REHABILITASI PSIKOSOSIAL
“Gangguan Depresi”
disusun oleh:
Christyowati Dwi Ariesta
42200448
2. Tahap Penyaluran
Setelah pasien menyelesaikan tahap persiapan, maka pasien akan dikembalikan
ke keluarga, masyarakat, maupun instansi lainnya seperti bengkel kerja terlindung.
Pada bengkel kerja terlindung, pasien diperkerjakan secara khusus apabila masih perlu
dilindungi dari persaingan di tempat kerja luar.
3. Tahap Pengawasan
Tujuan dari tahap pengawasan ini adalah untuk mengadakan evaluasi sosial dan
lingkungan hidup pasien yang kemungkinan besar akan berpengaruh jangka panjang
terhadap kesembuhan pasien, serta membantu dalam membimbing keluarga dalam
merawat pasien di rumah.
Pada gangguan depresi, terdapat banyak cara rehabilitasi psikososial khususnya pada terapi
kerja seperti pelatihan manajemen emosi, hipnoterapi, pelatihan berpikir positif, terapi keluarga
dan cognitive behaiour therapy (CBT). CBT berfokus untuk membantu individu mengembangkan
diri untuk dapat menjelaskan gejala yang dirasakan dan mengurangi dampak gejala tersebut
terhadap perilaku. CBT didasarkan pada bukti akan proses emosional, defisit pemrosesan
informasi, dan penalaran maupun penilain yang berkontribusi dalam pembentukan dan pertahanan
delusi dan halusinasi dapat diubah melalui intervensi kognitif. Oleh karena pada orang dengan
depresi merujuk pada kecenderungan munculnya distorsi kognitif dan rendahnya penilaian
terhadap diri sendiri mauapun kurangnya keyakinan akan masa depannya. Proses kognitif tersebut
yang dapat menjembatani proses belajar manusia terkait pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang
saling berhubungan. Dengan demikian, pendekatan yang cukup dapat mengurangi kecenderungan
tersebut adalah menggunakan pendekatan kognitif dan perilaku seperti CBT. CBT membantu
pasien dapat mengarahkan pandangan diri dan masa depan tanpa pikiran negatif yang irasional,
sehingga memunculkan kekuatan dan keyakinan dalam diri bahwa dirinya mampu untuk
mengatasi setiap masalah yang dihadapi.
Tahap-tahap yang dilakukan dalam rehabilitasi cognitive behaiour therapy (CBT) antara
lain:
1. Penemuan isi pikiran yang negatif
Pasien dapat diberkan pertanyaan secara langsung untuk menemukan pikiran
negatif dan menyadarkan adanya jeratan pikiran tersebut yang dapat memperburuk dirinya.
Pertama-tama, terapis bekerja untuk memahami sepenuhnya perspektif pasien tentang
keyakinan, halusinasi, maupun perasaan yang dimilikinya. Kemudian dilanjutkan dengan
mengajukan pertanyaan tentang sumber dari masalah, misalnya “Apakah anda tahu bahwa
saat seseorang putus hubungan, mereka berada di bawah tekanan yang besar?”. Akhirnya,
hal tersebut dapat membantu pasien untuk melakukan tindakan atau perilaku untuk
menanyakan keluarga terpercaya mengenai kepastian hal yang dirasakan selama ini.
Proses ini perlahan-lahan akan membuat pasien dapat mengevaluasi cara menjelaskan
masalah yang dialami supaya dapat lebih terbuka dan dapat dimengerti oleh orang lain.
Adapula kegiatan dimana pasien belajar untuk menuliskan kejadian yang
mengganggu secepat mungkin setelah terjadi tanpa adanya penundaan. Penundaan akan
membuat sulit untuk mengingat pikiran dan perasaan kuat yang dirasakan. Pencatatan
dapat dikerjakan dengan tabel pikiran otomatis seperti di bawah ini.
Rekam Jejak Pikiran
Situasi Emosi Perilaku Reaksi Gambaran/pikiran
(tulis setiap (skala 0-100%) secara otomatis
detail situasi fisik (identifikasi pikiran
yang terjadi) yang paling penting)
Tabel 1.1 Rekam Jejak Pikiran CBT
2. Konstruksi pikiran otomatis
3. Relaksasi
4. Keterampilan memecahkan masalah
Masalah yang dihadapi oleh pasien diidentifikasi dan diikuti dengan terapis yang
membantu dalam mengidentifikasi sumber-sumber yang dialami pasien.
5. Menetapkan tujuan
6. Latihan kognitif dengan menggunakan imajinasi untuk membayangkan secara detail
mengenai tahap-tahap yang akan dilakukan diselesaikan dan konsekuensi yang akan
dihadapi oleh pasien
7. Latihan mengubah perilaku terhadap objek
Contoh struktural sesi CBT bagi penderita dengan gangguan depresi:
No. Komponen Waktu (menit)
1 Sesi awal:
- Pengecekan mood
- Pengaturan pertemuan 5-10
- Meninjau ulang tugas rumah
2 Diskusi poin atau masalah dalam pertemuan:
- Deskripsi terjadinya masalah secara khusus
- Konfirmasi elemen dari kognitif
- Diskusi kolaboratif pasien-terapis mengenai 35-40
cara pendekatan masalah
- Dasar pemikiran untuk pengenalan intervensi
- Penilaian kemanjuran dari intervensi
- Ringkasan
- Rencana aksi kolaboratif secara tertulis
- Merencanakan dan mendiskusikan tugas
rumah dan pendekatannya
3 Umpan balik untuk terapis 1-2
Daftar Pustaka