677 1976 1 PB
677 1976 1 PB
sehingga proses pembelajaran tersebut sering secara signifikan dapat berpengaruh dan
kali mengganggu aktivitas anak. Berdasarkan diterapkan pada anak autis dengan
hasil wawancara dengan guru kelas, perilaku memperhatikan kemampuan serta kekurangan
tersebut mulai muncul semenjak pandemi. masing-masing anak.
Untuk mengatasinya guru memberikan Melalui terapi psikomotorik yang
penegasan. Akan tetapi, hal tersebut belum menggunakan unsur psikoterapi tubuh anak
berhasil. Selain itu, belum adanya penanganan autis diharapkan dapat mengurangi kondisi
khusus terkait perilaku repetitif anak. masalah anak dalam aspek perilaku tapping.
Hambatan perilaku tapping yang dimilki Salah satu upaya penanganannya yaitu dengan
anak autis sering mengganggu aktivitas sehari aktivitas fisik untuk membuat anak banyak
hari, misalnya seperti dalam proses bermain dan bergerak agar lebih efisien, sehingga
pembelajaran. Menurut Repp dan Karsh anak dapat mengikuti pembelajaran dengan
(Matson, 2008, hlm. 147) stereotip dapat kondusif. Hal ini juga sejalan dengan pendapat
mengganggu proses pembelajaran atau tugas Probst, dkk (2010:108) terapi psikomotorik
akademik serta menghambat kemampuan anak berorientasi melalui tindakan dan penekannanya
dalam berinteraksi secara sosial dengan teman terletak pada pengembangan kemampuan
sebaya. Exkorn (2005:47) menambahkan bahwa mental dan fisik. Menurut Probst, dkk terapi ini
penyebab RRB muncul karena stimulasi diri yang juga bertujuan untuk melatih psikomotorik,
dapat terjadi dengan berbagai cara dan sensomotorik, perseptual, kognitif, sosial dan
melibatkan salah satu atau semua indera tubuh. emosional.
Bentuk stimulasi diri yaitu melibatkan menatap Berdasarkan masalah-masalah yang sudah
ke dinding atau terpaku pada suatu objek; diuraikan, maka peneliti merasa penting untuk
gerakan tubuh yang berulang-ulang, seperti dapat mengatasi masalah tersebut. Perilaku
bergoyang-goyang; atau gerakan objek yang stereotip berupa tapping harus segera diatasi agar
berulang-ulang, seperti menyalakan dan siswa dapat belajar lebih efisien dan optimal.
mematikan sakelar lampu. Gerakan tapping Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
(mengetuk-ngetuk jari) yang dilakukan MAH melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas
dapat diasumsikan sebagai gerak menstimulasi Terapi Psikomotorik Untuk Mengurangi
diri. Repetitive and Restriced Behavior Pada Anak
Anak autis biasanya melakukan gerakan Autis Kelas X di SLBIT Baitul Jannah Bandar
menstimulasi diri tersebut karena memiliki Lampung”. Penelitian ini bertujuan untuk
kelebihan energi. Maka untuk mengurangi energi mengetahui frekuensi perilaku repetitive and
tersebut peneliti memberikan solusi agar anak restricted behavior (RRB) berupa tapping anak
dapat menyalurkan energi berupa terapi sebelum dan sesudah diberikan terapi
psikomotorik sebelum pembelajaran dimulai. psikomotorik, dan melihat setelah dilakukannya
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Probst, terapi psikomotorik frekuensi perilaku repetitive
dkk (2010:105) bahwa terapi psikomotor and restricted behavior (RRB) berupa tapping
didasarkan pada pandangan holistik tentang anak.
manusia. Pandangan ini diambil dari kesatuan
tubuhdan pikiran. Gagasan tersebut METODE
mengintegrasikan aspek kognitif, emosional, dan
Hamdi & Bahrudin (2012:2) menjelaskan
fisik serta kapasitas dalam bertindak dan konteks
psikososial. Sehingga, terapi psikomotorik bahwa metode penelitian dapat memberi arahan
pendekatannya berorientasi pada tubuh seperti peneliti tentang bagaimana melakukan penelitian
relaksasi, sensorik dan kesadaran tubuh. tersebut. Hamdi & Bahrudin juga memberi
Penelitian terkait psikomotorik pernah penjelasan bahwa penelitian merupakan kegiatan
dilakukan oleh Maesaroh, dkk (2020) terhadap yang bertujuan untuk menemukan,
RRB yang dimiliki anak autis yaitu, masalah mengembangkan, dan melakukan pemeriksaan
perilaku repetitif menutup telinga. Penelitian ini terhadap peristiwa dengan menggunakan
menunjukkan bahwa intervensi yang diberikan metode ilmiah. Dalam penelitian ini, peneliti
pada penerapan program psychomotor therapy menggunakan desain ilmiah yaitu Single Subject
SNEED: Jurnal Pendidikan Khusus
Volume 1 Nomor 2 Tahun 2021 Halaman: 071-076
Research (SSR), SSR merupakan desain subjek dilihat dari segi cara, maka pengumpulan data
tunggal yang sering disebut dengan kasus tunggal dibagi menjadi tiga yaitu, wawancara, kuisioner,
atau sistem tunggal (Engel, 2008:207). dan observasi (Sugiyono, 2017:194). Sedangkan
Engel (2008) juga menjelaskan bahwa menurut Hardani, dkk (2020:122) teknik
SSR fokusnya adalah pada satu subjek atau pengumpulan data dibagi menjadi empat yaitu,
permasalahan yang sama dan sederhana. Peneliti observasi, wawawancara, dokumentasi, dan
gabungan. Untuk itu, peneliti menggunakan
menggunakan desain SSR bertujuan untuk
teknik pengumpulan data diantaranya, observasi,
memodifikasi perilaku subjek dengan melakukan wawancara, dan dokumentasi.
pencatatan frekuensi, dan pencatatan A-B-C Menurut Hardani (2020:198) menjelaskan
perilaku. Hal ini sejalan dengan Engel (2008:215) bahwa valiadasi instrumen merupakan ketetapan
bahwa frekuensi fokus pada penghitungan antara data yang terjadi pada subjek penelitian
berapa kali perilaku terjadi, penghitungan dengan data yang dilaporkan oleh peneliti.
frekuensi juga berguna untuk mengukur target Sedangkan Sugiyono (2017:173) menjelaskan
perilaku yang sering terjadi. validasi instrumen merupakan alat ukur untuk
Penelitian ini akan dilaksanakan di SLB IT mendapatkan data yang valid. Penelitian ini
Baitul Jannah Bandar Lampung. Beralamatkan di menggunakan validitas instrumen berupa
Jalan Pramuka No.43 Kemiling Permai, instrumen observasi dan wawancara.
Kemiling, Bandar Lampung. Peneliti memiliki Menurut Sugiyono (2017:207) analisis data
tahapan waktu dalam melaksanakan penelitian merupakan kegiatan mengumpulkan data dari
selama kurang lebih 9 bulan. Dimulai dari seluruh responden yang telah terkumpul.
November 2020 sampai bulan Juni 2021. Sugiyono juga menjelaskan bahwa analisis data
Menurut Nurdin & Hartati (2019:27) dibagi menjadi dua macam teknik statistik yaitu
desain penelitian merupakan rancangan yang statistik deskriptif dan statistik inefernsial.
disusun secara sistematis dalam melaksanakan Sejalan dengan hal tersebut Sunanto, dkk
penelitian. Desain penelitian juga memberikan (2005:93) mengemukakan bahwa penelitian
uraian metode dalam mendapatkan informasi eksperimen yang berbentuk single subject research
atau data yang diperlukan pada saat penelitian. (SSR) menggunakan statistik deskriptif untuk
Nurdin & Hartati juga menyebutkan bahwa menganalisis data. Data statistik deskriptif dapat
terdapat dua metode atau pendekatan ilmiah digunakan dalam bentuk bagan, grafik, dan tabel
yaitu penelitian kualitatif, dan penelitian (Hermawan, 2018:9). Selain itu, Sunanto, dkk
kuantitatif. Penelitian kualitatif merupakan (2005:96) juga menjelaskan bahwa analisis
penelitian yang memiliki rancangan penelitian terdapat dua macam yaitu analisis dalam kondisi,
terbuka (emergent design) disempurnakan dengan dan analisis antar kondisi. Analisis dalam kondisi
pengumpulan data (Sudaryono, 2016:7). merupakan menganalisis perubahan data dalam
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang satu kondisinya misalnya pada saat Baseline atau
dilakukan dengan menggunakan pengumpulan kondisi intervensi, komponen yang akan
data menggunakan instrumen penelitian, untuk dianalisis meliputi tingkat stabilitas,
menguji hipotesis dengan menggunakan analisis kecenderungan arah, dan tingkat perubahan (level
data yang bersifat statistik (Sugiyono, 2018:14). change).
Sugiyono juga menjelaskan terdapat beberapa Prosedur penelitian merupakan tahapan
metode dalam penelitian kuantitatif, diantaranya kegiatan yang dilakukan dalam penelitian.
metode survey, action research, expost facto, evaluasi, Tahapan pada penelitian ini terdiri dari tiga tahap
research and development (R & D), dan eksperimen. yaitu Baseline-1, intervensi dan Baseline-2. Berikut
Untuk itu, peneliti dalam penelitiannya merupakan tahapan prosedur penelitian yang
menggunakan metode kuantitatif. Peneliti akan digunakan:
mengambil subjek satu orang siswa autis kelas X 1. Baseline-1 Peneliti melakukan observasi secara
di SLB IT Baitul Jannah Bandar Lampung langsung dengan mengamati serta mencatat
Langkah startegis dalam penelitian adalah frekuensi dan mencatat A-B-C kondisi awal
teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan perilaku stereotip
dalam berbagai cara, setting, dan sumber. Bila
73
EFEKTIVITAS TERAPI PSIKOMOTORIK UNTUK MENGURANGI REPETITIVE AND RESTRICTED BEHAVIOR PADA ANAK AUTIS
KELAS X DI SLB IT BAITUL JANNAH BANDAR LAMPUNG
Risa Gustiana, Ossy Firstanti Wardany, Heni Herlina
Gambar 4.1 Frekuensi Perilaku Mengganggu (Tapping) Saat Pembelajaran fase Baseline-1 (A1)
Gambar 4.2 Frekuensi Perilaku Tapping Saat Setelah diberikan Terapi Psikomotorik Berupa
Senam Jari pada fase Intervensi (B).
SNEED: Jurnal Pendidikan Khusus
Volume 1 Nomor 2 Tahun 2021 Halaman: 071-076
75
EFEKTIVITAS TERAPI PSIKOMOTORIK UNTUK MENGURANGI REPETITIVE AND RESTRICTED BEHAVIOR PADA ANAK AUTIS
KELAS X DI SLB IT BAITUL JANNAH BANDAR LAMPUNG
Risa Gustiana, Ossy Firstanti Wardany, Heni Herlina