Anda di halaman 1dari 8

Mata Kuliah : Psikologi Keluarga

Dosen Pengampu : Dr. Haerani Nur, S.Psi., M.Si.


Eka Sufartianinsih, S.Psi., M.Psi., Psikolog.

PSIKOLOGI KELUARGA
REVIEW MATERI: KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Andi Besse Wulan Fauziah


200701502048
Kelas D

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
A. Gambaran Isu
Dalam kamus besar bahasa indoneisa (KBBI), Kekerasan diartikan sebagai hal yang
bersifat keras, perbuatan sesroang yang akan menimbulkan cedera ataupun meninggalnya
orang lain atau mengakibatkan kerusakan fisik. Pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
Pasal 1, Menyebutkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadao
seseorang terutama perempuan, yang menimbulkan kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
psikologis, atau penelantaran rumah tangga yang berupa ancaman, melakukan perbuatan,
pemakasan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hokum dan lingkup rumah tangga.

Di Indonesia, terdapat banyak kekerasan yang terjadi pada istri dengan presentase lebih
dari 50%. Kondisi tersebut tentunya sangat memprihatinkan, dimana seorang perempuan
dalam lingkup hubungan yang sah secara Negara dan agama masih saja mendapat perlakuan
yang meyakitkan dan kasar dari pasangannya. Kekerasan tersebut datang dari seorang suami
kepada istrinya yang biasanya timbul karena ketidakmampuannya dalam mengontrol emosi.

Fenomena kekerasan di dalam rumah tangga yang terjadi di Indonesia tergambar dalam
Lembaga Swadaya Mayarakat (LSM) mitra keperempuanan pada tahun 20004, menyebutkan
bahwa kasus KDRT yang dicatat oleh lembaga tersebut telah mencapai angka 14.802 Kasus,
dimana hal tersebut meningkat sebanyak 24%, pada tahun berikutnya yaitu 2005 sebanyak
21.207 kasus. Angka kekerasan dalam rumah tangga mengalami kenaikan di setiap tahunnya.

Data tahunan Indonesia yang diperoleh dari komnas Perlindungan perempuan juga
mencatat bahwa kekerasan pada perempuan yang terjadi pada kekerasan dalam rumah tangga
juga mengalami hal yang sama. Angka kasus yang terjadi naik setiap tahunnya dimana hingga
pada tahun 2012 angka yang tercatat sebanyak 142.662 kasus hal tersebut membuktikan bahwa
terjadi peningkatan sebanyak 11% jika dibandingkan dengan kenaikan sebelumnya dimana
pada tahun 2011 tercatat sebanyak 113.878 kasus.

Di Makassar sendiri, bersarakan pada hasil laporan oleh kantor kepolisian resor kota besar
Makassar pada tahun 2016-2018, terdapat sebanyak 535 kasus KDRT yang dilaporkan. Pada
rentang waktu 2016 hingga 2018, terjadi sebanyak 535 kasus KDRT yang dimana pada kasus
tersebut terdiri dari kesekarasan fisik sebanyak 224 kasus, kekerasan psikos sebanyak 123
kasus, kekerasan seksual sebanyak 83 kasus, dan penelantaran keluarga sebanyak 103 kasus.
Kasus yang terjadi di kota Makassar tersrbut banyak di dominasi karena konflik suami-istri
yang dimana korbannya kebanyakan terjadi oleh istri.

Kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi kebanyak bentuknya berupa kekerasan fisik,
dimana jenis kekerasan fisik adalah dipukul, dilempar dengan barang, rambutnya dijambak,
ditendang dll, selain itu bentuk lainnya adalah kekerasan seksual, tidakan kekerasan seksual
pada rumah tangga dimana seorang istri dipaksa dan berada dalam ancaman untuk melakukan
hubungan suami istri, selanjutnya adalah kekerasan psikologis, dimana kekerasan ini berupa
penghinaan, nerendahkan, mengkpliotasi sehingga mengakibatkan adanya kekerasan barupa
ancaman kekerasan, dan yang terakhir adalah kekerasan finansial, kekerasan ini biasanya
terjadi dengan cara mengeksploitasi memanipulasi, mengendalikan korban untul bekerja
namun dengan cara yang tidak pantas dan memaksa, tidak menafkasi, dan korban sama sekali
tidak dibiarkan bekerja namun juga tidak diberikan nafkah.

B. Faktor Penyebab Timbulnya KDTR


1. (ramadani & yuliani, 2015) memaparkan bebrapa faktor yang menyebabkan timbulnya
KDRT yaitu:
 Faktor individu, hal tersebut biasanya terjadi karena pola asuh yang buruk, adanya
konflik dalam pernikahan, rendahnya status sosial ekonomi, contohnya seperti
korban penelantaran anak, penyimpangan psikologis, dan riwayat kekerasan di
masa lalu.
 Faktor komunitas, seperti kemiskinan, mobilitas penduduk yang tinggi,
pengangguran, dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
 Faktor lingkungan, biasanya karena terjadinya perubahan lingkungan sosial yang
cepat sehingga terjadi kesenjangan ekonomi, dan kesenjangan gender.
2. (Radhitya et all, 2022) menyebutkan beberapa faktor penyebab terjadinya KDRT di
masa pandemic, yaitu faktor sosial dan ekonomi. Namun, faktor ekonomilah yang
berperan besar, hal tersebut dikarenakan pada pandemic covid aktivitas ekonomi
menjadi banyak terehnti sehingga banyaknya pemutusan hubungan kerja yang terjadi
yang membuat ekonomi keluarga yang terkena PHK mengalami tidak adanya
pemasukan untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Dari masalah tersebut maka dapat
menjadi pemicu tekanan dan menimbulkan emosi yang dapat berujung pada kekerasan
fisik.
3. Secara umum, adapun penyebab terjadinya KDRT yaitu:
 Faktor intern, berupa motivasi, kebutuhan hidup manusia dimana kebutuhan ini
berkaitan dengan upaya manusia ketika ingin mempertahankan dan
mengembangkan kehidupannya yang disebabkan karena adanya kebutuhan
hidup
 Faktor ekstern, barupa faktor ekonomi keluarga, dimana pengatuh yang
didapatkan dari faktor ini berupa pengaruh positif maupun negative terhadap
kondisi rumah tangga. Perekonomian mampu menimbulkan adanya
pertengkaran dalam rumah tangga jika didalamnya terjadi kekurang
perekonomian, selanjutnya adalah faktor lingkungan sosial dimana kondisi
tersebut terjadi dengan baik dan memengaruhi hal-hal yang terdapat pada diri
manusia, dan yang terakhir adalah faktor pandangan masyarakat, dimana
masyarakat memiliki anggapan bahwa laki-laki lebih dominan dan memiliki
kedudukan tinggi jika dibandingkan dengan perempuan, selain itu juga
memposisikan perempuan dan laki-laki dengan berbeda.
4. Penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga biasanya disebabkan oleh berbagai
hal, ada beberapa faktor penyebab yang mampu menjadi pemicu terjadinya kekerasan
dalam rumah tangga seperti:
 Perselingkuhan, dimana perselingkuhan yang dimaksud yaitu perselingkuhan yang
dilakukan oleh suami dengan perempuan lain, bisa juga suami yang menikah atau
mempunyai istri lagi. Perselingkuhan inilah yang biasanya menjadi faktor pemicu
terjadi kekerasan dalam rumah tangga.
 Berbicara dengan intonasi suara yang tinggi merupakan faktor yang harus
dihindari, Karena hal ersebut biasanya memicu emosi pendengar yang mebuatnya
merasa sakit hati, sehingga akan terjadi pecekcokan. Sehingga suami istri harus
belajar untuk mengendalikan emosinya karena emosi dapat menjadi pemciu
timbulnya kekerasan dalam rumah tangga.
 Ego, ego merupakan faktor penyebab terjadinya kekerasa karena biasanya ingin
didengar saja dan tidak mau mendengar orang lain, sehingga akan memancing
kemarahan sehingga terjadilah perlakuan arogan.
 Ekonomi, ekonomi merupakan faktor penyebab yang sangat sering terjadi dalam
kasus kekerasan dalam rumah tangga, dimana jika keadaan ekonomi keluarga
memiliki masalah, maka disitulah biasanya pertengkaran tak bisa dihindari
 Kekerasan menjadi alat untuk menyelesaikan konflik, faktor ini juga menjadi
penyebab seringnya terjadi tindak kekerasan dalam rumah tangga, dimana jika ada
kesalah pahaman atau tidak tercapainya keinginan suami terhadap istrinya laki-laki
biasanya cenderung melukai istrinya agar mematuhi apa yang menajdi
keinginannya.
C. Dampak kekerasan dalam rumah tangga

Santoso (2019) memaparkan dampak dari kekerasan dalam rumah tangga bagi perempuan
menjadi 2 yaitu dampak jangka panjang dan dampak jangka pendek. Dampak jangka pendek
biasanya terjadi secara langsung dan biasanya mempengaruhi fisik, contohnya luka, cacat,
kehamilan, juga tak jarang hilangnya pekerjaan. Lalu dampak jangka panjang biasanya seperti
terjadinya gangguan psikolis yang dialami oleh korban, hilangnya rasa percaya diri,
mengurung diri, meninggalkan trauma, munculnya rasa takut hingga berujung pada depresi.

Selain itu, terdapat dampak yang dirasakan oleh anak sebagai korban dimana dampaknya
yaitu:

1. Dampak fisik, biasanya akan meninggalkan perubahan pada bentuk fisik seperti lebam,
benjol, bahkan patah tulang
2. Dampak psikis, biasanya yang terjadi sete;lah kekerasan akan menin ggalkan rasa
trauma pada anak, hilangnya kepercayaan diri anak, mengalami ketakutan serta
kecemasan, dan ia akan mengurangi interaksi dengan lingukngan luar.
3. Dampak seksual, dimana anak akan terinfeksi penyakit seksual yang menular,
gangguan reproduksi serta mimicu tidak dapat memiliki keturunan.
4. Dampak sosial, adanya kekerasan yang diterima oleh anak akan mebuat mereka sulit
untuk berkembang dengan baik. Anak akan memiliki kecenderungan untuk
melakukanperilaku menyimpamng serta menutup diri dan menyakiti dirinya sendiri
sebagai bentuk pelampiasan atas rasa trauma yang dirasakan.

Dampak lain dari kasus kekerasan dalam rumah tangga bagi anak dan perempuan yang
mengalami kekerasan fisik akan mengakibatkan korban mengalami rasa skait pada
fisiknya, dan kekerasan psikisi yang dialami korban akan meninggalkan rasa trauma
sehingga mempengaruhinkepercayaan dirinya, memicu rasa takut yang berlebihan.
Kekerasan seksual yang dialami korban juga akan menimbulkan korbannya mengalami
depresi, dan yang terakhir penelantaran yang dialami korban akan mebuatnya merasa tidak
dilindungi, tidak mendapat perhatian, serta tak memperoleh hak sebagaimana mestinya.

D. Strategi mengatasi KDRT

Strategi yang bisa dilakukan untuk mengatasi KDRT di masa pandemic ini COVID-19
adalah, jika menjadi korban hal yang dilakukan pertama kali adalah mencari bantuan mkepada
orang lain atau lembaga saat mendapat kekerasan dan usahakan untuk mengendalikan pelaku
kekerasan agar tidak semakin terpancing oleh emosi. Hal lain yang dapat dilakukan adalah
dengan menjaga keharmonisan dalam rumah tangga, menjaga keluarga agar terhindar dari
konflik dengan cara melakukan kegiatan bersama keluarga agar hubungan dalam keluarga
terjalin dengan baik.

E. Kesimpulan

Terdapat banyak kasus KDRT yang terjadi di Indonesia, dan seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya dari berbagai penelitian, kasus KDRT meningkat setiap tahunnya. Ada banyak
undang- undang yang telah membahas tentang kasus KDRT dan hukuman yang didapatkan
oleh pelaku KDRT namun hal tersebut tidak lantas membuat jera. Perlunya edukasi tentang
KDRT kepada setiap keluarga untuk mencegah KDRT semakin banyak terjadi, apalagi
kebanyakan dari kasus korbannya adalah seorang perempuan, dimana perempuan yang
seharusnya mendapat perlindungan, malah mendapatkan perlakuan kekerasan. Untuk
menghindari kekkerasan dalam rumah tangga, maka perlunya untuk belajar mengendalikan
emosi dan menjaga keharmonisan dalam rumah tangga.
F. Refleksi

Kebanyakan dari korban KDRT adalah perempuan dimana perempouan menjadi korban
dari kekerasan yang dilakukan oleh seorang suami ketika melampiaskan kemarahannya.
Dampak yang ditimbulkan dari KDRT juga cukup membuat lkhawatir, kekerasan fisik
yang diterima akan meninggalkan luka lebam, dan rasa sakit, perlakuan tak adil yang
diterima juga akan meninggalkan rasa trauma bagi korban sehingga mengakibatkan
hilangnya rasa percaya diri, ketakutan untuk berinteraksi pada lingkungan, hingga mampu
membawa korban pada tahap depresi. Oleh karena itu pentingnya menjaga keharmonisan
dalam rumah tangga, dan belajar untuk mengendalikan emosi.
REFERENSI

Mardiyati, I. (2015). Dampak trauma kekerasan dalam rumah tangga terhadap perkembangan
psikis anak. Jurnal Studi Gender dan Anak, I (2), 26-29.

Abdurrachman, H. (2010). Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah


Tangga dalam Putusan Pengadilan Negeri Sebagai Implementasi Hak-Hak Korban. Jurnal
Hukum Ius Quia Iustum, 17(3), 475-491.

Radhitya, T. V., Nurwati, N., & Irfan, M. (2020). Dampak pandemi Covid-19 terhadap
kekerasan dalam rumah tangga. Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik, 2(2), 111-119.

Ramadani, M., & Yuliani, F. (2017). Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebagai salah
satu isu kesehatan masyarakat secara global. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 9(2),
80-87.

Setyaningrum, A., & Arifin, R. (2019). Analisis Upaya Perlindungan dan Pemulihan Terhadap
Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) Khususnya Anak-Anak dan
Perempuan. Jurnal Ilmiah Muqoddimah: Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan
Hummanioramaniora, 3(1), 9-19.

Sutiawati, S., & Mappaselleng, N. F. (2020). Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan dalam
Rumah Tangga di Kota Makassar. Jurnal Wawasan Yuridika, 4(1), 17-30.

MUHAMMAD, S. P. (2022). TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG TINGGINYA ANGKA


KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI MASA PANDEMI COVID 19 (Studi Di
Kelurahan Kedaton Kecamatan Kedaton Bandar Lampung) (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG).

Corputty, P., & Fadillah, A. N. (2021). MEWUJUDKAN KESADARAN HUKUM


TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA BAGI PEREMPUAN DAN
ANAK DI PULAU SERAM. Community Development Journal: Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 2(2), 391-394.

Anda mungkin juga menyukai