Anda di halaman 1dari 6

Mata Kuliah : Psikologi Keluarga

Dosen Pengampu : Dr. Haerani, S.Psi., M. Si

Eka Surfatianinsih Jafar, S.Psi., M.Psi., Psikolog

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

DI SUSUN OLEH :

Andi Mayang Nurya

NIM. 200701502120

Kelas D

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

A. Gambaran Isu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 1 menyebutkan bahwa Kekerasan dalam


rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan/atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan pemaksaan atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dan lingkup rumah tangga. (Manumpahi Edwin 2016).

Menurut Comprehensive Textbook of Phychiatry (dalam Josephine, dkk.), KDRT


mempunyai konteks yang lebih luas dalam kaitan relasi, termasuk hubungan perkawinan,
kekerasan pada usia lanjut yang dilakukan oleh caregiver (pengasuh), kekerasan yang dilakukan
oleh pasangan hubungan yang dekat. Child abuse (kekerasn terhadap anak, termasuk dalam
KDRT) merupakan bentuk kekerasan terhadap anak. (Syarif, Siti 2013).

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dapat diartikan sebagai tindakan kekerasan yang
dilakukan oleh seorang pengasuh, orangtua, atau pasangan. KDRT dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk, di antaranya: Kekerasan fisik, penggunaan kekuatan fisik; kekerasan seksuai,
setiap aktivitas seksuai yang dipaksakan; kekerasan emosional, tindakan yang mencakup
ancaman, kritik dan menjatuhkan yang terjadi terus menerus; dan mengendalikan untuk
memperoleh uang dan menggunakannya. (Wahab Rochmat 2006).

B. Faktor Penyebab

Menurut Ihromi (1995) timbulnya tindakan KDRT di antaranya adalah:

1. Komunikasi Komunikasi dalam keluarga merupakan faktor terpenting dalam


menentukan keharmonisan suatu rumah tangga. Dengan adanya komunikasi akan
tercipta hubungan yang lebih terbuka di antara anggota keluarga dalam menyampaikan
keluhan, uneg-uneg, ataupun hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah keluarga.
Bilamana komunikasi dalam suatu keluarga tidak baik maka dapat dipastikan akan
memperbesar kemungkinan timbulnya konflik yang berujung pada kekerasan dalam
rumah tangga dan hal ini sangat mungkin menimbulkan korban.
2. Penyelewengan Hadirnya pihak ketiga dalam hubungan suami istri merupakan masalah
besar yang dihadapi oleh pasangan tersebut. Tak jarang hal tersebut menimbulkan
perceraian ataupun menimbulkan suatu tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT). Seperti seorang suami mempunyai wanita selingkuhan, disaat sedang
berkencan tiba-tiba kepergok sang istri. Saat berada di rumah sang istri menanyakan
kebenaran hal tersebut, tetapi sang suami tidak terima dan pada akhirnya terjadi
pertengkaran yang berujung pada kekerasan fisik yang dilakukan oleh sang suami
kepada istri. Pada bebberapa kasus seperti ini yang menjadi tersangka adalah sang suami
dan yang menjadi korban adalah sang istri ataupun sang anak yang menjadi pelampiasan
dari penyelewengan ini.
3. Citra diri rendah yang rendah dan frustasi Faktor ini biasanya muncul jika sang suami
sedang merasa putus asa dengan masalah dalam pekerjaan yang sedang dia kerjakan, di
sisi lain sang istri terus menekan sang suami untuk melaksanakan tanggung jawabnya
untuk memenuhi e-journal “Acta Diurna” Volume V. No.1. Tahun 2016 kebutuhan
ekonomi keluarga. Dengan keadaan yang seperti ini kemudian menyebabkan tingkat
frustasi semakin besar pada sang suami yang kemudian membuat tingkat emosinya
meledak. Maka pada akhirnya akan memicu munculnya tindakan KDRT akibat rasa
frustasi.
4. Perubahan status social Faktor penyebab timbulnya Kekerasan Dalam Rumah Tangga
pada keluarga masyarakat perkotaan dengan tingkat kehidupan ekonomi menengah ke
atas. Adalah masalah gaya hidup dengan gengsi yang tinggi pada keluarga tersebut.
Masalah akan muncul jika terjadi berkurangnya sumber pendapatan, berakhirnya masa
jabatan, dengan munculnya kasus seperti itu kemudian membuat masingmasing anggota
keluarga merasa malu dengan orang sekitar dan kemudian memberikan tekanan yang
berlebihan kepada pihak yang berperan sebagai mencari nafkah, biasanya sang ayah.
Akibatnya akan memicu munculnya potensi KDRT dalam keluarga tersebut.
5. Kekerasan sebagai sumber penyelesaian masalah Budaya kekerasan dalam rumah-tangga
berkaitan erat dengan masalah kekerasan yang pernah dialami dari sejak lahir sudah
berada pada lingkungan yang keras dan terus dididik dengan nilai-nilai yang
berhubungan dengan unsur kekerasan maka saat ia berkeluarga akan menggunakan
kekerasan sebagai sarana yang paling tepat dan cepat untuk menyelesaikan suatu
masalah. Kekerasan sudah mendarah daging sehingga suatu masalah tidak akan mantap
apabila tidak diselingi dengan tindak kekerasan.
C. Dampak

Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang sering menyaksikan dan mengalami
kekerasan dalam rumah tangga setelah menjadi dewasa akan mempunyai sikap yang a-sosial
dan cenderung dalam kehidupannya selalu melakukan tindak kekerasan atau mereka
mengalami gangguan jiwa yang bisa membahayakan banyak orang. (Manumpahi Edwin

2016).

Kekerasa fisik ketika masih kecil dan kekerasan secara verbal kekerasan ini termasuk
dalam kategori kekerasan psikis karna korban mengalami penderitaan psikis bahkan sampai
pada bentuk psikosomatis. Dampak fisik dari kekerasan yang dialami berupa penyakit yang
sering muncul yaitu sesak napas terutama ketika mengingat kekerasan yang dialami.Selain
itu timbul permasalahan psikis yang disebut psikosomatis. (Syarif, Siti 2013).

Marianne James, Senior Research pada Australian Institute of Criminology (1994),


menegaskan bahwa KDRT memiliki dampak yang sangat berarti terhadap perilaku anak, baik
berkenaan dengan kemampuankognitif, kemampuanpemecahan masalah, maupun fungsi
mengatasi masalah dan emosi. (Wahab Rochmat 2006).

D. Strategi
1. Pendekatan Kuratif :
a. Menyelenggarakan pendidikan orangtua untuk dapat menerapkan cara mendidik
dan memperlakukan anak-anaknya secara humanis.
b. mengundang teijadinya KDRT. d. Membangun kesadaran kepada semua anggota
keluarga untuk . takut kepada akibat yang ditimbulkan dari KDRT.
c. Membekali calon suami istri atau orangtua baru untuk menjamin kehidupan yang
harmoni, damai, dan saling pengertian, sehingga dapat terhindar dari perilaku
KDRT
2. Pendekatan Preventif :
a. Memberikan sanksi secara edukatif kepada pelaku KDRT sesuai dengan jenis dan
tingkat beratatau ringannya pelanggaran yang dilakukan, sehingga tidak hanya
berarti bagi pelaku KDRT, tetapi juga bagI korban dan anggota masyarakat
lainnya
b. Membawa korban KDRT ke dokter atau konselor untuk segera mendapatkan
penanganan sejak dini, sehingga tidak terjadi iuka dan trauma psikis sampai
serius.
c. Memberikan incentive bagisetiap orang yang berjasa dalam mengurangi,
mengeliminir, dan menghilangkan salah satu bentuk KDRT secara berarti,
sehingga terjadi proses kehidupan yang tenang dan membahagiakan.

E. Kesimpulan

Kekerasan Dalam Rumah-Tangga (KDRT) dengan alasan apapun dari akan berdampak
pada keutuhan keluarga, yang pada akhirnya justeru membuat keluarga berantakan. Jika
terjadi hal ini, yang paling mengalami kerugian adalah anak-anaknya khususnya bagi masa
anak-anaknya. Karena itu harus ada upaya mencari jalan terbaik untuk menyelamatkan
lembaga keluarga dengan lebih banyak memberi perhatian untuk penyelamatan anggota
keluarga pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

F. Refleksi

Untuk dapat menyikapi KDRT secara efektif, perlu sekali setiap anggota keluarga
memlliki kemampuan dan keterampilan mengatasi KDRT, sehingga tidak menimbulkan
pengorbanan yang fatal. Tentu saja hal ini hanya bisa dilakukan bagi anggota keluarga yang
sudah memiliki usia kematangan tertentu dan memiliki keberanian untuk bersikap dan
bertindak. Sebaliknya jika anggota keluarga tidak memiliki daya dan kemampuan untuk
menghadapl KDRT, secara proaktif masyarakat, para ahli, dan pemerintah perlu mengambil
inislatif untuk ikut serta dalam penanganan korban KDRT,sehingga dapat segera
menyelamatkan dan menghindarkan anggota keluarga dari kejadian yangitidak diinglnkan
DAFTAR PUSTAKA

Manumpahi, E., Goni, S. Y., & Pongoh, H. W. (2016). Kajian kekerasan dalam rumah tangga
terhadap psikologi anak di Desa Soakonora Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera
Barat. Acta Diurna Komunikasi, 5(1).

Wahab, R. (2010). Kekerasan dalam Rumah Tangga: Perspektif Psikologis dan


Edukatif. Unisia, (61), 247-256.

Hidayatullah, S., Budi, S. H. B. A. H., & Argiati, A. (2013). Dinamika Psikologi dan Perilaku
Forgiveness Bagi Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga. Jurnal Spirits, 4(1), 74-
80.

Anda mungkin juga menyukai