TEORI BELAJAR
OLEH :
KELOMPOK III
MUHAMMAD ILHAM (20500120084)
NUR JURANA (20500120053)
JUWAERIA NUR APRILYANTI (20500120062)
AYU ASTUTI BAHAR (20500120076)
SITTI MUTMAINNAH (20500120059)
SISKAWATI (20500120064)
penuh di dalam kelas. Sedangkan langkah umum yang dapat dilakukan guru dalam
menerapkan teoribehaviorisme dalam proses pembelajaran adalah:
(1) Mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
(2) Melakukan analisis pembelajaran.
(3) Mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal pembelajar.
(4) Menentukan indikator-indikator keberhasilan belajar.
(5) Mengembangkan bahan ajar (pokok bahasan, topik, dll).
(6) Mengembangkan strategi pembelajaran (kegiatan, metode, media dan waktu).
(7) Mengamati stimulus yang mungkin dapat diberikan (latihan, tugas, tes dan
sejenisnya).
(8) Mengamati dan menganalisis respons pembelajar.
(9) Memberikan penguatan (reinfrocement) baik posistif maupun negatif,
Teori belajar sosial (social learning theory) adalah pandangan psikologi yang
menengkankan tingkah laku, lingkungan, dan kognisi sebagai faktor utama dalam
perkembangan .
Ahli teori belajar sosial mengatakan bahwa kita bukanlah robot yang tidak punya pikiran,
yang berespon secara mekanis pada orang lain dalam lingkungan kita. Kita juga bukan
seperti petunjuk angin. Bertingkah laku seperti komunis dihadapan orang komunis dan
bertingkah liberal didepan liberal. Akan tetapi, kita berfikir, bernalar, membayangkan,
merancakan, mengharapkan, mengintrepretasi, percaya, menilai, dan membandingkan.
Psikologi Amerika Bandura dan Walter mischel adalah arsitek utama dari versi teori
belajar sosial kontemporer, yang disebut teori belajar sosial kognitif oleh mischel .
Bandura percaya bahwa kita belajar dengan mengamati apa yang dilakukan oleh orang
lain. Melalui belajar observasi (juga disebut modeling atau imitasi). Ahli teori belajar
sosial percaya bahwa kita memperoleh sejumlah besar tingkah laku, pikiran dan perasaan
dengan mengobservasi tingkah laku orang lain; observasi tersebut menjadi bagian penting
dari perkembang kita.
Model belajar dan perkembangan bandura yang paling mutakhir mencakup tingkah laku,
manusia dan kognisi, dan lingkungan . Tingkah laku ,faktor manusia dan kognisi dan
pengaruh lingkungan beroperasi secara interaktif. Tingkah kognitif individu dapat
mempengaruh lingkungan pengaruh lingkungan dapat proses pikiran individu, dan
seterusnya.
Jean Piaget merupakan ahli Biologi dan Psikologi yang merumuskan teori yang
dapat menjelaskan fase-fase perkembangan kemampuan kognitif. Menurut Piaget,
teori perkembangan kognitif mengemukakan asumsi tentang perkembangan cara
berfikir individu dan kompleksitas perubahannya melalui perkembangan
neurologis dan perkembangan lingkungan. Dalam teori Piaget ini, perkembangan
kognitif dibangun berdasarkan sudut pandang aliran struturalisme dan konstruktivisme.
Padaa tahun 1969 ia menerima hadiah sebagai tanda terima kasih atas
sumbangannya yang monumental dan unik dalam liter-atur Psikologi. Selanjutnya
Piaget memperoleh hadiah di Kota Amsterdam yakni hadiah Erasmus dari tangan
pangeran Bernhard. Piaget menerima kurang lebih 12 tanda penghargaan. Sampai
saat meninggal Piaget bekerja terus mencari fakta-fakta dan berdasar-kan fakta-
fakta itu ia secara terus menerus memperdalam pema-hamannya.
Teori pengembangan kognitif Piaget fokus pada perkembangan pikiran peserta didik
secara alami mulai dari anak-anak sampai dewasa. Jean Piaget melakukan penelitian dan
menemukan bahwa anak-anak membangun kognitif mereka secara aktif. Ada empat
faktor yang memengaruhi perkembangan kognitif, yakni: (a) lingkungab fisik; (b)
kematangan; (c) pengaruh sosial; dan (d) proses pengendalian diri. Menurut Piaget,
pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi antara individu dan lingkungan, namun
informasi tidak sekedar dituangkan ke dalam pikiran mereka. Piaget menggunakan
dua istilah sebagai representasi struktur kognitif individu. Kedua istilah tersebut
adalah skema dan adaptasi. Skema (struktur kognitif) adalah cara atau proses yang men-
gorganisasi atau merespon berbagai pengalaman.
Menurut Piaget, proses belajar sebenarnya terdiri tiga tahapan, yakni tahap asimilasi,
akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan). Adapun penjelasannya, sebagai berikut:
a. Proses asimilasi, merupakan proses pengintegrasian informasi baru ke struktur
kognitif yang sudah ada. Dengan kata lain, asimilasi merupakan suatu proses di mana
individu mengintegrasikan persepsi, konsep, informasi atau pengalaman baru ke dalam
skema yang dimilikinya, sehingga pengertian dan skemanya berkembang.
b. Proses akomodasi, merupakan proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi
yang baru, anak menyusun dan membangun kembali atau mengubah apa yang telah
diketahui sebelumnya sehingga informasi yang baru dapat disesuaikan dengan lebih baik.
Asimilasi terjadi jika pengetahuan baru diterima seseorang cocok dengan struktur kognitif
yang telah dimiliki seseorang tersebut.
c. Proses ekuilibrasi, merupakan penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi. Jika tahapan ini berjalan dengan baik atau berhasil, akan diperoleh
keseimbangan. Proses penyeimbangan ini diperlukan agar seseorang dapat menambah
dan mengembangkan sekaligus menjaga stabilitas mental dirinya
Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap
perkembangannya sesuai dengan umurnya, usia untuk tahapan perkembangan kognitif
menurut Piaget, sebagai berikut:
1) Tahap sensori motoris (umur 0 sampai 2 tahun)
2) Tahap pra-operasional (2-7 tahun)
3) Tahap operasi konkret (7-11 tahun)
4) Tahap operasi formal (11-15 tahun)
Proses belajar yang dialami setiap anak pada masing-masing tahapan akan berbeda.
Secara umum, semakin tinggi tahapan perkembangan kognitif seseorang akan semakin
teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya
Lev Vygotsky (17 November [K.J.: 5 November] 1896 – 11 Juni, 1934) adalah seorang
psikolog asal Rusia yang dikenal atas kontribusinya . Teori konstruktivisme adalah salah
satu dari banyak teori belajar yang telah didesain dalam pelaksanaan pembelajaran
matematika. Seperti halnya behaviorisme dan kognitivisme, konstruktivisme dapat
diterapkan dalam berbagai aktivitas belajar baik pada ilmu-ilmu sosial maupun ilmu
eksakta. Dalam matematika, konstruktivisme telah banyak diteliti, diterapkan, dan diuji
coba pada situasi ruangan kelas yang berbeda-beda. Dari berbagai percobaan itu telah
banyak menghasilkan berbagai pandangan yang ikut mempengaruhi perkembangan,
modifikasi, dan inovasi pembelajaran. Lahirnya berbagai pendekatan seperti
pembelajaran kooperatif, sosio-kultur, pembelajaran kontekstual, dan lain-lain merupakan
hasil inovasi dan modifikasi dari teori pembelajaran.
menurut konstruktivisme adalah suatu proses mengasimilasikan dan mengkaitkan
pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimilikinya,
sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan.
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif,
yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran
behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik
antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia
membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada
pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya bukan
merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini
merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan
seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya memberikan
pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri
pengetahuan di dalam memorinya. Dalam hal ini, guru dapat memberikan kemudahan
untuk proses ini, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan ide – ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan siswa anak
tangga yang membawasiswa ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan
siswa sendiri yang mereka tulis dengan bahasa dan kata – kata mereka sendiri.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan, bahwa makna belajar menurut konstruktivisme
adalah aktivitas yang aktif, dimana pesrta didik membina sendiri pengtahuannya, mencari
arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan idea-
idea baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya (Shymansky,1992).
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif,
yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan teori
behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik
antara stimulus dan respon, sedangkan teori kontruktivisme lebih memahami belajar
sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi
makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Pengetahuan tidak bisa
ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri
tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif
dimana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan
sehingga terbentuk suatu skema yang baru.
Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih
menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting,
tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting. Dalam
proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi
perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai upaya memperoleh
pemahaman atau pengetahuan, siswa ”mengkonstruksi” atau membangun pemahamannya
terhadap fenomena yang ditemui dengan menggunakan pengalaman, struktur kognitif,
dan keyakinan yang dimiliki.
Prinsip-Prinsip Konstruktivisme
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar
mengajar adalah:
a) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
b) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan
keaktifan murid sendiri untuk menalar.
c) Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan
konsep ilmiah.
d) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi
berjalan lancar.
e) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
f) Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
g) mencari dan menilai pendapat siswa.
h) Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh
hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun
pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan
cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan
bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan
menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan
tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu
mereka mencapai tingkat penemuan.
TEORI HUMANISTIC
Hirarki kebutuhan Meslow, pemuasan kebutuhan seseorang dimulai dari yang terendah
yaitu :
1. Kebutuhan fisiologis (Physiological Needs)
Kebutuhan fisiologis terdiri dari kebutuhan pokok, yang bersifat mendasar. Kadang kala
disebut kebutuhan biologis ditempat kerja serta kebutuhan untuk menerima gaji, cuti,
dana pensiunan, masa-masa libur, tempat kerja yang nyaman, pencahayaan yang cukup
suhu ruangan yang baik.
2. Kebutuhan akan rasa aman (Safety Needs)
Sesudah kebutuhan fisiologis tercukupi, maka timbul kebutuhan akan rasa aman. Manusia
yang beranggapan tidak berada dalam keamanan membutuhkan keseimbangan dan aturan
yang baik serta berupaya menjauhi hal-hal yang tidak dikenal dan tidak diinginkan.
3. Kebutuhan untuk diterima (Social Needs)
Sesudah fisiological dan rasa aman tercukupi, maka focus individu mengarah pada
keamanan akan mempunyai teman, rasa cinta dan rasa diterima.
4. Kebutuhan untuk dihargai (Self Esteem Needs)
Pada tingkat selanjutnya dalam teori heirarki. Nampak kebutuhan untuk dihargai, disebut
juga kebutuhan “Ego”.
5. Kebutuhan Aktualisasi – Diri (Self Actualizations)
Kebutuhan-kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan akan pemenuhan diri pribadi,
termasuk level kebutuhan teratas.