Anda di halaman 1dari 18

Mata Kuliah : Pengantar Intervensi Psikologi

Dosen Pengampu : Harlina Hamid, S. Psi., M. Si., M. Psi., Psikolog.

Novi Yanti Pratiwi, S. Psi., M. Psi., Psikolog.

TUGAS PENGANTAR INTERVENSI PSIKOLOGI


REVIEW JURNAL COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY

Oleh:

Andi Fatimah Azzahra

200701500036

Kelas D

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
Review Jurnal Cognitive Behavioral Therapy

Judul COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY UNTUK


MENINGKATKAN REGULASI EMOSI PADA ANAK KORBAN
KONFLIK ACEH
Jurnal Jurnal Psikologia
Volume & Halaman Vol. 8, No. 2, & Hal. 59-72
Tahun 2013
Penulis Rina Mirza dan Wiwiek Sulistyaningsih
Reviewer Andi Fatimah Azzahra
Tanggal 18 Maret 2022

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji penerapan CBT dalam
meningkatkan regulasi emosi.
Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak perempuan yang
berinisial AG dan saat ini berusia 12 tahun.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
single-case design. Penerapan metode latihan relaksasi dan cognitive
restructuring methods melalui cara deskripsi dalam bentuk kata-kata,
bahasa, perilaku pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
memanfaatkan berbagai metode pengambilan data.
Definisi Operasional Variabel dependen pada penelitian ini yaitu regulasi emosi. Menurut
Variabel Dependen
Danner, Snowdon dan Friesen (dalam Atkinson & Hilgard, 2003),
seseorang yang memiliki regulasi emosi yang baik, dapat
mengendalikan dan mengekspresikan emosi yang dirasakannya
secara tepat.
Cara & Alat Metode CBT yang digunakan adalah cognitive restructuring methods
Mengukur Variabel
dengan teknik pencatatan pikiran negatif dan problem solving
Dependen
sedangkan untuk komponen behavioral menggunakan relaksasi
dengan teknik relaxation via tension relaxation. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode singlecase
design.
Definisi Operasional Dalam CBT, terapis berupaya membantu klien untuk merubah
Variabel Independen
pikiran dan pernyataan negatif serta keyakinan tidak rasional yang
dialaminya. Pemikiran yang tidak rasional dapat menimbulkan
masalah emosi. CBT juga merupakan kombinasi antara komponen
kognitif dan komponen perilaku (Martin & Pears, 2007).
Langkah-langkah Proses intervensi;
Intervensi
 Sesi 1 dan 2, Formulation dan Psycho education. Tujuan terapi
pada sesi 1 untuk mengenali kemampuan diri, memberi
kesadaran memiliki masalah emosi dan adanya keinginan untuk
mengontrol emosinya, dan memberi pemahaman proses terapi.
Sedangkan pada sesi 2 untuk memberi pemahaman hubungan
pikiran, perasaan dan tingkah laku. Merumuskan masalah, dan
memberinya tugas rumah.
 Sesi 3, Thought monitoring. Tujuan terapi ini untuk identifikasi
kognisi umum dan pola pikir AG, dan menjelaskan hubungan
pikiran, perasaan dan perilaku.
 Sesi 4, Problem solving. Tujuan terapi pada sesi ini untuk
mengajarkan cara mencari solusi atas masalah emosi yang
dirasakannya, dan evaluasi sesi terapi kognitif.
 Sesi 5, Affective management. Tujuan terapi ini untuk memberi
alternative cara mengontrol emosi dan membuat AG lebih
nyaman melalui relaksasi.
 Sesi 6, Problem solving. Tujuan terapi ini untuk mencari solusi
terhadap masalah emosi yang dirasakannya dan menganalisa sesi
terapi kognitif dan perilaku.
 Sesi 7, Afffective management dan Psycho education. Tujuan
terapi affective management untuk membuat AG lebih nyaman,
dan melatih melemaskan otot-otot tegang dengan cepat, seolah-
olah mengeluarkan ketegangan dari badan. Tujuan psycho
education untuk memberi pemahaman hubungan pikiran,
perasaan dan tingkah laku. Merumuskan masalah emosi yang
dirasakannya, dan evaluasi hasil terapi secara keseluruhan.
Hasil Penelitian Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
regulasi emosi subjek penelitian. Pada awalnya, AG memiliki distorsi
pikiran yang berlebihan (overgeneralization). Ia mempunyai
anggapan bahwa tentara harus bertanggung jawab terhadap
kehidupan keluarganya, namun setelah terapi diberikan ia
memaafkan orang yang telah membunuh ayahnya dan beranggapan
bahwa kematian ayahnya merupakan takdir dari Allah SWT.
Kekuatan Penelitian Data serta bentuk intervensinya disajikan secara jelas dan lengkap.
Kelemahan Penelitian Subjek dalam penelitian ini hanya satu orang.
Psikologia, 2013, Vol. 8, No. 2, hal. 59-72 59

COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY UNTUK MENINGKATKAN


REGULASI EMOSI PADA ANAK KORBAN KONFLIK ACEH
Rina Mirza dan Wiwiek Sulistyaningsih
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Anak yang mengalami masalah emosi sering sekali merasa kesulitan dalam mengontrol emosinya, hal inilah
yang dialami oleh sebagian anak korban konflik Aceh. Bagi anak, hilangnya nyawa seseorang yang sangat
dicintainya merupakan suatu hal yang menyakitkan. Rasa sakit yang ada dalam diri anak inilah yang
kemudian menjadi pemicu ketidakstabilan emosi. Hal ini mengakibatkan anak akan mengembangkan
kebencian pada kejadian ataupun pihak-pihak yang menimbulkan rasa sakit tersebut. Untuk itu, perlu
dilakukan satu cara agar anak dapat mengontrol emosinya atau menyesuaikan emosi yang timbul agar tidak
terjadi suatu hal yang membahayakan dikemudian hari. Cara mengontrol emosi itu disebut juga dengan
regulasi emosi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji penerapan CBT dalam meningkatkan regulasi emosi.
Metode CBT yang digunakan adalah cognitive restructuring methods dengan teknik pencatatan pikiran
negatif dan problem solving sedangkan untuk komponen behavioral menggunakan relaksasi dengan teknik
relaxation via tension relaxation. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode single-
case design. Sesi CBT dilaksanakan sebanyak delapan sesi, enam sesi kognitif dan dua sesi behavioral. Pada
sesi ini diberikan psycho education, problem solving, dan relaksasi. Subjek dalam penelitian ini adalah AG,
seorang anak perempuan berusia 12 tahun. Ia menyimpan kemarahan dan mempunyai keinginan untuk balas
dendam kepada tentara yang telah membunuh ayahnya saat konflik di Aceh 8 tahun silam. Hal ini sebagai
pemicu munculnya ketidak stabilan emosi. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan regulasi emosi subjek penelitian. Pada awalnya, AG memiliki distorsi pikiran yang berlebihan
(overgeneralization). Ia mempunyai anggapan bahwa tentara harus bertanggung jawab terhadap kehidupan
keluarganya, namun setelah terapi diberikan ia memaafkan orang yang telah membunuh ayahnya dan
beranggapan bahwa kematian ayahnya merupakan takdir dari Allah SWT.

Kata-kata kunci: Regulasi emosi, anak korban konflik, intervensi CBT

COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY TO IMPROVE EMOTION


REGULATION AMONG CHILDREN VICTIMS OF CONFLICT IN ACEH
ABSTRACT
Children who experience emotional problems often find difficulty in controlling their emotions, it is
experienced by some children are victims of the conflict in Aceh. For children, who loss of a loved one's life
is a painful thing. The pain is inside of the child is then triggers emotional instability. This can result in the
child will develop a hatred for the events or parties who caused the pain. For that, there should be one way
that children are able to control his emotions. How to control these emotions are also called emotion
regulation. This study aims to test the application of CBT in improving emotion regulation. CBT methods
used are cognitive restructuring methods with techniques of recording negative thoughts and problem solving
while using a behavioral component to relaxation with relaxation techniques via the tension relaxation.This
study used a qualitative approach with the method of single-case design. CBT sessions conducted as many as
eight sessions, six sessions of cognitive and two behavioral sessions. In this session, will be give psycho
education, problem solving, and relaxation. The initial subject of this study is AG, she’s girl 12 yearold. She
kept her anger and has the desire to take revenge on the soldiers who killed her father during the conflict in
Aceh, 8 years ago. It is as a trigger emotional instability.The results showed an increase in the ability of
emotion regulation research subjects. At first, the AG has a mind of excessive distortion (overgeneralization).
She had a notion that soldiers should be responsible for the lives of her family, but after treatment she is
given to forgive those who killed her father and assume her father's death is the destiny of Allah SWT.

Keywords: Emotional regulation, children victims of conflict, CBT intervention

Salah satu daerah di Indonesia yang kelompok separatis yaitu Gerakan Aceh
mengalami suatu kejadian konflik yang Merdeka atau yang lebih dikenal yang
bersifat multidimensi adalah Propinsi sebutan GAM pernah menuntut adanya
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).Suatu pemisahan diri dan ingin membentuk
Rekomendasi mensitasi:
*Korespondensi mengenai penelitian ini dapat Mirza, R., & Sulistyaningsih, W. (2013). Cognitive
dilayangkan kepada Rina Mirza melalui e-mail: behavioral therapy untuk meningkatkan regulasi
rinamirza.psi@gmail.com emosi pada anak korban konflik Aceh. Psikologia,
8(2), 59-72.
60

negara baru. Hal inilah yang pada akhirnya anak yang ayahnya terbunuh, ingin sekali
menyebabkan konflik peperangan didaerah mencari orang yang telah membunuh
yang kita kenal dengan istilah “Bumi ayahnya dan membalaskan dendamnya
Serambi Mekkah”. Konflik tersebut dengan melakukan hal yang sama seperti
mengakibatkan banyak wanita diperkosa, apa yang telah dialami ayahnya kala itu.
anak-anak maupun orang dewasa lainnya Ini merupakan salah satu tindakan yang
dibunuh (Grunady, 2007), tidak sedikit tidak rasional dan hal ini dialami oleh
istri yang kehilangan suaminya atau anak- sebagian besar anak-anak korban konflik
anak menjadi yatim piatu (Kelompok di Aceh.
Kerja Gender, 2007). Hal-hal tersebut Salah seorang psikolog Universitas
mengakibatkan trauma yang mendalam Syiah Kuala Darussalam, Nur Jannah
sehingga menimbulkan masalah emosi Nitura kepada ANTARA news
akibat kematian orang-tua yang juga (2006)menjelaskan bahwa anak-anak
dirasakan oleh anak-anak di daerah konflik korban konflik yang berada di beberapa
Aceh ini (Levine & Kline, 2007). wilayah rawan gangguan keamanan di
Berkaitan dengan masalah emosi, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Gohm dan Clore (dalam Safaria & Saputra, (NAD) perlu mendapat penanganan
2009) membagi emosi dalam dua bagian, melalui pendekatan psikologis sebagai
yakni: (1) Emosi positif, yakni merupakan upaya menghapuskan rasa dendam dalam
reaksi emosi yang dapat memberi dampak diri mereka. Jika tidak segera ditangani,
menyenangkan bagi diri kita seperti maka akan melahirkan generasi
ketenangan, rilek, gembira, bahagia, dan pendendam. Setyawan (2007)
sebagainya; dan (2) emosi negatif, yakni menambahkan bahwa anak-anak yang
merupakan reaksi emosi yang dapat mengalami masalah emosi negatif dapat
memberi dampak tidak menyenangkan mengakibatkan terjadinya ketegangan
bagi diri kita seperti sedih, putus asa, emosi yang semakin meningkat sehingga
marah, keinginan balas dendam, dan menyebabkan sulitnya dalam mengontrol
sebagainya. Berkaitan dengan masalah emosi.Bagi anak sebagai anggota terlemah
emosi yang negatif, Rusmana (2006) dalam keluarga, konflik yang terjadi
menyebutkan bahwa banyak anak-anak hingga mengakibatkan hilangnya nyawa
Aceh yang mengalami masalah emosi yang seseorang yang sangat dicintainya
negatif, tidak sedikit dari anak-anak merupakan suatu hal yang
tersebut yang memendam rasa marah dan menyakitkan.Rasa sakit yang ada dalam
keinginan balas dendam kepada orang diri anak inilah yang kemudian menjadi
yang telah membunuh orang yang pemicu ketidakstabilan emosi. Hal ini
dicintainya. Muzakar dan Alwie (2009) dapat mengakibatkan anak
menambahkan bahwa sebagian dari anak- mengembangkan kebencian pada kejadian,
anak tersebut saat ini berada disalah satu seseorang ataupun pihak-pihak yang
sekolah di daerah Aceh, yaitu sekolah menimbulkan rasa sakit tersebut.
Dayah (pondok pesantren) Markaz Al- Untuk mengatasi ketegangan
Islah Al-Aziziyah, yang terletak di Desa tersebut, anak perlu belajar untuk
Luengbata-Banda Aceh. mengontrol emosinya agar ia lebih mampu
Dalam kamus besar Bahasa berperilaku yang sesuai dan tidak terjadi
Indonesia (Talisa, 2008), balas dendam suatu hal yang membahayakan di
diartikan sebagai keinginan yang keras kemudian hari. Cara mengontrol emosi
untuk membalas atau melakukan hal yang tersebut, disebut juga dengan regulasi
setimpal.Tindakan balas dendam terhadap emosi. Menurut Danner, Snowdon dan
sesuatu hal yang tidak rasional merupakan Friesen (dalam Atkinson & Hilgard, 2003),
suatu yang tidak normal sehingga harus seseorang yang memiliki regulasi emosi
ada langkah untuk mengatasinya. Seorang yang baik, dapat mengendalikan dan
61

mengekspresikan emosi yang dirasakannya dilakukan untuk mengajarkan pada anak


secara tepat. Martin (2003) dan Goleman agar ia lebih dapat mencari jalan keluar
(2009) menambahkan bahwa ada beberapa dari masalah emosi yang sedang
ciri-ciri individu yang memiliki regulasi dialaminya. Sementara itu, untuk
emosi yang baik, diantaranya adalah komponen behavioral yang digunakan
memiliki kendali diri, hubungan adalah relaksasi dengan teknik relaxation
interpersonal yang baik, sikap hati-hati, via tension relaxation. Dalam hal ini, anak
luwes dalam menangani perubahan dan diminta untuk menegangkan masing-
tantangan, toleransi terhadap frustasi, masing ototnya dan melemaskan kembali
pandangan yang positif, peka terhadap masing-masing otot tersebut, kemudian
perasaan orang lain, melakukan introspeksi anak diminta untuk merasakan dan
dan relaksasi, lebih sering merasakan menikmati perbedaan antara ketika otot
emosi positif daripada emosi negatif, serta tegang dan otot lemas. Pada teknik ini
tidak mudah putus asa. anak dilatih untuk melemaskan otot-otot
Rasa marah yang timbul hingga tegang dengan cepat, seolah-olah
menyebabkan keinginan balas dendam mengeluarkan ketegangan dari badan
merupakan suatu hal yang tidak rasional sehingga individu akan merasa rileks dan
(Safaria & Saputra, 2009). Pemikiran yang dapat menurunkan aktivitas berpikir
tidak rasional tersebut perlu dikoreksi negatif serta mengalihkannya kepada hal-
dengan dilakukannya sebuah intervensi. hal yang lebih positif.Berdasarkan uraian
Dalam beberapa penelitian terdahulu di atas maka diformulasikanlah sebuah
disebutkan bahwa intervensi Cognitive judul yakni “Cognitive Behavioral
Behavioral Therapy (CBT) telah berhasil Therapy Untuk Meningkatkan Regulasi
mengurangi gejala yang berkaitan dengan Emosi Pada Anak Korban Konflik Aceh”.
masalah emosi (Baucom, Sayers & Scher, Penelitian ini menggunakan data
dalam Oemarjoedi, 2003; Schiraldi, 2009; tunggal, dimana yang menjadi subjek
& Stallard, 2005). penelitiannya adalah seorang anak
Dalam CBT, terapis berupaya perempuan yang berinisial AG berusia 12
membantu klien untuk merubah pikiran tahun dan saat ini duduk di kelas I SMP
dan pernyataan negatif serta keyakinan yang didiagnosa mengalami PTSD.Ia
tidak rasional yang dialaminya. Pemikiran adalah salah satu anak yang ayahnya
yang tidak rasional dapat menimbulkan terbunuh ketika konflik di Aceh Tamiang
masalah emosi. Dengan demikian, CBT beberapa tahun silam. Saat ini ia
diarahkan untuk memodifikasi fungsi mempunyai keinginan yang tidak rasional,
berpikir, merasa dan bertindak dengan ia sangat ingin mencari pelaku atau
menekankan peran otak dalam kelompok tertentu (tentara) yang telah
menganalisa, bertanya, berbuat dan membunuh ayahnya serta membalaskan
memutuskan kembali sehingga diharapkan dendamnya dengan melakukan perbuatan
berubah tingkah lakunya dari sesuatu yang yang setimpal seperti apa yang dialami
negatif menjadi lebih positif (Cormier & ayahnya ketika itu.
Cormier, dalam Lumongga, 2009). Dengan pemberian CBT ini
Disamping itu, CBT juga merupakan diharapkan AG lebih mampu mengontrol
kombinasi antara komponen kognitif dan emosinya (regulasi emosi) sehingga ia
komponen perilaku (Martin & Pears, lebih dapat mengatasi masalah emosi yang
2007). dirasakannya yakni memendam kemarahan
Dalam hal penelitian ini, komponen dan menyimpan keinginan balas dendam
kognitif yang digunakan adalah cognitive terhadap orang yang telah membunuh
restructuring methods, dengan teknik ayahnya.
pencatatan pikiran negatif dan problem
solving (pemecahan masalah). Hal ini
62

METODE satu cara agar ia dapat mengontrol


emosinya. Intervensi ini bertujuan agar AG
Pendekatan dapat mengontrol emosinya sehingga ia
lebih mampu mengatasi reaksi emosi yang
Penelitian ini menggunakan
dirasakannya.
pendekatan kualitatif dengan metode
Rasa marah, benci dan keinginan
single-case design, artinya bahwa dalam
balas dendam yang dipendamnya, terbawa
penelitian ini hanya menggunakan satu
hingga ke alam bawah sadarnya.Ia sering
orang subjek (kasus tunggal) secara
mengigau memanggil ayahnya dan
mendalam untuk diberikan perlakuan yang
memaki orang yang telah membunuh
bertujuan untuk mengevaluasi bagaimana
ayahnya.Ia juga selalu menghindari segala
efektivitasnya dalam penerapan suatu
stimulus yang berkaitan dengan peristiwa
program tertentu. Penggunaan metode
yang menimpa ayahnya seperti siaran
kualitatif memungkinkan peneliti untuk
televisi tentang pembunuhan dan
mengetahui lebih jelas bagaimana proses
peperangan hingga menghindari
dan hasil penerapan metode latihan
pembicaraan yang berkaitan dengan
relaksasi dan cognitive restructuring
kejadian yang menimpa ayahnya.
methods melalui cara deskripsi dalam
Termasuk peristiwa yang
bentuk kata-kata, bahasa, perilaku pada
mengingatkannya pada ayahnya, misalnya
suatu konteks khusus yang alamiah dan
orang yang bertamu ke rumahnya,
memanfaatkan berbagai metode
mengingatkannya pada kejadian
pengambilan data.
pembunuhan ayahnya karena salah seorang
tetangga juga yang memberitahu kabar
Subjek Penelitian
tersebut.
Subjek dalam penelitian ini adalah Ia menghindari segala stimulus
seorang anak perempuan yang berinisial yang berkaitan dengan peristiwa kematian
AG dan saat ini berusia 12 tahun. AG ayahnya, termasuk menolak untuk
adalah anak kedua dari empat orang membicarakan tentang kejadian itu. Ia
bersaudara.Ia merupakan salah satu anak merasa nyaman dengan diam, tanpa
yang ayahnya terbunuh pada masa membicarakan tentang kejadian itu. Hal ini
pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka 8 juga semakin diperkuat dengan ciri
tahun yang lalu. Ketika itu ia berumur 4 kepribadian AG yang cenderung tertutup,
tahun, sehingga ia masih dapat mengingat ia lebih senang memendam perasaannya
kejadian kontak senjata di daerah tempat sendiri.
tinggalnya. Kematian ayah secara tragis Berdasarkan hasil pemeriksaan
dan cerita yang ia peroleh dari orang psikologis diketahui bahwa AG memiliki
sekitarnya mengenai peristiwa yang kapasitas kecerdasan yang berfungsi pada
menimpa ayahnya membuatnya sangat taraf rata-rata bawah (Full Scale IQ = 91,
terpukul. Ia sangat marah dan membenci menurut skala Wechsler). Hal ini
serta sangat ingin mencari orang yang menunjukkan bahwa ia dapat mengikuti
telah membunuh ayahnya kemudian proses belajar di sekolahnya, namun
membalaskan dendamnya seperti apa yang membutuhkan usaha yang keras. Untuk
telah dilakukan tentara-tentara tersebut mempermudah AG dalam belajar maka ia
kepada ayahnya. harus melibatkan kemampuan visual dan
Kejadian tersebut memicu auditorinya. Dalam belajar, ia tidak hanya
terjadinya ketidakstabilan emosi, selain itu mengandalkan kemampuan apa yang
apa yang dirasakan AG merupakan salah didengarnya dari guru namun ia harus
satu bagian dari emosi negatif dan harus melihat, mencatat hal-hal yang
dilakukan suatu cara agar emosi negatif itu dianggapnya penting. Hal ini menunjukkan
tidak membebani jiwanya. Untuk itu perlu
63

Tabel 1 Ringkasan intepretasi hasil terapi


Sesi Proses Tujuan terapi Hasil terapi
terapi

1 Formulation  Mengenali kemampuan diri. AG dapat mengenali kemampuan yang dimilikinya


dan psycho  Memberi kesadaran memiliki dan menyadari menyimpan emosi negatif yakni
edu cation masalah emosi dan adanya keinginan balas dendam terhadap orang yang telah
keinginan untuk mengontrol membunuh ayahnya dan ingin belajar mengendalikan
emosinya. emosi negatif yang dirasakannya.
 Memberi pemahaman proses
terapi.
2 Formulation  Memberi pemahaman AG memahami bahwa tingkah laku yang muncul
dan psycho hubungan pikiran, perasaan berawal dari pemikiran dan perasaannya. Namun, ia
edu cation dan tingkah laku. belum dapat menentukan apa yang dipikirkannya
 Merumuskan masalah. merupakan hal yang rasional atau tidak rasional. Ia
 Memberinya tugas rumah. sadar bahwa tingkah laku tersebut muncul, karena
kemarahan yang dipendamnya selama ini.

3 Thought  Identifikasi kognisi umum dan AG mengetahui apa dan bagaimana cara memberi
monitoring pola pikir AG. makna terhadap pikiran negatif yang dirasakannya. Ia
 Menjelaskan hubungan menyadari tidak selamanya pikiran yang pertama
pikiran, perasaan dan sekali muncul merupakan hal yang dapat terjadi,
perilaku. karena membutuhkan pemikiran lagi dalam
memaknai pemikiran tersebut agar lebih masuk akal.
Selain itu, ada distorsi pikiran yang berlebihan
(overgeneralisasi). Baginya, seseorang harus
bertanggung jawab atas kehidupan mereka setelah
kematian ayahnya. Ia juga sangat membenci segala
hal yang berkaitan dengan tentara serta atributnya.

4 Problem  Mengajarkan cara mencari AG dapat mencari solusi atas masalah emosi yang
solving solusi atas masalah emosi dirasakannya. Walau belum begitu berhasil, namun
yang dirasakannya. AG masih dapat mengerjakan tugas yang diberikan
 Evaluasi sesi terapi kognitif kepadanya dengan bantuan dan motivasi.
5 Affective  Memberi alternatif cara AG belum menaruh kepercayaan secara penuh
manage mengontrol emosi. terhadap proses terapi behavioral yang dijalaninya.
Ment  Membuat AG lebih nyaman Namun ia dapat mengikuti semua instruksi yang
melalui relaksasi diberikan.

6 Problem  Mencari solusi terhadap AG dapat menganalisa masalah yang sedang


solving masalah emosi yang dihadapinya yakni keinginannya untuk balas dendam
dirasakannya. terhadap tentara yang telah membunuh ayahnya.
 Menganalisa sesi terapi Namun rasanya mustahil untuk melakukan hal itu
kognitif dan perilaku karena ia tidak tahu persis siapa orang yang telah
membunuh ayahnya. Selain itu, ia juga tidak tahu
apakah orang tersebut masih hidup atau sudah
meninggal sebab kejadiannya telah berlangsung 8
tahun yang lalu. Walau masih memendam keinginan
itu, ia berharap Allah SWT akan membalaskan
dendamnya.

7 Affective  Membuat AG lebih nyaman AG telah menerapkan teknik yang telah diajarkan
manage  Melatih melemaskan otot-otot pada sesi terapi sebelumnya. Ia dapat secara
Ment tegang dengan cepat, otomatis mengontrol emosi yang dirasakannya.
seolah-olah mengeluarkan
ketegangan dari badan.
Psycho  Memberi pemahaman Sesi ini berjalan sesuai dengan tujuan, meskipun ia
Education hubungan pikiran, perasaan belum dapat melupakan kejadian yang menimpa
dan tingkah laku. ayahnya namun ia berusaha untuk terus belajar
 Merumuskan masalah emosi memaafkan orang yang telah membunuh ayahnya. Ia
yang dirasakannya. sadari tidak dapat melakukan apapun kecuali berdoa
 Evaluasi hasil terapi secara semoga orang yang telah membunuh ayahnya
keseluruhan. mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatan
yang telah dilakukannya.
64

bahwa ia dapat mengikuti proses belajar di menggunakan rekaman melalui telepon


sekolahnya, namun membutuhkan usaha genggam, namun karena sulitnya AG
yang keras. Untuk mempermudah AG mengeluarkan kata sehingga diputuskan
dalam belajar maka ia harus melibatkan untuk memakai rekaman video agar situasi
kemampuan visual dan auditorinya. Dalam yang terjadi selama terapi berlangsung
belajar, ia tidak hanya mengandalkan dapattergambarkan secara jelas. Sulitnya
kemampuan apa yang didengarnya dari AG menjawab hanya pada hal-hal yang
guru namun ia harus melihat, mencatat hal- berkaitan dengan masalah ayahnya, tentara
hal yang dianggapnya penting. Hal ini dan pembunuhan ayahnya. Sementara jika
memudahkannya dalam mengikuti proses ditanyakan hal lain, ia mau dan dapat
belajar. menceritakan serta menjawab semua
pertanyaan yang diajukan kepadanya.
Lokasi Penelitian Dalam hal ini, peneliti mencoba
menanyakan secara bergantian hal-hal
Penelitian ini merupakan penelitian
yang hendak ditanyakan.
lapangan dan lokasi penelitian ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara peneliti Evaluasi II
dengan subjek penelitian.Penelitian ini Evaluasi ini dilakukan untuk terapi
dilaksanakan di ruang tamu kediaman ibu sesi 5 dan 6 yakni terapi behavioral dan
AL yang merupakan tetangga dari AG. kognitif. Berdasarkan evaluasi pertama
Rumah ibu AL dipilih karena dianggap diketahui bahwa AG membutuhkan
lebih nyaman dan tenang sehingga dapat dorongan dalam mengerjakan tugas yang
membantu berjalannya proses terapi. diberikan kepadanya sehingga pada sesi
terapi berikutnya hal ini dilakukan dan
HASIL semua berjalan dengan baik. Sementara itu
untuk sesi terapi behavioral yakni teknik
Sesi CBTdilaksanakan sebanyak
relaksasi, AG sulit untuk menutup
delapan kali, enam sesi kognitif dan dua
matanya. Awalnya peneliti membebaskan
sesi perilaku. Pelaksanaan terapi ini
AG untuk memilih menutup atau tidak
dilakukan pada tanggal 1, 2, 4 dan 5 Juli
menutup matanya. Ketika itu, ia lebih
2011. Tanggal 3 Juli 2011 merupakan hari
memilih tidak menutup mata, dan selama
Minggu, sehingga terapi ditiadakan atas
relaksasi berlangsung AG terlihat
kesepakatan bersama, namun tugas harian
mengamati ruangan sekitar. Untuk itu,
tetap dikerjakan dan analisa hasil tugas
terapis memintanya untuk menutup mata
harian tersebut dilakukan pada hari
agar ia lebih konsentrasi. Butuh waktu
berikutnya. Ringkasan intepretasi hasil
lama untuk meyakinkan AG agar ia mau
terapi dapat dilihat pada Tabel 1.
menutup matanya dan mengikuti semua
instruksi yang diberikan. Dalam hal ini
Evaluasi hasil terapi peneliti memberi penekanan dan
Evaluasi I pengulangan untuk hal-hal yang penting
Evaluasi I dilakukan untuk terapi serta yang harus dilakukannya sehingga ia
sesi 1, 2, 3 dan 4, yakni terapi kognitif. dapat melakukannya.
Dari keempat sesi terapi terlihat AG Evaluasi III
membutuhkan lebih banyak dorongan dan Evaluasi ini dilakukan di akhir sesi,
keyakinan bahwa ia dapat mengerjakan pada saat mengakhiri sesi terapi. Evaluasi
setiap tugas yang diberikan kepadanya. Ia ini meliputi semua sesi dalam proses terapi
tidak banyak menjawab saat ditanyakan ini baik terapi kognitif maupun terapi
namun ia menjawabnya dengan tulisan behavioral. Evaluasi ketiga ini bertujuan
yang dituangkannya dalam lembar kerja. untuk mengevaluasi jalannya sesi terapi
Pada awalnya, sesi terapi hanya secara keseluruhan. Dari semua evaluasi
65

Tabel 2 Kemampuan regulasi emosi AG sebelum dan sesudah terapi


Skor hasil
Indikator kemampuan regulasi emosi
Sebelum Sesudah
1. Kendali diri 0 2
2. Hubungan interpersonal dengan orang lain. 0 0
3. Sikap hati-hati. 1 2
4. Adaptabilitas 0 0
5. Toleransi yang lebih tinggi terhadap frustasi. 1 2
6. Pandangan yang positif terhadap diri dan lingkungannya. 0 2
7. Peka terhadap perasaan orang lain. 1 1
8. Melakukan introspeksi dan relaksasi 0 1
9. Lebih sering merasakan emosi positif daripada emosi negatif. 0 2
10. Tidak mudah putus asa dalam menghadapi masalah. 1 1
Skor total 4 13*
*Skor angka 4 (sebelum terapi) dan 13 (sesudah terapi), diartikan bahwa adanya perubahan dalam hal
kemampuan AG dalam meregulasi emosinya. Ada beberapa indikator yang sudah dibuat untuk melihat
kemampuannya, seperti yang sudah dicantumkan pada tabel diatas. Semakin tinggi nilai yang ditunjukkannya,
maka menunjukkan semakin meningkat pula kemampuan regulasi emosinya.

yang telah dilakukan, cukup membantu membunuh ayahnya masih tetap


dalam melancarkan jalannya setiap sesi membekas dalam sulit bagi AG
yang dilakukan. memaafkan orang yang telah membunuh
ayahnya. Walau demikian, ia menyatakan
Perbandingan data sebelum dan bahwa ia mau belajar untuk memaafkan
sesudah terapi orang yang telah membunuh ayahnya.
Untuk indikator ketiga yakni sikap hati-
Kemampuan regulasi emosi sebelum
hati juga mengalami perubahan. Sebelum
dan sesudah intervensi CBT
terapi, ia akan melakukan sesuatu tanpa
Berdasarkan hasil wawancara, dipikirkan terlebih dahulu dampak yang
deskripsi mengenai kemampuan regulasi menyertainya. Namun setelah terapi, ia
AG sebelum dan sesudah intervensi CBT akan memikirkan terlebih dahulu dengan
dapat dilihat pada Tabel 2. Pada indikator matang apa yang akan dilakukannya agar
yang pertama yakni kemampuan kendali hasilnya lebih baik.
diri mengalami peningkatan. Dalam hal ini Indikator keempat yakni
AG sudah mulai dapat mengendalikan adaptabilitas tidak mengalami perubahan
perasaan emosi yang dirasakannya. (menetap). Baik sebelum terapi maupun
Sebelum terapi diberikan, jika mengingat setelah terapi diberikan, AG mengalami
kejadian yang telah menimpa ayahnya, ia kesulitan dalam menghadapi setiap
merasa ingin sekali berlari keluar rumah perubahan yang terjadi dalam hidupnya.
dan mencoba mencari orang yang telah Walau kenyataannya, ia harus menghadapi
membunuh ayahnya walau hasilnya tidak juga masalah-masalah tersebut. Indikator
menemukan orang yang dicari. Setelah kelima yakni toleransi terhadap frustasi
terapi, ia hanya diam dirumah dan mencari juga mengalami perubahan. Sebelum
kesibukan agar tidak teringat dengan hal terapi, ia sulit mengatasi kemarahannya
yang sangat menyakitkan itu sembari terutama yang berkenaan dengan kematian
mencoba untuk memaafkan orang yang ayahnya akibat dibunuh oleh tentara
telah membunuh ayahnya. hingga munculnya keinginan balas
Untuk indikator kedua, yakni dendam. Namun setelah terapi diberikan,
kemampuan hubungan interpersonal ia lebih dapat mengatasi kemarahannya
dengan orang lain tidak mengalami dengan berpikir bahwa kemarahan
perubahan. Meskipun terapi telah bukanlah jalan keluar dari masalah yang
diberikan, namun kebencian yang sedang dirasakannya.
dirasakannya terhadap tentara yang telah Indikator keenam yakni pandangan
yang positif terhadap diri dan lingkungan
66

mengalami peningkatan. Sebelum terapi, ia berusaha maka ia akan menemukan


AG merasa bahwa seseorang harus jalan keluar dari masalah yang sedang
bertanggung jawab atas kematian ayahnya dihadapinya dan ia menyerahkan
karena jika tidak dibunuh ayahnya pasti segalanya pada Allah sebagai sosok yang
masih hidup dan berada disampingnya saat paling mengerti akan baik-buruk segala
ini. Namun setelah terapi, terjadi sesuatu yang harus dilakukannya.
peningkatan bahwa seseorang tidak harus Secara keseluruhan hasil yang
bertanggung jawab atas kematian ayahnya diperoleh menunjukkan adanya
karena AG yakin bahwa ayahnya peningkatan kemampuan regulasi emosi
meninggal dunia karena sudah takdir dari subjek penelitian. Setelah terapi diberikan,
Allah SWT. Indikator ketujuh yakni peka kemampuan kendali diri, sikap hati-hati,
terhadap perasaan orang lain tidak toleransi terhadap frustasi, memiliki
mengalami perubahan (menetap). Baik pandangan yang positif terhadap diri
sebelum maupun sesudah terapi diberikan sendiri dan lingkungan, lebih dapat
ia mempunyai anggapan bahwa seseorang melakukan introspeksi diri dan relaksasi
berbuat sesuatu karena ada penyebabnya, serta lebih sering merasakan emosi yang
namun dalam bersikap ia tidak akan positif dari pada emosi negatif mengalami
memperdulikan anggapan orang lain peningkatan. Sementara itu,
karena ia berbuat sesuai dengan apa yang kemampuannya dalam menjalin hubungan
diinginkannya. interpersonal dengan orang lain,
Indikator kedelapan yakni adaptabilitas, kepekaan terhadap orang lain
kemampuan dalam introspeksi dan dan tidak mudah putus asa tidak
melakukan relaksasi mengalami mengalami perubahan (menetap).
perubahan. Setelah terapi, ia akan merasa Kesimpulan mengenai perubahan
nyaman dengan duduk dan memejamkan kemampuan regulasi emosi AG sebelum
mata saat teringat akan kematian ayahnya. dan sesudah terapi CBT dapat dilihat pada
Namun hal ini tidak terjadi sebelum terapi Tabel 3.
karena dengan duduk berdiam diri maupun Sebagaimana telah dibahas
memejamkan mata bukanlah cara yang sebelumnya bahwa pelaksanaan intervensi
tepat untuk membuatnya nyaman karena ia CBT ini dilakukan sebanyak 8 sesi selama
tetap teringat akan kematian ayahnya yang 4 hari, dimana 1 hari dilakukan 2 sesi.
sangat tragis. Akan tetapi ia masih Terapi ini dianggap selesai walau perilaku
menyimpan suatu pemikiran bahwa tentara dan pemikiran yang diharapkan belum
harus bertanggung jawab atas kehidupan terbentuk secara keseluruhan dan konsisten
mereka sekeluarga karena tentara telah karena ia belum dapat melupakan orang
membunuh ayah mereka sebagai orang yang telah membunuh ayahnya. Namun
yang memenuhi kebutuhan hidup mereka kemampuan AG dalam hal regulasi emosi
sehari-hari, walau terapi sudah diberikan. sudah menunjukkan peningkatan dan ia
Indikator kesembilan yakni lebih juga berjanji akan berupaya terus untuk
sering merasakan emosi positif dari pada belajar memaafkan orang yang telah
emosi negatif juga mengalami perubahan. membunuh ayahnya.
Dalam menjalani hidup ini, ia tidak merasa Untuk memastikan apakah terapi
senang dan sering memendam kemarahan. yang dilakukan selama 8 sesi tersebut
Setelah terapi, ia tidak lagi memendam mempunyai manfaat dan dapat
kemarahan dan merasa lebih senang dalam meningkatkan kemampuan AG dalam hal
menjalani hidup ini. Indikator yang regulasi emosi, pada tanggal 22 Juli 2011
terakhir yakni yang kesembilan berkenaan tepatnya 17 hari setelah sesi terapi selesai
dengan tidak mudah putus asa dalam maka peneliti kembali menanyakan
mengahadapi masalah tidak mengalami mengenai kemampuan AG dalam hal
perubahan (menetap). Ia yakin bahwa jika regulasi emosinya. Hal ini dilakukan untuk
67

Tabel 3 Perubahan kemampuan regulasi emosi AG sebelum dan sesudah intervensi CBT

Kemampuan yang meningkat Kemampuan yang menetap


 Hubungan interpersonal dengan orang
 Kendali diri
lain
 Sikap hati-hati  Adaptabilitas
 Toleransi terhadap frustasi  Peka terhadap perasaan orang lain
 Memiliki pandangan yang positif terhadap diri sendiri  Tidak mudah putus asa dalam
dan lingkungan menghadapi masalah.
 Melakukan introspeksi diri dan relaksasi
 Lebih sering merasakan emosi yang positif dari pada
emosi negatif

Tabel 4 Kemampuan regulasi emosi subjek sesudah intervensi CBT dan follow-up

Indikator kemampuan regulasi emosi Skor hasil


Sesudah
Follow-up
1. Memiliki kendali diri 2 2
2. Memiliki hubungan interpersonal yang baik dengan orang lain. 0 2
3. Memiliki sikap hati-hati. 2 2
4. Luwes dalam menangani perubahan dan tantangan. 0 0
5. Toleransi yang lebih tinggi terhadap frustasi. 2 2
6. Memiliki pandangan yang positif terhadap diri dan lingkungannya. 2 2
7. Lebih peka terhadap perasaan orang lain. 1 1
8. Melakukan introspeksi dan relaksasi 1 1
9. Lebih sering merasakan emosi positif daripada emosi negatif. 2 2
10. Tidak mudah putus asa dalam menghadapi masalah. 1 1
Skor total 13 15*
* Skor sesudah terapi menunjukkan angka 13 dan setelah masa follow up, AG diberikan tes yang sama dan
hasilnya menunjukkan adanya peningkatan dalam hal kemampuan regulasi emosinya yakni meningkat
menjadi 15.

Tabel 5 Perubahan kemampuan regulasi emosi AG sesudah intervensi dan follow-up

Kemampuan yang menetap Kemampuan yang meningkat


 Kendali diri  Hubungan interpersonal dengan orang
 Sikap hati-hati lain
 Adaptabilitas
 Toleransi terhadap frustasi
 Memiliki pandangan yang positif terhadap diri sendiri
dan lingkungan
 Peka terhadap perasaan orang lain
 Melakukan introspeksi diri dan relaksasi
 Lebih sering merasakan emosi yang positif dari pada
emosi negatif
 Tidak mudah putus asa dalam menghadapi masalah

melihat apakah terapi yang diberikan dapat nya dalam melakukan hubungan
bertahan, meningkat atau semakin interpersonal dengan orang lain. Pada
menurun dengan berjalannya awalnya, ia merasa kesulitan untuk
waktu.Berikut ini merupakan gambaran memaafkan orang yang telah membunuh
kemampuan regulasi emosi subjek sesudah ayahnya. Namun seiring berjalannya
terapi CBT dengan follow-up. Seperti waktu, ia semakin dapat memaafkan orang
tertera pada Tabel 4. yang telah membunuh ayahnya. Berikut ini
Dapat dikatakan bahwa secara merupakan kesimpulan dari perubahan dari
keseluruhan kemampuan regulasi emosi kemampuan regulasi emosi subjek sesudah
AG setelah dilakukan follow-up dapat terapi CBT diberikan dan sesaat setelah
bertahan. Bahkan semakin meningkat terapi (follow-up).
karena ada satu kemampuan yang
mengalami perubahan yakni kemampuan-
68

Tabel 6 Perbandingan cara pandang AG sebelum dan sesudah intervensi CBT

Sebelum terapi Sesudah terapi


Situasi
Pikiran Perasaan Perilaku Pikiran Perasaan Perilaku
Kamu sedang menyaksikan Marah Marah sama Menukar Tidak Marah Menukar
siaran TV, tiba-tiba abang nya setuju kembali
abangmu mengganti siaran kembali
tersebut dengan berita
peperangan yang terjadi di
daerah timur tengah.
Kamu terpilih menjadi Tidak Tidak setuju Tidak mau Setuju Biasa Mengikutinya
anggota pramuka dan setuju karena ikuti apa saja saja
harus mengikuti latihan tentara yang yang
baris berbaris yang dilatih melatih dikatakan
langsung oleh tentara. tentara tsb.

Ketika bagi raport kemarin, Biasa Tidak Biasa saja Setuju Biasa Biasa saja
temanmu ditemani ayahnya saja merasa apa- sama saja
untuk mengambilkan apa teman itu
raportnya.

Abangmu bercita-cita ingin Setuju Senang Akan terus Tidak Biasa Mana
menjadi tentara. karena akan mendukung setuju saja mungkin,
bisa balas abang karena abang
dendam tidak sekolah

Tabel 7 Perbandingan analisa fungsional sebelum dan sesudah intervensi CBT

Target Analisa fungsional sebelum terapi Analisa fungsional sesudah terapi


perilaku S O R C S O R C
Mening Melihat Cognitif:Or (1) Meng- Positif: Melihat Cognitif: Selalu Positif:M
katkan tentara ang yang hindari Dukung- tentara Kematian berdoa erasa
kemam atau membu- segala hal atau ayah semoga lebih
atribut an dari atribut Allah nyaman
puan nuh ayah yang dapat keluarga sudah
tentara harus membangkit tentara menjadi SWT dan dapat
regulasi menging- untuk meng- mem- mengon-
emosi bertang- kan reaksi mewujudkan takdir dari
atkan AG ingatkan Allah balas- trol emosi
gung jawab emosi. keingin- nya
pada terhadap AG pada SWT. serta
peristiwa (2) Men annya peristi- dengan menga-
kehidup tersebut. Emosi setim-
kematian cari orang wa jarkan
ayahnya. annya. yang telah Negatif: onal: pal.
kemati- nya
Emosi- membunuh terus Memaaf- kepada
ayah untuk an orang
onal:Muncu menerus (ayah) kan orang saudara
l marah, balas menyim pan yang telah
denda. yang nya.
kebencian, emosi disayangi mem-
permusuh- hingga bunuh Negatif:
-nya.. belum
an dan sangat ayah.
menyim pan memben ci sepe-
keinginan tentara. nuhnya
balas bisa
dendam. menghi-
langkan
rasa
marah.
Keterangan: S (eliciting stimulus): peristiwa yang terjadi sebelum individu menunjukkan perilaku tertentu/
masalah emosi. O (organism): individu dengan aspek kognisi (C) dan emosi (E) di dalamnya. Munculnya
masalah emosi yang harus segera ditangani. R (responses): apa yang dilakukan oleh individu atau organism,
sering juga disebut dengan perilaku (behavior), baik perilaku yang tampak (overt behavior) ataupun perilaku
yang tidak tampak (covert behavior). C (consequences): peristiwa yang terjadi setelah atau sebagai suatu
hasil dari perilaku. Consequences termasuk apa yang terjadi secara langsung pada individu, orang lain, dan
lingkungan fisik sebagai suatu hasil dari perilaku tersebut.

Lembar kerja bahwa terdapat perubahan positif dalam


Berdasarkan tabel perbandingan penilaian AG untuk beberapa situasi.
pikiran, perasaan dan perilaku sebelum Sebelum pelaksanaan terapi telihat bahwa
maupun sesudah terapi, dapat disimpulkan pemikiran AG cenderung negatif terhadap
69

situasi yang diberikan sehingga ikut kemampuan regulasi emosinya meningkat


mempengaruhi emosinya menjadi negatif maka ia lebih mampu memikirkan bahwa
pula. Sementara itu setelah pelaksanaan apa yang dipendamnya selama ini
terapi, umumnya pemikiran AG lebih merupakan hal negatif sehingga secara
positif dan terlihat lebih rasional. Hal ini otomatis keinginan balas dendamnya dapat
menunjukkan bahwa adanya perubahan menghilang sejalan dengan meningkatnya
cara pandang (core belief) AG dalam kemampuan regulasi emosinya.
menilai sesuatu. Lebih jelasnya, Tabel 6 Dalam hal ini, metode yang
menggmbar lembar kerja 2 untuk hasil digunakan adalah cognitive restructuring
sebelum dan setelah pelaksanaan terapi methods dengan teknik pencatatan pikiran
sehingga dapat dilihat perbandingannya. negatif dan problem solving yang
dipadukan dengan metode relaksasi dan
DISKUSI teknik yang digunakan adalah relaxation
via tension relaxation.Martin dan Pears
Pada kasus AG, seorang anak (2007) menyebutkan bahwa cognitive
perempuan berusia 12 tahun yang restructuring methods berguna untuk
mengalami masalah emosi yakni membantu individu agar dapat
memendam keinginan balas dendam mengidentifikasi ide atau kepercayaan
terhadap orang yang telah membunuh irasional, dan menggantinya dengan
ayahnya. Sebagai seorang anak yang pernyataan yang realistis tentang dunia.
pernah merasa, mendengar dan melihat Sementara menurut, Davis, Esbelman dan
situasi konflik selama bertahun-tahun, Mckay, (1995), teknik pernafasan pada
terlebih kehilangan seorang ayah yang relaksasi sangat bermanfaat untuk
sangat dicintainya, maka timbullah mengurangi gejala emosi yang dialami
masalah emosi. Hal ini sejalan dengan individu, di antaranya: marah, sikap
yang dikatakan oleh Levine dan Kline bermusuhan, mudah tersinggung, dan
(2007) bahwa peristiwa yang menyakitkan dendam. Dalam sesi CBT ini, AG akan
untuk anak-anak, seperti kematian orang dipandu untuk memunculkan perilaku
tua dapat menyebabkan trauma yang yang diharapkan dan mengajarkan padanya
mendalam hingga mengakibatkan masalah bagaimana menghadapi emosi negatif
emosi. sehingga dapat menghilangkannya dengan
Masalah emosi seperti yang sempurna.
dialami AG perlu mendapat penanganan Dari pelaksanaan terapi ini
yang tepat agar ia dapat mengontrol emosi diketahui bahwa kemampuan regulasi
yang dirasakannya. Berkaitan dengan hal emosi AG mengalami peningkatan. Walau
tersebut diatas, seorang psikolog ia belum bisa melupakan masalah yang
Universitas Syiah Kuala Darussalam, Nur telah mengakibatkan ayahnya terbunuh,
Jannah Nitura (dalam ANTARA news, namun ia masih ingin berusaha belajar
2006) menyebutkan bahwa anak-anak memaafkan orang yang telah membunuh
korban konflik yang tersebar di beberapa ayahnya. Namun dalam penelitian ini tidak
wilayah rawan gangguan keamanan di dapat dipastikan, apakah teknik problem
Provinsi Nanggroe Aceh (NAD) perlu solving dan pencatatan pikiran negatif
mendapat penanganan melalui pendekatan untuk digunakan dalam cognitive
psikologis, sebagai upaya menghapuskan restructuring methods atau teknik relaksasi
rasa dendam dalam diri mereka. yang lebih dominan dalam mempengaruhi
Untuk itu, penanganan yang perubahan kemampuan regulasi emosi
dilakukan adalah dengan pendekatan CBT serta kemampuannya dalam mencari jalan
dengan tujuan agar AG dapat keluar dari masalah emosi yang sedang
meningkatkan kemampuan regulasi dialaminya. Hal ini dikarenakan teknik di
emosinya. Dengan harapan, setelah atas merupakan satu kesatuan maka dapat
70

dikatakan bahwa terapi yang dilaksanakan sesi, mau mengisi lembar kerja yang
dapat meningkatkan kemampuan regulasi diberikan meski membutuhkan dorongan
emosi pada anak korban konflik Aceh serta adanya upaya untuk belajar
yang mengalami masalah emosi. memaafkan. Namun dalam penerapan CBT
Setelah terapi diberikan, pada penelitian ini, menunjukkan beberapa
kemampuan kendali diri, sikap hati-hati, kekurangan yang terjadi selama penelitian
toleransi terhadap frustasi, memiliki ini baik dalam masa terapi maupun selama
pandangan yang positif terhadap diri pelaksanaan penelitian.
sendiri dan lingkungan, lebih dapat Selama pelaksanaan terapi, peneliti
melakukan introspeksi diri dan relaksasi berupaya mencari ruangan yang kondusif
serta lebih sering merasakan emosi yang yakni memilih rumah ibu AL yang
positif dari pada emosi negatif mengalami biasanya selalu sunyi sehingga lebih
peningkatan. Sementara itu, tenang. Namun selama pelaksanaan terapi
kemampuannya dalam menjalin hubungan berlangsung terjadi suatu hal diluar
interpersonal dengan orang lain, dugaan, beberapa kali rumah ibu AL
adaptabilitas, kepekaan terhadap orang lain kedatangan tamu sehingga membuat
dan tidak mudah putus asa tidak konsentrasi AG terpecah. Selain itu,
mengalami perubahan (menetap). Dengan kualitas terapis dan waktu pelaksanaan
demikian secara keseluruhan dapat terapi juga merupakan salah satu
dikatakan bahwa setelah pelaksanaan kekurangan dalam penelitian ini. Terapis
terapi, kemampuan regulasi emosi AG menunjukkan kekakuan dalam
meningkat. Walau AG belum bisa menjalankan intervensi CBT, hal ini
melupakan masalah yang telah membuat disebabkan kurangnya pengalaman dari
ayahnya meninggal, namun ia mau terapis karena baru pertama sekali
berusaha belajar memaafkan orang yang melaksanakan terapi ini. Sementara itu
telah membunuh ayahnya meskipun mengenai waktu pelaksanaan terapi yang
dikatakannya tidak mudah baginya untuk terlalu singkat, hal ini dikarenakan
memaafkan orang yang telah membunuh keterbatasan waktu dari partisipan sendiri
ayahnya. maka penelitian ini tidak berjalan sesuai
Distorsi kognisi yang muncul/ dengan waktu terapi yang telah ditentukan
ditunjukkan pada subjek ini adalah over sebelumnya. Oleh karena itu, penggunaan
generalization. Ia menganggap semua waktu dalam terapi perlu diperhatikan
tentara harus bertanggung jawab atas untuk penelitian selanjutnya. Senada
kehidupan mereka sebab merekalah yang dengan hal tersebut, oemarjoedi (2003)
telah menghilangkan nyawa ayahnya. menyatakan bahwa dalam pelaksanaan
Setelah terapi, ia menyadari bahwa harus CBT dibutuhkan keahlian praktis dan
berupaya memaafkan orang yang telah psikologis spesifik seperti refleksi dan
membunuh ayahnya. Hal ini didukung oleh evaluasi kembali makna perubahan
fakta yang ada bahwa ayahnya telah perilaku dan secara aktif mempromosikan
meninggal 8 tahun silam, ia tidak tahu perubahan-perubahan individu.
persis siapa yang telah membunuh ayahnya
dan kematian ayahnya merupakan takdir Kesimpulan
dari Allah SWT.
Dalam penelitian ini tidak dapat
Secara umum pelakasanaan terapi
dipastikan, apakah teknik problem solving
ini berjalan dengan lancar, dimana AG
dan pencatatan pikiran negatif untuk
dapat mengikuti proses terapi yang
digunakan dalam cognitive restructuring
diberikan dengan baik. Terlihat adanya
methods atau teknik relaksasi yang lebih
kemauannya untuk untuk terus mengikuti
dominan dalam mempengaruhi perubahan
semua sesi terapi sampai akhir. Ia juga
kemampuan regulasi emosi serta
mau mengikuti semua instruksi disetiap
kemampuannya dalam mencari jalan
71

keluar dari masalah emosi yang sedang 1) Berkaitan dengan pelaksanaan terapi
dialaminya. Hal ini dikarenakan teknik di sebaiknya menggunakan cara yang
atas merupakan satu kesatuan maka dapat lebih menarik dan kreatif dalam
dikatakan bahwa terapi yang dilaksanakan menyampaikan materi misalnya melalui
dapat meningkatkan kemampuan regulasi permainan, cerita, dan boneka.
emosi pada anak korban konflik Aceh Disamping itu, tempat pelaksanaan
yang mengalami masalah emosi. terapi sebaiknya dilakukan dalam
Secara keseluruhan intervensi CBT lingkungan yang kondusif dan tenang
dengan cognitive restructuring methods sehingga konsentrasi anak menjadi
dan teknik relaksasi dapat meningkatkan tidak terganggu dan dapat mengikuti
kemampuan regulasi emosi subjek proses terapi dengan baik serta
penelitian. Hasil yang diperoleh memperpanjang sesi terapi agar
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan regulasi emosi yang
kemampuan regulasi emosi subjek dimilikinya dapat dimanfaatkannya
penelitian. Setelah terapi diberikan, untuk menghilangkan keinginan balas
kemampuan kendali diri, sikap hati-hati, dendamnya dengan bantuan terapis.
toleransi terhadap frustasi, memiliki 2) Berkaitan dengan efektifitas terapis,
pandangan yang positif terhadap diri bahwa salah satu faktor pendukung
sendiri dan lingkungan, lebih dapat keberhasilan terapi adalah terletak pada
melakukan introspeksi diri dan relaksasi terapis yang memiliki kompeten. Dalam
serta lebih sering merasakan emosi yang hal ini terapis dapat memperkaya
positif dari pada emosi negatif mengalami keahlian yang dimilikinya, mislanya
peningkatan. Sementara itu, dengan mengikuti pelatihan yang
kemampuannya dalam menjalin hubungan mendalam mengenai cognitive
interpersonal dengan orang lain, behavioral therapy sebagai penambah
adaptabilitas, kepekaan terhadap orang lain kekayaan ilmu yang dapat diterapkan.
dan tidak mudah putus asa tidak Hal ini berguna untuk membiasakan diri
mengalami perubahan (menetap). terhadap pelaksanaan CBT yang akan
Hal lainnya yang mengalami diberikan.
perubahan adalah kemampuannya dalam Saran Praktis
menilai suatu situasi sosial. Pada awalnya,
AG memiliki distorsi pikiran yang Berdasarkan hasil penelitian ini,
berlebihan (overgeneralization). Ia ada beberapa saran praktis untuk individu
mempunyai anggapan bahwa tentara harus yang mengalami masalah emosi dan orang/
bertanggung jawab terhadap kehidupan lingkungan sekitar anak.
keluarganya, namun setelah terapi 1) Individu yang mengalami masalah
diberikan ia memaafkan orang yang telah emosi, diharapkan dapat selalu melatih
membunuh ayahnya dan beranggapan kontrol emosi/ regulasi emosi dan
bahwa kematian ayahnya merupakan mengembangkan pemikiran positif serta
takdir dari Allah SWT. terus berupaya agar belajar memaafkan
orang yang telah membunuh ayahnya.
Saran 2) Lingkungan sekitar, dalam hal ini orang
tua membantu anak dalam mengelola
Saran Teoritis emosinya dan membantu memberikan
Peneliti menyadari bahwa banyak pemahaman dampak negatif dari
hal yang bisa dikembangkan dalam keinginannya memendam balas
penelitian ini. Untuk itu diharapkan bagi dendam. Hal ini disebabkan karena
peneliti lain yang ingin meneliti hal yang lingkungan menjadi model bagi anak
sama agar memperhatikan hal-hal berikut: seperti memaafkan orang yang telah
membunuh ayahnya. Disamping itu,
orang tua juga hendaknya memiliki
72

kondisi emosional yang menenangkan, Muzakkar, Q., dan Alwie, T. (2009).


sehingga anak dapat meniru orang tua Pesantren Korban Konflik Aceh
dalam mengekspresikan emosinya atau Agar Dendam Tidak Lagi Membara.
menjadi role model bagi anaknya. Majalah Gatra Nomor 1 Beredar
Kamis, 12 November 2009.
REFERENSI Oemarjoedi, A. K. (2003). Pendekatan
Cognitive Behavior dalam Psikoterapi.
Antara news.(2006, Agustus 11). Anak
Jakarta: Penerbit Creativ Media.
Korban Konflik Aceh Perlu
Penanganan Khusus. Diambil dari Rusmana, N, dkk. (2006). Efektifitas Play
http://www.antaranews.com/view/?i=1 Therapy Terhadap anak-anak yang
155261439&c=NAS&s=. Mengalami PTSD-Tesis.Universitas
Pendidikan Indonesia.
Atkinson, R. C., dan Hilgard, E. R. (2003).
Introduction to Psychology (14th ed). Safaria, T., dan Saputra, N. E. (2009).
USA: Thomson Wadsworth. Manajemen Emosi, Sebuah Panduan
Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi
American Psychiatric Association. (2000).
Positif dalam Hidup Anda-edisi 1.
Diagnostic and Statistical Manual of
Jakarta: Bumi Aksara.
Mental Disorders (4th ed. Text
Revision). Washington, DC: APA Schiraldi, G. (2009). The Post Traumatic
Stress Disorder Sourcebook-A guide to
Davis, M., Esbelman, E. R., dan Mckay,
Healing Recovery and Growth (second
M. (1995). Panduan Relaksasi dan
edition). New York: Mc. Graw Hill.
Reduksi Stres-edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Stallard, P. (2005). A Clinician’s Guide to
think Good-Feel Good (using CBT
Goleman, D. (2009). Emotional
with children and young people).
intelligence: mengapa EI lebih penting
England: John Wiley&sons Ltd.
daripada IQ. Jakarta: PT. Gramedia
Pustakan Utama. Setyawan, I. (2007). Membangun
Pemaafan Pada Anak Korban
Grunady.(2007). Mengunggkap Kekerasan
Perceraian. Makalah ini
Aceh. Lhokseumawe: Seuramoe Press.
dipresentasikan pada Konferensi
Kelompok Kerja Gender.(2007). Evaluasi Nasional I IPK–HIMPSI: Stress
Situasi Perempuan Tahun 2006 Di Management dalam Berbagai Setting
Aceh. Aceh: LSM Gender Working Kehidupan, Bandung 2-3 Februari
Group. 2007. Semarang: Program Studi
Levine, P.A., dan Kline. M. Psikologi Universitas Diponegoro.
(2007).Trauma through a Child’s Eyes-
Awakening the Ordinary Miracle of
Healing-Infancy through Adolescence.
California: North Atlantic Books.
Lumongga, N. (2009). Depresi-Tinjauan
Psikologis. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Martin, A. D. (2003). Emotional quality
management. Jakarta: Arga.
Martin, G., dan Pears, J. (2007). Behavior
Modification: what it is and how to do
it (seventh edition). New Jersey:
Prentice Hall

Anda mungkin juga menyukai