Anda di halaman 1dari 4

Nama: A.

Razman Nur Khalis

Npm : 722720365

Kelas : A

1) A. Berikut prinsip dari teori humanistik:


 Manusia mempunyai belajar alami.
 Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi
dengan maksud tertentu.
 Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
 Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil.
 Bila ancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta didik dalam memperoleh cara.
 Belajar yang bermakna diperoleh jika peserta didik melakukannya.
 Belajar lancar jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar.
 Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam.
 Kepercayaan pada diri pada peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas
diri.
 Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
Berikut Aplikasi teori pembelajaran humanistik:
 Memerhatikan dan memberikan motivasi belajar pada para peserta didik.
 Jika peserta didik belum memahami tujuan pembelajaran, guru bisa memberikan penjelasan
kembali.
 Guru harus bisa memahami karakter setiap peserta didik yang diampunya.
 Menyediakan sumber belajar, baik buku, media visual, maupun audio.
 Tetap menjalin komunikasi dengan peserta didik agar kondisi pembelajaran tetap terkontrol.
 Selalu memberikan dorongan pada peserta didik agar lebih peka dan kreatif.
 Mengondisikan suasana belajar tetap kondusif.
 Memacu keaktifan peserta didik.

B. Teori behavioristik, adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya Interaksi
antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan Yang
dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru Sebagai
hasil interaksi stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia Dapat
menunjukkan perubahan tingkah laku. Sebagai contoh, anak belum dapat berhitung Perkalian.
Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunya sudah mengajarkannya dengan Tekun, namun
jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia Belum dianggap
belajar. Karena ia belum dapat menunjukan perubahan perilaku sebagai hasil Belajar.

2.) A. Pertama, pengembangan kemampuan non-teknis (soft skills) dan karakter mendapat porsi
khusus melalui pembelajaran berbasis proyek. Kedua, Kurikulum Prototipe berfokus pada materi
esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar
seperti literasi dan numerasi.Ketiga, fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang
sesuai dengan kemampuan murid dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan
lokal.

B. Karena Dalam teori belajar kognitif, siswa dianjurkan untuk belajar sesuai dengan tahapan
perkembangannya. Siswa hendaknya diberi kesempatan untuk bereksperimen dengan obyek
fisik yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru.
Sedangkan dalam Teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri
pengetahuannya. Prinsip yang terpenting dalam teori ini bahwa guru tidak hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada siswa, akan tetapi siswa harus membangun sendiri
pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawa
siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak
tangga tersebut. siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus
memanjat anak tangga tersebut.

3.) A. 8 Tipe Belajar Menurut Gagne :

– Belajar Isyarat (Signal Learning)

Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respon bersyarat. Seperti menutup mulut
dengan telunjuk, isyarat mengambil sikap tidak bicara.

– Belajar Stimulus – respons ( Stimulus Respons Learning)

Berbeda dengan belajar isyarat, respons bersifat umum, kabur dan emosional.

– Belajar Rangkaian ( Chaining)

Rangkaian atau rantai dalam chaining adalah semacam rangkaian antar S-R yang bersifat segera.

–Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)

Suatu kalimat “unsur itu berbangun limas” adalah contoh asosiasi verbal. Seseorang dapat
menyatakan bahwa unsur berbangun limas kalau ia mengetahui berbagai bangun, seperti balok,
kubus, atau kerucut.

–Belajar Diskriminasi ( Discrimination Learning)

Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian. Seperti membedakan berbagai
bentuk wajah, waktu, binatang, atau tumbuh-tumbuhan.

–Belajar Konsep (Concept Learning)

Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil membuat tafsiran terhadap fakta.

–Belajar Aturan (Rule Learning)

Hukum, dalil atau rumus adalah rule (aturan). Tipe belajar ini banyak terdapat dalam semua
pelajaran di sekolah, seperti benda memuai jika dipanaskan, besar sudut dalam segitiga sama
dengan 180 derajat.

–Belajar Pemecahan masalah ( Problem Solving Learning)

Memecahkan masalah adalah biasa dalam kehidupan. Ini merupakan pemikiran. Upaya
pemecahan masalah dilakukan dengan menghubungkan berbagai urusan yang relevan dengan
masalah itu. Dalam pemecahan masalah diperlukan waktu, adakalanya singkat adakalanya lama.

B. –Mengenal Keahlian Dan Minat Siswa

Sebagai pengajar atau guru, kita harus mengenal keahlian dan minat siswa yang berbeda dalam
kelompokmu. Dengan mengetahui keahlian dan minat masing-masing siswa, kamu dapat
menugaskan tugas yang sesuai dengan kemampuan dan minat mereka. Setiap siswa juga dapat
berkontribusi dengan maksimal dalam kelompoknya.

–Menetapkan Tujuan dan Target yang Jelas

Setiap tugas yang diberikan harus memiliki tujuan dan target yang jelas. Tujuan dan target ini
dapat membantu siswa untuk memfokuskan upaya mereka dalam mencapai hasil yang
diinginkan. Sebagai pengajar atau guru, kamu dapat membantu siswa menetapkan tujuan dan
target yang realistis dan dapat dicapai dalam batas waktu yang ditentukan.

4.) A. Berikut jenis-jenis evaluasi pembelajaran:

–Evaluasi Diagnostik

Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang ditujukan untuk menelaah kelemahan-kelemahan


peserta didik beserta faktor-faktor penyebabnya.

–Evaluasi Penempatan

Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan peserta didik dalam
program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik peserta didik

–Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatkan
proses belajar dan mengajar.

–Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan belajar
peserta didik.

Prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran :

–Kontinuitas

Evaluasi Dalam pembelajaran tak hanya dilakukan saat ujian tengah semester atau akhir
semester saja. Lebih dari itu, jika anda sebagai guru ingin melihat perubahan nilai dari para
siswa harus dilakukan secara berkesinambungan.

–Komprehensif

Guru juga dituntut bagaimana bisa membentuk karakter siswa yang baik hingga bisa memiliki
dampak positif di kehidupannya. Oleh karena itu evaluasi pembelajaran yang baik dilakukan dari
proses belajar hingga hasil belajar dari siswa.

–Kooperatif

Proses evaluasi sejatinya harus dilakukan dengan berkoordinasi dari berbagai elemen yang turut
andil dalam perkembangan siswa. Mulai dari kepala sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas,
orang tua, hingga petugas administrasi.

–Objektif

Artinya, faktor-faktor subyektif seperti hubungan guru dengan siswa dan faktor perasaan karena
merasa tidak tega atau yang lainnya tidak boleh dimasukkan ke dalam evaluasi.
–Praktis

Kegiatan tersebut harus menghemat biaya, waktu, dan tenaga. Pada prinsip ini sangat
menekankan kemudahan guru untuk menyusun instrumen penilaian yang mudah digunakan
tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga memungkinkan digunakan oleh guru lain.

Kualitas Penilaian Bagian dari proses untuk menentukan pencapaian kompetensi siswa selama
dan setelah mengikuti proses pembelajaran.

B. Penilaian formatif adalah penilaian yang dilakukan dengan tujuan untuk memantau dan
memperbaiki proses pembelajaran, serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran. Sesuai
dengan tujuannya, penilaian formatif dapat dilakukan di awal dan di sepanjang proses
pembelajaran. Sedangkan, penilaian sumatif yakni sebuah penilaian yang bertujuan untuk
menilai pencapaian tujuan pembelajaran dan/atau Capaian Pembelajaran (CP) murid, sebagai
dasar penentuan kenaikan kelas dan/atau kelulusan dari satuan pendidikan. Penilaian
pencapaian hasil belajar murid dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil belajar
murid dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran.

5. A. Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan perilaku
peserta didik sebagai hasil proses pembelajaran. Terjadinya perubahan tingkah laku diakibatkan
oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon. Teori belajar ini berorientasi pada perilaku
yang lebih baik.

Prinsip Teori Belajar Behavioristik sebagai berikut:

–Apabila seseorang sudah mampu menunjukkan perubahan perilaku, maka dikatakan sudah
belajar. Artinya, kegiatan belajar yang tidak membawa perubahan perilaku tidak dianggap
belajar menurut teori ini.

–Hal yang paling penting pada teori ini adalah stimulus dan respon karena bisa diamati. Hal-hal
selain stimulus dan r Asesmen espon tidak dianggap penting karena tidak bisa diamati.

–Adanya penguatan (reinforcement), yaitu hal-hal yang bisa memperkuat respon. Penguatan
bisa berupa penguatan positif dan negatif.

B. dalam paradigma baru adalah Asesmen dalam paradigma baru adalah Asesmen tidak lagi
sekedar menjadi tahap pelaporan dan penilaian kemampuan murid tetapi dipandang sebagai
proses Pengumpulan dan pengolahan informasi Untuk mengetahui kebutuhan belajar
perkembangan dan pencapaian hasil belajar.Salah satu tujuan utama asesmen adalah
Memantau atau memonitor kualitas Pembelajaran dan bisa dimanfaatkan Sebagai umpan balik
perbaikan pembelajara. Asesmen memiliki fungsi pemantauan atau memonitor, assasment
bertujuan untuk memahami posisi murid dalam rentangan pembelajaran tertentu.

Anda mungkin juga menyukai