Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan aktivitas menggambar sebagai
positive reinforcement untuk mengurangi perilaku bermasalah pada anak tunalaras di SLB E Prayuwana
Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain eksperimen. Metode eksperimen
yang digunakan adalah Single Subject Research (SSR) dengan desain A-B-A. Analisis data menggunakan statistik
deskriptif dengan teknik analisis dalam kondisi dan antar kondisi. Hasil menunjukkan bahwa aktivitas menggambar
sebagai positive reinforcement berpengaruh terhadap pengurangan perilaku bermasalah pada subjek. Hal ini
terbukti dari penurunan frekuensi mean level pada fase baseline 1 (A1) yaitu 17.5; fase intervensi (B) yaitu 15; dan
fase baseline 2 (A2) yaitu 14.5. Persentase data tumpang tindih (overlap) antar kondisi 0% yang berarti bahwa
penerapan aktivitas menggambar sebagai positive reinforcement berpengaruh terhadap pengurangan perilaku
bermasalah pada anak tunalaras.
Kata kunci: aktivitas menggambar, positive reinforcement, perilaku bermasalah, anak tunalaras
Abstract
The aim of this research is to know the effect of the application of drawing activities as a positive
reinforcement to reduce problematic behavior in a child with emotional and behavior disorder at Prayuwana
Special School E Yogyakarta. This research used quantitative approach with experimental design. The
experimental method that used is Single Subject Research (SSR) with A-B-A design. The data analysis used
descriptive statistics with analytical technique in condition and inter condition. The result shows that drawing
activities as a positive reinforcement take effect on problematic behavior reduction in the subject. This is proven
from the decrease of the mean level frequency at the baseline 1 phase (A1), intervention phase (B), and baseline 2
phase (A2) which can be seen at the baseline 1 phase (A1), that is 17,5; the intervention phase (B), that is 15; and
the baseline 2 phase (A2), that is 14,5. The overlap data inter condition percentage is 0% which means the
application of drawing activities as a positive reinforcement has an effect on problematic behavior reduction in a
child with emotional and behavior disorder.
Keywords: drawing activities, positive reinforcement, problematic behavior, children with emotional and behavior
disorder
dan internalizing behavior. Externalizing behavior pembelajaran tidak terganggu. Salah satu
memiliki dampak yang langsung ataupun tidak penanganan untuk Anak Berkebutuhan Khusus
langsung terhadap orang lain, sebagai contoh adalah psikologis-pedagogis, yaitu dengan
adalah perilaku agresif, membangkang, menentang, modifikasi perilaku. Eysenk dalam Edi Purwanta
dan berbohong. Sedangkan internalizing behavior (2012: 6) mengatakan, pengertian modifikasi
berupa berbagai macam gangguan seperti halnya perilaku adalah upaya mengubah perilaku dan
anxiety (kecemasan), depression (depresi), social emosi manusia dengan cara yang menguntungkan
withdrawal (menarik diri), eating disorder berdasar teori yang modern dalam prinsip psikologi
(gangguan makan), dan suicide (kecenderungan belajar. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan
untuk bunuh diri). bahwa modifikasi perilaku diterapkan dalam proses
Salah satu dari simptom gangguan emosi dan belajar mengajar atau terintegrasi dalam proses
perilaku dalam externalizing behavior adalah pembelajaran anak gangguan emosi dan perilaku.
perilaku agresif. Tin Suharmini (2009: 94) Prinsip dari modifikasi perilaku adalah
mengemukakan bahwa Agresif dapat digambarkan pemeliharaan perilaku. Pemeliharaan perilaku
sebagai perilaku menyerang, baik diri sendiri berkaitan dengan perilaku yang diharapkan sudah
maupun orang lain. Perilaku agresif merupakan terbentuk dan bertujuan agar perilakunya tidak
perilaku yang dimaksudkan untuk membuat hilang atau berkurang frekuensi, intensitas, dan
objeknya mengalami bahaya atau kesakitan. lamanya. Perilaku yang telah terbentuk dapat
Perilaku agresif diniatkan untuk melukai objek ditingkatkan frekuensi dan intensitasnya dengan
sebagai sasaran objekif baik secara verbal maupun cara pengukuhan (Reinforcement). Penggunaan
secara fisik. reinforcement dapat berbeda-beda untuk setiap
Salah satu dari simptom gangguan emosi individu dengan disesuaikan perilaku mana yang
dan perilaku dalam externalizing behavior adalah ingin dikurangi, ditambahkan ataupun
perilaku agresif. Tin Suharmini (2009: 94) dipertahankan. Pengukuhan positif (positive
mengemukakan bahwa Agresif dapat digambarkan reinforcement) merupakan sebuah stimulus yang
sebagai perilaku menyerang, baik diri sendiri dihadirkan dengan segera setelah perilaku yang
maupun orang lain. Masalah perilaku agresif pada diharapkan muncul agar tetap terpelihara atau
anak merupakan masalah yang sangat penting bahkan meningkat frekuensinya.
karena dapat berdampak negatif pada masa depan Bentuk positive reinforcement yang akan
anak. Motif dalam perilaku agresif adalah diberikan adalah berupa aktivitas, yaitu aktivitas
keinginan menyakiti/melukai orang lain atau objek menggambar. Aktivitas menggambar diberikan
lainnya untuk mengekspresikan perasaan-perasan kepada subjek saat subjek dapat mempertahankan
negatif. perilaku adaptif, seperti misalnya subyek dapat
Hal-hal tersebut memiliki dampak dalam duduk tenang saat mengikuti proses pembelajaran
mengganggu proses pembelajaran, maka dari itu di kelas. Ade Hensuska (2005: 2) berpendapat jika
harus dipilih penanganan secara tepat agar perilaku dengan aktivitas menggambar, banyak manfaat
bermasalah anak dapat berkurang serta proses yang diperoleh anak, yaitu anak dapat menorehkan
Aktivitas Menggambar Sebagai.... (Luluk Fauziyah) 275
perasaan, mengungkapkan perasaan, sesuai dengan kemampuan peneliti,
mengungkapkan keinginan, dan menceritakan terjangkaunya lokasi dilakukanya penelitian, dan
pengalaman. Selain itu, aktivitas menggambar juga ketersediaan data yang dibutuhkan oleh peneliti.
dapat mengasah kemampuan kreativitas anak. Adapun kelas yang menjadi sampel adalah kelas
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di V SLB E Prayuwana tahun ajaran 2017/2018.
kelas V SLB E Prayuwana Yogyakarta, terdapat
Target/Subjek Penelitian
satu anak dengan perilaku bermasalah.
Subyek dari penelitian ini dipilih
Penanganan yang dilakukan guru kelas masih
menggunakan teknik sampling non random, yaitu
belum optimal karena subjek mengulagi perilaku
teknik sampling bertujuan (Purposive Sampling).
bermasalah tersebut.
Teknik sampling bertujuan digunakan apabila
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka
anggota sampel dipilih secara khusus berdasarkan
penulis akan melakukan penelitian dengan judul
tujuan penelitiannya (Usman dan R. Purnomo,
“Aktivitas Menggambar sebagai Positive
1995: 186). Tujuan penelitian ini adalah untuk
Reinforcement untuk Mengurangi Perilaku
mengetahui pengaruh penerapan aktivitas
Bermasalah pada Anak Tunalaras di SLB E
menggambar sebagai positive reinforcement
Prayuwana”.
untuk mengurangi perilaku bermasalah pada anak
gangguan emosi dan perilaku di SLB E
METODE PENELITIAN
Prayuwana, maka subjek yang dipilih dalam
Jenis Penelitian
penelitian ini adalah seorang siswa dengan
Penelitian ini menggunakan pendekatan gangguan emosi dan perilaku kelas V SLB E
kuantitatif dengan statistik sederhana. Sedangkan Prayuwana.
jenis penelitian ini menggunakan Single Subject
Prosedur
Research (SSR) atau penelitian subyek tunggal.
a. Baseline 1 (A1)
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Tahap ini merupakan tahap awal dalam
Desain A-B-A, yang merupakan dasar dari
penelitian yaitu tahap sebelum adanya
pengembangan desain penelitian A-B. Desain A-B-
perlakuan. Pada tahap ini peneliti mencari
A menunjukkan adanya hubungan sebab akibat
skor sebelum diberikan intervensi. Baseline 1
antara variabel terikat dan variabel bebas yang
dilakukan sebanyak empat sesi atau sampai
lebih kuat dibandingkan dengan desain A-B
kecenderungan arah dan level data menjadi
(Sunanto, 2006:45).
stabil. Peneliti melakukan observasi dan
Penelitian ini berlangsung dari bulan menit pada setiap sesi. Perilaku yang diamati
April 2018 hingga bulan Mei 2018. Penelitian berupa memukul-mukul meja, membuat suara
Yogyakarta. Penetapan lokasi penelitian ini meja/kursi, mengganggu dan memukul teman,
berdasarkan pertimbangan adanya masalah yang pergi/jalan-jalan dari tempat duduk, dan
276 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 8 No 3 Tahun 2019
antara sebelum diberikan intervensi (baseline 1) a. Hendaknya hasil penelitian yang diperoleh
dan setelah diberikan intervensi (baseline 2) dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai
menggunakan aktivitas menggambar sebagai salah satu rujukan bagi peneliti untuk
positive reinforcement. melakukan penelitian yang terkait dengan
Selain itu juga dibuktikan dengan aktivitas menggambar sebagai positive
persentase data tumpang tindih (overlap) adalah reinforcement untuk mengurangi perilaku
0%, hal ini didasari teori yang menyatakan bahwa bermasalah pada anak tunalaras.
semakin kecil persentase data tumpang tindih b. Adanya keterbatasan dalam penelitian ni
(overlap) maka semakin baik pengaruh intervensi dapat dipergunakan oleh peneliti lain untuk
terhadap target behavior. Dari pernyataan mempertimbangkan berbagi faktor
tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan keterbatasan tersebut pada penelitian
aktivitas menggambar sebagai positive selanjutnya, sehingga pada penelitian
reinforcement memiliki pengaruh dapat selanjutnya dapat lebih baik.
mengurangi perilaku bermasalah pada anak c. Peneliti selanjutnya hendaknya lebih
gangguan emosi dan perilaku di SLB E memperhatikan pada perkembangan subjek
Prayuwana Yogyakarta. sehingga pelaksanaan intervensi dapat
berjalan optimal.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang DAFTAR PUSTAKA
dilakukan, maka peneliti memberikan saran
Cozby, P. (2009). Methods in Behavioral
sebagai berikut: Research. (alih Bahasa: Maufur).
1. Bagi Kepala Sekolah Yogyakarta: Pustaka Pelajar.