NIM : 23300594 Matkul : Filosofi Pendidikan Indonesia
TEORI PERKEMBANGAN PERILAKU ANAK
A. Pengertian Teori Belajar Behavioristik
Behavioristik merupakan sebuah teori atau aliran dalam pemahaman tingkah laku manusia yang telah dikembangkan oleh para ahli. Adapun ahli-ahli yang mengembangkan teori atau aliran tersebut diantaranya adalah John B. Watson, Ivan P. Pavlov, dan B.F. Skinner. Teori behavioristik adalah teori yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Menurut teori ini, seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah. Seseorang menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Karena semua tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun yang merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari. Dalam belajar siswa seharusnya dibimbing untuk aktif bergerak, mencari, mengumpulkan, menganalisis, dan menyimpulkan dengan pemikirannya sendiri dan bantuan orang dewasa lainnya berdasarkan pengalaman belajarnya.
B. Hukum pada Teori Belajar Behavioristik
Thorndike menyatakan bahwa teori belajar ini mencakup empat hukum, yaitu sebagai berikut: a. Hukum Latihan (The law of exercise) Hukum ini menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respon akan menjadi kuat apabila sering digunakan (law of use), dan sebaliknya akan menjadi lemah jika tidak digunakan (law of disuse). Dari hukum tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran dibutuhkan adanya latihan untuk memperkuat hubungan antara stimulus dan respon, oleh karena itu pemberian ulangan/tes yang diberikan oleh guru merupakan implementasi dari hukum tersebut. b. Hukum Akibat (The law of effect) Hukum ini menyatakan bahwa satu tindakan atau perbuatan yang menghasilkan rasa puas (menyenangkan) akan cenderung diulang, sebaliknya tindakan atau perbuatan yang menghasilkan rasa tidak puas (tidak menyenangkan) akan cendeung tidak diulang. Dari hukum tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian hadiah adalah tindakan yang menyenangkan siswa, sehingga siswa cenderung mau melakukan lagi perbuatan yang menyebabkan dia mendapatkan hadiah tersebut. Sebaliknya pemberian hukuman adalah tindakan yang tidak menyenangkan siswa, sehingga siswa cenderung tidak mengulang atau menghentikan perbuatan yang menyebabkan dia mendapatkan hukuman. c. Hukum Kesiapan (The law of readiness) Hukum ini menyatakan bahwa proses belajar akan berhasil dengan baik apabila siswa memiliki kesiapan, yaitu kecenderungan untuk bertindak. Kesiapan adalah kondisi dimana siswa telah memahami tujuan dan manfaat yang akan dicapai melalui proses pembelajaran. Dari hukum tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar akan lebih efektif apabila siswa memiliki kesiapan untuk belajar, baik kesiapan dari aspek kematangan mental maupun kesiapan karena pemberian motivasi yang diberikan oleh gurunya. C. Ciri-Ciri Teori Belajar Behavioristik a. Mengutamakan pengaruh lingkungan. b. Hasil pembelajaran fokus pada terbentuknya perilaku yang diinginkan. c. Mementingkan pembentukan reaksi atau respon. d. Bersifat mekanistis atau dilakukan dengan mekanis tertentu, misalnya meminta maaf. e. Menganggap latihan itu adalah hal yang penting dalam proses pembelajaran. A. Contoh Penerapan Teori Belajar Behavioristik Ada beberapa prinsip yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, diantaranya: a. Pemberian ulangan atau tes diperlukan dalam pembelajaran untuk melatih siswa dalam memahami hubungan antara pertanyaan dengan jawaban atau hubungan antara masalah dengan solusinya. b. Dalam pembelajaran perlu adanya proses pengulangan (repetition) materi, karena dapat membentuk pembiasaan. c. Pemberian stimulus yang menyenangkan terhadap tindakan baik siswa (mis. prestasi belajar yang bagus) harus dilakukan untuk memotivasi agar terus mempertahankan prestasinya. Sebaliknya pemberian stimulus yang tidak menyenangkan terhadap Tindakan siswa yang tidak baik (mis. prestasi belajar yang jelek karena malas belajar) juga harus dilakukan untuk memotivasi siswa agar lebih giat lagi, sehingga nilainya lebih baik. d. Pemberian hukuman dan hadiah diperlukan dalam rangka menciptakan disiplin kelas yang kondusif untuk proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. e. Pemberian hadiah atau hukuman harus dilakukan secara variatif, sehingga tidak menimbulkan kebosanan pada siswa yang menerimanya. f. Proses pembelajaran akan berjalan secara efektif jika siswa sudah memiliki kesiapan untuk mengikuti proses belajar, baik kesiapan mental maupun kesiapan menerima materi yang baru, oleh karena itulah pemberian apersepsi sebelum memulai proses pembelajaran menjadi penting. B. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik a. Kelebihan: Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi belajar. Melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak sudah mahir dalam satu bidang tertentu, akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang berkesinambungan tersebut dan lebih optimal. Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimulus yang lainnya dan seterusnya sampai respons yang diinginkan muncul. Teori behavioristik sangat cocok diterapkan untuk anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa. Hal tersebut dikarenakan dalam teori ini dibiasakan untuk suka mengulangi, suka meniru, dan suka dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung. b. Kekuragan: Membatasi kreatifitas, produktifitas, dan imajinasi peserta didik. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghapalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Seluruh siswa dalam proses pembelajaran dipandang pasif dan perlu motivasi dari luar serta sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan oleh guru. Berpotensi menimbulkan hukuman verbal dan fisik, seperti memberi hukuman peserta didik yang melanggar aturan atau bahkan menjewer. Hukuman semacam itu justru bisa berakibat buruk pada perubahan perilaku peserta didik. Timbul kesulitan untuk menjelaskan kondisi belajar yang kompleks karena hanya beracuan pada stimulus dan respon.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu