Anda di halaman 1dari 5

Pedagogi: Jurnal Ilmu Pendidikan

Volume: 20 No.2. Nov, 2020; pp. 69-73 http://pedagogi.ppj.unp.ac.id/


P-ISSN: 1411-4585 E-ISSN: 2549-6743
DOI: https://doi.org/10.24036/pedagogi.v20i2.663
Submitted: 2020-11-14; Rivised: 2020-04-02; Accepted:2020-11-24

Bentuk Penguatan Pendidikan Karakter pada Peserta Didik dengan


Penerapan Reward dan Punishment
Karine Rizkita, Bagus Rachmad Saputra
1
Universitas Negeri Malang, 2Universitas Negeri Malang
* e-mail: karinerizkita2210@gmail.com

Abstract
The writing of this article aimed to (1) support the giving and punishment of students'
learning motivation, (2) discuss indicators of students who get prizes and penalties. This
research was conducted using a qualitative descriptive method to obtain facts in the field
about the form of increasing character education in students with the application of gifts
and penalties. Researchers conducted field studies and conducted interviews with and
conducted documentation studies at SMP Negeri 1 Bojonegoro as a research location. The
results of the research found by researchers at SMP Negeri 1 Bojonegoro are as follows:
(1) the application of rewards and punishments to the learning motivation of students at
SMP Negeri 1 Bojonegoro, (2) any indicators giving of gift and punishment.

Keywords: Reward and punishment, learning motivation, students

perilaku yang menimbulkan efek tidak


PENDAHULUAN
menyenangkan cenderung untuk ditinggalkan
Pendidikan dan manusia memang tidak atau tidak diulang (Sriyanti, 2009)
dapat dipisahkan dalam menjalani kehidupan, Efek yang tidak menyenangkan dapat
baik keluarga, masyarakat maupun bangsa dan disebut sebagai hukuman sedangkan efek yang
negara, karena pendidikan memiliki peranan menyenangkan dirasakan sebagai penghargaan.
penting dalam meningkatkan kualitas sumber (Kompri, 2015) hukuman itu sendiri adalah
daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita sebuah cara untuk mengarahkan sebuah
bangsa Indonesia. Pendidikan merupakan tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku
faktor utama dalam pembentukan pribadi yang berlaku secara umum. Dalam hal ini,
manusia. Hampir semua orang dikenai hukuman diberikan ketika sebuah tingkah laku
pendidikan dan melaksanakan pendidikan yang tidak diharapkan ditampilkan oleh orang
(Navil Alfarisi Abbas, Iskandar Syah, 2017) yang bersangkutan tidak memberikan respons
Penghargaan adalah alat untuk mendidik atau tidak menampilkan sebuah tingkah laku
anak-anak supaya anak senang karena yang diharapkan. Berdasarkan uraian di atas,
perbuatan atau pekerjaannya mendapat dapat disimpulkan bahwa hukuman diartikan
penghargaan (Purwanto, 2011). Penghargaan sebagai hukum atau sanksi. Hukuman biasanya
merupakan alat pendidikan yang mudah dilakukan ketika apa yang menjadi target
dilaksanakan dan sangat menyenangkan bagi tertentu tidak tercapai, atau ada perilaku anak
para siswa. Untuk itu penghargaan dalam satu yang tidak sesuai dengan norma-norma yang
proses pendidikan sangat dibutuhkan diyakini oleh sekolah tersebut. Jika
kebenarannya demi meningkatkan motivasi penghargaan merupakan bentuk reinforcement
belajar siswa. Dalam teori pembelajaran yang positif, maka punishment sebagai bentuk
dikenal dengan istilah Law of Effect perilaku reinforcement yang negatif, tetapi kalau
yang bersifat menyenangkan cenderung untuk diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi
diulang atau dipertahankan, sedangkan alat motivasi.

69
Karine Rizkita, Bagus Rachmad Saputra 70

Motivasi menjadi penting bagi penelitian kualitatif dengan pendekatan studi


keberhasilan siswa, karena motivasi dapat kasus (Moleong, 2010). Kemudian guna
menjadi daya dorong seseorang untuk memperoleh informasi yang cukup dan
melakukan sikap belajar positif. salah satu mendalam peneliti melakukan studi
faktor yang dapat diberikan kepada siswa yang dokumentasi dengan mengecek dokumen
lemah dalam motivasinya adalah dengan sekolah seperti profil SMP Negeri 1
melalui pemberian hadiah dan hukuman yang Bojonegoro. Peneliti melihat dan mengecek
tepat bagi siswa tersebut. Sehingga melalui secara langsung dokumen-dokumen berupa
pemberian hadiah dan hukuman tersebut, arsip kegiatan dalam pemberian reward dan
semangat dan motivasi siswa dalam belajar punishment dalam bentuk buku pelanggaran
dapat meningkat. Motivasi siswa dapat timbul dan buku-buku peserta didik yang meraih
dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) prestasi dan mendapatkan penghargaan dari
dan dapat timbul dari luar diri siswa (motivasi SMP N 1 Bojonegoro, dokumentasi kegiatan
ekstrinsik) (Aziz, 2017) (Sardiman, 2008) berupa foto-foto, dan dokumen lain yang
dalam belajar diperlukan adanya motivasi. berkaitan dengan fokus penelitian. Setelah itu
Hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada peneliti menyusun catatan lapangan dan
motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, melaporkan temuan dalam sajian artikel
akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi penelitian.
dapat dikatakan motivasi akan senantiasa
TEORI DAN PEMBAHASAN
menetukan intensitas usaha belajar bagi para
siswa sehingga hasil belajar siswa akan Dari penelitian yang dilakukan peneliti di
semakin meningkat. Penghargaan dan lapangan hasilnya adalah sebagai berikut: (1)
hukuman sangat penting dalam memotivasi fenomena tentang penguatan karakter melalui
siswa, karena melalui penghargaan dan penerapan penghargaan dan hukuman; (2)
hukuman siswa akan menjadi lebih percaya membahas indikator peserta didik yang
diri dan bertanggung jawab dengan tugas yang mendapatkan penghargaan dan hukuman.
diberikan. Penghargaan dan hukuman adalah Pemberian penghargaan dan hukuman sangat
dua kata yang saling bertolak belakang akan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa
tetapi, kedua hal tersebut saling berkaitan, seperti siswa akan semakin giat belajar demi
keduanya memacu siswa untuk meningkatkan mendapatkan nilai yang terbaik, bersaing antar
kualitas kerja. Penghargaan dan hukuman siswa untuk berprestasi, dan tentunya yang
sangat erat hubungannya dengan pemberian tidak kalah penting yaitu supaya mendapatkan
motivasi siswa (Febrianti, 2014). Di samping suatu penghargaan dari sekolah. Hukuman
hal di atas pembiasaan tingkah laku pada seluruh peserta didik SMP Negeri 1
berkarakter seperti yang dilakukan di sekolah, Bojonegoro yang berperilaku tidak sesuai
asrama, dan/atau pesantren menjadi faktor dengan peraturan atau tata tertib yang terdapat
pendorong memperkuat pendidikan karakter di SMP Negeri 1 Bojonegoro akan dilaporkan
(Hadiyanto, 2016). dalam bentuk buku pelanggaran, dan di catat
oleh tim khusus yang telah dibentuk oleh
METODE sekolah yaitu bernama Kader Penegak Disiplin
Penulisan artikel ini menggunakan (KDR). Dimana rekaman dari keseluruhan
metode deskriptif kualitatif untuk memperoleh tingkah laku peserta didik di sekolah akan
data secara deskriptif alamiah di lapangan yang disampaikan kepada orang tua setiap satu
dijadikan obyek atau latar penelitian. Peneliti bulan sekali.
melakukan kegiatan wawancara mendalam Indikator peserta didik yang
dengan ketua organisasi kader penegak disiplin mendapatkan hukuman tentunya peserta didik
sebagai informan. Selanjutnya peneliti yang kurang menaati peraturan sekolah, seperti
melakukan pengamatan langsung di SMP terlambat, kurang baik dalam menggunakan
Negeri 1 Bojonegoro untuk melihat bagaimana sosial media, tidak berpakaian yang sesuai
penerapan pendidikan karakter di sekolah yang dengan ketentuan dari sekolah, membawa
didapatkan setelah pelaksanaan kegiatan MOS. handphone, memutar musik yang terlalu keras
Metode seperti ini disebut dengan rancangan lewat DVD player, dan berpacaran di sekolah,

Pedagogi: Jurnal Ilmu Pendidikan


Open Access Journal; http://pedagogi.ppj.unp.ac.id/
Vol 20 No 2 (2020) 71

itu merupakan beberapa contoh pelanggaran etik yang berlaku di sekolah menggunakan
yang sering di langgar oleh peserta didik SMP seragam yang rapi dan beratribut(Imron,
Negeri 1 Bojonegoro. Sedangkan kalau kriteria 2012). Kode etik adalah aturan dan ketentuan
untuk peserta didik yang mendapatkan yang telah disepakati dan diterima oleh warga
penghargaan dari sekolah seperti selalu tepat masyarakat yang dijadikan panduan dalam
waktu saat datang ke sekolah, berpakaian rapi, bertingkah laku (Imron, 2012). Seragam
bertutur kata yang sopan dan santun, selalu sekolah merupakan alat untuk membuat
menggunakan atribut yang lengkap dari kerapihan, kedisiplinan dan keteraturan siswa
sekolah, tidak pernah melanggar satu pun dari dalam melaksanakan pendidikan. peraturan
pelanggaran sekolah, dan dapat pada dasarnya bertujuan untuk menjadikan
mengharumkan nama baik sekolah baik dalam generasi penerus yang berdisiplin dan
lingkup kabupaten, propinsi, nasional, dan berprestasi (Trisnawan, Titis, 2017).
bahkan internasional. Jika peserta didik mentaati sebagian
peraturan dari sekolah tersebut, maka peserta
Pengaruh Pemberian Reward dan
didik akan mendapat pujian dari bapak dan ibu
Punishment terhadap Motivasi Belajar
guru supaya merasa senang karena apa yang
Peserta Didik
dilakukan mendapatkan penghargaan
Pengaruh penghargaan dan hukuman (Purwanto, 2011), seperti halnya jika peserta
yaitu sangat berpengaruh terhadap motivasi didik datang terlambat ke sekolah, maka bapak
belajar peserta didik, dikarenakan jika peserta dan ibu guru akan memberikan sanksi kepada
didik itu belajarnya rajin, maka ia akan peserta didik sebagai akibat datang ke sekolah
mendapatkan sebuah prestasi, prestasi tersebut terlambat dengan cara menegur peserta didik
akan berdampak baik kepada peserta didik, dengan memberikan hukuman berupa lari 3x
yaitu peserta didik mendapatkan penghargaan keliling lapangan atau membersihkan daun-
dari sekolah, Penghargaan tersebut akan selalu daun di sekitar lapangan (Imron, 2012). Kalau
meningkatkan motivasi siswa untuk selalu untuk peserta didik yang tidak berpakaian rapi,
belajar. Sama halnya seperti teori behavioristik maka bapak atau ibu guru akan menyuruh
yaitu teori yang mempelajari perilaku manusia. peserta didik tersebut ke toilet terlebih dahulu
Perspektif behavioral berfokus pada peran dari untuk membersihkan atau merapikan pakaian
belajar dalam menjelaskan tingkah laku seragamnya.
manusia dan terjadi melalui rangsangan Peserta didik yang kurang baik dalam
berdasarkan (stimulus) yang menimbulkan penggunaan sosial media, tim dari kader
hubungan perilaku reaktif (respons). Seseorang penegak disiplin langsung memanggil peserta
memperbaiki atau menghentikan suatu tingkah didik tersebut dan memberitahukan bahwa
laku, karena mungkin tingkah laku tersebut perilaku yang dia katakan di sosial media yaitu
telah diberi ataupun belum diberi hadiah kurang pantas, jika peserta didik tersebut
(Fahyuni, Eni, F., 2016). Karena semua masih mengulangi perbuatannya di sosial
tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun media maka tim dari kader penegak disiplin
yang merusak, merupakan tingkah laku yang tidak segan-segan untuk langsung
dipelajari. mengantarkan peserta didik tersebut ke bapak
Indikator Peserta Didik Mendapatkan dan ibu guru supaya dapat ditindak lanjuti
Reward dan Punishment dalam hal pemberian poin. Sebelumnya tim
dari kader penegak disiplin telah mendata
Peserta didik yang biasanya keseluruhan sosial media dari setiap peserta
mendapatkan penghargaan ataupun hukuman didik di SMP Negeri 1 Bojonegoro. Oleh
tentunya ada beberapa indikator yaitu: peserta karena itu, tim dari kader penegak disiplin
didik yang tidak pernah terlambat datang ke lebih gampang untuk memantau setiap gerak-
sekolah, peserta didik yang dapat gerik siswa baik di lingkungan sekolah
menggunakan sosial media secara terkontrol maupun di lingkungan sosial media. Apabila
dan dapat menyaring informasi dari sosial terdapat peserta didik yang melanggar pasal
media, peserta didik selalu berpakaian seragam dalam buku tata tertib yang parah seperti
sesuai dengan ketentuan tata tertib atau kode

(Bentuk Penguatan Pendidikan Karakter...)


Karine Rizkita, Bagus Rachmad Saputra 72

pacaran di sekolah, merokok akan diberikan KESIMPULAN


poin 45 dari sekolah. Dari hasil pembahasan simpulan dari
Berbeda halnya dengan peserta didik penelitian ini adalah: (1) penghargaan dan
yang dapat memenangkan perlombaan dalam hukuman sebagai bentuk penguatan karakter
tingkat kabupaten, propinsi, nasional, atau peserta didik karena dengan adanya
bahkan internasional maka akan diberikan penghargaan, peserta didik selalu ingin
reward atau penghargaan dari sekolah bisa menjadi lebih baik setiap harinya supaya dapat
dalam bentuk pemberian sertifikat atau hanya dipuji oleh guru-guru atau dapat meningkatkan
merekap nama peserta didik dan prestasi apa peserta didik untuk berprestasi. Sedangkan
yang telah ia raih. Kalau hanya tingkat sekolah hukuman akan membuat peserta didik jera dan
atau tingkat kecamatan maka akan di rekap tidak akan mengulangi perilaku yang
saja di dalam buku sekolah, kalau sudah melanggar tata tertib sekolah; (2) indikator
tingkat kabupaten sampai dengan tingkat
pemberian penghargaan dan hukuman yaitu
internasional akan diberikan sertifikat jika peserta didik taat dan mematuhi segala tata
penghargaan dari sekolah. Jadi kesimpulannya, tertib yang telah disepakati di sekolah, peserta
jika peserta didik mendapat prestasi tingkat didik dapat mengharumkan nama sekolah
kabupaten sampai tingkat internasional, maka maka sekolah juga akan memberikan umpan
peserta didik tersebut akan diberikan sebuah balik yang positif kepada peserta didik, begitu
penghargaan berupa sertifikat. Kalau peserta sebaliknya jika peserta didik susah diatur,
didik melangggar tata tertib dan peraturan berperilaku semaunya sendiri maka sekolah
sekolah, peserta didik dominan hanya juga tidak segan-segan untuk memperingatkan
diberikan skor dan poin. Poin tersebut juga dan memanggil peserta didik atau bahkan bisa
dapat menyadarkan peserta didik akan memberi nya poin, jika poin sudah melampaui
kesalahannya dan jera untuk tidak batas kewajaran maka orang tua peserta didik
mengulanginya lagi. dipanggil ke sekolah.
Dampak positif penjeraan siswa, agar Dari simpulan diatas, saran penelitian ini
siswa kapok atau tidak mengulangi ditujukan kepada: (1) Kepala sekolah
pelanggaran peraturan sekolah yaitu untuk: 1) diharapkan supaya mempertahankan penguatan
Menciptakan kedisiplinan siswa agar anak karakter berupa diadakannya program
didik belajar dengan baik; 2) Melindungi siswa penghargaan dan hukuman,(2) Peserta didik
dari perbuatan yang tidak wajar; 3) Menakuti diharapkan selalu meningkatkan perilaku
siswa, agar meninggalkan perbuatannya yang positifnya untuk selalu mengharumkan nama
melanggar itu (Ahmadi & Nur, 2001). Dengan sekolah dari perilaku positif maka peserta didik
adanya sikap disiplin pada diri siswa, siswa juga pastinya akan mendapatkan sebuah
akan tahu dan dapat membedakan hal-hal apa penghargaan dari sekolah; (3) Orang tua
yang seharusnya dilakukan, yang wajib peserta didik diharapkan selalu
dilakukan, yang boleh dilakukan, yang memperingatkan anak-anaknya supaya selalu
sepatutnya dilakukan. Apabila ia berbuat hal berprestasi untuk mendapatkan sebuah hadiah
yang menyimpang, ada perasaan “aneh”, atau penghargaan dari sekolah.
merasa malu. Disiplin yang mantap pada
hakikatnya akan tumbuh dan terpancar dari REFERENSI
hasil kesadaran pada diri siswa itu sendiri, Ahmadi, A., & Nur, U. (2001). Psikologi
tetapi juga ada yang belum jera jika hanya Sosial. PT Rineka Cipta.
diberikan poin atau skor saya karena Aziz, A. L. (2017). Pengaruh Motivasi
menganggap skor atau poin yang diberikan Intrinsik dan Motivvasi Ekstrinsik
masih sedikit, padahal kalau sudah terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Bisnis
mendapatkan poin 50 ke atas maka akan selalu Kelas X Peserta Didik Kelas X di SMKN
diperingatkan untuk tidak melakukan berbagai 4. Universitas Negeri Makassar.
pelanggaran, jika telah mencapai 95 ke atas Fahyuni, Eni, F., I. (2016). Psikologi Belajar
sampai 100 peserta didik tersebut langsung & Mengajar. Nizamia Learning Center.
secara otomatis dikeluarkan dari sekolah Febrianti. (2014). Pengaruh Reward dan
(Soemarno, 1998). Punishment terhadap Motivasi Kerja serta

Pedagogi: Jurnal Ilmu Pendidikan


Open Access Journal; http://pedagogi.ppj.unp.ac.id/
Vol 20 No 2 (2020) 73

Dampaknya terhadap Kinerja. Jurnal Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar.


Administrasi Bisnis, 12(1). Pustaka Belajar.
Hadiyanto. (2016). Teori dan Pengembangan Sardiman. (2008). Interaksi dan Motivasi
Iklim Kelas dan Iklim Sekolah. Kencana. Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo
http://repository.unp.ac.id/id/eprint/12920 Persada.
Imron, A. (2012). Manajemen Peserta Didik Soemarno, D. (1998). Pedoman Pelaksanaan
Berbasis Sekolah. Bumi Aksara. Disiplin Nasional dan Tata Tertib
Kompri. (2015). Motivasi Pembelajaran Sekolah. CV. Mini Jaya Abadi.
Perspektif Guru dan Siswa. Remaja Sriyanti, I. (2009). Penerapan Model
Rosdakarya. Pembelajaran Interaktif Berbasis Konsep.
Moleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Jurnal Pengajaran Fisika Sekolah
Kualitatif Edisi Revisi. Remaja Menengah, 1(1), 23–26.
Rosdakarya. Trisnawan, Titis, and S. (2017). Pendidikan
Navil Alfarisi Abbas, Iskandar Syah, M. B. Karakter Disiplin. Universitas
(2017). Pengaruh Metode Reward dan Muhammadiyah Purwokerto.
Punishment terhadap Motivasi Belajar
Siswa Kelas XI IPS. PESAGI (Jurnal
Pendidikan Dan Penelitian Sejarah), 6(6).

(Bentuk Penguatan Pendidikan Karakter...)

Anda mungkin juga menyukai