“ PSIKOTERAPI KOGNITIF ”
Di Susun Oleh :
Kelompok : 7
Adinda Pertiwi Tan (4518091045)
Ekasriwahyuningsih Siregar (4518091075)
UNIVERSITAS BOSOWA
FAKULTAS PSIKOLOGI
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelasaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW. yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat
nanti.
Tak lupa kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikamt sehat-nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal
pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelasaikan pembuatan
makalah PSIKOLOGI KLINIS yang berjudul “PSIKOTERAPI
KOGNITIF”.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari si pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini menjadi makalah yang lebih
bai lagi.
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………1
Daftar Isi…………………………………………………….2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………...
1.3 Tujuan…………………………………………………..4
BAB II PEMBAHASAN…………………………………..
3.1 Kesimpulan…………………………………………....7
3.2 Saran…………………………………………………..8
Daftar Pustaka…………………………………..……......9
2
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan Terapi kognitif
Secara sedrehana, tujuan terapi kognitif adalah berpikir logis. Lagi pula, kata cognition (kognisi) pada
dasarnya sinonim dengan thought (pikiran). Jadi, terapis kognitif pada dasarnya mengasumsikan bahwa
cara kita memikirkan tentang berbagai kejadian menentukan cara kita merespons. Dengan kata lain,
“interpretasi dan persepsi individu-individu tentang situasi, peristiwa dan masalah saat ini memengaruhi
bagaimana mereka bereaksi” (Beck,2002,hlm.163). masalah psikologis timbul dari kognisi yang tidak
logis. Sebagai contoh, sebuah interpretasi yang tidak logis atas sebuah peristiwa kehidupan-putus
hubungan, nilai F di sebuah ujian, komentar seorang teman- dapat mengakibatkan depresi atau kecemasan
yang luar biasa. Akan tetapi, kesejahteraan/kesehaatan psikologis berasal dari psiklogis berasal dari
kognisi yang logis. Artinya, ketika kognisi sesuai dengan kejadiannya, kognisi itu dapat menghasilkan
reaksi yang lebih sehat dan adaptif. Oleh sebab itu, peran terapis kognitif adalah untuk membenarkan
pemikiran yang keliru (Bermudes, wright & Casey, 2009; Clark, Hollified, Leahy & beck, 2009;
Dobson,2012;Dobson &Dobson, 2009).
Pentingnya Kognitif
Ketika menyebut kognisi, terapis kognitif menggunakan banyak istilah yang dapat saling
dipertukarkan; beberapa di antaranya adalah pikiran, keyakinan, interpertasi dan asumsi. Apapun
sebutanya, kita sering mengabaikan arti penting mereka didalam kehidupan sehari-hari. Ketika
seseorang bertanya, “mengapa anda begitu bergembira ?” atau mengapa anda begitu sedih?” kita
biasanya menunjuk pada sebuah kejadian baru-baru ini yang membuat kita bahagia atau sedih.
Kami memotretnya sebagai sebuah model dua langkah, yaitu sesuatu terjadi dan Sesuatu itu
memengaruhi perasan kita secar langsung.
Merevisi Kognitif
Setelah kita menerima ide bahwa kognisi emenetukan perasaan, maka merevisi kognisi
menjadi tugas penting. Secara spesifik tujuanya adalah untuk memastikan bahwa pikiran-pikiran
yang di punyai seseorang tentang peristiwa tertentu berkorespondensi secara rasional dan logis
dengan peristiwa itu sendiri. Bila tidak, kognisis itu dapat menghasilkan perasaan yang tidak
diperlukan dan tidak menyenangkan (Dobson & Dobson,2009; Ellis, 2008; Grant, young &
DeRubies, 2005).
Ada metode-metode yang berbeda untuk merevisi kognisi. Secara umum, metode-metode
ini mengikuti sebuah rangkain tiga tahap yang sama: Pertama-tama kognisi yang tidak
logisdiidentifikasi, kemudian di tantang, dan akhirnya di gantikan dengan kognisi yang lebih logis
(Beck, 1995; AEllis, 2008;Leahy, 2003). Langkah yang pertama identifikasi pikiran-pikiran yang
tidak logis seharusnya tidak di kacaukan dengan tujuan psikodinamik untuk membuat hal-hal yang
tidak sadar menjadi disadari terapis kognitif tidak menggali hingga ke dalam psikis seperti
yang di lakukan para terapis psikodinamik. Akan tetapi, mereka mengakui bahwa sebagian
kognisi kita adalah pikiran otomatis. Langkah yang kedua, yang menantang kognisi yang tidak
logis, juga memiliki beragam bentuk. Tujuan kedua pendekatan ini adalah untuk memengaruhi
klien agar meragukan kebenaran keyakinan yang tidak logis dan kemudian mencapai kesimpulan
bahwa keyakinan itu seharusnya di revisi. Merevisi, yang merupakan langkah ketiga proses ini,
pada awalnya sulit untuk di lakukan oleh klien-karena mungkin saja terasa asing bagi klien
karena terapis meminta klien untuk berpikir dengan cara yang berlawanan dengan cara berpikir
mereka secara bertahun-tahun. Terapis kognitif dengan demikian memimpin di dalam uapaya
awal untuk merevisi pikiran klien ini. Akan tetapi, tujuan akhirnya agar klien mampu merevisi
pikiran-pikiranya sendiri tanpa masukan dan terapis.
Terapis kognitif aksplisit memasukan edukasi klien tentang pendekatan kognitif ke dalam
tugas mereka. Mereka melatih klien untuk mengenali pikiran-pikiran tidak logis melekatkan
label ke pikiran-pikiran tersebut dan melacaknya di dalam sebuah format tertulis tertentu. Dan,
seperti semua pengajar yang baik terapis kognitif bercita-cita agar klien akhirnya mampu
megunakan pelaajran yang mereka petik untuk mengajari dirinya sendiri, dan bukan terus
bergantung pada pengajar.
Pekerjaan Rumah
Persamaan terpis kognitif dan pengajar adalah pemberian pekerjaan rumah di dalm
kasus-kasus lain, pekerjaan rumahnya bersifat perilaku: klien di minta melakukan perilaku tertentu
sebelum pertemuan berikutnya, dalam kasus man pun, diskusi tentang pekerjaan rumah
merupakanbagian sgnifikan dari sesi selanjutnya.
Pendekatan yang Singkat, terstruktur dan terfokus
Terapis kognitif berusaha mencapai hasil terapi yang positif dengan cukup cepat biasanya
kurang dari 15 sesi, tetapi jauh lebih lama kasus-kasus yang kompleks atau berat. Bagi para
pasien rawat-jalan, sesi –sesi biasanya terjadi seminggu sekali, yang akhirnya semakin jarang
ketika klien semakin membaik. Beberapa factor berkontribusi pada efisiensi terapi kognitif,
termasuk fokusnya pada masalah klien pada saat ini (bukan eksplorasi tentang masa lalu); sebuah
focus berorientasi tujuan yang sengaja di tetapkan pada gejala-gejala yang teridentifikasi tujuan
dengah jelas; dan sesi-sesi terapi terustruktur.
5
B.Dua Pendekatan Terapi Kognitif
Terapis kognitif berusaha mencapi hasil terapi yang positif dengan cukup cepat biasanya kurang
dari 15 sesi tetapi jauh lebih lama di dalam kasusu-kasus yang kompleks atau berat.Bagi para pasien
rawat jalan sesi-sesi biasanya terjadi seminggu sekali, yang akhirnya semakin jarang ketika klien semakin
membaik.Beberapa faktor berkontribusi kepada efesiensi terapi kognitif,termasuk fokusnya terhadap
masalah klien pada saat ini.
6
C. Aplikasi Terkini Terapi Kognitif
Selama beberapa tahun terakhir,Sebuah bentuk terapi baru yang di dasarkan pada perhatian dan
penerimaan telah menjadi kian populer dan didukung secara empiris,secara kolektif,mereka sering disebut
“terapi gelombang ketiga”yang merujuk pada evolusi dari behaviorisme (gelombang pertama) ke terapi
kognitif (gelombang kedua).Berikut akan membahas beberapa persamaan di antara terapi-terapi jenis ini.
Perhatian merupakan inti dari terapi-terapi gelombang ke tiga.Meskipun sulit untuk di definisikan
dalam kata-kata,para pendukungnya telah melakukan berbagai upaya mendefinisikanya.Perhatian berasal
dari tradisi Buddha,tetapi biasanya digunakan tanpa berkaitan agama.Perhatian mendorong ketrelibatan
penuh seseorang dengan proses-proses mental internalnya sendiri dengan cara yang nonkonfrontasional.
Inilah perbedaan kunci dengan terapi-terapi kognitif Albert Ellis dan Aaron Beck yang lebih tradisional.
Sementara Ellis dan Beck mendorong orang-orang untuk menentang dan merevisi pikiran
mereka,terapi bebasis perhatian lebih pada mengubah orang-orang dengan pikirannya dan bukan pada
pikiran itu sendiri.Jadi alih-alih berhubungan dengan pikiran sebagai penentu mutlak atas realitas atau
kebenaran,klien dapat belajar untuk memahmi pikiran mereka sebagai sugesti-sugesti yang cepat berlalu
yang mungkin sama sekali tidak membutuhkan banyak reaksi.
Setelah hubungan dengan pikiran diubah dengan cara ini individu mungkin akan merasa lebih
mudah untuk menghadapi pikiran (atau perasaan atau sensasi)yang tidak menyenangkan,dan bukan
menghindari mereka. Artinya,alih-alih terlibat untuk menghindari pengalaman,seperti yang diistilahkan
oleh para terapis gelombang ketiga,individu dapat terlibat di dalam penerimaan memberikan pengalaman
internal itu berjalan tanpa melawannya
7
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Terapi kognitif adalah terapi yang memepergunakan pendekatan tersrtuktur,aktif,direaktif dan berjangka
waktu singkat,untuk menghadapi bebagai hambatan dalam kepribadian.Terapi kognitif digunakan untuk
mengidentifikasi,memperbaiki perilaku,dan fungsi kognisi yang tehambat yang mendasari aspek kognitif
yang ada.
B. Saran
Sebagai mahasiswa dan calon tenaga medis kita mampu menerapkan mekanisme koping dengan
menggunakan terapi kognitif kepada klien sehingga jumlah kasus penderita gangguan jiwa di Indonesia
dapat menurun.
8
Daftar Pustaka