Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ESSAY

BIMBINGAN KONSELING
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ke-6 Bimbingan Konseling yang
diampu oleh :

Dr. Ilfiandra, M,Pd.

Disusun oleh :

Napisa Siti Febrianti (1806719)

Sri Sekartinah (1804459)

Vina Andayani (1807079)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA

DEPARTEMEN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2019
Berbagai Permasalahan Peserta Didik dalam Pembelajaran di Kelas

Setiap siswa memiliki hak yang sama dalam memperoleh peluang untuk
mencapai hasil belajar yang memuaskan. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa setiap
siswa memiliki perbedaan sebagai seorang guru yang sehari-hari mengajar di
sekolah, tentunya tidak jarang harus menangani anak-anak yang mengalami
kesulitan dalam belajar atau yang berperilaku bermasalah. Anak-anak yang
sepertinya sulit sekali menerima materi pelajaran, baik pelajaran membaca, menulis,
serta berhitung. Begitu pula dengan siswa yang sehari-hari selalu membuat berbagai
tingkah dan perilaku yang tidak sesuai dengan aturan. Hal ini terkadang membuat
guru menjadi frustasi memikirkan bagaimana menghadapi anak-anak seperti ini.
Demikian juga para orang tua yang memiliki anak-anak yang memiliki kesulitan
dalam belajar atau perilaku yang bermasalah. Harapan agar anak mereka menjadi
anak yang pandai, mendapatkan nilai yang baik di sekolah, bertingkah laku yang
baik dan sesuai aturan, menambah kesedihan mereka ketika melihat kenyataan
bahwa anak-anak mereka kesulitan dalam belajar atau berperilaku bermasalah.

Pada dasarnya setiap anak memiliki masalah-masalah emosional dan


penyesuaian sosial. Masalah itu tidak selamanya menimbulkan perilaku yang
bermasalah atau menyimpang yang kronis (Darwis, 2006: 44). Dalam melaksanakan
perannya guru terlebih dahulu harus mencari penyebab anak yang biasanya tampak
bermasalah di dalam kelas. Kebiasaan perilaku bermasalah diantaranya kesulitan
belajar, kelainan tubuh, hiperaktif, dan gangguan konsentrasi, yang dilakukan di
dalam keseluruhan interaksi dengan lingkungannya. Walaupun gejala perilaku
bermasalah di sekolah itu mungkin hanya nampak pada sebagian anak. Setelah
mengetahui perilaku bermasalah pada anak, guru dapat melakukan penanganan
dengan tepat.

Permasalahan-permasalahan yang dialami oleh peserta didik biasanya karna


mereka mengalami kesulitan belajar. Fenomena kesulitan belajar seorang siswa
biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya.
Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku
(misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik
teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering kabur dari sekolah.

Secara garis besar menurut Syah (2003: 173), faktor-faktor penyebab timbulnya
kesulitan belajar terdiri atas dua macam. Yang pertama yaitu faktor intern siswa,
yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri.
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurang mampuan psiko-fisik siswa,
yakni:

1. yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/intelegensi siswa.

2. yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.

3. yang bersifat psikomotorik (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya


alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga)

Dan yang kedua, faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan
yang datang dari luar diri siswa.

Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar
yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi menjadi tiga
macam:

1. lingkungan keluarga, contohnya: ke tidak harmonisan hubungan antara ayah


dengan ibu atau rendahnya kehidupan ekonomi keluarga. Kerap terjadi siswa yang
bermasalah itu karna kondisi di rumah mereka tidak mendukung atau memberi
kenyamanan untuk ia dapat belajar. Sehingga mereka lebih memilih untuk
menghabiskan waktu mereka diluar rumah atau membolos sekolah karna adanya
masalah keluarga. Dalam hal ini peran orang tua sangat penting karna untuk
mengembalikan motivasi anaknya untuk dapat belajar dengan baik kembali, mereka
harus menciptakan suasana yang nyaman dan suasana agar si anak merasa lebih
termotivasi untuk sekolah dan belajar ketika ia berada dirumah. Dan juga seringkali
terjadi siswa jarang masuk sekolah karna ekonomi dalam keluarganya sangat rendah
sehingga terkadang banyak juga dari mereka yang lebih memilih putus sekolah dan
memilih bekerja di usia yang belum siap untuk bekerja.

2. lingkungan masyarakat, contohnya wilayah perkampungan kumuh (slum


area) dan teman sepermainan (peer group) yang nakal. Hal ini sangat memberikan
dampak terutama pergaulan yang dapat membawa siswa yang baik-baik saja menjadi
berbelok ke arah negatif karena pergaulan yang kurang sehat. Karna lingkungan
masyarakat yang baik akan memberikan pengaruh yang baik terhadap hasil belajar
siswa, sedangkan lingkungan belajar yang tidak baik juga akan memberikan
pengaruh yang buruk terhadap perilaku dan hasil belajar siswa. Peran guru dan orang
tua disini sangatlah penting, karna siswa harus dibina dan diberikan nasihat serta
diberi tahu dampak negatif yang kelak akan diterimanya, agar ia dapat menentukan
apa yang baik serta buruk bagi dirinya sendiri.

3. lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang


buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas
rendah. Lingkungan sekolah juga mempengaruhi peserta didik saat proses
pembelajaran berlangsung, seperti sekolah yang berada di dekat balai kota atau tepat
berada di pinggir jalan, saat pembelajaran berlangsung terkadang banyak masyarakat
yang berdemo di depan balai kota atau pun kendaraan yang mengeluarkan suara
yang bising sehingga perhatian dan rasa ingin tahu siswa saat guru menerangkan
menjadi terpecah dan terfokus pada suara suara tersebut. Lalu jika sekolah yang
berdekatan dengan pasar, saat pembelajaran mungkin perhatiannya saat guru
menerangkan akan terpecah karna aroma tidak sedap dari pasar dan juga kebisingan
dari aktifitas pasar akan mengganggu fokus mereka untuk belajar.

Untuk menetapkan alternatif pemecahan masalah kesuliatan belajar siswa


dalam (Sukardi, 2008: 82-88) maka dapat melakukan konferensi kasus, kunjungan
rumah dan alih tangan kasus.
Konferensi kasus secara spesifik dibahas permasalahan yang dialami oleh siswa
tertentu dalam sebuah forum diskusi yang dihadiri oleh pihak-pihak terkait. Tetapi
tidak semua siswa perlu di konferensi-kasuskan. Guru pembimbing
menyelenggarakan konferensi kasus apabila untuk penanganan masalah siswa perlu
data atau keterangan tambahan dan masukan dari pihak-pihak tertentu

Kunjungan rumah mempunyai dua tujuan, yaitu pertama untuk memperoleh


berbagai keterangan (data) yang diperlukan dalam pemahaman lingkungan dan
permasalahan siswa, dan kedua untuk pembahasan dan pengentasan permasaahan
siswa. Tetapi dalam keadaan tertentu kunjungan rumah dapat digantikan dengan
pemanggilan orang tua ke sekolah.

Alih tangan kasus disekolah diartikan bahwa guru mata pelajaran/wali kelas
atau orang tua mengalihtangankan siswa yang bermasalah kepada guru pembimbing.
Alih tangan kasus bertujuan untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan
tuntas atas masalah yang dialami oleh siswa, dengan jalan memindahkan
penanganan kasus dari satu pihak kepada pihak yang lebih ahli.

Walaupun gejala perilaku bermasalah di sekolah itu mungkin hanya tampak


pada sebagian anak, pada dasarnya setiap anak memiliki masalah-masalah
emosional dan penyesuaian sosial. Sehingga guru atau pembimbing harus
melakukan penanganan yang tepat sesuai dengan latar belakang masalah masing-
masing siswanya.

Referensi

Sukardi, D. K. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling


Di Sekolah. Jakarta: PT Adi Mahasatya.

Syah, M. (2003). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

Sylviana, M. (2016). Studi Kasus Penanganan Perilaku Bermasalah Pada Siswa


Sekolah Dasar Di Kecamatan Mijen Kota Semarang. Semarang:
Universitas Negeri Semarang

Anda mungkin juga menyukai