Anda di halaman 1dari 11

Perilaku Negatif Siswa di

Lingkungan Sekolah

Kelompok 6 :
1. Annisa Putri : 5203351013
2. Nur Indah S. : 5203351021
3. Riski Romadon : 5203351004
A. Definisi Perilaku Buruk
 Perilaku siswa itu sendiri yang berdampak terhadap kelangsungan pembelajarannya dikelas, bisa
juga didalam sekolah ataupun diluar sekolah. Lingkungan sekolah sendiri diartikan sebagai kesatuan
ruang suatu benda, daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya
(Munib, 2005: 76). Sekolah juga mempunyai arti sebagai wahana kegiatan dan proses pendidikan
berlangsung. Di sekolah diadakan kegiatan pendidikan, pembelajaran dan latihan oleh pendidik
(guru) dalam pengawasan Kepala Sekolah sebagai pimpinan tertinggi Sekolah (Tu’u, 2004: 18).

 Banyak arti, Sekolah juga merupakan lembaga pendidikan formal yang sistematis melaksanakan
program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu
mengembangkan potensinya baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional
maupun sosial (Syamsu Yusuf, 2001: 54).
B. Faktor- Faktor di Sekolah yang Mempengaruhi Perilaku Siswa

1. Relasi guru dengan siswa. Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses ini
dipengaruhi oleh relasi didalam proses tersebut. Relasi guru dengan siswa baik, membuat siswa
akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa
berusaha mempelajari sebaik-baiknya.
2. Relasi siswa dengan siswa, Siswa yang mempunyai sifat kurang menyenangkan, rendah diri
atau mengalami tekanan batin akan diasingkan dalam kelompoknya. Jika hal ini semakin parah,
akan berakibat terganggunya belajar. Siswa tersebut akan malas untuk sekolah dengan berbagai
macam alasan yang tidak-tidak.
3. Kedisiplinan sekolah, erat kaitannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan belajar.
Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar, pegawai sekolah dalam
bekerja, kepala sekolah dalam mengelola sekolah, dan BP dalam memberikan layanan. Dalam
proses belajar, disiplin sangat dibutuhkan untuk mengembangkan motivasi yang kuat. Agar siswa
belajar lebih maju, maka harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan lain-lain.
C. Contoh Kasus Perilaku Negatif Siswa

Dari contoh di atas menanggapi video viral sekumpulan murid yang mengepung gurunya dan seolah saling
tendang di dalam kelas di sebuah SMK swasta di Jawa Tengah. 
 
 
Setelah melihat kasus di atas masih banyak siswa yang berperilaku negatif/buruk kepada gurunya. Dan
gurunya sampai di dorong dan di tendang oleh para siswa-siswa nya dan para siswa tersebut tidak merasa bersalah
mereka malah tertawa-tawa bersama teman teman nya,mereka dengan bangganya berperilaku buruk terhadap guru
nya betapa buruknya perilaku siswa tersebut terhadap seorang guru. Padahal guru tersebut awalya sabar dengan
perilaku muridnya hingga dia tidak bisa menahan emosinya karna perilaku muridnya sehingga guru itu mencoba
melawan namun murid tersebut terus mendorong dan menendang guru itu.
Menurut Undang Undang
sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 suatu pendidikan berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak. Oleh karena itu, siswa diharapkan dapat menanamkan sikap yang baik
dan sopan santun terhadap sesama. Guru diharapkan dapat memberikan nilai-nilai positif terhadap siswa,
sering sekali dalam proses kegiatan belajar mengajar guru melibatkan nilai positif guna untuk
membentuk sikap yang baik terhadap diri siswa.
Sekolah harus memenuhi kebutuhan masyarakat dibidang pembelajaran yang bertujuan pada
pembentukan sikap. Pada kurikulum 2013, tentu sikap menjadi penilaian utama sehingga siswa
diharuskan berperilaku dengan baik dalam kegiatan sehari-hari. Muhtadi (2011), sikap dikaitkan dengan
perilaku yang berada dalam batas kewajaran dan kenormalan respon atau reaksi terhadap lingkungan sosial.
Perilaku yang seharusnya dimiliki oleh siswa sekolah dasar yaitu berperilaku sopan santun, jujur, dan
berbuat baik terhadap sesama. Tidak hanya di sekolah siswa dapat membiasakan perilaku baik tersebut
di rumah dan orang tua yang mengawasinya.
Namun, kenyataan yang terjadi dalam dunia pendidikan sering sekali perilaku baik yang ditanamkan
oleh guru berubah menjadi perilaku negatif.
Penyelesaian Masalah

 Penanggulangan perilaku bermasalah pada murid yang dapat dilakukan guru merujuk pada pakar manajemen
kelas Carolyn Evertson dan berapa rekannya (Evertson, Emmer & Worsham,2003) dalam (Santrock.2007:583)
membedakan antara intervensi minor dan moderat dalam menangani perilaku bermasalah. Strategi intervensi
minor yang efektif antara lain adalah (Evertson, Emmer & Worsham,2003):
1. Gunakan isyarat nonverbal. Jalin kontak mata dengan murid. Kemudian beri isyarat dengan meletakkan telunjuk jari di bibir
anda, menggeleng kepala, atau menggunakan isyarat tangan untuk menghentikan perilaku tersebut.
2. Terus lanjutkan aktifitas belajar. Terkadang transisi antara aktivitas berlangsung terlalu lama atau terjadi kemandekan
aktivitas saat murid tidak melakukan apa-apa. Dalam situasi ini mungkin murid meninggalkan tempat duduknya, mengobrol,
bercanda dan mulai ribut. Strategi yang baik adalah bukan mengoreksi tindakan murid dalam situasi seperti ini, tetapi lebih
baik mulailah aktifitas baru dengan segera.
3. Dekati murid. Saat murid mulai bertindak menyimpang anda cukup mendekatinya, maka biasanya dia akan diam.
4. Arahkan perilaku. Jika murid mengabaikan tugasnya, ingatkan mereka tentang kewajibannya itu. Anda bisa berkata‖Baiklah,
ingat semua anak harus menyelesaikan soal matematika ini.
5. Beri instruksi yang dibutuhkan. Terkadang murid melakukan kesalahan kecil saat mereka tidak memahami cara
mengerjakan suatu tugas. Karena tidak tahu bagaimana cara mengerjakannya, mereka lalu bertindak keliru. Untuk mengatasinya
anda harus memantau pekerjaan murid dan memberi petunjuk jika dibutuhkan.
D. Tujuan Lingkungan sekolah

 Tujuan lingkungan sekolah adalah untuk mencapai suatu keadaan yang terkendali dalam lingkungan, menunjang
terwujudnya derajat kesehatan yang optimal, oleh karena itu sistem kesehatan lingkungan perlu digalakkan dalam
upaya pembangunan secara keseluruhan. Sistem kesehatan lingkungan adalah suatu tatanan lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan, keamanan, kenyamanan, keindahan, dan kesenangan siswa dalam rangka mencapai
kualitas hidup yang optimal. Oleh karena itu peranan siswa, baik sebagai suatu kelompok mempunyai timbal
balik yang unik dengan lingkungan. Siswa tidak hanya mampu mengubah lingkungan, tetapi sebaliknya
pengetahuan mengetahui lingkungan yang dirubahnya itu memberikan pengaruh kembali kepada siswa.
Pengembangan kemampuan dan sikap rasional siswa diperlukan beberapa faktor pendukung yang diantaranya
adalah kemampuan berfikir siswa dan lingkungan kegiatan belajar mengajar yang memadai. Jadi bila seseorang
mempelajari pengetahuan sosial, diharapkan memiliki kemampuan tambahan untuk mengelola lingkungan hidup.
E. Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat interen maupun
ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukan adanya kesesuaian responden terhadap stimulus
tertentu. Menurut Notoatmodjo S. (1997) 4 tingkatan sikap dari yang rendah hingga yang tertinggi, yaitu:
1. Menerima (receiving), pada tingkat ini individu ingin memperhatikan rangsanganya (stimulus) yang diberikan.
2. Merespon (responding), pada tingkat ini sikap individu dapat memberikan jawaban apabila
ditanya,mengerjakandan menyelesaikan tugas yang diberikan.
3. Menghargai (valuing), pada tingkat ini sikap individu mengajak orang lain untuk mengajarkan atau
mendiskusikan suatu masalah.
4. Bertanggung jawab (responsible), pada tngkat ini sikap indivivu akan bertangguang jawab dan sikap
menanggung segala resiko atas segala sesuatu yang telah dipilihnya.
F. Teori yang Mendukung

Perilaku mengganggu di kelas dapat dipandang dari teori perilaku (behaviorism), kognitif, dan humanistik.
Teori perilaku memandang perilaku mengganggu di kelas ditentukan oleh guru berdasarkan perilaku yang
ditunjukkan siswa. Guru memegang peran penting dalam menguatkan dan meredakan perilaku mengganggu di kelas.
Teori tersebut memandang perilaku mengganggu sebagai perilaku yang tampak dan mudah dinilai orang lain,
misalnya berbicara di luar gilirannya, membuat kebisingan yang tidak perlu, yang keluar dari kursi tanpa izin,
berkelahi, memaki dan mendebat guru, dengan kata lain teori ini memandang dari sudut pandang eksternal siswa.
Teori kognitif memandang siswa yang menolak berpartisipasi dalam pembelajaran sebagai siswa yang mengganggu.
Dengan kata lain teori kognitif memandang dari sudut pandang internal siswa. Sedangkan teori humanistik
memandang perilaku mengganggu dari sudut pandang relasi antar individu dan kelompok. Teori tersebut melihat
bahwa pelanggaran terhadap hak setiap individu dianggap sebagai hal yang mengganggu (Zimmerman, 1995).
Penelitian yang dilakukan oleh Charles (dalam Todras, 2007) mendeskripsikan perilaku mengganggu dalam
lima kategori, yakni berperilaku agresif atau menyerang, berperilaku tidak sopan, menentang otoritas, gangguan
kelas, dan berperilaku yang mengundang tawa di sekitarnya. Sementara itu, penelitian Romi (2004) juga membuat
enam kategori dalam mengukur sikap terhadap perilaku mengganggu pada siswa di kelas yang meliputi pelanggaran
berat, pelanggaran ringan, makan dan minum selama di kelas, mengganggu kelas, keterlambatan dan ketidakhadiran,
serta tidak berpartisipasi dalam kegiatan kelas.
TERIMAKASIH…

Anda mungkin juga menyukai