Anda di halaman 1dari 9

Aktivitas Menggambar Sebagai....

(Luluk Fauziyah) 273

AKTIVITAS MENGGAMBAR SEBAGAI POSITIVE REINFORCEMENT UNTUK


MENGURANGI PERILAKU BERMASALAH PADA ANAK TUNALARAS DI SLB E
PRAYUWANA

DRAWING ACTIVITIES AS A POSITIVE REINFORCEMENT TO REDUCE


PROBLEMATIC BEHAVIOR IN A CHILD WITH EMOTIONAL AND BEHAVIOR
DISORDER AT PRAYUWANA SPECIAL SCHOOL E

Oleh: Luluk Fauziyah, Universitas Negeri Yogyakarta


lulukfauziah18@gmail.com

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan aktivitas menggambar sebagai
positive reinforcement untuk mengurangi perilaku bermasalah pada anak tunalaras di SLB E Prayuwana
Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain eksperimen. Metode eksperimen
yang digunakan adalah Single Subject Research (SSR) dengan desain A-B-A. Analisis data menggunakan statistik
deskriptif dengan teknik analisis dalam kondisi dan antar kondisi. Hasil menunjukkan bahwa aktivitas menggambar
sebagai positive reinforcement berpengaruh terhadap pengurangan perilaku bermasalah pada subjek. Hal ini
terbukti dari penurunan frekuensi mean level pada fase baseline 1 (A1) yaitu 17.5; fase intervensi (B) yaitu 15; dan
fase baseline 2 (A2) yaitu 14.5. Persentase data tumpang tindih (overlap) antar kondisi 0% yang berarti bahwa
penerapan aktivitas menggambar sebagai positive reinforcement berpengaruh terhadap pengurangan perilaku
bermasalah pada anak tunalaras.

Kata kunci: aktivitas menggambar, positive reinforcement, perilaku bermasalah, anak tunalaras
Abstract
The aim of this research is to know the effect of the application of drawing activities as a positive
reinforcement to reduce problematic behavior in a child with emotional and behavior disorder at Prayuwana
Special School E Yogyakarta. This research used quantitative approach with experimental design. The
experimental method that used is Single Subject Research (SSR) with A-B-A design. The data analysis used
descriptive statistics with analytical technique in condition and inter condition. The result shows that drawing
activities as a positive reinforcement take effect on problematic behavior reduction in the subject. This is proven
from the decrease of the mean level frequency at the baseline 1 phase (A1), intervention phase (B), and baseline 2
phase (A2) which can be seen at the baseline 1 phase (A1), that is 17,5; the intervention phase (B), that is 15; and
the baseline 2 phase (A2), that is 14,5. The overlap data inter condition percentage is 0% which means the
application of drawing activities as a positive reinforcement has an effect on problematic behavior reduction in a
child with emotional and behavior disorder.

Keywords: drawing activities, positive reinforcement, problematic behavior, children with emotional and behavior
disorder

PENDAHULUAN diidentifikasi mengalami gangguan/kelainan


Tunalaras didefinisikan sebagai kondisi perilaku adalah individu yang: (1) tidak mampu
dimana seseorang mengalami kesulitan untuk mendefinisikan secara tepat kesehatan mental dan
menyesuaikan diri dan tingkah laku yang perilaku yang normal, (2) tidak mampu
dimilikinya tidak sesuai dengan norma yang mengukur emosi dan perilakunya sendiri, dan (3)
berlaku pada lingkungan pada umumnya, sehingga mengalami kesulitan dalam fungsi sosialisasi. Aini
dapat merugikan diri dan orang lain di sekitarnya. Mahabati (2010: 55) mengatakan, Simptom
Hallahan dan Kauffman dalam Mohammad Efendi gangguan emosi dan perilaku biasanya dibagi
(2006: 144) mengatakan, seseorang yang menjadi dua macam, yaitu externalizing behavior
274 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 8 No 3 Tahun 2019

dan internalizing behavior. Externalizing behavior pembelajaran tidak terganggu. Salah satu
memiliki dampak yang langsung ataupun tidak penanganan untuk Anak Berkebutuhan Khusus
langsung terhadap orang lain, sebagai contoh adalah psikologis-pedagogis, yaitu dengan
adalah perilaku agresif, membangkang, menentang, modifikasi perilaku. Eysenk dalam Edi Purwanta
dan berbohong. Sedangkan internalizing behavior (2012: 6) mengatakan, pengertian modifikasi
berupa berbagai macam gangguan seperti halnya perilaku adalah upaya mengubah perilaku dan
anxiety (kecemasan), depression (depresi), social emosi manusia dengan cara yang menguntungkan
withdrawal (menarik diri), eating disorder berdasar teori yang modern dalam prinsip psikologi
(gangguan makan), dan suicide (kecenderungan belajar. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan
untuk bunuh diri). bahwa modifikasi perilaku diterapkan dalam proses
Salah satu dari simptom gangguan emosi dan belajar mengajar atau terintegrasi dalam proses
perilaku dalam externalizing behavior adalah pembelajaran anak gangguan emosi dan perilaku.
perilaku agresif. Tin Suharmini (2009: 94) Prinsip dari modifikasi perilaku adalah
mengemukakan bahwa Agresif dapat digambarkan pemeliharaan perilaku. Pemeliharaan perilaku
sebagai perilaku menyerang, baik diri sendiri berkaitan dengan perilaku yang diharapkan sudah
maupun orang lain. Perilaku agresif merupakan terbentuk dan bertujuan agar perilakunya tidak
perilaku yang dimaksudkan untuk membuat hilang atau berkurang frekuensi, intensitas, dan
objeknya mengalami bahaya atau kesakitan. lamanya. Perilaku yang telah terbentuk dapat
Perilaku agresif diniatkan untuk melukai objek ditingkatkan frekuensi dan intensitasnya dengan
sebagai sasaran objekif baik secara verbal maupun cara pengukuhan (Reinforcement). Penggunaan
secara fisik. reinforcement dapat berbeda-beda untuk setiap
Salah satu dari simptom gangguan emosi individu dengan disesuaikan perilaku mana yang
dan perilaku dalam externalizing behavior adalah ingin dikurangi, ditambahkan ataupun
perilaku agresif. Tin Suharmini (2009: 94) dipertahankan. Pengukuhan positif (positive
mengemukakan bahwa Agresif dapat digambarkan reinforcement) merupakan sebuah stimulus yang
sebagai perilaku menyerang, baik diri sendiri dihadirkan dengan segera setelah perilaku yang
maupun orang lain. Masalah perilaku agresif pada diharapkan muncul agar tetap terpelihara atau
anak merupakan masalah yang sangat penting bahkan meningkat frekuensinya.
karena dapat berdampak negatif pada masa depan Bentuk positive reinforcement yang akan
anak. Motif dalam perilaku agresif adalah diberikan adalah berupa aktivitas, yaitu aktivitas
keinginan menyakiti/melukai orang lain atau objek menggambar. Aktivitas menggambar diberikan
lainnya untuk mengekspresikan perasaan-perasan kepada subjek saat subjek dapat mempertahankan
negatif. perilaku adaptif, seperti misalnya subyek dapat
Hal-hal tersebut memiliki dampak dalam duduk tenang saat mengikuti proses pembelajaran
mengganggu proses pembelajaran, maka dari itu di kelas. Ade Hensuska (2005: 2) berpendapat jika
harus dipilih penanganan secara tepat agar perilaku dengan aktivitas menggambar, banyak manfaat
bermasalah anak dapat berkurang serta proses yang diperoleh anak, yaitu anak dapat menorehkan
Aktivitas Menggambar Sebagai.... (Luluk Fauziyah) 275
perasaan, mengungkapkan perasaan, sesuai dengan kemampuan peneliti,
mengungkapkan keinginan, dan menceritakan terjangkaunya lokasi dilakukanya penelitian, dan
pengalaman. Selain itu, aktivitas menggambar juga ketersediaan data yang dibutuhkan oleh peneliti.
dapat mengasah kemampuan kreativitas anak. Adapun kelas yang menjadi sampel adalah kelas
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di V SLB E Prayuwana tahun ajaran 2017/2018.
kelas V SLB E Prayuwana Yogyakarta, terdapat
Target/Subjek Penelitian
satu anak dengan perilaku bermasalah.
Subyek dari penelitian ini dipilih
Penanganan yang dilakukan guru kelas masih
menggunakan teknik sampling non random, yaitu
belum optimal karena subjek mengulagi perilaku
teknik sampling bertujuan (Purposive Sampling).
bermasalah tersebut.
Teknik sampling bertujuan digunakan apabila
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka
anggota sampel dipilih secara khusus berdasarkan
penulis akan melakukan penelitian dengan judul
tujuan penelitiannya (Usman dan R. Purnomo,
“Aktivitas Menggambar sebagai Positive
1995: 186). Tujuan penelitian ini adalah untuk
Reinforcement untuk Mengurangi Perilaku
mengetahui pengaruh penerapan aktivitas
Bermasalah pada Anak Tunalaras di SLB E
menggambar sebagai positive reinforcement
Prayuwana”.
untuk mengurangi perilaku bermasalah pada anak
gangguan emosi dan perilaku di SLB E
METODE PENELITIAN
Prayuwana, maka subjek yang dipilih dalam
Jenis Penelitian
penelitian ini adalah seorang siswa dengan
Penelitian ini menggunakan pendekatan gangguan emosi dan perilaku kelas V SLB E
kuantitatif dengan statistik sederhana. Sedangkan Prayuwana.
jenis penelitian ini menggunakan Single Subject
Prosedur
Research (SSR) atau penelitian subyek tunggal.
a. Baseline 1 (A1)
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Tahap ini merupakan tahap awal dalam
Desain A-B-A, yang merupakan dasar dari
penelitian yaitu tahap sebelum adanya
pengembangan desain penelitian A-B. Desain A-B-
perlakuan. Pada tahap ini peneliti mencari
A menunjukkan adanya hubungan sebab akibat
skor sebelum diberikan intervensi. Baseline 1
antara variabel terikat dan variabel bebas yang
dilakukan sebanyak empat sesi atau sampai
lebih kuat dibandingkan dengan desain A-B
kecenderungan arah dan level data menjadi
(Sunanto, 2006:45).
stabil. Peneliti melakukan observasi dan

Waktu dan Tempat Penelitian menghitung frekuensi perilaku selama 180

Penelitian ini berlangsung dari bulan menit pada setiap sesi. Perilaku yang diamati

April 2018 hingga bulan Mei 2018. Penelitian berupa memukul-mukul meja, membuat suara

mengambil lokasi penelitian di SLB E Prayuwana gaduh dengan tangan/kakinya pada

Yogyakarta. Penetapan lokasi penelitian ini meja/kursi, mengganggu dan memukul teman,

berdasarkan pertimbangan adanya masalah yang pergi/jalan-jalan dari tempat duduk, dan
276 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 8 No 3 Tahun 2019

menolak instruksi guru saat pembelajaran mengamati secara mendalam fenomena-fenomena


berlangsung. yang terjadi di lokasi dan mendapatkan data yang
b. Intervensi (B) lebih akurat. Observasi pada penelitian ini
Tahap intervensi atau perlakuan ini menggunakan lembar pedoman pencatatan
dilaksanakan selama lima sesi dengan perilaku bermasalah pada subjek saat
masing-masing sesi berdurasi 180 menit. pembelajaran berlangsung untuk mengetahui
Siswa akan menerima perlakuan berupa pengaruh penerapan aktivitas menggambar
aktivitas menggambar jika subjek sudah sebagai positive reinforcement untuk mengurangi
melakukan perlaku bermasalah dalam perilaku bermasalah pada anak tunalaras.
instrumen perilaku bermasalah dengan Instrumen pengamatan yang digunakan
interval lima kali kemunculan. Penelitian ini berupa instrument pengamatan frekuensi
dilakukan dengan mengadakan kolaborasi kemunculan perilaku bermasalah selama 180
dengan guru kelas. Peneliti memberikan menit. Data penelitian berupa jumlah frekuensi
skenario perlakuan dan guru kelas yang akan kemunculan perilaku bermasalah saat
menerapkan perlakuan setiap perilaku pembelajaran yang didapat dari hasil pengamatan.
bermasalah muncul. Peneliti bertugas untuk Angka tersebut kemudian diolah menggunakan
mencatat dan mendokumentasikan frekuensi analisis data berupa analisis dalam kondisi dan
munculnya perilaku. analisis antar kondisi dengan disajikan dalam
Adapun aturan pemberian positive bentuk tabel dan grafik.
reinforcement adalah diberikan segera setelah
lima kali perilaku bermasalah muncul. Anak Teknik Analisis Data
dapat menggambar bebas (secara spontan) saat
Pada penelitian ini, data yang disajikan
mendapat intervensi.
berupa grafik frekuensi perilaku untuk
c. Baseline 2 (A2)
mengetahui pengaruh penerapan aktivitas
Tahap ini merupakan tahap akhir
menggambar sebagai positive reinforcement
dalam pengumpulan data. Fase baseline 2
untuk mengurangi perilaku bermasalah pada
merupakan tahap evaluasi perubahan perilaku
tunalaras. Data penelitian disajikan dalam bentuk
agresif fisik setelah medapat intervensi atau
grafik untuk menunjang perubahan data pada
perlakuan. Data yang dicari pada fase ini
setiap sesi pada fase baseline 1 (A), fase
berupa data yang menggambarkan perubahan
intervensi (B), dan fase baseline 2 (A’). Selain
frekuensi perilaku bermasalah subjek dalam
grafik, analisis data yang digunakan pada
durasi 180 menit dalam empat sesi.
penelitian ini adalah analisis dalam kondisi dan
dilanjutkan dengan analisis antar kondisi.
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Teknik pengumpulan data pada penelitian Penelitian ini meneliti tentang pengaruh
ini menggunakan teknik observasi berperan aktif penerapan aktivitas menggambar sebagai positive
dengan mendatangi lokasi observasi untuk
Aktivitas Menggambar Sebagai.... (Luluk Fauziyah) 277
reinforcement untuk mengurangi perilaku Perubahan Perilaku Bermasalah saat Pembelajaran
Berlangsung
bermasalah pada subjek gangguan emosi dan
perilaku kelas V SLB E Prayuwana Yogyakarta.
Sebelum dilakukan penelitian ini, subjek sering
melakukan perilaku bermasalah saat
pembelajaran berlangsung dan tidak
memperdulikan lingkungan sekitarnya. Penelitian
ini melakukan perbandingan frekuensi perilaku
bermasalah subjek saat pembelajaran sebelum
intervensi (baseline 1), saat intervensi penerapan
akivitas menggambar sebagai positive
reinforcement, dan setelah intervensi (baseline 2). Gambar 1. Frekuensi Perilaku Bermasalah saat
Pembelajaran Berlangsung
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
frekuensi munculnya perilaku bermasalah saat
Selain grafik perbandingan frekuensi
pembelajaran berlangsung pada fase baseline 1
munculnya perilaku, pemaparan analisis antar
(A1) adalah 17, fase intervensi (B) adalah 15, dan
kondisi dapat disajikan dalam bentuk grafik data
fase baseline 2 (A2) adalah 14,5. Data tersebut
overlap sebagai berikut:
dapat memberikan kejelasan dan menunjukkan
bahwa dengan diterapkannya aktivitas
Perkembangan Perubahan Perilaku Bermasalah
menggambar sebagai positive reinforcement saat Pembelajaran Berlangsung
dapat memberikan pengaruh terhadp penurunan
perilaku bermasalah saat pembelajaran karena
penurunan pada fase baseline 1 (A1) dan baseline
2 (A2).
Berikut disajikan grafik untuk
mempermudah melihat perubahan perilaku subjek
selama fase baseline 1 hingga fase baseline 2:

Gambar 2. Grafik Data Overlap Baseline 1


(A1)/Intervensi (B)
278 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 8 No 3 Tahun 2019

Perkembangan Perubahan Perilaku Bermasalah modifikasi perilaku berupa positive


saat Pembelajaran Berlangsung
reinforcement (pengukuhan positif).
Pengukuhan positif adalah stimulus yang
dihadirkan/dimunculkan setelah perilaku terjadi
(Miltenberger, 2012: 78). Penggunaan aktivitas
kesenangan subjek untuk menggantikan
perilaku yang negatif membantu
memaksimalkan belajar subjek. hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan Martin dan Pear
(2015: 96) bahwa metode pengukuh yang tepat
bagi individu yang ditangani adalah mengamati
dalam bentuk aktivitas-aktivitasnya dan
Gambar 3. Grafik Data Overlap Baseline
aktivitas yang paling terlibat oleh anak. Dengan
1 (A1)/Baseline 2 (A2)
demikian, aktivitas menggambar dapat menjadi
Penelitian ini meneliti tentang pengaruh pengukuh atas perilaku bermasalah subjek yaitu
penerapan aktivitas menggambar sebagai perilaku adaptif menggantikan perilaku
positive reinforcement untuk mengurangi maladaptif secara lebih baik atau paling tidak
perilaku bermasalah pada subjek, yaitu siswa untuk sementara. Hal tersebut menjadikan
gangguan emosi dan perilaku kelas V di SLB E perilaku agresif fisik yang probabilitasnya tinggi
Prayuwana Yogyakarta. Senada dengan dapat menurun.
pendapat Mackie dalam Muhammad Efendi Penelitian ini melakukan perbandingan
(2006: 144) mengenai anak gangguan emosi dan frekuensi perilaku bermasalah saat pembelajaran
perilaku yakni anak yang dikategorikan kelainan di sekolah sebelum intervensi (baseline 1), saat
penyesuaian perilaku sebagai bentuk kelainan intervensi menerapkan aktivitas menggambar
penyesuaian sosial adalah anak yang sebagai positive reinforcement, dan setelah
mempunyai tingkah laku tidak sesuai dengan intervensi (baseline 2). Fase baseline 1
adat kebiasaan yang berlaku di rumah, di merupakan data frekuensi perilaku bermasalah
sekolah dan di masyarakat lingkungannya. saat pembelajaran di sekolah sebelum
Sebelum melakukan penelitian ini, subjek sering menggunakan aktivitas menggambar sebagai
melakukan penyimpangan perilaku berupa positive reinforcement. Pada fase ini subjek
memukul-mukul meja, membuat suara gaduh menunjukkan adanya perilaku bermasalah saat
dengan tangan/kakinya pada meja/kursi, pembelajaran. Data yang diperoleh pada fase
mengganggu dan memukul teman, pergi dari baseline 1 (A1) menunjukkan bahwa rata-rata
tempat duduk/berjalan-jalan, dan menolak skor frekuensi perilaku bermasalah yang muncul
instruksi guru saat pembelajaran. Bentuk pada subjek IEG adalah 17,5. Data yang
penyerangan ini bisa dalam bentuk fisik maupun diperoleh dari fase ini memiliki kestabilan
psikis. Oleh sebab itu peneliti menerapkan sebesar 100%.
Aktivitas Menggambar Sebagai.... (Luluk Fauziyah) 279
Intervensi (B) dilaksanakan sebanyak 5 berarti perilaku bermasalah pada subjek dapat
sesi dengan menerapkan positive reinforcement dilemahkan.
berupa aktivitas menggambar. Hal tersebut Mengacu pada hasil analisis data dari
senada dengan pendapat Skinner dalam ketiga fase tersebut, maka dapat diketahui bahwa
Miltenberger (2012: 79) yaitu pengukuhan selalu penerapan aktivitas menggambar sebagai positive
didefinisikan sebagai akibat dari sebuah perilaku. reinforcement memberikan pengaruh dapat
Aktivitas menggambar diberikan setiap lima kali mengurangi perilaku bermasalah. Hal tersebut
perilaku bermasalah muncul. Hasil pemberian dapat dilihat dari fase baseline 1 (A1) kefase
intervensi (B) berupa aktivitas menggambar intervensi (B). Kemudian dikuatkan dengan hasil
sebagai positive reinfocement tersebut fase intervensi (B) ke fase baseline 2 (A2) yang
menunjukkan adanya penurunan. Rata-rata skor juga mengalami penurunan kemunculan perilaku
frekuensi yang diperoleh subjek IEG pada fase bermasalah. Dengan demikian penerapan
intervensi (B) adalah 15 dengan kestabilan data aktivitas menggambar sebagai positive
sebesar 100%. Jika dibandingkan dengan sebelum reinforcement memberikan pengaruh untuk
diberikan intervensi (baseline 1) subjek mengurangi perilaku bermasalah pada anak
mengalami penurunan. tunalaras di SLB E Prayuwana Yogyakarta.
Fase baseline 2 (A2) merupakan fase
setelah diberikan intervensi (B), peneliti mencatat
SIMPULAN DAN SARAN
kemunculan perilaku bermasalah pada subjek
Simpulan
menggunakan instrumen observasi, sama halnya Berdasarkan penelitian yang sudah
saat fase baseline 1 (A1). Rata-rata skor frekuensi dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
kemunculan perilaku bermasalah yang diperoleh penerapan aktivitas menggambar sebagai positive
subjek IEG pada fase baseline 2 (A2) ini adalah reinforcement memiliki pengaruh untuk
14,5 dengan kestabilan data sebesar 100%. Hasil mengurangi perilaku bermasalah pada anak
pencatatan kemunculan perilaku bermasalah tunalaras di SLB E Prayuwana Yogyakarta. Hal
menunjukkan adanya penurunan dari fase tersebut dibuktikan dengan adanya penurunan
baseline 1 (A1) dan fase intervensi (B). Sama skor frekuensi yang diperoleh subjek IEG pada
halnya dengan pendapat Wolpe dalam Edi saat dilakukan observasi pencatatan perilaku
Purwanta (2012: 7) tentang modifikasi perilaku agresif fisik. Rentang skor yang diperoleh subjek
adalah penerapan prinsip-prinsip belajar yang IEG pada fase baseline 1 (A1) adalah 18-17. Fase
telah teruji secara eksperimental untuk mengubah ntervensi (B) adalah 15-15, dan fase baseline 2
perilaku yang tidak adaptif, kebiasaan-kebiasaan (A2) adalah 15-14. Hal tersebut juga dibuktikan
yang tidak adaptif dapat dilemahkan/dihilangkan, dengan adanya penurunan skor frekuensi perilaku
perilaku adaptif dapat ditimbulkan/dikukuhkan. agresif fisik yang diperoleh dari fase baseline 1
Terbukti dengan hasil yang diperoleh pada fase (A1) ke fase baseline 2 (A2) adalah -4. Skor
baseline 1 (A1) hingga fase baseline 2 (A2) frekuensi munculnya perilaku agresif fisik yang
dengan penurunan rata-rata sebanyak -3, yang diperoleh subjek IEG mengalami penurunan
280 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 8 No 3 Tahun 2019

antara sebelum diberikan intervensi (baseline 1) a. Hendaknya hasil penelitian yang diperoleh
dan setelah diberikan intervensi (baseline 2) dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai
menggunakan aktivitas menggambar sebagai salah satu rujukan bagi peneliti untuk
positive reinforcement. melakukan penelitian yang terkait dengan
Selain itu juga dibuktikan dengan aktivitas menggambar sebagai positive
persentase data tumpang tindih (overlap) adalah reinforcement untuk mengurangi perilaku
0%, hal ini didasari teori yang menyatakan bahwa bermasalah pada anak tunalaras.
semakin kecil persentase data tumpang tindih b. Adanya keterbatasan dalam penelitian ni
(overlap) maka semakin baik pengaruh intervensi dapat dipergunakan oleh peneliti lain untuk
terhadap target behavior. Dari pernyataan mempertimbangkan berbagi faktor
tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan keterbatasan tersebut pada penelitian
aktivitas menggambar sebagai positive selanjutnya, sehingga pada penelitian
reinforcement memiliki pengaruh dapat selanjutnya dapat lebih baik.
mengurangi perilaku bermasalah pada anak c. Peneliti selanjutnya hendaknya lebih
gangguan emosi dan perilaku di SLB E memperhatikan pada perkembangan subjek
Prayuwana Yogyakarta. sehingga pelaksanaan intervensi dapat
berjalan optimal.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang DAFTAR PUSTAKA
dilakukan, maka peneliti memberikan saran
Cozby, P. (2009). Methods in Behavioral
sebagai berikut: Research. (alih Bahasa: Maufur).
1. Bagi Kepala Sekolah Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hasil penelitian mengenai penerapan Efendi, Mohammad. (2006). Pengantar


aktivitas menggambar sebagai positive Psikopedagogik Anak Berkelainan.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
reinforcement untuk mengurangi perilaku
bermasalah pada anak tunalaras sebagai salah Hensuska, Ade. (2005). Panduan Dasar
Menggambar dengan Pensil untuk
satu informasi dan dapat menjadi bahan Anak Mudah & Menyenangkan.
pertimbangan dalam merancang kebijakan Tangerang: P.T. Kawan Pustaka.

pendidikan. Mahabati, Aini. (2010). Pendidikan Inklusif


2. Bagi Guru untuk Anak dengan Gangguan Emosi
dan Perilaku (Tunalaras). Jurnal
Guru diharapkan akan lebih baik Pendidikan Khusus. Vol. 7, No. 2.
menggunakan alternatif cara lain untuk
Mahabati, Aini. (2012). Analisa Teori Belajar
mengurangi perilaku bermasalah pada siswa. Sosial Bandura Mengenai Gangguan
Salah satunya menggunakan penerapan aktivitas Perilaku Agresif pada Anak.
Yogyakarta: Jurnal Pendidikan Khusus
menggambar sebagai positive reinforcement Vol. IX, No. 2.
seperti yang telah dilakukan peneliti.
3. Bagi Peneliti Lain
Aktivitas Menggambar Sebagai.... (Luluk Fauziyah) 281

Martin, G. & Pear, J. (1992). Behavior Practitioner. Early Childhood


Modification: What it is and how to do Education Journal Vol. 32, No. 4.
it. Fourth Edition. USA: Prentice Hall
International.mn. Suharmini, Tin. (2009). Psikologi Anak
Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:
Miltenberger, R,G. (2012). Behavior Kanwa Publisher.
Modification: Principles and
Procedures Fourth Edition. USA: Sukmadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian
Thomson Higher Education. Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Purwanta, Edi. (2012). Modifikasi Perilaku:
Alternatif Penanganan Anak Sunanto, J., Takeuchi, K., Nakata, H. (2006).
Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Penelitian dengan Subyek Tunggal.
Pustaka Pelajar. Bandung: UPI Press.

Shepperd, T. L. (2010). Working with Students Usman, H. dan R. Purnomo, S. A (1995).


with Emotional and Behavior Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi
Disorder: Characteristics and Aksara.
Teaching Strategies. Indiana: Pearson-
Merrill.

Sigler, E,A & Aamidor, S. (2005). From


Positive Reinforcement to Positive
Behaviors: An Everyday Guide for the

Anda mungkin juga menyukai