Anda di halaman 1dari 21

TUGAS 4

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
‘’KONSEP DASAR DAN PROSES BERPIKIR DALAM
PROSES BELAJAR SISWA’’

OLEH:
MAGFIRAH (517023)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU


PENDIDIKAN (STKIP) MUHAMMADIYAH
BONE

2020
2
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH BONE
A. Konsep Dasar Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Santrock dan Yussen mendefinisikan belajar sebagai perubahanyang relatif
bersifat permanen karena adanya pengalaman. Reber mendefinisikan belajar
sebagai proses memperoleh pengetahuan dan belajar sebagai perubahan
kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang di perkuat
(Syamsudin, 2020:93) .Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam
wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen
atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya (Elihami,
2019:43).
2. Ciri-Ciri Perilaku Belajar
Tidak semua tingkah laku dikategorikan sebagai aktivitas belajar. Adapun
tingkah laku yang dikategorikan sebagai perilaku belajar memiliki ciri-ciri sebagai
berikut (Samosir, Agustina & Hudyansah, 2019:3-5) :
a. Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar
Suatu perilaku digolongkan sebagai aktivitas belajar apabila pelaku
menyadari terjadinya perubahan tersebut atau sekurang-kurangnya merasakan
adanya suatu perubahan dalam dirinya misalnya menyadari pengetahuanya
bertambah. Oleh karena itu,perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk
atau dalam keadaan tidak sadar, tidak masuk dalam pengertian belajar.
b. Perubahan bersifat kontinu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis. Satu perubahan yang
terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnya akan berguna
bagi kehidupan atau bagi proses belajar berikutnya. Misalnya jika seorang anak
belajar membaca, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat membaca
menjadi dapat membaca. Perubahan ini akan berlangsung terus sampai kecakapan
membacanya menjadi cepat dan lancar. Bahkan dapat membaca berbagai bentuk
tulisan maupun berbagai tulisan di beragam media.

3
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH BONE
c. Perubahan bersifat positif dan aktif
Perubahan tingkah laku merupakan hasil dari proses belajar apabila
perubahan-perubahan itu bersifat positif dan aktif. Dikatakan positif apabila
perilaku senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih
baik dari sebelumnya. Makin banyak usaha belajar dilakukan maka makin baik
dan makin banyak perubahan yang diperoleh. Perubahan dalam belajar bersifat
aktif berarti bahwa perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena
usaha individu sendiri. Oleh karena itu, perubahan tingkah laku karena proses
kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam tidak
termasuk perubahan dalam pengertian belajar.
d. Perubahan bukan bersifat sementara
Perubahan yang terjadi karena belajar bersifat menetap atau permanen.
Misalnya kecakapan seorang anak dalam bermain sepeda setelah belajar tidak
akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin
berkembang kalau terus dipergunakan atau dilatih.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan tingkah laku dalam belajar mensyaratkan adanya tujuan yang
akan dicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada perubahan tingkah laku yang
benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya
sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik.
Dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada
tingkah laku yang ditetapkannya.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu,
sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara meyeluruh
dalam sikap, ketrampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar, sedangkan Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu
(Mawarni, Syahbana & Septiati, 2019:174). Faktor internal meliputi faktor

4
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH BONE
jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan
cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat,
bakat, motif,dan kematangan (Asran, Nadiro, 2019:253).
Faktor eksternal yang berpengaruh dalam belajar meliputi faktor keluarga,
faktor sekolah, dan faktormasyarakat. Faktor keluarga dapat meliputi cara
orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga, pengertian orangtua, dan latarbelakang kebudayaan. Faktor
sekolah yang mempengaruhi belajar meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi
guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu
sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
Faktor masyarakat dapat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul,
bentuk kehidupan dalam masyarakat, dan media massa. Muhibbinsyah (2010)
membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi tiga macam, yaitu
(Fanani, 2020:115):
a. faktor internalyang meliputi keadaan jasmani dan rohani siswa.
b. faktoreksternalyang merupakan kondisi lingkungan di sekitar siswa.
c. faktor pendekatan belajaryang merupakan jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategidan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
Ditinjau dari faktor pendekatan belajar, terdapat 3 bentuk dasar
pendekatan belajar siswa yaitu (Hasnan, Rusdinal & Fitria, 2020:241):
a. Pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah)
Yaitu kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan dari luar
(ekstrinsik), misalnya mau belajar karena takut tidak lulus ujian sehingga
dimarahi orang tua. Oleh karena itu gaya belajarnya santai, asal hafal, dan tidak
mementingkan pemahaman yang mendalam.
b. Pendekatan deep (mendalam)
Yaitu kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan dari dalam
(intrinsik), misalnya mau belajar karena memang tertarik pada materi dan merasa
membutuhkannya. Oleh karena itu gaya belajarnya serius dan berusaha
memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.

5
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH BONE
c. Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi)
Yaitu kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan untuk
mewujudkan egoenhancement yaitu ambisi pribadi yang besar dalam
meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih prestasi setinggi-
tingginya. Gaya belajar siswa ini lebih serius daripada siswa yang menggunakan
pendekatan belajar lainnya.
Terdapat ketrampilan belajar yang baik dalam arti memiliki kemampuan
tinggi dalam mengatur ruang kerja, membagi waktu dan menggunakannya secara
efisien, serta memiliki keterampilan tinggi dalam penelaahan silabus. Disamping
itu siswa dengan pendekatan ini juga sangat disiplin,rapi,sistematis,memiliki
perencanaan ke depan (plans ahead), dan memiliki dorongan berkompetisi tinggi
secara positif.
4. Prinsip-Prinsip Belajar
Belajar menurut teori psikologi asosiasi (koneksionalisme) adalah proses
pembentukan asosiasi atau hubungan antara stimulus (perangsang) yang mengenai
individu melalui penginderaan dan response (reaksi) yang diberikan individu
terhadap rangsangan tadi, dan proses memperkuat hubungan tersebut (Subekti &
Ariswan, 2016:253). Berbagai eksperimen dilakukan para ahli-ahli psikologi
tentang proses belajar mengajar berhasil mengungkapkan serta menemukan
sejumlah prinsip atau kaidah yang merupakan dasar-dassar dalam melakukan
proses dan mengajar atau pembelajaran (Santi & Khan, 2019:192).
Beberapa prinsip atau kaidah dalam proses pembelajaran sebagai hasil
eksperimen para ahli psikologi yang berlaku secara umum sebegaimana
dikemukakan Rusyan dalam (Nerawati, Dalifa & Yusuf, 2017:2-3), diantaranya:
a. Motivasi, kematangan dan kesiapan diperlukan dalam proses belajar
mengajar, tanpa motivasi dalam proses belajar mengajar, terutama
motivasi intristik proses belajar mengajar tidak akan efektif dan tanpa
kematanganorgan-organ biologis dan fisiologis, upaya belajar sukar
berlangsung;
b. Pembentukan persepsi yang tepat terhadap rangsangan sensoris merupakan
dasar dari proses belajar mengajar yang tepat. Bila interprestasi dan
persepsi individu terhadap objek, benda, situasi, rangsangan disekitarnya

6
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH BONE
keliru atau salah, terutama pada tahap-tahap awal belajar, maka belajar
selanjutnya merupakan akumulasi kesalahan di atas kesalahan;
c. Kemajuan dan keberhasilan proses belajar mengajar ditentukan oleh antara
lain bakat khusus, taraf kecerdasan, minat serta tingkat kematanagn dan
jenis, sifat dan intensitas dari bahan yang dipelajari;
d. Proses belajar mengajar dapat dangkal, lua dan mendalam, tergantung
pada materi yang menjadi pembahasan dalam pembelajaran tersebut.
Selain itu, Davies dalam (Fauziah, Rosnaningsih & Azhar, 2017:48)
mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi
penerapan prinsip-prinsip belajar belajar dalam proses pembelajaran, yaitu:
a. Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri.
Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut
untuknya;
b. Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk
setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar;
c. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera
diberikan penguatan (reinforcement);
d. Penguasaan secara penuh dari setiap langkahlangkah pembelajaran,
memungkinkan murid belajar secara lebih berarti;
e. Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka
ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih
baik.
Dari beberapa prinsip yang ada maka dapat disimpulkan bahwa dalam
pelaksanaanya belajar tidak bisa dilakukan dengan sembarang atau tanpa tujuan
dan arah yang baik, agar aktivitas belajar yang dilakukan dalam proses belajar
pada upaya perubahan dapat dilakukan dan berjalan dengan baik, diperlukan
prinsip prinsip yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam belajar. Yudha
(2018:109) menyatakan bahwa prinsip-prinsip ditujukan pada hal-hal penting
yang harus dilakukan guru agar terjadi proses belajar yang baik. prinsip belajar
juga memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh para guru
agar para siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran.

7
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH BONE
5. Motivasi Belajar
Motivasi belajar memegang peran yang sangat penting dalam pencapaian
prestasi belajar. Motivasi menurut Wlodkowsky dalam (Ummah & Hidayah,
2018:264) merupakan suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan
perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku
tersebut. Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah
patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan.
Biggs dan Telfer dalam (Narindrani, 2018: 242) menyatakan bahwa pada
dasarnya siswa memiliki bermacam-macam motivasi dalam belajar. Macam-
macam motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu motivasi
instrumental, motivasi sosial, motivasi berprestasi dan motivasi intrinsik.
a. Motivasi instrumental berarti bahwa siswa belajar karena didorong oleh
adanya hadiah atau menghindari hukuman
b. Motivasi sosial berarti bahwa siswa belajar untuk penyelenggaraan tugas,
dalam hal iniketerlibatan siswa pada tugas menonjol.
c. Motivasi berprestasi berarti bahwa siswa belajar untuk meraih prestasi atau
keberhasilan motivasi yang telah di tetapkan.
d. Motivasi instrinsik berarti bahwa siswa belajar karena keinginannya
sendiri.
Motivasi yang tinggi dapat menggiatkan aktivitas belajar siswa.Motivasi
tinggi dapatditemukan dalam sifat perilaku siswa antara lain (Narindrani, 2018:
242) :
a. Adanya kualitas keterlibatan siswa dalam belajar yang sangat tinggi.
b. Adanya perasaan dan keterlibatan afektif siswa yang tinggi dalam belajar.
c. Adanya upaya siswa untuk senantiasa memelihara atau menjaga agar
senantiasa memiliki motivasi belajar tinggi.
Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller dalam (Asmara,
Irnad, & Hartono, 2018: 56) menyusun seperangkat prinsipprinsip motivasi yang
dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar yang disebut sebagai model
ARCS. Dalam model tersebut ada 4 kategori kondisi motivasional yang harus
diperhatikan guru agar proses penbelajaran yang dilakukannya menarik,
bermakna, dan memberi tantangan pada siswa. Keempat kondisi tersebut adalah :

8
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH BONE
a. Attention (perhatian)
Perhatian siswa muncul didorong rasa ingin tahu. Oleh karena itu rasa
ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan sehingga siswa selalu memberikan
perhatian terhadap materi pelajaran yang diberikan. Agar siswa berminat dan
memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan guru dapat menyampaikan
materi dan metode secara bervariasi, senantiasa mendorong keterlibatan siswa
dalam proses belajar mengajar, dan banyak menggunakan contoh dalam
kehidupan sehari-hari untuk memperjelas konsep.
b. Relevance (relevansi)
Relevansi menunjukkan adanya hubungan antara materi pelajaran dengan
kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi siswa akan terpelihara apabila siswa
menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat
dan sesuai dengan nilai yang dipegang.
c. Confidence (kepercayaan diri)
Merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat
berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Bandura (1977) mengembangkan
konsep tersebut dengan mengajukan konsep self efficacy. Konsep tersebut
berhubungan dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan
untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan. Self efficacy
tinggi akan semakin mendorong dan memotivasi siswa untuk belajar tekun dalam
mencapai prestasi belajar maksimal. Agar kepercayaan diri siswa meningkat guru
perlu memperbanyak pengalaman berhasil siswa misalnya dengan menyusun
aktivitas pembelajaran sehingga mudah dipahami, menyusun kegiatan
pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, meningkatkan harapan
untukberhasil dengan menyatakan persyaratan untuk berhasil, dan memberikan
umpan balikyang konstruktif selama proses pembelajaran.
d. Satisfaction (kepuasan)
Keberhasilan dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan
siswa akan semakin termotivasi untuk mencapai tujuan yang serupa. Kepuasan
dalam pencapaian tujuan dipengaruhi oleh konsekwensi yang diterima, baik yang
berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa. Untuk meningkatkan dan

9
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH BONE
memelihara motivasi siswa, guru dapat memberi penguatan (reinforcement)
berupa pujian, pemberian kesempatan dan sebagainya.

B. Konsep Dasar Pembelajaran


1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran menurut Sudjana (2000) merupakan setiap upaya yang
dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik
melakukan kegiatan belajar (Indah, 2019:495). Gulo (2004) mendefinisikan
pembelajaran sebagai usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang
mengoptimalkan kegiatan belajar. Nasution (2005) mendefinisikan pembelajaran
sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaikbaiknya
dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.
Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanyaruang belajar, tetapi juga meliputi
guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan
dengan kegiatan belajar siswa.Biggs (1985) membagi konsep pembelajaran dalam
3 pengertian, yaitu (Rosidah, Hidayah & Astuti, 2019:16):
a. Pembelajaran dalam Pengertian Kuantitatif
Secara kuantitatif pembelajaran berarti penularan pengetahuan dari guru
kepada murid. Dalam hal ini guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat menyampaikannya kepada siswa dengan sebaik-baiknya.
b. Pembelajaran dalam Pengertian Institusional
Secara institusional pembelajaran berarti penataan segala kemampuan
mengajar sehingga dapat berjalan efisien. Dalam pengertian ini guru dituntut
untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar untuk bermacam-
macam siswa yang memiliki berbagai perbedaan indvidual.
c. Pembelajaran dalam Pengertian kualitatif
Secara kualitatif pembelajaran berarti upaya guru untuk memudahkan
kegiatan belajar siswa.Dalam pengertian ini peran guru dalam pembelajaran tidak
sekedar menjejalkan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga melibatkan siswa
dalam aktivitas belajar yang efektif dan efisien.
Dari berbagai pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh
pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan

10
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH BONE
menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat
melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal.
2. Ciri-Ciri dan Kefektifan Pembelajaran
Konsep pembelajaran dalam dunia pendidikan dewasa ini terus
berkembang seiring dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pemahaman istilah ”pembelajaran” tidak terbatas pada kegiatan guru mengajar
atau membelajarkan siswa di kelas, tetapi telah digunakan untuk kegiatan
pembelajaran yang spesifik, misalnya pembelajaran berbasis kompetensi,
pembelajaran kontekstual, pembelajaran terpadu, pembelajaran tematik,
pembelajaran konvensional, pembelajaran konstruktivis, dan sebagainya (Rosyid
& Baroroh, 2019:93).
Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran yaitu
(Randa, Lumbantoruan, & Putra, 2018:49) yaitu :
a. Rencana, ialah penataan ketenagaan, material dan prosedur, yang
merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus;
b. Kesalingketergantungan (interdependence), antara unsur-unsur sistem
pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat
esensial, dan masing-masing memeberikan sumbangannya kepada sistem
pembelajaran;
c. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak
dicapai. Cara ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh
manusia dan sistem yang alami.
Selain itu, Soemosasmito dalam Juniantari (2017:72) suatu pembelajaran
dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran,
yaitu:
a. Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM;
b. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa;
c. Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa
(orientasi keberhasilan belajar) diutamakan; dan Mengembangkan suasana
belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas yang
mendukung butir (2), tanpa mengabaikan butir (4).

11
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH BONE
3. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran berarti cara yang dilakukan dalam proses
pembelajaran sehinggadapat diperoleh hasil yang optimal. Dalam pembelajaran
terdapat beragam jenis metode pembelajaran. Masing-masing metode memiliki
kelebihan dan kelemahan. Guru dapat memilih metode yang dipandang tepat
dalam kegiatan pembelajarannya. Berikut ini berbagai metode pembelajaran yang
dapat dipilih guru dalam kegiatan pembelajaran yaitu (Danis, 2020:4-8):
a. Metode ceramah
Merupakan metode penyampaian materi dari guru kepada siswa dengan
cara guru menyampaikan materi melalui bahasa baik verbal maupun nonverbal.
Metode ceramah murni cenderung pada bentuk komunikasi satu arah. Dalam hal
ini kedudukan siswa adalah sebagai penerima materi pelajaran dan guru sebagai
sumber belajar. Metode ini banyak menuntut keaktifan guru. Guru dituntut dapat
menyampaikan materi dengan kalimat yang mudah dipahami anak didik.
Keberhasilan metode ceramah ini tidak semata-mata karena kehebatanguru dalam
bermain kata-kata atau kalimat, tetapi juga didukung oleh alat-alat pembantu
lainseperti gambar-gambar, potret, benda, barang tiruan, film, peta, dan
sebagainya. Metode ini mudah dilaksanakan dan dapat diikuti anak didik dalam
jumlah besar.
b. Metode diskusi
Merupakan metode pemberian materi pada siswa,membaginya dalam
kelompok-kelompok dan siswa di suruh untuk mendiskusikan materi yang telah
diberikan.
c. Metode tanya jawab
Merupakan metpde penyampaian materi dari guru kepada siswa dengan
cara guruGuru bertanya pada siswa dan siswa menjawabnya,atau sebaliknya.

Penggunaan berbagai metode pembelajaran di atas bersifat luwes


tergantung pada beberapa faktor. Faktor yang menentukan dipilihnya suatu
metode dalam pembelajaran antara lain tujuan pembelajaran, tingkat kematangan
anak didik, dan situasi dan kondisi yang ada dalam proses pembelajaran. Adapun
prinsip penting pemilihan suatu metode pembelajaran adalah disesuaikan dengan

12
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH BONE
tujuan, tidak terikat pada satu alternatif metode, dan penggunaannya bersifat
kombinasi.
3. Peran guru dalam Aktivitas Pembelajaran
Peran guru dalam aktivitas pembelajaran sangat kompleks. Guru tidak
sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, akan tetapi guru
juga dituntut untuk memainkan berbagai peran yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi anak didiknya secara optimal. Djamarah (2000)
merumuskan peran guru dalam pembelajaran sebagai berikut (Limay, Putra &
Dwidayati, 2018:486):
a. Korektor
Sebagai korektor guru berperan menilai dan mengoreksi semua hasil
belajar, sikap, tingkah laku, dan perbuatan siswa baik di sekolah maupun di luar
sekolah sehingga pada akhirnya siswa dapat mengetahuinya.
b. Inspirator
Sebagai inspirator guru harus dapat memberikan inspirasi atau ilham
kepada siswa mengenai cara belajar yang baik.
c. Informator
Sebagai informator guru harus harus dapat memberikan informasi yang
baik dan efektif mengenai materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam
kurikulum serta informasi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
d. Organisator
Sebagai organisator guru berperan untuk mengelola berbagai kegiatan
akademik baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler sehingga tercapai efektivitas
dan efisiensi belajar anak didik. Diantara berbagai kegiatan pengelolaan
pembelajaran yang terpenting adalah menciptakan kondisi dan situasi sebaik-
baiknya sehingga memungkinkan para siswa belajar secara berdaya guna dan
berhasil guna.
e. Motivator
Sebagai motivator guru dituntut untuk dapat mendorong anak didiknya
agar senantiasa memiliki motivasi tinggi dan akif belajar.

13
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH BONE
f. Inisiator
Sebagai inisiator guru hendaknya dapat menjadi pencetus ide-ide
kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses pembelajaran hendaknya
selalu diperbaiki sehingga dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
g. Fasilitator
Sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang
memungkinkan anak didik dapat belajar secara optimal. Fasilitas yang disediakan
tidak hanya fasilitas fisik seperti ruang kelas yang memadai atau media belajar
yang lengkap, akan tetapi juga fasilitas psikis seperti kenyamanan batin dalam
belajar.

C. PROSES BERPIKIR
Salah satu kegiatan mental seseorang adalah berpikir. Berpikir merupakan
aktivitas jiwa dalam menggabungkan hubungan-hubungan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki sehingga terjadi proses gambaran. Dimana dalam berpikir itu
manusia menggunakan abstraksi atau ideas yang bersifat ideasional. Disaat
berpikir, pikiran manusia melakukan proses tanya-jawab dengan pikirannya
sendiri, sehingga dapat meggabungkan hubungan antara bagian-bagian
pengetahuan yang dimiliki, hal ini disebut dengan proses berpikir yang dialektis.
Dari suatu pertanyaan tersebut akan memberikan arahan kepada pikiran manusia,
sehingga seseorang tersebut akan melakukan aktivitas berpikir setelah terdapat
faktor pemicu yang mempengaruhinya, baik itu bersifat internal maupun eksternal
(RamadhaN, Dwijananti, & Wahyuni, 2018:86).
Proses berfikir ini ada enam jenjang, mulai dari yang terendah sampai
dengan jenjang tertinggi yaitu :
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep,
prinsip, prosedur atau istilah yang telah dipelajari (recall data or information).
Tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling rendah namun menjadi prasyarat
bagi tingkatan selanjutnya. Kemampuan yang dimiliki hanya kemampuan
menangkap informasi kemudian menyatakan kembali informasi tersebut tanpa
memahaminya (Fitri, Dasna, & Suharjo, 2018:202).

14
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH BONE
Contoh kata kerja yang digunakan yaitu: mendefinisikan, menguraikan,
menyebut satu per satu, mengidentifikasi, memberikan nama, mendaftar,
mencocokkan, membaca, mencatat, mereproduksi, memilih, menetapkan, serta
menggambarkan (Fitri, Dasna, & Suharjo, 2018:202).
2. Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman erupakan kemampuan untuk memahami arti, interpolasi,
interpretasi instruksi (pengarahan) dan masalah. Munaf (2001) mengemukakan
bahwa “pemahaman merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses
berpikir di mana siswa dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui sesuatu
hal dan melihatnya dari berbagai segi”. Pada tingkatan ini, selain hafal, siswa juga
harus memahami makna yang terkandung, misalnya dapat menjelaskan suatu
gejala, dapat menginterpretasikan grafik, bagan atau diagram serta dapat
menjelaskan konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri (Magelo, Hulukati, &
Djakaria, 2019:16).
Contoh kata kerja yang digunakan yaitu: menyajikan, menggolongkan,
mengutip, mengubah, menguraikan, mendiskusikan, memperkirakan,
menjelaskan, menyamaratakan, memberi contoh, menginterpretasikan,
menjelaskan, mengemukakan kembali (dengan kata kata sendiri), meringkas,
meniru, serta memahami (Magelo, Hulukati, & Djakaria, 2019:17).
3. Penerapan (Application)
Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan konse dalam
situasi baru atau pada situasi konkret. Tingkatan ini merupakan jenjan yang lebih
tinggi dari pemahaman. Kemampuan yang diperoleh meliputi kemampuan untuk
menerapkan prinsip, konsep, teori, hukum maupun metode yang dipelajarinya
dalam situasi baru (Amirullah et al., 2019:17).
Kata kerja yang digunakan yaitu: mempraktikkan, mengurus,
mengartikulasikan, menilai, memetakan, mengumpulkan, menghitung,
membangun, menyokong, mengontrol, menentukan, berkembang, menemukan,
menetapkan, menyampaikan, melaksanakan, memasukkan, menginformasikan,
menginstruksikan, menerapkan, mengambil bagian, meramalkan, mempersiapkan,
memelihara, menghasilkan, memproyeksikan, menyediakan, menghubungkan,

15
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH BONE
melaporkan, mempertunjukkan, mengajar, memecahkan, memindahkan,
menggunakan, serta memanfaatkan (Amirullah et al., 2019:17).
4. Analisis (Analysis)
Analisis merupakan kemampuan untuk memilah materi atau konsep ke
dalam bagian-bagian sehingga struktur susunannya dapat dipahami. Dengan
analisis diharapkan seorang siswa dapat memilah integritas menjadi bagian-bagian
yang lebih rinci atau lebih terurai dan memahami hubungan-hubungan bagian-
bagian tersebut satu sama lain. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu
menganalisa, membandingkan, dan mengklasifikasikan (Ramadhan et al.,
2018:86).
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan baian-bagian
yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Munaf (2001) menyatakan
bahwa kemampaun sintesis merupakan kemampuan menggabungkan bagian-
bagian (unsur- unsur) sehingga terjelma pola yang berkaitan secara logis atau
mengambil kesimpulan-kesimpulan dari peristiwa-peristiwa yang ada
hubungannya satu sama lainnya. Kemampuan ini misalnya dalam merencanakan
eksperimen, menyusun karangan, menggabungkan objek-objek yang memiliki
sifat sama ke dalam suatu klasifikasi. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu,
menghasilkan, merumuskan, dan mengorganisasikan (Alfitriani, 2016:131).
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk membuat pertimbangan
(penilaian) terhadap suatu situasi, nilai-nilai atau ide-ide. Kemampuan ini
merupakan kemampuan tertinggi dari kemampuan lainya. Evalusi adalah
kemampuan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat
dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, materi dan kriteria tertentu. Untuk dapat
membuat suatu penilaian, seseorang harus memahami, dapat menerapkan,
menganalisis dan mensintesis terlebih dahulu. Contoh kata kerja yang digunakan
yaitu: menilai, membandingkan, menyimpulkan, mengkritik, mempertahankan
pendapat, membedakan, menafsirkan, mendukung, memberikan alasan, serta
memutuskan (Riadi, 2017:3).

16
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH BONE
D. APLIKASI DALAM PROSES BELAJAR SISWA
1. Prinsip Belajar Kognitif, Afektif dan Psikomotorik
a. Prinsip belajar kognitif
Prinsip belajar kognitif adalah sebagai berikut (Hermana & Rusmayadia,
2018:36):
1) Perhatian harus dipusatkan pada aspek-aspek lingkungan yang relevan
sebelum proses belajar kognitif terjadi;
2) Hasil belajar kognitif akan bervariasi sesuai dengan taraf dan jenis
perbedaan individual yang ada;
3) Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata atau kemampuan membaca,
kecakapan dan pengalaman berpengaruh langsung terhadap proses belajar
kognitif;
4) Pengalaman belajar harus diorganisasikan ke dalam satuansatuan unit-unit
yang sesuai;
5) Bila menyajikan konsep, kebermaknaan dalam konsep amatlah penting.
Perilaku mencari, penerapan, pendefinisian resmi dan penilaian sangat
diperlukan untuk menguji bahwa suatu konsep benar-benar bermakna;
6) Dalam pemecahan masalah, para siswa harus dibantu untuk mendefinisikan
dan membatasi lingkup masalah, menemukan informasi yang sesuai,
menafsirkan dan menganalisis masalah dan memungkinkan tumbuhnya
kemampuan berpikir yang multi dimensional (divergent thinking)
b. Prinsip belajar afektif
Prinsip belajar afektif adalah sebagai berikut (Palittin, Wolo, & Purwanty,
2019:103):
1) Sikap dan nilai tidak hanya diperoleh dari proses pembelajaran langsung,
akan tetapi sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain;
2) Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan;
3) Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar perilaku
kelompok;
4) Bagaimana para siswa menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap
situasi akan memberi dampak dan pengaruh terhadap proses belajar
afektif;

17
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH BONE
5) Dalam banyak kesempatan nilai-nilai penting yang diperoleh pada masa
kanak-kanak akan tetap melekat sepanjang hayat;
6) Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yng
erat;
7) Model interaksi guru dan siswa yang positif dalam proses pembelajaran
di kelas, dapat memberikan kontribusi bagi tumbuhnya sikap positif di
kalangan siswa;
8) Para siswa dapat dibantu agar lebih matang dengan cara memberikan
dorongan bagi mereka untuk lebih mengenal dan memahami sikap,
peranan serta emosi.
c. Prinsip belajar psikomotorik
Prinsip belajar psikomotorik adalah sebagai berikut (Pradilasari, Gani, &
Khaldun, 2019:10):
1) Perkembangan psikomotorik anak, sebagian berlangsung secara
beraturan dan sebagian diantaranya tidak beraturan;
2) Di dalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi kemampuan
dasar psikomotorik;
3) Struktur ragawi dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf
penampilan psikomorik;
4) Melalui aktivitas bermain dan aktivitas informal lainnya para siswa akan
memperoleh kemampuan mengontrol gerakannya secara lebih baik;
5) Seirama dengan kematangan fisik dan mental, kemampuan belajar untuk
memadukan dan memperluas gerakan motorik akan lebih dapat
diperkuat;
6) Faktor-faktor lingkungan memberikan pengaruh terhadap bentuk dan
cakupan penampilan psikomotor individu;
7) Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif siswa dapat
menambah efisiensi belajar psikomotorik;
8) Latihan yang cukup yang diberikan dalam rentang waktu tertentu dapat
memperkuat proses belajar psikomotorik.

18
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH BONE
DAFTAR PUSTAKA

Amirullah, G., Marlina, A., Pramita, A. Y., Suciati, R., & Astuti, Y. (2019).
Pengaruh Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas X. BIOEDUSCIENCE: Jurnal
Pendidikan Biologi dan Sains, 03(02), 66–72.

Asran, Nadiro, E. S. (2019) ‘Pengaruh Model Pembelajaran dan Gaya Belajar


terhadap Kemampuan Berpikir Kritis’, Jurnal Tunas Bangsa, 6(2), Pp.
251–265.

Alfitriani, A. (2016). Evaluasi Pembelajaran dan Implementasinya. Padang:


Sukabina Press.

Asmara, O., Irnad, & Hartono, D. (2018). Analisis Pengaruh Sumber Daya
Manusia, Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan,
7(2), 53–60.

Danis, A. (2020). Belajar terhadap Hasil Belajar Ilmu Kelas V SD Permata’,


Jurnal Pendidikan, 7(1), Pp. 1–11.

Elihami, H. H. ; E. (2019). Pengaruh Pembelajaran Contextual Teaching Learning


terhadap Hasil Belajar PKN Murid Sekolah Dasar'. Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, 2(3), Pp. 42–47.

Fitri, H., Dasna, I. W., & Suharjo. (2018). Pengaruh Model Project Based
Learning (Pjbl) terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Ditinjau dari
Motivasi Berprestasi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Hikmatul. BRILIANT:
Jurnal Risetd dan Konseptual, 3(1), 201–212.

Fauziah, A., Rosnaningsih, A., & Azhar, S. (2017). Hubungan Antara Motivasi
Belajar dengan Minat Belajar Siswa Kelas IV SDN Poris Gaga 05 Kota
Tangerang. Jurnal JPSD (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar), 4(1), 47–53.
Https://Doi.Org/10.26555/Jpsd.V4i1.A9594

Fanani, Z. (2020). Kemampuan Guru dalam Berpikir Tingkat Tinggi dan Faktor,.
Jurnal Riset Dan Konseptual, 5(1), Pp. 113–127.

Hermana, & Rusmayadia. (2018). Pengaruh Metode Proyek terhadap Kemampuan


Kognitif Anak di Kelompok B2 TK Aisyiyah Maccini Tengah. Jurnal Ilmu
Pendidikan, Keguruan, dan Pembelajaran, 2(1), 35–43.

Hasnan, S. M., Rusdinal, R. & Fitria, Y. (2020) .Pengaruh Penggunaan Model


Discovery Learning dan Motivasi terhadap Kemampuan Berpikir Kritis

19
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH BONE
Peserta Didik Sekolah Dasar’. Jurnal Basicedu, 4(2), Pp. 239–249. Doi:
10.31004/Basicedu.V4i2.318.

Indah, O. D. (2019) ‘Teachers ’ Strategy In Facing Students ’ Disruptive


Behavior At SDN 33 Kalukulajuk’, In International Conference On
Natural & Social Sciences (ICONSS 2019), Pp. 494–498.

Limay, A., Putra, T. & Dwidayati, N. K. (2018) .Kemampuan Pemecahan


Masalah Berdasarkan Implementasi Strategi Pembelajaran Aktif Firing
Line Berpendekatan Konstruktivisme’. In Seminar Nasional Pendidikan
Matematika Ahmad Dahlan 2018, Pp. 482–492.

Mawarni, J., Syahbana, A. And Septiati, E. (2019) ‘Pengaruh Strategi


Pembelajaran React terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Ditinjau dari
Kemampuan Awal Siswa SMP’, Indiktika : Jurnal Inovasi Pendidikan
Matematika, 1(2), P. 172. Doi: 10.31851/Indiktika.V1i2.3190.

Magelo, C., Hulukati, E., & Djakaria, I. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran
Open-Ended terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Ditinjau dari
Motivasi Belajar. Jambura Journal Of Mathematics, 2(1), 15–21.
Https://Doi.Org/10.34312/Jjom.V2i1.2593

Nerawati, S., Dalifa, & Yusuf, S. (2017). Pengaruh Pendekatan CTL Melalui
Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V SDN 59 Bengkulu.
Jurnal Riset Pendidikan Dasa, 2(1), 1–7.

Narindrani, F. (2018). Upaya Masyarakat dalam Pencegahan dan Pemberantasan


Pembalakan Liar di Indonesia. Jurnal Penelitian Hukum, 18(740), 241–256.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30641/dejure.2018.V18.241-256

Riadi, A. (2017). Problematika Sistem Evaluasi Pembelajaran. Ittihad Jurnal


Kopertais Wilayah XI Kalimantan, 15(27), 1–12.

Rosyid, M. F., & Baroroh, U. (2019). Teori Belajar Kognitif dan Implikasinya
dalam Pembelajaran Bahasa Arab. LISANUNA, 9(1), 92–110.

Ramadhan, G., Dwijananti, P., & Wahyuni, S. (2018). Analisis Kemampuan


Berpikir Tingkat Tinggi (High Order Thinking Skills) Menggunakan
Instrumen Two Tier Multiple Choice Materi Konsep dan Fenomena Kuantum
Siswa SMA di Kabupaten Cilacap. Unnes Physics Education Journal, 7(3),
85–90.

Randa, S., Lumbantoruan, J., & Putra, I. E. D. (2018). Penggunaan Strategi


Ekspositori pada Pembelajaran Musik Tradisional Minangkabau di
SMANegeri 3 Padang. E-Jurnal Sendratasik, 7(1 ), 48–53.

20
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH BONE
Rosidah, T., Hidayah, F. F. & Astuti, A. P. (2019) ,Efektivitas Model Problem
Based Instruction Berpendekatan Etnosains untuk Meningkatkan
Keterampilan Generik Sains’. Jurnal Pendidikan Sains, 7(1), Pp. 14–21.

Palittin, I. D., Wolo, W., & Purwanty, R. (2019). Hubungan Motivasi Belajar
dengan Hasil Belajar Fisika. MAGISTRA: Jurnal Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, 6(2), 101–109. Https://Doi.Org/10.35724/Magistra.V6i2.1801

Pradilasari, L., Gani, A., & Khaldun, I. (2019). Pengembangan Media


Pembelajaran Berbasis Audio Visual pada Materi Koloid untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMA. Jurnal Pendidikan
Sains Indonesia, 7(1), 9–15.

Samosir, B. S., Agustina, L. & Hudyansah, T. (2019) .Pengaruh Model


Pembelajaran Kontekstual terhadap Kemampuan Pengaruh Model
Pembelajaran Kontekstual terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif dan
Hasil Belajar Siswa’, Jurnal Karya Pendidikan Matematika, 6(2), Pp. 1–7.

Syamsudin (2020) ‘Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Terpadu Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 4
Jonggat Tahun Pelajaran 2019/2020’, Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan,
4(2), Pp. 92–96.

Subekti, Y., & Ariswan, A. (2016). Pembelajaran Fisika dengan Metode


Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Keterampilan
Proses Sains. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2(2), 252–261.

Santi, N. N., & Khan, R. I. (2019). Pengaruh Dukungan Teman Sebaya terhadap
Motivasi Belajar Siswa Kelas III Sekolah Dasar. JPDN: Jurnal
Pendidikan Dasar Nusantara, 4(2), 191–198.
Https://Doi.Org/10.29407/Jpdn.V4i2.13013

Widyaningrum, R., & Wicaksono, A. G. (2018). Penanaman Sikap Peduli


Lingkungan dan Sikap Ilmiah Siswa Sekolah Dasar Melalui Sosialisasi
Program Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan. ADIWIDYA, II(1),
73–81.

21
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH BONE

Anda mungkin juga menyukai