Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 7

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Tentang
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN PENERAPANNYA DALAM
PEMBELAJARAN

Dosen
Prof. Dr. Mudjiran, M. S., Kons.

OLEH

Dandi Candra
19231011

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022

MAID MAPPING
PENGERTIAN BELAJAR MENURUT TEORI PRINSIP-PRINSIP BELAJAR MENURUT TEORI
BEHAVIORISTIK BEHAVIORISTIK

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN PENERAPANNYA


DALAM PEMBELAJARAN

PENERAPANNYA TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK.

A. Pengertian Belajar Menurut Teori Behavioristik


Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus danrespon. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yangdialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengancara yang baru sebagai hasil dari interaksi stimulus dan respon.
Seseorangdianggap telah belajar apabila ia bisa menunjukkan perubahan tingkah
lakunya. Contoh, seorang anak mampu berhitung penjumlahan danpengurangan,
meskipun dia belajar dengan giat tetapi dia masih belumbisa mempraktekkan
penjumlahannya, maka ia belum bisa dikatakanbelajar karena ia belum menunjukkan
perubahan tingkah laku sebagaihasil dari belajar. Dalam teori Behavioristik, yang
terpenting itu adalahmasukan atau input yang berupa stimulus serta output yang berupa
respon. Apa yang terjadi diantara stimulus dan respon dianggap tidaklah penting
karena tidak dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakanpengukuran sebab
dengan pengukuran kita akan melihat terjadi tidaknyaperubahan tingkah laku
tersebut.Faktor lain yang dianggap penting bagiteori ini adalah penguatan
(reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat respon.
Jikapenguatan ditambahkan (positivereinforcement) maka
respon akan semakin kuat, begitu juga penguatandikurangi (negative reinforcement)
respon akan tetap dikuatkan. Misal jikapeserta didik diberi tugas oleh guru, ketika
tugasnya ditambahkan, maka iaakan lebih giat belajarnya (positive reinforcement).
Apabila tugas-tugasdikurangi justru akan meningkatkan aktifitas
belajarnya (negativereinforcement). Jadi penguatan merupakan
suatu bentuk stimulus yangpenting diberikan (ditambah) atau dihilangkan
(dikurang) untuk
memungkinkan mendapat respon.
Kelebihan teori behavioristik :

a. Membisakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan
kondisi belajar.
b. Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid
dibiasakan belajar mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru
ditanyakan pada guru yang bersangkutan.
c. Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan
pengakuan positif dan prilaku yang kurang sesuai mendapat
penghargaan negative yang didasari pada prilaku yang tampak.
d. Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang
berkesinambungan, dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan
siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak sudha mahir
dalam satu bidang tertentu, akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan
pembiasaan dan pengulangan yang berkesinambungan tersebut dan
lebih optimal.
e. Bahan pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang sederhana
sampai pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi
dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu
ketrampilan tertentu mampu menghasilakan suatu prilaku yang
konsisten terhadap bidang tertentu.
f. Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimuls yang lainnya
dan seterusnya sampai respons yang diinginkan muncul.
g. Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsure-
unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan.
h. Teori behavioristik juga cocok diterapakan untuk anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan
harus dibiasakan, suka meniru, dan suka dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung.
Kekurangan teori behavioristik :

a. Sebuah konsekwensi untuk menyusun bahan pelajaran dalam


bentuk yang sudah siap.
b. Tidak setiap pelajaran dapat menggunakan metode ini.
c. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan
menghafalkan apa di dengar dan di pandang sebagai cara belajar
yang efektif.
d. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh
behavioristik justru dianggap sebagai metode yang paling efektif
untuk menertibkan siswa.
e. Murid dipandang pasif, perlu motifasi dari luar, dan sangat
dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan oleh guru.
f. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelsan dari guru dan
mendengarkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara
belajar yang efektif sehingga inisiatf siswa terhadap suatu
permasalahan yang muncul secara temporer tidak bisa diselesaikan
oleh siswa.
g. Cenderung mengarahakan siswa untuk berfikir linier, konvergen,
tidak kreatif, tidak produktif, dan menundukkan siswa sebagai
individu yang pasif.
h. Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher
cenceredlearning) bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada
hasil yang dapat diamati dan diukur.
i. Penerapan metode yang salah dalam pembelajaran mengakibatkan
terjadinya proses pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi
siswa, yaitu guru sebagai center, otoriter, komunikasi berlangsung
satu arah, guru melatih, dan menentukan apa yang harus dipelajari
murid.
B. Prinsip-prinsip Belajar Menurut Teori Belajar Behavioristik
Teknik Behaviorisme telah digunakan dalam pendidikan untuk waktu yang lama untuk
mendorong perilaku yang diinginkan dan untukmencegah perilaku yang tidak diinginkan.
1. Stimulus dan Respons
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya alat peraga, gambar
atau charta tertentu dalam rangka membantu belajarnya. Sedangkan respons adalah reaksi
siswa terhadap stimulus yang telah diberikan oleh guru tersebut, reaksi iniharuslah dapat
diamati dan diukur.
2. Reinforcement (penguatan)
Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku disebut penguatan
(reinforcement) sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan akan memperlemah
perilaku disebut dengan hukuman (punishment).
a. Penguatan positif dan negatif
Pemberian stimulus positif yang diikuti respon disebut penguatan positif. Sedangkan
mengganti peristiwa yang dinilai negatif untuk memperkuat perilaku disebut penguatan
negatif
b. Penguatan primer dan sekunder
Penguat primer adalah penguatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisik.
Sedangkan penguatan sekunder adalah penguatan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan non fisik.
c. Kesegeraan memberi penguatan (immediacy)
Penguatan hendaknya diberikan segera setelah perilaku muncul karena akan
menimbulkan perubahan perilaku yang jauh lebih baik dari pada pemberian penguatan
yang diulur-ulur waktunya.
3. Pembentukan perilaku (Shapping)
Menurut skinner untuk membentuk perilaku seseorang diperlukan langkah-langkah
berikut :
a. Mengurai perilaku yang akan dibentuk menjadi tahapan-
tahapan yang lebih rinci;
b. Menentukan penguatan yang akan digunakan;
c. Penguatan terus diberikan apabila muncul perilaku yang
semakin dekat dengan perilaku yang akan dibentuk.
4. Kepunahan (Extinction)
Kepunahan akan terjadi apabila respon yang telah terbentuk tidak mendapatkan
penguatan lagi dalam waktu tertentu.

Prinsip belajar menurut teori behavioristik (Mukminan, 1997). Prinsip- prinsip


tersebut adalah sebagai berikut:

a. Teori ini beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah


perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan belajar sesuatu jika
yang bersangkutan dapat menunjukan perubahan tingkah laku
tertentu.
b. Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, yang
terjadi karena hubungan stimulus dan respons., sedangkan proses
yang terjadi antara stimulus dan respons, yang tidak dapat diamati
itu tidak penting.
c. Perlunya Reinforcement untuk memunculkan perilaku yang
diharapkan. Respons akan semakin kuat jika reinforcement (baik
positif maupn negative) ditambah.

C. Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Pembelajaran

Penekanan proses belajar menurut teori behaviorisme ini adalah hubungan stimulus dan
respons. Dengan demikian, agar pembelajaran di kelas menjadi efektif, hendaknya guru
perlu memerhatikan hal-hal berikut:
a. Guru hendaknya memilih jenis stimulus yang tepat untuk diberikan
kepada peserta didik agar dapat memberikan respons yang
diharapkan.
b. Guru hendaknya menentukan jenis respons yang harus dimunculkan
oleh peserta didik.
c. Guru perlu memberikan reward yang tepat untuk meningkatkan
perilaku yang diharapkan muncul dari peserta didik.
d. Guru hendaknya segera memberikan umpan balik secara langsung,
sehingga si belajar dapat mengetahui apakah respons yang diberikan
telah benar atau belum. Metode yang dapat digunakan guru dalam
pembelajaran antara lain: ceramah, demonstrasi, dimana aktivitas
ada pada guru sedangkan peserta didik pasif menerima sesuai yang
diberikan guru.
Teori belajar behavioristik menekankan terbentuknya perilaku terlihat sebagai hasil
belajar. Teori belajar behavioristik dengan model hubungan stimulus respons,
menekankan siswa yang belajar sebagai individu yang pasif. Munculnya perilaku siswa
yang kuat apabila diberikan penguatan dan akan menghilang jika dikenai hukuman
(Nasution, 2006:66). Teori belajar behavioristik berpengaruh terhadap masalah belajar,
karena belajar ditafsirkan sebagai latihan-latihan untuk pembentukan hubungan antara
stimulus dan respons. Dengan memberikan rangsangan, siswa akan bereaksi dan
menanggapi rangsangan tersebut. Hubungan stimulus-respons menimbulkan kebiasaan-
kebiasaan otomatis belajar. Dengan demikian kelakuan anak serdiri atas respons-respons
tertentu terhadap stimulus- stimulus tertentu.

Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa


komponen seperti: tujuan pembelajaran, materi pelajaran, karakteristik siswa, media,
fasilitas pembelajaran, lingkungan, dan penguatan (Sugandi, 2007:35). Teori belajar
behavioristik cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir. Pandangan teori belajar
behavioristik merupakan proses
pembentukan, yaitu membawa siswa untuk mencapai target tertentu, sehingga menjadikan siswa
tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Pembelajaran yang dirancang pada teori belajar
behavioristik memandang pengetahuan adalah objektif, sehingga belajar merupakan perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan kepada siswa. Oleh sebab
itu siswa diharapkan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.
Artinya, apa yang diterangkan oleh guru itulah yang harus dipahami oleh siswa.

Hal-hal yang diperhatikan dalam penerapan teori behaviorisme :

a. Mementingkan pengaruh lingkungan pada pembentukan perubahan pada diri


peserta didik, terutama bagi peserta didik yang belum berkembang sifat
mandirinya.
b. Mementingkan bagian-bagian kecil dalam pembentukan kemampuandan
perilaku
c. Mementingkan peranan reaksi yang terukur dan teramati dari peserta didik
sebagai hasil dari perubahan dalam belajar
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur
stimulus respon, dengan demikian guru harus dapat mendesain stimulus sesuai
dengan karakter kompetensi/perilaku dan karakter siswa
e. Mementingkan peranan kemampuan awal yang sudah terbentuk sebelumnya,
dengan demikian guru harus memahami kemampuan awal dari masing-masing
peserta didik sebelum merancang pembelajaran.
KEPUSTAKAAN

Budinungsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Sagala,

Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Yulaelawati,

Ella. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi, Teori dan

Aplikasi. Jakarta: Pakar Raya.

Karwono. Mularsih, Heni. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: RajawaliPers.

Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mukminan. 1997. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: P3G IKIP. Anam

S, M., & Dwiyogo, W. D. (2019). Teori Belajar Behavioristik Dan


Implikasinya Dalam Pembelajaran. Universitas Negeri Malang, 2.

Herpratiwi. (2016). BUKU Teori Belajar dan Pembelajaran.pdf (p. 79).

Nahar, N. I. (1992). Lymphoid subsets and prognostic factors in multiple


myeloma. British Journal of Haematology, 80(3), 305–309.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2141.1992.tb08137.x

Rufaedah, E. A. (2017). Teori Belajar Behavioristik Menurut Perspektif Islam.


Risâlah, Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam, 4(1), 14–30.
https://doi.org/10.5281/zenodo.3550518

Anda mungkin juga menyukai