Anda di halaman 1dari 8

Nama: CITRA MULYANI PUTRI

Nim:105401114621

Kelas:SD.2F

Pengertian Operant Conditioning (BF Skinner)

Operant conditioining adalah suatu metode pembelajaran menggunakan reward (hadiah) dan
punishment (hukuman) sebagai konsekuensi perilaku. Teori ini dikembangkan oleh B.F Skinner dan
sering juga disebut teori Skinner maupun instrumental conditioning. Operant conditioning adalah
suatu metode pembelajaran yang menggunakan hadiah dan hukuman sebagai konsekuensi dari
sebuah perilaku. Dengan metode ini, orang yang mempelajarinya akan mengerti hubungan yang
dibuat antara perilaku dan konsekuensi.

Contoh aplikasi operant conditioning pada kehidupan sehari-hari

Operant conditioning bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk diri sendiri, anak,
maupun orang lain. Berikut ini contohnya.

1.Memuji murid yang tenang di kelas di depan anak-anak lainnya, sehingga yang lain ingin
mendapatkan apresiasi yang sama. Cara ini biasanya efektif dipraktikkan di kelas pendidikan anak
usia dini (PAUD)

2.Saat ada murid yang aktif di kelas dan guru mengatakan bahwa murid tersebut tidak perlu
mengerjakan PR karena ia sudah berpartisipasi aktif, maka murid akan belajar konsekuensi positif
dari menjadi murid yang aktif di kelas

3.Menghukum anak dengan mengambil gadgetnya karena ia tidak juga membersihkan kamarnya
yang kotor dan berantakan.
Karakteristik Operant Conditioning

Teori pembiasaan perilaku respon (operant conditioning) ini merupakan teori belajar yang berusia
paling muda dan termasuk sangat berpengaruh dikalangan para ahli psikologi belajar masa kini,
dimana penciptanya bernama Burrhus Frederic Skinner. Menurut Skinner, perilaku adalah perbuatan
yang dilakukan seseorang pada situasi tertentu. Perilaku ini dapat terjadi karena dua pengaruh yaitu
pengaruh yang mendahuluinya dan pengaruh yang mengikutinya.

Sistem pembentukan perilaku yang ditawarkan oleh Skinner didasarkan pada ”cara kerja yang
menentukan (operant conditioning)”. Dimana Skinner mengemukakan bahwa :

1. Perilaku yang diikuti oleh stimulan-stimulan penggugah memperbesar kemungkinan


dilakukannya lagi perilaku tersebut dimasa-masa selanjutnya.

2. Perilaku yang tidak lagi diikuti oleh stimulant-stimulan penggugah memperkecil kemungkinan
dilakukannya perilaku tersebut dimasa-masa selanjutnya.

Menurut skinner, pengkondisian operan terdiri dari dua konsep utama, yaitu:

1. Penguatan (reinforcement)

Penguatan adalah proses belajar untuk meningkatkan kemungkinan dari sebuah perilaku dengan
memberikan atau menghilangkan rangsangan. Prinsip penguatan dibagi menjadi dua, yaitu penguatan
positif dan penguatan negatif.

a. Positive Reinforcement (Penguatan Positif)

Penguatan positif (positive reinforcement) adalah suatu rangsangan yang diberikan untuk memperkuat
kemungkinan munculnya suatu perilaku yang baik sehingga respons menjadi meningkat karena diikuti
dengan stimulus yang mendukung. Sebagai contoh, seorang anak yang pada dasarnya memiliki sifat
pemalu diminta oleh guru maju ke depan kelas untuk menceritakan sebuah gambar yang dibuat oleh
anak itu sendiri. Setelah anak tersebut membacakan cerita, guru memberikan pujian kepada anak
tersebut dan teman-teman sekelasnya bertepuk tangan. Ketika hal tersebut berlangsung berulang-
ulang, maka pada akhirnya anak tersebut menjadi lebih berani untuk maju ke depan kelas, bahkan
kemungkinan sifat pemalunya akan hilang. Rangsangan yang diberikan untuk penguatan positif dapat
berupa hal-hal dasar seperti, makanan, minuman, sex, dan kenyamanan pisikal. Selain itu, beberapa hal-
hal lain seperti uang, persahabatan, cinta, pujian, penghargaan, perhatian, dan kesuksesan karir juga
dapat digunakan sebagai rangsangan penguatan positif

b. Negative Reinforcement (Penguatan Negatif)

Negative Reinforcement adalah peningkatan frekuensi suatu perilaku positif karena hilangnya rangsangan
yang merugikan (tidak menyenangkan). Sebagai contoh, seorang ibu yang memarahi anaknya setiap
pagi karena tidak membersihkan tempat tidur, tetapi suatu pagi si anak tersebut membersihkan tempat
tidurnya tanpa di suruh dan si ibu tidak memarahinya, pada akhirnya si anak akan semakin rajin
membersihkan tempat tidurnya diiringi dengan berkurangnya frekuensi sikap kemarahan dari ibunya.
Perbedaan mutlak penguatan negatif dengan penguatan positif terletak pada penghilangan dan
penambahan stimulus yang sama-sama bertujuan untuk meningkatkan suatu perilaku yang baik.

Hukuman (Punishment)

Penguatan negatif (Negative reinforcement) tidaklah sama dengan hukuman, keduanya sangat berbeda.
Penguatan negatif lebih bertujuan untuk meningkatkan probabilitas dari sebuah perilaku, sedangkan
hukuman lebih bertujuan untuk menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Dalam penguatan negatif
respon akan meningkat karena konsekuensinya, sedangkan pada hukuman respon akan menurun
karena konsekuensinya.

Aplikasi Teori Operant Conditioning dalam Pembelajaran

Setiap teori belajar mempunyai implikasi bagi pengajaran. Bagi guru teori belajar dapat
memperjelas fungsinya bagi anak dalam belajar. begitu juga Skinner mengakui bahwa aplikasi dari
teori operant adalah terbatas, tetapi ia meyakini bahwa ada implikasi praktis bagi pendidikan. Ia
mengemukakan bahwa kontrol yang positif atau menyenangkan mengandung sikap yang
menguntungkan terhadap pendidikan, dan akan lebih efektif bila digunakan.

Selain kesegaran reinforcement, hal yang akan diberikan  reinforcement juga perlu


diperhatikan di dalam mengajar. Bila guru membimbing siswa menuju pencapaian tujuan dengan
menggunakan  reinforcement pada langkah-langkah menuju keberhasilan, guru menggunakan teknik
pembentukan.

Pendidik hendaknya melakukan pencatatan dari kemajuan siswa, sehingga dapat dilakukan
perubahan program yang diperlukan siswa. Pendidik perlu mengetahui dan menentukan tugas mana
yang akan dilaksanakan, bagaimana cara melaksanakan, dan hasil apa yang diharapkan. Menurut
Skinner mengajar adalah mengatur kesatuan penguat untuk mempercepat proses belajar. Dengan
demikian tugas guru harus menjadi arsitek dalam membentuk tingkah laku siswa dengan penguatan,
sehingga dapat membentuk respons yang tepat dikalangan siswa.

Sebagai contoh jika seorang guru ingin membentuk siswanya setiap hari berangkat
kesekolah tepat waktu, maka sebagai penguatan guru tersebut bisa memberikan reward dengan
segera pada siswa yang paling awal berangkat kesekolah dan memberi hukuman pada siswa yang
terlambat datang kesekolah. Namun guru hendaknya memberi hukuman yang positif kepada
siswanya. Penguatan itu dilakukan secara konsisten hingga siswa terbiasa dengan tingkah laku
tersebut.

Ringkasan langkah-langkah atau prinsip sebagai aplikasi pembentukan perilaku baru siswa
menurut aliran Skinner dalam pengajaran adalah sebagai berikut:

1.      Penentuan tujuan yang jelas. Buat tujuan itu sekhusus mungkin. Tujuan diatur sedemikian rupa
secara bertahap dari yang sederhana menuju yang kompleks.
2.      Menentukan batas kemampuan siswa. Setelah mengetahuinya maka diberi tekanan kepada
kemajuan setiap individu sesuai batas kemampuannya.

3.      Mengadakan penilaian terus menerus untuk menetapkan tingkat kemajuan yang dicapai siswa.

4.      Prosedur pengajaran dilakukan melalui modifikasi atas dasar hasil evaluasi dan kemajuan yang
dicapai.

5.     positif reinforcement secara sistematis bervariasi dan segera ketika respons siswa telah terjadi.

6.      Prinsip belajar tuntas sebaiknya digunakan agar penguasaan belajar siswa dapat diperoleh sesuai
dengan tingkah laku yang diharapkan atau sesuai dengan tujuan awal dalam pengajaran.

7.      Program remedial bagi siswa yang memerlukan harus diberikan, agar mencapai prinsip belajar
tuntas.

8.      Guru lebih diarahkan kepada perannya sebagai arsitek dan pembentuk tingkah laku siswa

Teori Skinner sangat berpengaruh besar pada saat ini, terutama di Amerika Serikat dan
negara-negara lainnya. Di dunia pendidikan, khususnya dalam lapangan metodologi dan teknologi
pengajaran, pengaruh ini sangat besar. Program-program inovatif dalam bidang pengajaran sebagian
besar disusun berdasarkan teori Skinner. Program-program tersebut misalnya:

1.      Programmed Instruction, dan sarananya programmed book.

2.      Computer Assisted Instruction (CAI), dan

3.      Program yang menggunakan teaching machine.

MODEL PEMBELAJARAN

Project Based Learning adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang memberikan
kesempatan para siswa untuk memperdalam pengetahuannya sekaligus mengembangkan
kemampuan melalui kegiatan problem solving dan investigasi. Brandon Goodman dan J. Stiver
mendefinisikan Project Based Learning sebagai sebuah pendekatan pengajaran yang dibangun di
atas kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi peserta didik yang
terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok.
Model pembelajaran PjBL (Project Based Learning) ini tidak hanya fokus pada hasil akhirnya, namun
lebih menekankan pada proses bagaimana siswa dapat memecahkan masalahnya dan akhirnya
dapat menghasilkan sebuah produk. Pendekatan ini membuat siswa mendapatkan pengalaman yang
sangat berharga dengan berpartisipasi aktif dalam mengerjakan proyeknya. Hal ini tentu saja lebih
menantang daripada hanya duduk diam mendengarkan penjelasan guru atau membaca buku
kemudian mengerjakan kuis atau tes.

Prinsip-Prinsip Dalam Project Based Learning

Jika tertarik untuk menerapkan PjBL di kelas, Guru pintar harus memasuk elemen-elemen berikut ini:

Berawal dari Sebuah Masalah atau Pertanyaan

Pembelajaran berbasis proyek selalu bersumber dari sebuah masalah atau pertanyaan.
Permasalahan yang harus dipecahkan harus memiliki tingkat kesulitan yang disesuaikan dengan level
siswa. Jangan sampai memberikan tantangan untuk siswa kelas 6 SD pada siswa kelas 2 SD.

Otentik & Relevan

Proyek yang dilakukan siswa harus mencakup pertanyaan-pertanyaan dalam dunia nyata atau yang
relevan dengan pengalaman siswa. Dengan demikian siswa dapat menghubungkan antara
pengetahuan yang didapatkannya saat pembelajaran dengan manfaat atau kegunaannya di dunia
nyata.

Kebebasan/Kemerdekaan untuk memilih

Metode pembelajaran berbasis proyek hendaknya memberikan kebebasan siswa untuk menentukan
strategi memecahkan masalah, produk apa yang akan dihasilkan, dan juga bagaimana cara
menghasilkan produk tersebut.

Self- Reflection

Dalam Project Based Learning siswa diharapkan mampu merefleksikan semua pengalaman yang di
dapat selama mengerjakan proyeknya. Kemudian siswa mampu menyimpulkan pelajaran berharga
apa yang dapat diambil selama proses project based learning.

Feedback

Metode pembelajaran project based learning juga mengajarkan pada siswa untuk dapat
memberikan dan menerima masukan-masukan atas proyek yang dilakukannya. Dengan demikian
mereka tidak hanya belajar dari guru tetapi dapat saling belajar dengan sesama teman.
Langkah-Langkah Pembelajaran Project Based Learning

Ada 6 langkah yang harus dilakukan saat menerapkan project based learning. Apa 6 langkah
tersebut?

1. Mulai dengan sebuah pertanyaan.

Pertanyaan harus mengandung permasalahan yang harus dipecahkan dan menghasilkan sebuah
penemuan atau produk. Topik atau teman harus sesuai dengan real world dan mendorong siswa
untuk melakukan investigasi yang mendalam.

2. Membuat Perencanaan (design a plan for the project).

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan siswa. Perencanaan meliputi tentang
aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial
dengan mengintegrasikan berbagai subjek yang mendukung, serta menginformasikan alat dan bahan
yang dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek.

3. Menyusun jadwal aktivitas .

Guru dan siswa bersama-sama menyusun jadwal kegiatan dalam menyelesaikan proyek. Waktu
penyelesaian proyek harus jelas, dan siswa diberi pengarahan untuk mengelola waktu yang ada.
Berikan siswa kebebasan dan kesempatan untuk mencoba menggali sesuatu yang baru. Guru Pintar
tetap harus memantau dan mengingatkan apabila siswa melenceng dari tujuan proyek.

4. Mengawasi proses pengerjaan proyek.

Meskipun siswa diberikan kebebasan menentukan strategi dan cara mengerjakan proyeknya, Guru
pintar tetap bertanggungjawab untuk memantau siswa selama menyelesaikan proyek. Guru pintar
bertindak sebagai mentor yang selalu mengarahkan para siswa untuk selalu fokus dan terarah dalam
mengerjakan proyeknya.

5. Memberikan penilaian terhadap produk yang dihasilkan.

Penilaian yang Guru pintar lakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaiannya
standar pada proses dan produk yang dihasilkan. Guru pintar juga berperan dalam mengevaluasi
kemajuan setiap siswa dan memberi feedback. Selanjutnya Guru pintar dapat menyusun strategi
pembelajaran berikutnya. Penilaian produk dapat dilakukan dengan mempresentasikan produknya
di depan teman atau guru.

6. Melakukan Evaluasi.
Pada akhir proses pembelajaran project based learning, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap
kegiatan yang telah dilakukan dan produk yang telah dihasilkan. Proses refleksi dapat dilakukan
secara individu maupun kelompok. Siswa hendaknya diberikan kesempatan untuk mengungkapkan
perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.

SINTAKS

Sintaks Project Based Learning

Sintaks atau pedoman dasar dalam menentukan langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran
PJBL (Project Based Learning) menurut Mulyasa (2014, hlm. 145) adalah sebagai berikut.

Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek,

Tahap ini sebagai langkah awal agar peserta didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang
muncul dari fenomena yang ada.

Mendesain perencanaan proyek,

Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang ada disusunlah suatu perencanaan proyek bisa
melalui percobaan.

Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah proyek,

Penjadwalan sangat penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan
sesuai dengan target.

Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek,

Peserta didik mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan.

Teori Operant Conditioning Lebih cocok di terapkan di pembelajaran pendidikan agama Islam karena
teori ini mencakup mengenai akhlak dan perilaku dan akidah

Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar
dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif,
Kreatif, dan Menyenangkan. Model Pembelajaran Picture and Picture, mengandalkan gambar
sebagai media dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Oktiva Nita 2021 mengelola-pembelajaran-berbasis-project-based-learning

Gamal Thabroni 2021 Sintaks Model Pembelajaran project based learning

Anda mungkin juga menyukai