Oleh:
200701500036
Kelas D
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
Review Jurnal Cognitive Behavioral Therapy
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji penerapan CBT dalam
meningkatkan regulasi emosi.
Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak perempuan yang
berinisial AG dan saat ini berusia 12 tahun.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
single-case design. Penerapan metode latihan relaksasi dan cognitive
restructuring methods melalui cara deskripsi dalam bentuk kata-kata,
bahasa, perilaku pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
memanfaatkan berbagai metode pengambilan data.
Definisi Operasional Variabel dependen pada penelitian ini yaitu regulasi emosi. Menurut
Variabel Dependen
Danner, Snowdon dan Friesen (dalam Atkinson & Hilgard, 2003),
seseorang yang memiliki regulasi emosi yang baik, dapat
mengendalikan dan mengekspresikan emosi yang dirasakannya
secara tepat.
Cara & Alat Metode CBT yang digunakan adalah cognitive restructuring methods
Mengukur Variabel
dengan teknik pencatatan pikiran negatif dan problem solving
Dependen
sedangkan untuk komponen behavioral menggunakan relaksasi
dengan teknik relaxation via tension relaxation. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode singlecase
design.
Definisi Operasional Dalam CBT, terapis berupaya membantu klien untuk merubah
Variabel Independen
pikiran dan pernyataan negatif serta keyakinan tidak rasional yang
dialaminya. Pemikiran yang tidak rasional dapat menimbulkan
masalah emosi. CBT juga merupakan kombinasi antara komponen
kognitif dan komponen perilaku (Martin & Pears, 2007).
Langkah-langkah Proses intervensi;
Intervensi
Sesi 1 dan 2, Formulation dan Psycho education. Tujuan terapi
pada sesi 1 untuk mengenali kemampuan diri, memberi
kesadaran memiliki masalah emosi dan adanya keinginan untuk
mengontrol emosinya, dan memberi pemahaman proses terapi.
Sedangkan pada sesi 2 untuk memberi pemahaman hubungan
pikiran, perasaan dan tingkah laku. Merumuskan masalah, dan
memberinya tugas rumah.
Sesi 3, Thought monitoring. Tujuan terapi ini untuk identifikasi
kognisi umum dan pola pikir AG, dan menjelaskan hubungan
pikiran, perasaan dan perilaku.
Sesi 4, Problem solving. Tujuan terapi pada sesi ini untuk
mengajarkan cara mencari solusi atas masalah emosi yang
dirasakannya, dan evaluasi sesi terapi kognitif.
Sesi 5, Affective management. Tujuan terapi ini untuk memberi
alternative cara mengontrol emosi dan membuat AG lebih
nyaman melalui relaksasi.
Sesi 6, Problem solving. Tujuan terapi ini untuk mencari solusi
terhadap masalah emosi yang dirasakannya dan menganalisa sesi
terapi kognitif dan perilaku.
Sesi 7, Afffective management dan Psycho education. Tujuan
terapi affective management untuk membuat AG lebih nyaman,
dan melatih melemaskan otot-otot tegang dengan cepat, seolah-
olah mengeluarkan ketegangan dari badan. Tujuan psycho
education untuk memberi pemahaman hubungan pikiran,
perasaan dan tingkah laku. Merumuskan masalah emosi yang
dirasakannya, dan evaluasi hasil terapi secara keseluruhan.
Hasil Penelitian Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
regulasi emosi subjek penelitian. Pada awalnya, AG memiliki distorsi
pikiran yang berlebihan (overgeneralization). Ia mempunyai
anggapan bahwa tentara harus bertanggung jawab terhadap
kehidupan keluarganya, namun setelah terapi diberikan ia
memaafkan orang yang telah membunuh ayahnya dan beranggapan
bahwa kematian ayahnya merupakan takdir dari Allah SWT.
Kekuatan Penelitian Data serta bentuk intervensinya disajikan secara jelas dan lengkap.
Kelemahan Penelitian Subjek dalam penelitian ini hanya satu orang.
Psikologia, 2013, Vol. 8, No. 2, hal. 59-72 59
ABSTRAK
Anak yang mengalami masalah emosi sering sekali merasa kesulitan dalam mengontrol emosinya, hal inilah
yang dialami oleh sebagian anak korban konflik Aceh. Bagi anak, hilangnya nyawa seseorang yang sangat
dicintainya merupakan suatu hal yang menyakitkan. Rasa sakit yang ada dalam diri anak inilah yang
kemudian menjadi pemicu ketidakstabilan emosi. Hal ini mengakibatkan anak akan mengembangkan
kebencian pada kejadian ataupun pihak-pihak yang menimbulkan rasa sakit tersebut. Untuk itu, perlu
dilakukan satu cara agar anak dapat mengontrol emosinya atau menyesuaikan emosi yang timbul agar tidak
terjadi suatu hal yang membahayakan dikemudian hari. Cara mengontrol emosi itu disebut juga dengan
regulasi emosi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji penerapan CBT dalam meningkatkan regulasi emosi.
Metode CBT yang digunakan adalah cognitive restructuring methods dengan teknik pencatatan pikiran
negatif dan problem solving sedangkan untuk komponen behavioral menggunakan relaksasi dengan teknik
relaxation via tension relaxation. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode single-
case design. Sesi CBT dilaksanakan sebanyak delapan sesi, enam sesi kognitif dan dua sesi behavioral. Pada
sesi ini diberikan psycho education, problem solving, dan relaksasi. Subjek dalam penelitian ini adalah AG,
seorang anak perempuan berusia 12 tahun. Ia menyimpan kemarahan dan mempunyai keinginan untuk balas
dendam kepada tentara yang telah membunuh ayahnya saat konflik di Aceh 8 tahun silam. Hal ini sebagai
pemicu munculnya ketidak stabilan emosi. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan regulasi emosi subjek penelitian. Pada awalnya, AG memiliki distorsi pikiran yang berlebihan
(overgeneralization). Ia mempunyai anggapan bahwa tentara harus bertanggung jawab terhadap kehidupan
keluarganya, namun setelah terapi diberikan ia memaafkan orang yang telah membunuh ayahnya dan
beranggapan bahwa kematian ayahnya merupakan takdir dari Allah SWT.
Salah satu daerah di Indonesia yang kelompok separatis yaitu Gerakan Aceh
mengalami suatu kejadian konflik yang Merdeka atau yang lebih dikenal yang
bersifat multidimensi adalah Propinsi sebutan GAM pernah menuntut adanya
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).Suatu pemisahan diri dan ingin membentuk
Rekomendasi mensitasi:
*Korespondensi mengenai penelitian ini dapat Mirza, R., & Sulistyaningsih, W. (2013). Cognitive
dilayangkan kepada Rina Mirza melalui e-mail: behavioral therapy untuk meningkatkan regulasi
rinamirza.psi@gmail.com emosi pada anak korban konflik Aceh. Psikologia,
8(2), 59-72.
60
negara baru. Hal inilah yang pada akhirnya anak yang ayahnya terbunuh, ingin sekali
menyebabkan konflik peperangan didaerah mencari orang yang telah membunuh
yang kita kenal dengan istilah “Bumi ayahnya dan membalaskan dendamnya
Serambi Mekkah”. Konflik tersebut dengan melakukan hal yang sama seperti
mengakibatkan banyak wanita diperkosa, apa yang telah dialami ayahnya kala itu.
anak-anak maupun orang dewasa lainnya Ini merupakan salah satu tindakan yang
dibunuh (Grunady, 2007), tidak sedikit tidak rasional dan hal ini dialami oleh
istri yang kehilangan suaminya atau anak- sebagian besar anak-anak korban konflik
anak menjadi yatim piatu (Kelompok di Aceh.
Kerja Gender, 2007). Hal-hal tersebut Salah seorang psikolog Universitas
mengakibatkan trauma yang mendalam Syiah Kuala Darussalam, Nur Jannah
sehingga menimbulkan masalah emosi Nitura kepada ANTARA news
akibat kematian orang-tua yang juga (2006)menjelaskan bahwa anak-anak
dirasakan oleh anak-anak di daerah konflik korban konflik yang berada di beberapa
Aceh ini (Levine & Kline, 2007). wilayah rawan gangguan keamanan di
Berkaitan dengan masalah emosi, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Gohm dan Clore (dalam Safaria & Saputra, (NAD) perlu mendapat penanganan
2009) membagi emosi dalam dua bagian, melalui pendekatan psikologis sebagai
yakni: (1) Emosi positif, yakni merupakan upaya menghapuskan rasa dendam dalam
reaksi emosi yang dapat memberi dampak diri mereka. Jika tidak segera ditangani,
menyenangkan bagi diri kita seperti maka akan melahirkan generasi
ketenangan, rilek, gembira, bahagia, dan pendendam. Setyawan (2007)
sebagainya; dan (2) emosi negatif, yakni menambahkan bahwa anak-anak yang
merupakan reaksi emosi yang dapat mengalami masalah emosi negatif dapat
memberi dampak tidak menyenangkan mengakibatkan terjadinya ketegangan
bagi diri kita seperti sedih, putus asa, emosi yang semakin meningkat sehingga
marah, keinginan balas dendam, dan menyebabkan sulitnya dalam mengontrol
sebagainya. Berkaitan dengan masalah emosi.Bagi anak sebagai anggota terlemah
emosi yang negatif, Rusmana (2006) dalam keluarga, konflik yang terjadi
menyebutkan bahwa banyak anak-anak hingga mengakibatkan hilangnya nyawa
Aceh yang mengalami masalah emosi yang seseorang yang sangat dicintainya
negatif, tidak sedikit dari anak-anak merupakan suatu hal yang
tersebut yang memendam rasa marah dan menyakitkan.Rasa sakit yang ada dalam
keinginan balas dendam kepada orang diri anak inilah yang kemudian menjadi
yang telah membunuh orang yang pemicu ketidakstabilan emosi. Hal ini
dicintainya. Muzakar dan Alwie (2009) dapat mengakibatkan anak
menambahkan bahwa sebagian dari anak- mengembangkan kebencian pada kejadian,
anak tersebut saat ini berada disalah satu seseorang ataupun pihak-pihak yang
sekolah di daerah Aceh, yaitu sekolah menimbulkan rasa sakit tersebut.
Dayah (pondok pesantren) Markaz Al- Untuk mengatasi ketegangan
Islah Al-Aziziyah, yang terletak di Desa tersebut, anak perlu belajar untuk
Luengbata-Banda Aceh. mengontrol emosinya agar ia lebih mampu
Dalam kamus besar Bahasa berperilaku yang sesuai dan tidak terjadi
Indonesia (Talisa, 2008), balas dendam suatu hal yang membahayakan di
diartikan sebagai keinginan yang keras kemudian hari. Cara mengontrol emosi
untuk membalas atau melakukan hal yang tersebut, disebut juga dengan regulasi
setimpal.Tindakan balas dendam terhadap emosi. Menurut Danner, Snowdon dan
sesuatu hal yang tidak rasional merupakan Friesen (dalam Atkinson & Hilgard, 2003),
suatu yang tidak normal sehingga harus seseorang yang memiliki regulasi emosi
ada langkah untuk mengatasinya. Seorang yang baik, dapat mengendalikan dan
61
3 Thought Identifikasi kognisi umum dan AG mengetahui apa dan bagaimana cara memberi
monitoring pola pikir AG. makna terhadap pikiran negatif yang dirasakannya. Ia
Menjelaskan hubungan menyadari tidak selamanya pikiran yang pertama
pikiran, perasaan dan sekali muncul merupakan hal yang dapat terjadi,
perilaku. karena membutuhkan pemikiran lagi dalam
memaknai pemikiran tersebut agar lebih masuk akal.
Selain itu, ada distorsi pikiran yang berlebihan
(overgeneralisasi). Baginya, seseorang harus
bertanggung jawab atas kehidupan mereka setelah
kematian ayahnya. Ia juga sangat membenci segala
hal yang berkaitan dengan tentara serta atributnya.
4 Problem Mengajarkan cara mencari AG dapat mencari solusi atas masalah emosi yang
solving solusi atas masalah emosi dirasakannya. Walau belum begitu berhasil, namun
yang dirasakannya. AG masih dapat mengerjakan tugas yang diberikan
Evaluasi sesi terapi kognitif kepadanya dengan bantuan dan motivasi.
5 Affective Memberi alternatif cara AG belum menaruh kepercayaan secara penuh
manage mengontrol emosi. terhadap proses terapi behavioral yang dijalaninya.
Ment Membuat AG lebih nyaman Namun ia dapat mengikuti semua instruksi yang
melalui relaksasi diberikan.
7 Affective Membuat AG lebih nyaman AG telah menerapkan teknik yang telah diajarkan
manage Melatih melemaskan otot-otot pada sesi terapi sebelumnya. Ia dapat secara
Ment tegang dengan cepat, otomatis mengontrol emosi yang dirasakannya.
seolah-olah mengeluarkan
ketegangan dari badan.
Psycho Memberi pemahaman Sesi ini berjalan sesuai dengan tujuan, meskipun ia
Education hubungan pikiran, perasaan belum dapat melupakan kejadian yang menimpa
dan tingkah laku. ayahnya namun ia berusaha untuk terus belajar
Merumuskan masalah emosi memaafkan orang yang telah membunuh ayahnya. Ia
yang dirasakannya. sadari tidak dapat melakukan apapun kecuali berdoa
Evaluasi hasil terapi secara semoga orang yang telah membunuh ayahnya
keseluruhan. mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatan
yang telah dilakukannya.
64
Tabel 3 Perubahan kemampuan regulasi emosi AG sebelum dan sesudah intervensi CBT
Tabel 4 Kemampuan regulasi emosi subjek sesudah intervensi CBT dan follow-up
melihat apakah terapi yang diberikan dapat nya dalam melakukan hubungan
bertahan, meningkat atau semakin interpersonal dengan orang lain. Pada
menurun dengan berjalannya awalnya, ia merasa kesulitan untuk
waktu.Berikut ini merupakan gambaran memaafkan orang yang telah membunuh
kemampuan regulasi emosi subjek sesudah ayahnya. Namun seiring berjalannya
terapi CBT dengan follow-up. Seperti waktu, ia semakin dapat memaafkan orang
tertera pada Tabel 4. yang telah membunuh ayahnya. Berikut ini
Dapat dikatakan bahwa secara merupakan kesimpulan dari perubahan dari
keseluruhan kemampuan regulasi emosi kemampuan regulasi emosi subjek sesudah
AG setelah dilakukan follow-up dapat terapi CBT diberikan dan sesaat setelah
bertahan. Bahkan semakin meningkat terapi (follow-up).
karena ada satu kemampuan yang
mengalami perubahan yakni kemampuan-
68
Ketika bagi raport kemarin, Biasa Tidak Biasa saja Setuju Biasa Biasa saja
temanmu ditemani ayahnya saja merasa apa- sama saja
untuk mengambilkan apa teman itu
raportnya.
Abangmu bercita-cita ingin Setuju Senang Akan terus Tidak Biasa Mana
menjadi tentara. karena akan mendukung setuju saja mungkin,
bisa balas abang karena abang
dendam tidak sekolah
dikatakan bahwa terapi yang dilaksanakan sesi, mau mengisi lembar kerja yang
dapat meningkatkan kemampuan regulasi diberikan meski membutuhkan dorongan
emosi pada anak korban konflik Aceh serta adanya upaya untuk belajar
yang mengalami masalah emosi. memaafkan. Namun dalam penerapan CBT
Setelah terapi diberikan, pada penelitian ini, menunjukkan beberapa
kemampuan kendali diri, sikap hati-hati, kekurangan yang terjadi selama penelitian
toleransi terhadap frustasi, memiliki ini baik dalam masa terapi maupun selama
pandangan yang positif terhadap diri pelaksanaan penelitian.
sendiri dan lingkungan, lebih dapat Selama pelaksanaan terapi, peneliti
melakukan introspeksi diri dan relaksasi berupaya mencari ruangan yang kondusif
serta lebih sering merasakan emosi yang yakni memilih rumah ibu AL yang
positif dari pada emosi negatif mengalami biasanya selalu sunyi sehingga lebih
peningkatan. Sementara itu, tenang. Namun selama pelaksanaan terapi
kemampuannya dalam menjalin hubungan berlangsung terjadi suatu hal diluar
interpersonal dengan orang lain, dugaan, beberapa kali rumah ibu AL
adaptabilitas, kepekaan terhadap orang lain kedatangan tamu sehingga membuat
dan tidak mudah putus asa tidak konsentrasi AG terpecah. Selain itu,
mengalami perubahan (menetap). Dengan kualitas terapis dan waktu pelaksanaan
demikian secara keseluruhan dapat terapi juga merupakan salah satu
dikatakan bahwa setelah pelaksanaan kekurangan dalam penelitian ini. Terapis
terapi, kemampuan regulasi emosi AG menunjukkan kekakuan dalam
meningkat. Walau AG belum bisa menjalankan intervensi CBT, hal ini
melupakan masalah yang telah membuat disebabkan kurangnya pengalaman dari
ayahnya meninggal, namun ia mau terapis karena baru pertama sekali
berusaha belajar memaafkan orang yang melaksanakan terapi ini. Sementara itu
telah membunuh ayahnya meskipun mengenai waktu pelaksanaan terapi yang
dikatakannya tidak mudah baginya untuk terlalu singkat, hal ini dikarenakan
memaafkan orang yang telah membunuh keterbatasan waktu dari partisipan sendiri
ayahnya. maka penelitian ini tidak berjalan sesuai
Distorsi kognisi yang muncul/ dengan waktu terapi yang telah ditentukan
ditunjukkan pada subjek ini adalah over sebelumnya. Oleh karena itu, penggunaan
generalization. Ia menganggap semua waktu dalam terapi perlu diperhatikan
tentara harus bertanggung jawab atas untuk penelitian selanjutnya. Senada
kehidupan mereka sebab merekalah yang dengan hal tersebut, oemarjoedi (2003)
telah menghilangkan nyawa ayahnya. menyatakan bahwa dalam pelaksanaan
Setelah terapi, ia menyadari bahwa harus CBT dibutuhkan keahlian praktis dan
berupaya memaafkan orang yang telah psikologis spesifik seperti refleksi dan
membunuh ayahnya. Hal ini didukung oleh evaluasi kembali makna perubahan
fakta yang ada bahwa ayahnya telah perilaku dan secara aktif mempromosikan
meninggal 8 tahun silam, ia tidak tahu perubahan-perubahan individu.
persis siapa yang telah membunuh ayahnya
dan kematian ayahnya merupakan takdir Kesimpulan
dari Allah SWT.
Dalam penelitian ini tidak dapat
Secara umum pelakasanaan terapi
dipastikan, apakah teknik problem solving
ini berjalan dengan lancar, dimana AG
dan pencatatan pikiran negatif untuk
dapat mengikuti proses terapi yang
digunakan dalam cognitive restructuring
diberikan dengan baik. Terlihat adanya
methods atau teknik relaksasi yang lebih
kemauannya untuk untuk terus mengikuti
dominan dalam mempengaruhi perubahan
semua sesi terapi sampai akhir. Ia juga
kemampuan regulasi emosi serta
mau mengikuti semua instruksi disetiap
kemampuannya dalam mencari jalan
71
keluar dari masalah emosi yang sedang 1) Berkaitan dengan pelaksanaan terapi
dialaminya. Hal ini dikarenakan teknik di sebaiknya menggunakan cara yang
atas merupakan satu kesatuan maka dapat lebih menarik dan kreatif dalam
dikatakan bahwa terapi yang dilaksanakan menyampaikan materi misalnya melalui
dapat meningkatkan kemampuan regulasi permainan, cerita, dan boneka.
emosi pada anak korban konflik Aceh Disamping itu, tempat pelaksanaan
yang mengalami masalah emosi. terapi sebaiknya dilakukan dalam
Secara keseluruhan intervensi CBT lingkungan yang kondusif dan tenang
dengan cognitive restructuring methods sehingga konsentrasi anak menjadi
dan teknik relaksasi dapat meningkatkan tidak terganggu dan dapat mengikuti
kemampuan regulasi emosi subjek proses terapi dengan baik serta
penelitian. Hasil yang diperoleh memperpanjang sesi terapi agar
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan regulasi emosi yang
kemampuan regulasi emosi subjek dimilikinya dapat dimanfaatkannya
penelitian. Setelah terapi diberikan, untuk menghilangkan keinginan balas
kemampuan kendali diri, sikap hati-hati, dendamnya dengan bantuan terapis.
toleransi terhadap frustasi, memiliki 2) Berkaitan dengan efektifitas terapis,
pandangan yang positif terhadap diri bahwa salah satu faktor pendukung
sendiri dan lingkungan, lebih dapat keberhasilan terapi adalah terletak pada
melakukan introspeksi diri dan relaksasi terapis yang memiliki kompeten. Dalam
serta lebih sering merasakan emosi yang hal ini terapis dapat memperkaya
positif dari pada emosi negatif mengalami keahlian yang dimilikinya, mislanya
peningkatan. Sementara itu, dengan mengikuti pelatihan yang
kemampuannya dalam menjalin hubungan mendalam mengenai cognitive
interpersonal dengan orang lain, behavioral therapy sebagai penambah
adaptabilitas, kepekaan terhadap orang lain kekayaan ilmu yang dapat diterapkan.
dan tidak mudah putus asa tidak Hal ini berguna untuk membiasakan diri
mengalami perubahan (menetap). terhadap pelaksanaan CBT yang akan
Hal lainnya yang mengalami diberikan.
perubahan adalah kemampuannya dalam Saran Praktis
menilai suatu situasi sosial. Pada awalnya,
AG memiliki distorsi pikiran yang Berdasarkan hasil penelitian ini,
berlebihan (overgeneralization). Ia ada beberapa saran praktis untuk individu
mempunyai anggapan bahwa tentara harus yang mengalami masalah emosi dan orang/
bertanggung jawab terhadap kehidupan lingkungan sekitar anak.
keluarganya, namun setelah terapi 1) Individu yang mengalami masalah
diberikan ia memaafkan orang yang telah emosi, diharapkan dapat selalu melatih
membunuh ayahnya dan beranggapan kontrol emosi/ regulasi emosi dan
bahwa kematian ayahnya merupakan mengembangkan pemikiran positif serta
takdir dari Allah SWT. terus berupaya agar belajar memaafkan
orang yang telah membunuh ayahnya.
Saran 2) Lingkungan sekitar, dalam hal ini orang
tua membantu anak dalam mengelola
Saran Teoritis emosinya dan membantu memberikan
Peneliti menyadari bahwa banyak pemahaman dampak negatif dari
hal yang bisa dikembangkan dalam keinginannya memendam balas
penelitian ini. Untuk itu diharapkan bagi dendam. Hal ini disebabkan karena
peneliti lain yang ingin meneliti hal yang lingkungan menjadi model bagi anak
sama agar memperhatikan hal-hal berikut: seperti memaafkan orang yang telah
membunuh ayahnya. Disamping itu,
orang tua juga hendaknya memiliki
72