10. Role Play
Role play memungkinkan klien untuk belajar menganalisa perilaku salahnya
melalui kegiatan sandiwara yang bisa dievaluasi oleh klien dengan memanfaatkan
alur cerita dan perilaku orang lain. Klien dapat menilai dan belajar mengambil
keputusan berdasarkan konsekuensi-konsekuensi yang ada dalam cerita. Klien biasa
melihat akibat-akibat yang akan terjadi melalui cerita yang disuguhkan. Misalnya
klien melihat role play tentang seorang pasien yang tidak mau makan obat, tidak
mau mandi dan sering merokok
11. Social skill Training.
Teknik ini didasari oleh sebuah keyakinan bahwa keterampilan apapun diperoleh
sebagai hasil belajar. Beberapa prinsip untuk memperoleh keterampilan baru bagi
klien adalah:
a. Feedback
Sebagai contoh bagi klien pemalas ( abulia ), dapat diajarkan keterampilan
membersihkan lantai, perawat mendemonstrasikan cara membersihkan lantai yang
baik, selanjutnya perawat mengupayakan agar klien mempraktikkan sendiri. Perawat
melakukan feedback dengan cara menilai dan memperbaiki kegiatan yang masih
belum selesai harapan.
12. Anversion Theraphy
Anversion theraphy bertujuan untuk menghentikan kebiasan-kebiasan buruk klien
dengan cara mengaversikan kegiatan buruk tersebut dengan sesuatu yang tidak
disukai. Misalnya kebiasaan menggigit penghapus saat boring dengan cara
membayangkan bahwa penghapus itu dianggap sebagai cacing atau ulat yang
menjijikan. Setiap klien kegemukan melakukan kebiasaan ngemilmakanan, maka ia
dianjurkan untuk membayangkan kotoran kambing yang dimakan terus.
13. Contingency Contracting
Contingency contracting berfokus pada perjanjian yang dibuat antara therapist
dalam hal ini perawat jiwa dengan klien. Perjanjian dibuat
denganpunishment dan reward. Misalnya bila klien berhasil mandi tepat waktu atau
meninggalkan kebiasaan merokok maka pada saat bertemu dengan perawat hal
tersebut akan diberikan reward. Konsekuensi yang berat telah disepakati antara klien
dengan perawat terutama bila klien melanggar kebiasaan buruk yang sudah
disepakati untuk ditinggalkan.
Menurut Setyoadi, dkk (2011) teknik yang digunakan dalam melakukan terapi
kkognitif adalah sebagai berikut:
1. Mendukung klien untuk mengidentifikasi kognisi atau area berpikir dan keyakinan
yang menyebabkan khawatir.
2. Menggunakan teknik pertanyaan Socratic yaitu meminta klien untuk
menggambarkan, menjelaskan dan menegaskan pikiran negative yang merendahkan
dirinya sendiri. Dengan demikian, klien mulai melihat bahwa asumsi tersebut tidak
logis dan tidak rasional.
3. Mengidentifikasi interpretasi yang lebih realities mengenai diri sendiri, nilai diri
dan dunia. Dengan demikian, klien membentuk nilai dan keyakinan baru, dan
distress enmosional menjadi hilang.
E. Langkah-Langkah Melakukan Terapi Kognitif
Menurut Setyoadi, dkk (2011) terapi kognitif dipraktikan diluar sesi terapi dan
menjadi modal utama dalam mengubah gejala. Terapi berlangsung lebih kurang 12-
16 sesi yang terdiri atas:
1. Fase awal (sesi 1-4)
a. Membentuk hubungan terapeutik dengan klien.
b. Mengajarkan klien tentang bentuk kognitif yang salah serta pengaruhnyan terhadap
emosi dan fisik.
c. Menentukan tujuan terapi.
d. Mengajarkan klien untuk mengevaluasi pikiran-pikirn yang otomatis.
2. Fase pertegahan (sesi 5-12)
a. Mengubah secara berangsur-angsur kepercayaan yang salah.
b. Membantu klien mengenal akar kepercayaan diri. Klien diminta mempraktikan
keterampilann berespons terhadap hal-hal yang menimbulkan depresi dan
memodifikasinya.
3. Fase akhir (13-16)
a. Menyiapkan klien untuk terminasi dan memprediksi situasi beresiko tinggi yang
relevan untuk terjadinya kekambuhan.
b. Mengonsolidasikan pembelajaran melalui tugas-tugas terapi sendiri.
F. Strategi Pendekatan
Menurut Setyoadi, dkk (2011) strategi pendekatan terapi kognitif antara lain:
1. Menghilangkan pikiran otomatis.
2. Menguji pikiran otomatis.
3. Mengidentifikasi asumsi maladaptive.
4. Menguji validitas asumsi maladaptive.
B.TERAPI PERILAKU
DEFINISI
Terapi perilaku adalah terapi psikologis singkat bertarget yang lebih menangani
gambaran terkini berbagai gangguan ketimbangan, mengurusi perkembangan
sebelumnya. Terapi ini didasarkan pada teori pembelajaran perilaku, yang
selanjutnya didasarkan pada classical dan operant conditioning. Penilaian objektif
berkelanjutan mengenai kemajuan pasien dibuat. 4
GAMBARAN PERILAKU
Perilaku adalah respon yang timbul secara eksternal, dipengaruhi oleh stimulus
lingkungan dan dapat dikontrol secara primer oleh konsekuensinya Perilaku dapat
diamati, diukur, dan dicatat oleh diri sendiri maupun orang lain. Observasi yang
bersifat subyektif dilakukan diri sendiri dan observasi yang bersifat obyektif
dilakukan orang lain. 2
Indikasi utama ialah gangguan fobik dan perilaku kompulsif, disfungsi sexual
(misalnya impotensi dan frigiditas) dan deviasi sexual (misalnya exhibisionisme).
Dapat dicoba pada pikiran-pikiran obsesif, gangguan kebiasaan atau pengawasan
impuls (misalnya gagap, enuresis, dan berjudio secara kompulsif), gangguan nafsu
makan (obesitas dan anorexia) dan reaksi konversi. Terapi perilaku tidak berguna
pada skizofrenia akut, depresi yang hebat dan (hipo) mania. 1
1. Positif reinforcement
Meningkatnya frekuensi sebuah respon, dan respon tersebut diikuti oleh stimulus yg
menyenangkan. Contohnya perilaku mengucapkan salam yang disambut dengan
senyuman oleh orang yg dituju.
1. Negative reinforcement
1. Menurunnya perilaku 2
1. Extinction
1. Pelatihan Relaksasi
1. Pembangunan Hirarki
1. Desensitisasi Stimulus
Pada langkah terakhir, yang disebut desensitisasi, pasien melanjutkan daftar secara
sistematik dari situasi yang kurang mencetuskan ansietas hingga yang paling
mencetuskan ansietas saat berada dalam keadaan relaksasi dalam. Kecepatan
perkembangan pasien melalui daftar tersebut ditentukan oleh respons mereka
terhadap stimulus. Ketika pasien dapat membayangkan dengan jelas situasi pada
hirarki yang paling mencetuskan ansietas dengan tenang, mereka akan mengalami
sedikit ansietas di dalam situasi kehidupan sebenarnya yang sama.
1. Flooding 3
1. Assertivenes Training 3
Ketika stimulus berbahaya (hukuman) muncul segera setelah suatu respons perilaku
tertentu, secara teoritis, respon ini akhirnya dihambat dan diakhiri. Banyak stimulus
berbahaya yang digunakan: kejutan listrik, zat yang mencetuskan muntah, hukuman
fisik, dan ketidaksetujuan sosial. Stimulus negatif dipasangkan dengan perilaku,
yang kemudian disupresi. Perilaku tidak diinginkan dapat menghilang setelah
rangkaian tersebut. Terapi aversi telah digunakan untuk penyalahgunaan alcohol,
parafilia, dan perilaku lain dengan cirri impulsif dan kompulsif.
Gerakan mata sakadik adalah osilasi cepat mata yang terjadi ketika seseorang
mengikuti objek yang bergerak maju-mundur di dalam garis penglihatan. Jika
gerakan ini dicetuskan ketika seseorang sedang membayangkan atau berpikir
mengenai peristiwa yang ditimbulkan ansietas, beberapa studi menunjukkan bahwa
pikiran atau bayangan positif dapat dicetuskan dan menyebabkan penurunan
ansietas. EMDR telah digunakan pada gangguan stress, pascatrauma dan fobia.
DBT telah berhasil digunakan pada pasien dengan gangguan kepribadian ambang
dan perilaku parasuicidal. Terapi ini bersifat selektif, dan mengambil metode dari
terapi suportif, kognitif dan perilaku. Fungsi DBT adalah :
APLIKASI TEORITIS 2
3. Menganalisa faktor pendukung yang ada dan orang-orang yg terlibat dalam terapi
tersebut.
Burus F. Skinner merupakan seorang yang terkenal dalam bidang ini. Ada tiga cara
utama untuk mengawasi atau mengubah perilaku manusia, yaitu : 1,6