemberian hukuman badan akan
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa hukuman badan itu dapat dilaksanakan dengan
1) Digunakan dalam hal yang sangat perlu dan jangan terlalu sering, Hukuman itu dilaksanakan
bila keadaan memaksa dan pukulan tidak diberikan kecuali sesudah diberi peringatan, ancaman
dan mediator (perantara) untuk memberi peringatan dengan maksud merangsang pengaruh yang
2) Bila dipukul, hendaknya pukulan pertama itu menimbulkan rasa sedih pada anak sehingga
timbul efek yang diharapkan dan supaya ia tidak menganggap enteng saja hukuman yang akan
datang.
3) Hukuman badan tersebut hendaknya berupa pukulan ringan, dan tidak membahayakan siswa,
Jika terpaksa harus menjatuhkan hukuman atas anak kecil, cukuplah diberi pukulan ringan dan
sang anak, hal ini sesuai dengan permdapat bila seorang anak dipukul jangan menimbulkan
1) Hukuman yang bersifat menjerakan, dengan tujuan agar setelah anak melakukan pelanggaran
dan mendapat hukuman, kemudian dia merasa jera dan akhirnya tidak mengulanginya lagi.
2) Bentuk hukuman menakut-nakuti, yang bertujuan untuk menimbulkan rasa takut pada orang
yang belum pernah melakukan pelanggaran, sifat hukuman ini semakin lama semakin berat.
3) Bentuk hukuman pembalasan, bertujuan untuk mengembalikan atau membalas dengan apa yang
4) Hukuman membetulkan, teori ini bertujuan untuk memperbaiki anak kepada hal-hal yang positif
Dari beberapa macam hukuman yang diutarakan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tindakan
yang dilakukan oleh seorang guru terhadap anak didik yang melakukan kesalahan harus hati-hati dan
diteliti dahulu kesalahan yang telah dilakukan anak didik agar tidak terjadi kesalah pahaman antara
guru, anak didik dan orang tua anak tersebut. Memang benar bahwa hukuman merupakan alat
pendidik yang berfungsi sebagi petunjuk untuk mengenalkan kepada anak tentang mana perbuatan
yang tidak benar, mana yang baik dan mana yang tidak baik atau buruk. Tetapi perlu diperhatikan
bahwa hukuman sebagai suatu alat pendidikan, baru boleh digunakan apabila memang benar-benar
terpaksa dan tidak ada alat pendidikan yang lain yang dapat digunakan untuk menanggulangi anak
tersebut, atau dengan kata lain hukuman tidak dapat dan tidak boleh dilakukan sewenang wenang
menurut kehendak seseorang, tetapi menghukum itu adalah suatu perbuatan yang tidak bebas, yang
selalu mendapat pengawasan dari masyarakat dan negara. Apabila hukuman yang bersifat pendidikan
Seperti pandangan Ibnu Sina (Ali Al-Jumbulati, Perbandingan Pendidikan Islam 1994:124 125)
tentang hukuman, ia mengatakan bahwa suatu kewajiban pertama ialah mendidik anak dengan sopan
santun, membiasakannya dengan perbuatan yang terpuji sejak mulai disapih, sebelum kebiasaan jelek
mempengaruhinya. Maksudnya jika terpaksa harus mendidik dengan hukuman, sebaiknya diberikan
peringatan dan ancaman labih dulu, jangan menindak anak dengan kekerasan, tetapi dengan kehalusan
hati, lalu diberi motivasi dan persuasi dan kadang-kadang dengan muka masam atau dengan cara agar
ia kembali kepada perbuatan baik. Perbutan demikian itu merupkn prilaku yang mendahului tindakan
khusus. Tetapi jika sudah terpaksa memukul, cukuplah pukulan sekali yang menimbulkan rasa sakit,
karena pukulan yang cukup banyak menyebabkan anak merasa ringan, dan memandang hukuman itu
sebagai suatu yang remeh. Menghukuman dengan pukulan dilkukan setelah diberi peringatan keras
(ultimatum) dan menjadikan sebagai alat penolong untuk menimbulkan pengaruh yang positif dalam
jiwa anak.
3.Teori-teori Hukuman
Teori hukuman banyak jenisnya, salah satunya menurut Abu Ahmad yang membagi teori hukuman
kedalam 4 macam
a. Teori memperbaiki
Teori memperbaiki tersebut mempunyai pandangan bahwa hukuman diadakan untuk membasmi
kejahatan.
b. Teori perlindungan
Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk melindungi masyarakat dari perbuatan yang tidak wajar.
Teori ini juga disebut juga teori menakutkan. Biasanya diadakan hukuman badan. Rousseau
Teori pembalasan ini mempunyai pandangan bahwa hukuman diadakan terhadap segala pelanggaran.
d. Teori mengejutkan
Teori mengejutkan ini mempunyai pandangan bahwa hukuman diadakan untuk menakut-nakuti,
untuk menyerahkan si pelanggar, agar mau secara sadar meninggalkan perbuatan melanggar itu.
a. Teori Pembalasan
Teori inilah yang tertua, menurut teori ini, hukuman diadakan sebagai pembalasan dendam terhadap
kelainan dan pelanggaran yang telah dilakukan seseorang. Tentu saja teori ini tidak boleh dipakai
b. Teori Perbaikan
Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk membasmi kejahatan. Jadi, maksud hukuman itu ialah
untuk memperbaiki si pelanggar agar jangan berbuat kesalahan semacam itu lagi. Teori inilah yang
lebih bersifat pedagogis, karena bermaksud memperbaiki si pelanggar, baik lahir maupun bathin.
c. Teori Perlindungan
Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk melindungi masyarakat dari perbuatan-perbuatan yang
tidak wajar. Dengan adanya hukuman ini, masyarakat dapat dilindungi dari kejahatan-kejahatan yang
Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk mengganti kerugian-kerugian (boetc) yang telah diderita
akibat dari kejahatan-kejahatan atau pelanggaran itu. Hukuman ini banyak dilakukan dalam
masyarakat atau pemerintahan. Dalam proses pendidikan, teori ini masih belum cukup, sebab dengan
semacam itu anak mungkin menjadi tidak merasa bersalah atau berdosa karena kesalahannya itu telah
e. Teori Menakut-nakuti
Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk menimbulkan perasaan takut kepada si pelanggar akan
akibat perbuatannya yang melanggar itu, sehingga ia akan selalu takut melakukan perbuatan itu dan
mau meninggalkannya. Teori ini masih membutuhkan teori perbaikan, sebab dengan teori ini besar
kemungkinan anak meninggalkan suatu perbuatan itu hanya karena takut, bukan karena keinsyafan
bahwa perbuatannya memang sesat atau memang buruk, dalam hal ini anak tidak terbentuk kata
Teori hukum alam tersebut mempunyai pandangan bahwa hukuman buatan itu tidak perlu diadakan
seperti yang diberikan secara sengaja oleh seseorang kepada orang lain yang melakukan kesalahan
atau pelanggaran. Tetapi hendaknya siswa itu dibiarkan bila berbuat salah atau pelanggaran dan biar ia
Pandangan hukum alam ini mengatakan bahwa hukum alam tersebut merupakan hukuman yang
wajar dan logis, sebab merupakan akibat dari perbuatannya sendiri, seperti anak yang sedang
memanjat pohon, adalah wajar dan logis apabila suatu ketika ia akan jatuh dari pohon, jatuh itu
merupakan hukuman menurut alam sebagai akibat dari perbuatannya yang senang memanjat pohon.
Dalam hal ini, Abdullah Muniman Al-Maliki (1979:16) mengatakan yang dimaksud dengan
dendam adalah semua perasaan dan dorongan yang mengandung unsur penghancuran dan niat buruk
Dengan memperhatikan perndapat di atas, maka yang paling jahat yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan dalam dunia pendidikan, walaupun hal ini bias terjadi, mungkin disebabkan
pendidikan guru merasa kecewa atas tindakan muridnya, baik kekecewaan itu disebabkan oleh guru
lain, yang akibatnya siswa menjadi sasarannya, sehingga pendidik atau guru mencari kesempatan
kapan ia bias menghukum anak atau siswa itu, sehingga dapat terlampiaskan dendamnya, baik
hukuman yang dilaksanakan itu secara langsung ataupun secara tidak langsung. Dalam hal ini, bahwa
teori ini kurang tepat dengan ilmu pendidikan, karena apabila sampai menggunakan teori balas
dendam ini sewaktu ia mengajar dalam sekolahan, maka hal ini akan bertentangan dengan tujuan
pendidikan yaitu menciptakan manusia yang berkepribadian yang utuh, sebab suatu hal yang mustahil
apabila segala perbuatan guru tidak ditiru selalu berhati-hati dalam memberikan hukuman kepada
muridnya.
Menurut teori ini, siswa yang melakukan kesalahan dimintai untuk bertanggungjawab atau
menanggung resiko dari perbuatannya. Sebagai akibatnya ia harus menanggung resiko dari
perbuatannya. Misalnya siswa yang berkejar-kejaran di kelas, kemudian memecahakan kaca jendela ia
2) dapat menimbulkan perasaan jera sehingga siswa dapat berhati-hati untuk tidak mengulangi
perbuatannya.
1) Bagi siswa yang mampu tidak ada kesan terhadap hukuman yang diterimanya tersebut.
d. Teori menakut-nakuti
Hukuman yang dijatuhkan kepada siswa adalah dengan maksud agar tidak meneruskan atau
mengulangi perbuatan-perbuatan yang tidak baik, hukuman yang bertujuan untuk menakut-nakuti
siswa ini adalah hukuman yang belum ditampakkan atau diberikan langsung kepada siswa, tetapi
diberikan kepada siswa yang telah mengulangi perbuatan yang salah untuk kedua kalinya. Misalnya
ada siswa yang melakukan perkelahian dengan temannya, melihat kejadian tersebut, kemudian guru
menegur dasn mengancam apabila sampai berkelahi lagi, maka akan dikeluarkan dari sekolah, maka
oleh Karena mendengar ancaman dari guru, siswa yang berkelahi lagi akan takut dasn tidak berkelahi
lagi. Murid yang takut akan ancaman hukuman maka dia akan menjadi disiplin dan rajin belajar
melakukan setiap tugas dan kewajibannya di sekolah. Namun, perlu diingat oleh seorang pendidik,
bahwa kerajinan atau kedisiplinan tersebut dapat berubah dari rasa takut menjadi akan timbul rasa
kesadaran bagi siswa, Karena boleh jadi juga siswa akan tunduk dan menurut hanya dikarenakan rasa
takut kepada guru dan ini akan mengakibatkan siswa akan kembali melakukan kesalahan apabila guru
Jadi, teori menakut-nakuti ini bertujuan agar siswa memiliki rasa takut akibat ancamans akan
hukuman, sehingga dia takut akan melakukan kesalahan untuk kedua kali. Namun demikian, kita
tidak cukup memberikan hukuman terhadap pelanggaran siswa itu, karena boleh jadi siswa tersebut
belum mengerti dan belum sadar atas kesalahan yang diperbuat, maka perlu ditambah dengan nasihat-
nasihat sehingga betul-betul mengerti tentang akibat dari perbuatannya dan sadar akan kesalahannya.
e. Teori Memperbaiki
Menurut teori ini, hukuman diberikan untuk memperbaiki siswa yang berbuat salah dengan
harapan agar selanjutnya tidak akan berbuat salah lagi. Di sudut lain, agar siswa insyaf atas
kesalahannya. Insyaf yang timbul dari kesalahan hati, sehingga ia benar-benar memiliki jiwa disiplin
Hal ini sebagaimana dikatakan Oemar Hamalik (125) penyadaran atas hal-hal yang
menyebabkan kegagalan ini perlu sekali dengan maksud agar dengan usaha sendiri (self direction)
kita dapat mengatasinya dan memperbaikinya. Agar siswa insyaf, maka pendidik harus memberikan
penjelasan di waktu menjatuhkan hukuman. Dalam hal apapun, mereka melakukan kesalahan dan
hukuman-hukuman yang sesuai pula dengan perbuatannya, hal ini akan membawa siswa kepada
Dari uraian di atas berarti hukuman tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara pedagogis, apabila :
2. Siswa mempunyai pengertian tentang akibat perbuatannya yang baik dan buruk.
3. Berjanji dalam hatinya untuk tidak mengulangi kesalahannya dan berjanji tidak akan mendapatkan
hukuman lagi.
Karena hal demikianlah hukuman yang bersifat memperbaiki ini sering disebut hukuman pedagogis.
Jadi dengan mempjerhatikan proses hukuman-hukuman itu dapat dikatakan pedagogis apabila
Bagaimana atau tindakan apakah yang perlu diambil oleh guru, apabila terdapat anak yang melanggar
tata tertib ? alat apa yang mampu mengatasi masalah ini ialah pemberian hukuman terdapat si
pelanggar hukum, yaitu anak. Tetapi hal ini bukannya berarti bahwa hukuman menjadi satu-satunya
alat yang terbaik dalam pendidikan. Bukan demikian, tetapi malah sebaliknya. Pemberian hukuman
adalah tindakan terakhir sesudah suasana tidak bisa diatasi lagi. Jadi pemberian hukuman hanyalah
bisa digunakan apabila keadaan memaksa. Dan dalam menjatuhkan hukuman kepada anak yang
bersalahpun ada syarat-syaratnya. Juga ada macam-macamnya, Karena hukuman yang diterima
seorang anak tidak hanya bersifat menghakimi, tetapi justru harus bersifat mendidik. Karena hukuman
itu tidak dapat dan tidak boleh dilakukan sewenang-wenang menurut kehendak seseorang, tetapi
menghukum itu adalah suatu perbuatan yang tidak bebas, yang selalu mendapat pengawasan dari
masyarakat dan Negara. Apalagi hukuman yang bersifat pendidikan (pedagogis), harus memenuhi
syarat-syarat yang tertentu, dan tujuan umum memberikan hukuman adalah agar setelah menerima
hukuman seseorang anak tidak melakukan kesalahannya dan menyadari bahwa perbuatannya itu
salah.
Sedangkan menurut M. Ngalim Purwanto (191 192) syarat-syarat hukuman yang paedagogis itu
a. Tiap-tiap hukuman hendaknya dapat dipertanggung-jawabkan. Ini berarti bahwa hukuman itu tidak
boleh dilakukan dengan sewenang-wenang biarpun dalam hal ini seorang guru atau orang tua agak
bebas menghukum atau menetapkan hukuman yang mana akan diberikan kepada anak didiknya, tetapi
dalam pada itu kita terikat oleh rasa kasih sayang terhadap anak-anak oleh peraturan-peraturan hukum
b. Hukuman itu sedapat-dapatnya bersifat memperbaiki, yang berarti bahwa ia harus mempunyai nilai
c. Hukuman tidak boleh bersifat mengancam atau pembalasan dendam yang bersifat perseorangan.
Hukuman yang demikian tidak memungkinkan adanya hubungan yang baik antara si pendidik da yang
dididik.
d. Jangan menghukum pada waktu kita sedang marah. Sebab, jika demikian kemugkinan besar
e. Tiap-tiap hukuman harus diberikan dengan sadar dan sudah diperhitungkan atau dipertimbangkan
terlebih dahulu.
f. Bagi si terhukum (anak) hukuman itu hendaklah dapat dirasakannya sendiri sebagai kedukaan atau
penderitaan yang sebenarnya. Karena hukuman itu, anak merasa menyesal dan merasa bahwa
g. Jangan melakukan hukuman badan sebab pada hakikatnya, hukuman badan itu dilarang oleh
Negara, tidak sesuai dengan prikemanusiaan, dan merupakan penganiayaan terhadap sesama makhluk.
Lagi pula, hukuman badan tidak meyakinkan kita adanya perbaikan pada si terhukum, tetapi
h. Human tidak boleh merusakkan hubungan baik antara si pendidik dengan anak didiknya. Untuk ini,
perlulah hukuman yang diberikan itu dapat dimengerti dan dipahami oleh anak.
Sehubungan dengan butir diatas, maka perlulah adanya kesanggupan member maaf dari si pendidik,
sesudah menjatuhkan hukuman dan setelah anak itu menginsyafi kesalahannya. Dengan kata lain,
pendidik hendaknya dapat mengusahakan pulihnya kembali hubungan baik dengan anak didiknya.
Dengan demikian dapat terhindar perasaan dan atau sakit hati yang mungkin timbul pada anak.
Dari uraian-uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidik dalam menjatuhkan
hukuman pada siswa yang bersalah tidak dapt berkehendak sesuka hati, tetapi harus disertai dengan
pertimbangan-pertimbangan dan juga dapat melihat akibat-akibat yang mungkin terjadi pada anak
nantinya. Sikap pendidik dalam melakukan tindakan janganlah memperlihatkan rasa benci dan marah
yang berlebih-lebihan, karena ini mungkin mengakibatkan anak akan melawan, sehingga hubungan
keduanya akan menjadi renggang. Apabila anak dapat menyadari kesalahannya hendaknya pendidik
jangan bersikap memusuhi siswa tersebut, tetapi diharapkan pendidik dapat melakukan hubungan baik
kembali dengan siswanya, tanpa mengungkit-ungkit lagi kejadian yang pernah dilakukan siswanya,
sehingga anak dapat menyesuaikan dirinya kembali didalam lingkungan sekitarnya dengan baik. Jadi,
yang terpenting guru hendaknya bersikap bijaksana dalam melakuka tindakan dan dapat memberi
maaf terhadap siswa yang telah menyesali dan menyadari kesalahan yang diperbuatnya dahulu.
Diungkapkan Langreid bahwa hukuman itu tidak boleh bersifat balas dendam. Disamping itu juga
seorang pendidik harus mengetahui apakah hukuman yang dijatuhkan kepada anak yang bersalah
Hal ini juga dikatakan oleh William Stern, bahwa :Anak mengerti bahwa ia mendapat hukuman
adalah akibat dari kesalahan yang diperbuatnya. Jadi hukuman yang dijalankannya sesuai dengan
logis dengan perbuatannya yang tidak baik, sehingga anak menerimanya. Maksudnya apabila
pendidikan bertindak kepada anak haruslah sesuai dan logis serta sejalan dengan kesalahan anak
Hukuman merupakan salah satu motivasi yang diharapkan dapat mempergiat kegiatan belajar siswa
sehingga tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu supaya sampai pada tujuan yang diharapkan maka
hukuman itu.
d. Memberikan hukuman harus dalam keadaan tenang, jangan dalam keadaan emosional (marah).
e. Hukuman harus sesuai dengan umur anak.
f. Hukuman tidak diberikan jika kita tidak terpaksa atau hukuman adalah alat pendidikan yang
terakhir. Karena penggunaan alat-alat pendidikan yang lain sudah tak dapat lagi.
g. Hukuman harus menimbulkan penderitaan pada yang dihukum dan yang menghukum.
h. Hukuman harus diakhiri dengan pemberian ampunan. (Suwarno, Ilmu Pendidikan, (1985:116)
Bagaimanapun hukuman itu dijalankan tapi yang jelas bahwa hukuman adalah sesuatu yang tidak
menyenangkan, oleh karena itu pelaksanaan hukuman tidak dapat dilaksanakan pada setiap kesalahan.
Hukuman dimaksudkan untuk mengajarkan anak mengenai apa yang tidak boleh dilakukan.
Bagaimanapun ia akan lebih mungkin merubah tingkah lakunya yang salah dan ia bukan saja
mengetahui apa yang tidak boleh dilakukannya, tetapi ia juga mengetahui apa yang seharusnya
diperbuat.
Seorang pendidik dalam memberikan atau menghukum anak didiknya berbeda-beda karena tiap-tiap
pendidik mempunyai sifat dan cara sendiri dalam memberikan hukuman. Tetapi harus diingat bahwa
dalam masalah hukuman sebagai alat pendidikan tidak ada buku resepnya, sama halnya dengan alat-
alat pendidikan yang lain, berhasil atau tidaknya suatu hukuman bergantung kepada pribadi si
pendidik, pribadi anak, dan bahan atau cara yang dipakai dalam menghukum anak itu. Selain itu,
ditentukan atau dipengaruhi pula oleh hubungan antara pendidik, serta suasana atau saat ketika
Biar pun demikian, tiap-tiap hukuman pedagogis mengandung maksud yang sama, yakni bertujuan
untuk memperbaiki watak dan kepribadian anak didik, meskipun hasilnya belum tentu dapat
diharapkan.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang maksud dan tujuan daripada hukuman diantaranya
menurut Charles Schaeter (93), bahwa : Tujuan jangka pendek dari menjatuhkan hukuman itu ialah
untuk menghentikan sendiri tingkah laku mereka yang salah, agar anak dapat mengarahkan dirinya
sendiri, anak-anak ingin dikoreksi, tetapi mereka menghendaki koreksi yang bersifat mengasuh dan
menolong mereka.
Sedangkan M. Ngalim Purwanto (188) mengemukakan bahwa maksud atau tujuan orang memberikan
hukuman itu sangat bertalian erat dengan pendapat orang-orang mengenai teori-teori tentang
hukuman, seperti :
a. Teori pembalasan. Menurut teori ini, hukuman diadakan sebagai pembalasan dendam terhadap
b. Teori perbaikan. Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk membasmi kejahatan. Jadi maksud
hukuman ini ialah untuk memperbaiki si pelanggar agar jangan berbuat kesalahan semacam itu lagi.
c. Teori perlindungan. Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk melindungi masyarakat dari
perbuatan-perbuatan yang tidak wajar. Dengan adanya hukuman ini, masyarakat dilindungi dari
d. Teori ganti kerugian. Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk mengganti kerugian-kerugian
e. Teori menakut-nakuti. Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk menimbulkan perasaan takut
kepada si pelanggar akan akibat perbuatannya yang melanggar itu sehingga ia akan selalu takut
Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan atau maksud dari pada
hukuman adalah mencegah dan mengoreksi anak sekaligus memberikan kesadaran bagi anak untuk
mengenal serta mengetahui kesalahannya serta untuk memperbaiki tabiat dan tingkah laku anak didik,
untuk mendidik anak kearah kedewasaan dan juga dengan adanya hukuman anak dapat
a. Sebagai alat pendidikan. Maksudnya, hukuman merupakan alat pendidikan yang membantu
pendidik dalam proses belajar mengajar sehingga tercapai tujuan dari pendidikan yang akan dicapai.
b. Sebagai motivasi bagi siswa, karena dengan adanya hukuman maka setiap siswa terdorong untuk
mentaati segala peraturan yang ada agar mereka terhindar dari hukuman.
Maka dari itu agar fungsi hukuman itu benar-benar dapat diabadikan kepada operasi
pendidikan, maka perlu sekali dipertimbangkan secara masak sebelum menjatuhkan hukuman,
misalnya :
a. Koreksilah lebih dahulu pada guru itu sendiri, mungkin guru itu sendiri yang melanggar peraturan,
atau kurangnya pengawasan atau bijaksananya cara memimpin. Bila itu benar, maka hukuman tidak
perlu diberikan.
b. Pemberian hukuman harus disesuaikan dengan jiwa, umur, watak dan jasmani anak yang berbeda-
beda itu, bagi anak yang perasaannya tajam mungkin hukuman yang ringan saja diterimanya sebagai
hukuman yang berat. Sebaliknya bagi anak yang membandel (kebal) hukuman yang berat tidak
merasa apa-apa.
c. Biasanya kesalahan dipakai sebagai ukuran untuk bentuk menentukan berat ringannya hukuman,
d. Kapan waktu pelanggaran itu terjadi, waktu pelajaran berlangsung atau waktu bermain-main.
e. Janganlah hukuman itu oleh pendidik sendiri dipakai sebagai balas dendam.
f. Berilah ampun kepada anak, apabila ternyata anak telah menyadari terhadap kesalahannya, dan
g. Jangan obral hukuman : hendaklah digunakan apabila dalam keadaan terpaksa saja.
Jadi dalam proses pendidikan hukuman terdiri dari dua aspek, yaitu guru sebagai pelaku yang
menjatuhkan hukuman, dan murid yang menerima hukuman. Tetapi perlu diingat bahwa hukuman
dalam pendidikan harus mempunyai nilai positif dan paedagogis, memberi sumbangan bagi
Atas dasar ini, dapatlah disimpulkan bahwa hukuman memiliki nilai positif didalam pendidikan. Hal
ini disebabkan :
a. Secara psychologis hukuman dapat menyerahkan anak dari perbuatan yang cenderung untuk
melanggar ketertiban.
b. Hukuman dapat menguatkan kemauan anak yang masih lemah, malas dan sebagainya.
d. Berdasarkan pengalaman, apabila melanggar tata tertib akan mendapatkan hukuman, maka
timbullah kemauan yang keras untuk membenci terhadap perbuatan yang jahat dan cinta kepada
Namun demikian, janganlah memandang bahwa hukuman pasti memiliki nilai positif-paedagogis.
Disamping nilai yang baik itu, hukuman juga memiliki nilai negatif, seperti :
a. Karena hukuman, hubungan antara guru dengan murid menjadi renggang. Bahkan kecintaan dapat
b. Karena hukuman, anak merasa harga dirinya terlanggar. Anak merasa diberi kenilaian yang tidak
wajar.
B. Ganjaran
1. Pengertian Ganjaran.
Secara umum ganjaran merupakan salah satu alat pendidikan yang paling menyenangkan yang
diberikan oleh pendidik atau dari pihak sekolah. Akan tetapi dalam pemberian ganjaran tersebut
bukan semata-mata anak tersebut berprestasi, tapi adakalanya pemberian ganjaran disebabkan anak
tersebut mempunyai kelebihan, baik dalam prestasi belajarnya atau tingkah lakunya yang baik.
Menurut Amir Dalen Indrakusuma (140), ganjaran adalah alat pendidikan represif yang
menyenangkan diberikan kepada anak yang telah menunjukan hasil-hasil yang baik dalam
pendidikannya, baik dalam hal kerajinan, kelakuannya, tingkah lakunya, hal-hal yang menyangkut
Charles Scheater (97) mendefinisikan ganjaran sebagai dorongan atau pengembangan yang positif
yang diberikan atau timbul sesudah adanya tingkah laku yang membawa kesenangan.
M. Ngalim Purwanto (182) menjelaskan bahwa ganjaran adalah sebagai alat untuik mendidik anak-
anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan.
Sedangkan menurut A. Tobari, (1999:30) hadiah atau ganjaran adalah pemberian guru kepada anak
didik yang telah melakukan pekerjaan dan perbuatan bain yang menjadikan siswa itu merasa senang.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil suatu gambaran atau kesimpulan, bahwa intisari dari
perbuatan ganjaran adalah untuk memotivasi anak agar lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki
dan mempertinggi prestasi daripada yang telah dicapainya, dengan kata lain anak lebih keras
kemauannya untuk bekerja atau berbuat yang lebih baik. Adapun bentuk ganjaran itu sendiri bisa
berupa benda atau pujian, atau bisa juga dikatakan bahwa ganjaran atau hadiah itu ialah penghargaan
yang diberikan seorang pendidik terhadap anak didiknya dengan tujuan untuk meningkatkan semangat
belajar siswa. Jadi maksud ganjaran itu yang terpenting bukanlah hasilnya yang dicapai seorang anak,
melainkan dengan hasil yang telah dicapai anak itu pendidik bertujuan membentuk kata hati dan
2. Syarat-syarat Ganjaran.
Setelah mengetahui tentang pengertian atau maksud ganjaran ternyata dalam memberikan ganjaran
bukanlah soal yang gampang / mudah, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan oleh seorang
a. Untuk memberikan ganjaran yang paedagogis perlu sekali guru mengenal betul-betul murid-
muridnya dan tahu menghargai dengan tepat. Ganjaran dan penhargaan yang salah dan tidak tepat
b. Ganjaran yang diberikan kepada seorang anak janganlah hendaknya menimbulkan rasa cemburu
atau iri hati bagi anak yang lain yang merasa pekerjaannya juga lebih baik, tetapi tidak mendapat
ganjaran.
c. Memberi ganjaran hendaklah hemat. Terlalu kerap atau teru menerus memberi ganjaran dan
penghargaan akan menjadi hilang arti ganjaran itu sebagai alat pendidik.
d. Janganlah memberikan ganjaran dengan menjanjikan lebih dahulu sebelum anak-anak menunjukan
prestasi kerjanya apalagi bagi ganjaran yang diberikan kepada seluruh kelas. Ganjaran yang dijanjikan
lebih dahulu, hanyalah akan membuat anak-anak berburu-buru dalam bekerja dan akan membawa
e. Pendidik harus berhati-hati memberikan ganjaran, jangan sampai ganjaran yang diberikan kepada
anak-anak diterimanya sebagai upah dari jeri payah yang telah dilakukannya. (M. Ngalim Purwanto,
Memberikan ganjaran atau hadiah dan apapun jenisnya, adalah tindakan yang dapat menyenangkan,
menambah semangat, menghilangkan kelesuan serta mendorong murid untuk lebih giat menambah
keilmuan. Dan seorang pendidik harus bisa merespek metode ini, apalagi jika ia melihat kelesuan
pada diri anak muridnya, atau ia harus berusaha merenungkan cara yang baik untuk memberi
dorongan kepadanya.
Bentuk ganjaran dalam pendidikan yang diberikan oleh seorang pendidik itu bermacam-macam. Akan
a. Hadiah Materi
Hadiah inilah yang paling mengesankan bagi anak murid. Karena ada kepuasan tersendiri ketika
memperolehnya. Dimana didalamnya terdapat suatu keistimewaan dibanding yang lain. Sehingga
b. Hadiah Doa
Hadiah ini untuk mendoakan anak muridnya supaya mendapat keberkahan, kebajikan, pertolongan
dan lain sebagainya. Metode ini mulia, tetapi sedikit guru yang melakukannya. Dan tidak tahu apakah
hal ini memang benar-benar sesuatu yang tidak disenangi oleh kebanyakan guru atau karena ia tidak
tahu ?
c. Hadiah Pujian
Pujian seperti ungkapan: bagus, baik dan lain sebagainya, merupakan tindakan yang dapat
menanamkan suatu keyakinan pada diri anak murid akan ilmu yang dimilikinya, juga mendorong
orang lain untuk bisa memperoleh penghargaan ini, serta memberikan suasana santai atas keseriusan
belajar.
Muhammad Ibnu Jamila Zainu berkata :seorang guru yang baik, haruslah memuji muridnya. Jika ia
melihat ada kebaikan dari metode yang ditempuhnya itu, dengan mengatakan kepadaku kata-kata
bagus. Semoga Allah memberkatimu, atau dengan ungkapan engkau murid yang baik, maka hal
itulah yang dapat menyemangatkan jiwa anak murid, serta meninggalkan kesan baik dalam dirinya,
sehingga pujian dan motivasi sang guru membuat anak murid lebih mencintai guru dan sekolahnya.
Dan membuka hatinya untuk lebihgiat belajar, serta antusias dalam mengikuti berbagai pelajar. (Fuad
Bin Abdul Aziz Al-Syalhub, Quantum Teaching, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2005:60)
Motivasi merupakan gejala jiwa yang dapat mendorong manusia untuk bertindak atau berbuat sesuatu
keinginan dan kebutuhan atau motif motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan
sebagai daya upaya yang ada didalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi
mencapai tujuan. Motif dapat pula dikatakan sebagai dorongan dari dalam subjek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan, bahkan motif dapat diartikan sebagai kondisi
intern (kesiap-siagaan). (M. Sardiman, Interaksi Dan MOtivasi Belajar Mengajar, 2005:73)
Sartain menggunakan kata motivasi dan drive untuk pengertian yang sama. Ia mengatakan : pada
umumnya suatu motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu
organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan atau perangsang.
John P. Campbell dan kawan-kawan menambahkan rincian dalam definisi tersebut dengan
mengemukakan bahwa motivasi mencakup didalamnya arah atau tujuan tingkah laku, kekuatan
respons, dan kegigihan tingkah laku. Disamping itu, istilah itupun mencakup sejumlah konsep seperti
(reinforcement), ketetapan tujuan (goal setting), harapan (expectancy). (M. Ngalim Purwanto,
Motivasi adalah suatu proses untuk menggerakkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku
untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang
mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. (M. Uzer Ustman,
MC. Donald yang dikutip Wasty Soemarno (1998:203) berpendapat bahwa motivasi adalah sebagai
suatu perubahan tenaga di dalam diri pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan
Sedangkan Dimyati Mudjiono (2002:80) memandang motivasi sebagai dorongan mental, yang
Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu menggerakkan,
a. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu ; memimpin seseorang untuk bertindak
b. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku dengan demikian ia menyediakan suatu
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu usaha yang
disadari untuk menggerakkan , mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong
untuk bertindak melakukan sesuatu, sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
2. Teori Motivasi.
Teori motivasi banyak macamnya, salah satu diantaranya menurut Ngalim Purwanto adalah :
a. Teori Hedonisme
Hedonisme berasal dari kata yunani yang berarti kesukaan, kesenangan atau kenikmatan. Implikasi
dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua orang akan cenderung menghindari hal-hal yang
sulit dan menyusahkan, atau yang mengandung resiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang
b. Teori Naluri
Menurut teori ini untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri yang mana akan dituju dan
perlu dikembangkan. Jadi agar pelajar tersebut tidak berkembang menjadi anak nakal yang suka
berkelahi, perlu diberi motivasi, misalnya dengan menyediakan situasi yang dapat mendorong anak
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri-naluri tetapi
berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan ditempat orang itu hidup, orang
belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan ditempat ia hidup dan dibesarkan, oleh karena itu
teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan menurut teori ini, apabila seorang pendidik akan
memotivasi anak didiknya, maka seorang pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar
Teori ini merupakan perpaduan antara teori naluri dengan teori reaksi yang dipelajari. Daya
pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu
arah yang umum. Oleh karena itu menurut teori ini, bila seorang pendidik ingin memotivasi anak
didiknya, ia harus mendasarkannya atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang
e. Teori Kebutuhan.
Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk
memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Oleh karena itu menurut
teori ini, apabila seorang pemimpin ataupun pendidik bermaksud memberikan motivasi kepada anak
didiknya ia harus berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan
Dari beberapa teori motivasi yang telah diuraikan di atas, dapat kita ketahui bahwa tiap-tiap teori
kelemahan dan kekurangnya masing-masing. Namun, jika kita hubungkan dengan manusia sebagai
pribadi dalam kehidupannya sehari-hari, teori-teori motivasi yang telah dikemukakan ternyata
mempunyai hubungan yang komplementer yang berarti saling melengkapi satu sama lain. Oleh karena
itu, di dalam penerapannya kita tidak perlu terpaku atau hanya cenderung kepada salah satu teori saja.
Kita dapat mengambil menfaat dari beberapa teori sesuai dengan situasi dan kondisi seseorang pada
Motivasi merupakan dorongan bagi perbuatan seseorang, ia menyangkut soal mengapa seseorang
berbuat demikian dan apa tujuannya sehingga ia berbuat demikian. Untuk mencari jawaban
pertanyaan tersebut, mungkin kita harus mencari pada apa yang mendorongnya (dari dalam) dan pada
perangsang atau stimulus (faktor luar) yang menariknya untuk perbuatan itu. Mungkin ia didorong
oleh nalurinya, atau keinginannya memperoleh kepuasan, atau mungkin juga karena kebutuhan
Jadi untuk mengembangkan motivasi yang baik pada anak-anak didik kita, disamping kita harus
menjauhkan saran-saran atau sugesti yang negatif yang dilarang oleh agama atau yang bersifat asocial
dan dursila, yang lebih penting lagi adalah membina perilaku anak didik agar dalam diri anak-anak
terbentuk adanya motif-motif yang mulia, luhur, dan dapat diterima masyarakat. Untuk itu berbagai
usaha dapat kita lakukan, kita dapat mengatur dan menyediakan situasi-situasi baik dalam lingkungan
keluarga maupun disekolah, yang memungkinkan timbulnya persaingan atau kompetisi yang sehat
antar anak didik kita, membangkitkan self-competition dengan jalan menimbulkan perasaan puas
terhadap hasil-hasil dan prestasi yang mereka capai, betapapun kecil atau sedikitnya hasil yang
dicapai itu. Membiasakan anak didik mendiskusikan suatu pendapat atau cita-cita mereka masing-
masing dapat pula memperkuat motivasi yang baik pada diri mereka. Tunjukan pada mereka dengan
contoh-contoh kongkret sehari-hari dalam masyarakat bahwa dapat tercapai atau tidaknya suatu
maksud atau tujuan sangat bergantung pada motivasi yang mendorongnya untuk mencapai maksud
Pada umumnya motivasi instrinsik lebih kuat dan lebih baik daripada motivasi ekstrinsik olah karena
itu, bangunkanlah motivasi instrinsik pada anak-anak didik kita. Jangan hendaknya anak mau belajar
dan bekerja hanya takut dimarahi, dihukum mendapat angka merah atau takut tidak lulus ujian.
d. Teori Insting
Menurut teori ini tindakan setiap diri manusia diasumsikan seperti tingkah jenis binatang. Tindakan
manusia itu dikatakan selalu berkait dengan insting atau pembawaan. Dalam memberi respons
terhadap adanya kebutuhan seolah-olah tanpa dipelajari. Tokoh dari teori ini adalah Mc. Dougall
e. Teori Fisiologis
Teori ini juga disebutnya Behaviour Theories. Menurut teori ini semua tindakan manusia berakar
pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organic atau kebutuhan untuk kepuasan fisik atau
disebut sebagai kebutuhan primer, seperti kebutuhan tentang makanan, minum, udara dan lain-lain
yang diperlukan untuk kepentingan tubuh seseorang. Dari teori inilah muncul perjuangan hidup,
f. Teori Psikoanalitik
Teori ini mirip dengan teori insting, tetapi lebih ditekankan pada unsur-unsur kejiwaan yang ada pada
diri manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adanya unsur-unsur pribadi manusia yakni id dan
ego. Tokoh dari teori ini adalah Freud. (Sardiman, Op. Cit., h. 82 83)
Berjam-jam tanpa mengenal lelah para pemain sepak bola itu berlatih untuk menghadapi babak
kualifikasi pra piala dunia. Para pelajar mengurung dirinya dalam kamar untuk belajar, karena akan
menghadapi ujian pada pagi harinya. Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pihak
itu sebenarnya dilatar belakangi oleh sesuatu atau yang secara umum dinamakan motivasi, motivasi
Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivation is an essential condition of
learning. Hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi, makin tepat motivasi yang diberikan,
akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha
Perlu ditegaskan, bahwa motivasi bertaliandengan suatu tujuan, seperti yang tersinggung diatas bahwa
pemain sepak bola rajin berlatih tanpa mengenal lelah, karena mengharapkan akan mendapatkan
kmenangan dalam pertandingan yang akan dilakukannya. Sehubungan dengan hal tersebut di atas ada
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan di kerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak di capai. Dengan demikian motivasi
dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus di kerjakan sesuai dengan rumus tujuannya.
c. Menyeleksi pebuatan, yakni menentukan perbuatan. Perbuatan apa yang harus di kerjakan yang
serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan. Perbuatan yang tidak bermanfaat bagi
tujuan tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan
melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan dan tidak akan menghabiskan waktunya
dengan bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Di samping itu, ada juga fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan
pencapaian prstasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang
baik dalam belajar akan menunjukan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang
tekun dan terutama di dasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan
prestasi yan baik.intensitas prestasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian
prestasi belajarnya.
Ada beberapa bentuk dan cara untuk dapat menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah:
a. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai symbol dari kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang belajar, yang utama
justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang di kejar adalah nilai
ulangan atau nilai-nilai pada raport angka nya baik-baik. Tetapi ada juga ,bahkan banyaksiswa bekerja
atau belajar hanya ingin mengejarpokoknya naik kelas saja. Ini menunjukan motivasi yang di
milikinya kurang berbobot bila di bandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka baik.
Namun demikian semua itu harus diingat oleh guru bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum
merupakan hasil belajar yang sejati, hasil yang belajar yang bermakna.
b. Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu,
memberikan ulangan ini juga merupakansarana motivasi. Tapi harus di ingat oleh guru,adalah jangan
terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bias membosankan dan bersipat rutinitas. Dalam hal ini
guru juga harus terbuka, maksudnya kalau ada ulangan harus di beritahukan kepada siswa-siswanya
c. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk
lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa hasil grafik belajar meningkat, maka ada motivasi pada
diri siswa untuk terus belajar dengan harapan hasilnya terus meningkat.
d. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu di berikan
pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang
baik. Oleh karena itu upaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian
yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta
5. Macam-macam motivasi
Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan
1) Motif-motif bawaan
Yang di maksud dengan motif bawaan adalah motif yang di bawa sejak lahir, jadi motivadi itu ada
tanpa di pelajari sebagai contoh misalnya: dorongan untuk makan. Arden H. Frandsen memberi istilah
Maksudnya motif-motif yang timbul karena di pelajari. Sebagai contoh : dorongan untuk belajar suatu
1) motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernafas,
2) Motif-motif darurat. Yang termasuk motif ini antara lain: dorongan untuk membalas. Jelasnya
3) Motif-motif objektif. Menyangkut kebutuhan untuk menaruh minat. Motif ini muncul karena
Ada beberapa hal yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis yakni jenis motivsi
jasmaniah dan rohaniyah. Yang temasuk motivasi jasmani adalah seperti misalnnya refleksi, insting,
1) Motivasi instrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak prlu dirangsang dari luar, karena ada dalam diri setiap individu. Contoh orang yang senang
membaca tidak usah ada orang yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku
untuk dibacanya.
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar,
sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan
mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau temannya. Jadi yang penting bukan
karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar
mendapatkan hadiah.
1. Tempat penelitian
Peneliti mengadakan penelitian di salah satu sekolah negeri yang terdapat di Kecamatan Bontomanai,
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 4 28 Pebruari 2015 dan laporan penelitian direncanakan
B. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu metode yang menutur dan
menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel dan fenomena yang terjadi saat
Dalam penelitian deskriptif bentuk yang diamati bisa merupakan sikap dan pandangan yang
menggejala saat sekarang, hubungan antara variabel (korelatif), pertentangan dua kondisi atau lebih
(komparatif), pengaruh terhadap kondisi atau perbedaan antara fakta. Pada penelitian deskriptif,
penelitian tidak melakukan pengontrolan keadaan saat penelitian berlangsung, seperti pemberian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam hal ini yang menjadi populasi dalam penelitian
ini adalah siswa Kelas XI.ATPH SMKN 1 Bontomanai tahun ajaran 2014-2015.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Karena
subjek yang diteliti cukup banyak peneliti hanya memilih 30 orang siswa untuk dijadikan sampel
penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini antara lain :
1. Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
objek baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tujuan untuk meneliti dan mengetahui
2. Wawancara
Wawancara adalah pertanyaan yang disampaikan secara langsung kepada sumber data, dalam hal ini
kepala sekolah, dan yang menjadi objek penelitian mengenai tentang keadaan sekolah terhadap pihak
3. Angket
Angket adalah pertanyaan-pertanyaan yang tersusun secara sistematis serta telah tersedia jawabannya
dengan bentuk pilihan yang disebarkan pada responden penelitian yang ditetapkan sebagai sampel
penelitian.
4.Studi pustaka
Studi pustaka merupakan metode yang digunakan penulis untuk mempelajari teori-teori yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti, kemudian teori-teori tersebut digunakan sebagai