Anda di halaman 1dari 6

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

DALAM PEMBELAJARAN

MUHAMAD REZA PAHLEVI


MAHASISWA UNIVERSITAS NURUL HUDA
PGMI SEMESTER 2
Pengertian Belajar
 Perubahan Tingkah Laku Sebagai Akibat Dari Adanya Interaksi
Antara Stimulus dan Respon
 Bentuk Perubahan Yang Dialami Siswa Dalam Hal Kemampuannya
Dengan Cara Yang Baru Sebagai Hasil Interaksi Antara Stimulus dan
Respon
 Faktor Penting Dalam Belajar Behavioristik
●Masukan atau Input,Yang Berupa Stimulus
●Keluaran atau Output,Yang Berupa Respon
●Faktor Penguatan (Reinforcement) Baik Positive Reinforcement
Maupun Negative Reinforcement
 Tokoh Aliran Behavioristik, Antara Lain:Thorndike,Watson,Clark
Hull,Edwin Guthrie dan Skinner.
Pengertian Belajar Teori Behavioristik

 Pengertian Belajar Menurut Teori Behavioristik Menurut teori behavioristik,


adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan
yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan
cara yang baru sebagai hasil interaksi stimulus dan respon. Seseorang dianggap
telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah laku.

 Sebagai contoh, anak belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah


berusaha giat, dan gurunya sudah mengajarkannya dengan tekun, namun jika
anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia
belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukan perubahan perilaku
sebagai hasil belajar.
KelebihanTeori Belajar Behavioristik
(1) Membisakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi belajar.
(2) Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri.
Jika murid menemukan kesulitan baru ditanyakan pada guru yang bersangkutan.
(3) Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan pengakuan positif dan
prilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative yang didasari pada prilaku yang
tampak.
(4) Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat mengoptimalkan
bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak sudah mahir dalam
satu bidang tertentu, akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan
yang berkesinambungan tersebut dan lebih optimal.
(5) Bahan pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang kompleks
dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan
pencapaian suatu ketrampilan tertentu mampu menghasilakan suatu prilaku yang konsisten
terhadap bidang tertentu.
(6) Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimuls yang lainnya dan seterusnya sampai
respons yang diinginkan muncul.
(7) Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan
yang mengandung unsure-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan.
(8) Teori behavioristik juga cocok diterapakan untuk anak yang masih membutuhkan dominasi
peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru, dan suka dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung
Kekurangan Teori Behavioristik
(1) Sebuah konsekwensi untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap.
(2) Tidak setiap pelajaran dapat menggunakan metode ini.
(3) Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa di
dengar dan di pandang sebagai cara belajar yang efektif.
(4) Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap
sebagai metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
(5) Murid dipandang pasif, perlu motifasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang
diberikan oleh guru.
(6) Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelsan dari guru dan mendengarkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif sehingga inisiatf siswa terhadap suatu
permasalahan yang muncul secara temporer tidak bisa diselesaikan oleh siswa.
(7) Cenderung mengarahakan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif, tidak produktif,
dan menundukkan siswa sebagai individu yang pasif.
(8) Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher cenceredlearning) bersifat mekanistik
dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.
(9) Penerapan metode yang salah dalam pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses
pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa, yaitu guru sebagai center, otoriter,
komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih, dan menentukan apa yang harus dipelajari
murid.
Kesimpulan

 Teori belajar memiliki beberapa fungsi dalam proses pembelajaran, antara lain fungsi pemahaman,
fungsi prediktif, fungsi kontrol, dan fungsi rekomendatif. Melalui fungsi rekomendatif, teori
behavioristik dapat merekomendasikan pedoman instruksional kepada pendidik, yang berupa stimulus-
stimulus yang tepat dalam proses pembelajaran sehingga memunculkan respon peserta didik yang
merupakan hasil belajar yang diinginkan. Teori belajar behavioristik menjelaskan bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dari beberapa
teori belajar behavioristik yang dikembangkan dapat disimpulkan bahwa untuk memunculkan respon
yang diharapkan dibutuhkan penguatan (reinforcement).

 Aplikasi teori belajar behavioristik sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membutuhkan
praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: Kecepatan, spontanitas, kelenturan,
reflek, daya tahan dan sebagainya sehingga model yang paling cocok adalah Drill dan Practice,
contohnya: dimanfaatkan di pendidikan anak usia dini, TK untuk melatih kebiasaan baik, karena anak-
anak sangat mudah meniru perilaku yang ada dilingkungannya dan sangat suka dengan pujian dan
penghargaan. Sedangkan untuk pendidikan menengah dan pendidikan tinggi teori behavioristik ini
banyak digunakan antara lain untuk melatih percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan
komputer, berenang, olahraga dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai