Anda di halaman 1dari 27

Tugas

INDIKASI PSIKOTERAPI

Oleh:

M.Arvin Arliando, S.Ked 04054821719130


Elisabeth Gerda Sitompul, S.Ked 04054821719016
Muhammad Hadi, S.Ked 04054821719150
Muhammad Fadil, S.Ked 04054821719010

Pembimbing:
dr. Abdullah Shahab, Sp.KJ

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA


RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018

1
INDIKASI PSIKOTERAPI

Psikoterapi adalah cara pengobatan dengan ilmu kedokteran


terhadap gangguan mental emosional dengan mengubah pola pikiran,
perasaan, dan perilaku agar terjadi keseimbangan dalam diri individu
tersebut.1

Tujuan Psikoterapi

1. Menguatkan daya tahan mental yang telah dimilikinya, dengan kata


lain membuat seseorang itu bahagia dan sejahtera.
2. Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang
lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri, ataupun
membuat seseorang tahu dan mengerti tentang dirinya.
3. Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungannya.1

Dimana terapis harus melihat keadaan pasien, sejauh mana pasien


membutuhkan bantuan. Wolberg menjelaskan tiga tingkatan psikoterapi.
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, psikoterapi dibedakan atas tiga
tingkatan yaitu:

1. Tingkat Support (Memulihkan Keseimbangan Pasien)

Pada terapi suportif, psikoterapi bertujuan untuk memulihkan


keseimbangan pasien secara cepat dan menghilangkan masalah-
masalah neurotik yang ada. Terapi supportif dilakukan pada pasien
yang sebenarnya memiliki penyesuaian diri yang baik, namun
memiliki masalah akibat tekanan lingkungan yang terlalu berlebihan.
Terapi supportif juga ditunjukkan pada pasien yang memiliki
mekanisme koping yang terbatas, tidak mampu mengatasi kecemasan,
dan yang kurang memiliki motivasi atau intelegensinya. Cara atau

2
pendekatan: bimbingan, reassurance, katarsis emosional, hipnosis,
desensitisasi, eksternalisasi minat, manipulasi lingkungan, terapi
kelompok.

2. Tingkat Insight (Tujuan Reedukatif)

Terapi tingkatan insight dengan tujuan reedukatif untuk


membantu pasien mencapai insight. Menurut Gelso dkk (dalam
Kivlighan dkk, 2000). Istilah insight, menunjukkan derajat pemahaman
pasien mengenai hal-hal yang digali selama proses terapi, yang bisa
berupa pemahaman mengenai hubungan di dalam proses konseling,
keberfungsian individu diluar konseling, atau aspek-aspek dinamika
dan perilaku pasien. Secara teoritis, insight dialami pasien diduga akan
meningkat selama proses psikoterapi dan gejala-gejala akan berkurang
seiring dengan peningkatan tersebut. Individu yang mencapai insight
selama proses terapi menunjukkan penurunan keluhan yang berkaitan
dengan tekanan yang dirasakan. Cara atau pendekatan: Terapi perilaku,
terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama, dll.

3. Tingkat Insight Therapy (Tujuan Rekonstruktif)

Level ini bertujuan sebagai rekonstruktif. Level ini


mengupayakan tercapainya kesadaran atas konflik-konflik yang tidak
disadari dan dengannya dengan mekanisme pertahanan tertentu.
Tujuan utamanya adalah merasakan emosional yang berawal dari
pemahaman total melalui rekonstruksi kepribadian. Cara atau
pendekatan: Psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung,
Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi berorientasi
psikoanalitik atau dinamik.

Jenis Psikoterapi
Pemilihan terapi yang sesuai tidak hanya didasarkan pada
diagnosis. Tidak terdapat metode “buku masakan “ sederhana untuk

3
menempatkan seorang individu dengan diagnosis spesifik ke dalam
modalitas pengobatan yang sesuai. Beberapa faktor disamping diagnosis,
perlu dipertimbangkan dengan seksama. “Masalah pasien perlu dipandang
dalam konteks kemungkinan penyakit mental bedasarkan biologis dan
dunia intrapsikisnya, gaya kepribadian, kesukaran perilaku dan faktor
sosiokultural. Jadi dua individu pada kategori yang sama pada seluruh
aksis DSM III-R dapat merupakan orang yang sama sekaligus berbeda dan
memerlukan intervensi terpeutk yang berbeda.
Jules Masserman telah menulis pengobatan komprehensif secara
ekskuisit disesuaikan dengan umur, keadaan fisik, pendidikan, tingkat
intelektual, status keluarga dan ekonomi, orientasi budaya dan agama,
talenta khusus dan petensialitas individu, sasaran pengobatan dan banyak
factor kemungkinan lain. Analisis vector saling terkait dari pengaruh fisik
social dan metapsikologik kemudian dapat mengarah pada rasional yang
lebih komprehensif untuk, dan penerapan yang lebih spesifik dan efektif,
dari berbagai modalitas terap psikiatrik.
Psikoterapi merupakan hubungan ditambah satu kombinasi tekhnik
dari intervensi psikodinamik hingga psikofarmakologik. Karena
psikoterapi dari berbagai kelompok terapi menjadi lebih berpengalaman
apa yang sebenarnya mereka lakukan dalam terapi menjadi semakin mirip.
Unsur – unsur psikoterapik dapat dipilih untuk masing – masing pasien
dan dimodifikasi dengan berlanjutnya terapi. Ciri – ciri ini dapat diubah
dengan berubahnya tujuan terapeutik, keadaan mental dan kebutuhan
pasien. Psikoterapi ditandai dengan tujuan, lingkungan, format, jadwal
waktu, tekhnik dan penggunaan bersamaan modalitas terapeutik lain.3

1. PSIKOANALISIS
Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan
kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi.
Secara historis, psikoanalisis adalah aliran pertama dari tiga aliran
utama psikologi. Psikoanalisis dimulai dengan pengobatan pasien

4
dengan hipnosis. Di tahun 1881 Anna O, seorang wanita muda
neurotik yang menderita gangguan visual dan motorik yang
multipel dan perubahan kesadaran, diobati oleh dokter ahli
penyakit daiam dari Vienne, Josef Breuer. Ia mengamati bahwa
gejala pasien menghilang jika ia mengekspresikannya secara verbal
saat dihipnosis. Sigmeun Freud dan Breuer menggunakan tehknik
secara bersama, mereka mendorong pasiennya untuk
berkonsentrasi dengan mata tertutup pada ingatan masa lalu yang
berhubungan dengan gejala mereka. Metoda konsentrasi tersebut
akhirnya menjadi teknik asosiasi bebas. Freud menginstruksikan
pasiennya untuk mengatakan apa saja yang datang ke dalam
pikirannya, tanpa menyensor pikiran mereka. Metoda ini masih
sering digunakan sekarang dan merupakan salah satu ciri
psikoanalisis, melalui mana pikiran dan perasaan yang berada
dalam alam bawah sadar dibawa ke dalam alam sadar.
Dalam The Interpretation of Drewns Freud menjelaskan
model topografik dan pikiran yang terdiri dari alam sadar
(conscious), alam prasadar (preconscious), dan alam bawah dasar
(unconscious). Pikiran sadar dianggap sebagai kesiagaan. Prasadar,
di mana pikiran dan perasaan mudah masuk ke kesadaran, dan
bawah sadar, di mana pikiran dan perasaan tidak dapat disadari
tanpa melewati tahanan yang kuat. Bawah sadar mengandung
bentuk fungsi pikiran nonverbal dan membangkitkan mimpi,
parapraksis (lidah terpeleset), dan gejala psikologis. Psikoanalisis
menekankan konflik antara dorongan bawah sadar dan
pertimbangan moral yang dimiliki pasien terhadap impuls mereka.
Konflik tersebut menyebabkan fenomena represi, yang dianggap
sebagai patologis. Asosiasi bebas memungkinkan ingatan yang
terepresi diungkapkan kembali dan dengan demikian berperan
dalam penyembuhan.

5
SADAR SADAR

SUPEREGO
EGO

Id
BAWAH SADAR BAWAH SADAR

a. Tujuan
Tujuan utama psikoanalitik adalah membentuk kembali
struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak
disadari di dalam diri klien. Proses terapeutik difokuskan pada upaya
mengalami kembali pengalaman kanak-kanak. Pengalaman-
pengalaman masa lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisis, dan
ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian. Terapi
psikoanalitik menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan
ketaksadaran diketahui. Pemahaman dan pengertian intelektual
memiliki arti penting, tetapi perasaan-perasaan dan ingatan-ingatan
yang berkaitan dengan pemahaman siri lebih penting lagi. 3

b. Indikasi Terapi
Indikasi utama psikoanalisis adalah konflik psikologis yang
berlangsung lama yang telah menimbulkan gejala atau gangguan.
Hubungan antara konflik dan gejala rnungkin langsung atau tidak
langsung. Psikoanalisis dianggap efektif dalam mengobati gangguan
kecemasan tertentu, seperti fobia dan gangguan obsesif-kompulsif,
gangguan depresif ringan (gangguan distimik), beberapa gangguan
kepribadian, dan beberapa gangguan pengendalian impuls dan
gangguan seksual. Tetapi, lebih penting dari diagnosis adalah
kemampuan pasien untuk membentuk persetujuan analitik dan
mempertahankan komitmen terhadap proses analitik yang semakin
dalam yang membawa perubahan internal melalui peningkatkan
kesadaran terhadap diri sendiri. Freud percaya bahwa pasien juga
mampu membentuk perlekatan transferensi yang kuat kepada ahli

6
analisis (dinamakan neurosis transferensi), tanpanya analisis tidak
dimungkinkan. Hal tersebut mengecualikan sebagian besar pasien
psikotik karena kesulitan mereka dalam membentuk ikatan afektif dan
realistik yang penting untuk perkembangan dan resolusi neurosis
transferensi. Ego pasien dalam analisis harus mampu mentoleransi
frustrasi tanpa berespon dengan suatu bentuk penentangan (acting out)
yang serius atau pindah dan satu pola patologis ke pola lain. Hal
tersebut mengecualikan sebagian besar pasien ketergantungan obat,
yang dianggap tidak mampu karena ego mereka tidak mampu
menoleransi frustrasi dan kebutuhan emosional dan psikoanalisis.4

c. Kontraindikasi Terapi
Berbagai kontraindikasi untuk psikoanalisis adalah relatif,
tetapi masing-masingnya harus dipertimbangkan sebelum melakukan
terapi.

 Usia. Biasanya, hanyak ahli analisis percaya bahwa sebagian besar


orang dewasa yang berusia di atas 40 tahun tidak memiliki
fleksibilitas yang cukup untuk perubahan. Tetapi yang lebih
penting dari usia adalah kapasitas pasien individual untuk
introspeksi secara bijaksana dan keinginan untuk berubah. Calon
ideal ádalah biasanya dewasa muda, anak – anak tidak mampu
mengikuti aturan asosiasi bebas.
 Pasien juga harus cukup cerdas untuk mengerti prosedur dan untuk
bekerja sama dalam proses.
 Klinisi dan peneliti percaya bahwa pasien dengan gangguan
kepribadian anti social adalah prediktor paling negatif dari respon
psikoterapi.
 Pada pasien dengan keterbatasan waktu dapat dipertimbangkan
terapi lain.

7
 Analisis dengan sifat hubungan teman, saudara dan kenalan di
kontraindikasikan karena mengganggu transferensi dan objektifitas
ahli analisis.4

d. Hasil Terapi
Analisis membantu menurunkan kekuatan konflik dan
membantu menemukan cara yang dapat diterima untuk menghadapi
impuls yang tidak dapat diturunkan. Tujuan akhir adalah
menghilangkan gejala, dengan demikian meningkatkan kemampuan
pasien untuk bekerja, bersenang – senang dan mengerti diri sendiri.
Psikoanalisis dianggap efektif pada beberapa keadaan untuk banyak
gangguan.4

2. PSIKOTERAPI PSIKOANALITIK
Psikoterapi psikoasialitik adalah terapi yang didasarkan pada
rumusan psikoanalitik yang telah dimodifikasi secara konseptual dan
teknik. Tidak seperti psikoanalisis, yang sebagian permasalahan
akhirnya mengungkapkan dan bekerja selanjutnya melalui konflik
infantil saat timbul dalam neurosis transferensi, psikoterapi
psikonalitik memusatkan perhatian pada konflik pasien sekarang dan
pola dinamika sekarang yaitu, analisis masalah pasien dengan orang
lain dan dengan dirinya sendiri. Juga tidak seperti psikoanalisis, yang
sebagai tekniknya menggunakan asosiasi bebas dan analisis neurosis
transferensi, psikoterapi psikoanalitik ditandai dengan teknik
wawancara dan diskusi yang jarang menggunakan asosiasi bebas, Dan
sekali lagi tidak seperti psikoanalisis, psikoterapi psikoanalitik
biasanya membatasi kerjanya pada transferensi dengan suatu diskusi
reaksi pasien terhadap dokter pskiatrik dan orang lain.

8
a. Teknik Terapi
Pada psikoterapi psikoanalitik pasien dan ahli terapi
biasanya saling bertatap-tatapan satu sama lainnya, yang membuat
ahli terapi terlihat nyata dan bukan merupakan kumpulan khayaian
yang diproyeksikan. Tipe terapi ini jauh lebih fleksibel
dibandingkan. psikoanalisis, dan dapat lebih sering digunakan
bersarna-sama dengan medikasi psikotropik dibandingkan
psikoanalisis.
Psikoterapi psikoanalitik dapat terentang dari wawancara
suportif tunggal, memusatkan pada masalah yang sekarang dan
menekan, sampai terapi selama bertahun-tahun, dengan satu
sampai tiga wawancara dalam seminggu dengan lama yang
bervariasi. Berbeda dengan psikoanalisis, psikoterapi psikoanalitik
mengobati sebagian besar gangguan yang dalam bidang
psikopatologi.4
b. Tipe
1. Psikoterapi berorientasi tilikan
Tilikan adalah pengertian pasien tentang fungsi
psikologisnya dan kepribadiannya. Untuk mencapai tilikan,
klinisi harus menyebutkan bidang atau tingkat pengertian
atau pengalaman di mana pasien berada, Penekanan dokter
psikiatrik pada terapi berorientasi tilikan (juga disebut
terapi ekspresif dan psikoterapi psikoanalitik intensif)
adalah pada nilai di mana pasien menggali sejumlah tilikan
baru ke dalam dinamika perasaan, respon, perilaku
sekarang dan khususnya, hubungan mereka sekarang
dengan orang lain. Dalam lingkup yang lebih sempit
penekanan adalah pada nilai untuk mengembangkan tilikan
ke dalam respon pasien terhadap ahli terapi dan respon pada
masa anak – anak. Terapi berorientasi tilikan adalah terapi
yang terpilih untuk seorang pasien yang meniiliki kekuatan

9
ego yang adekuat tetapi, karena satu dan lain alasan, tidak
dapat atau tidak boleh menjalani psikoanalisis.4
Efektivitas terapi tidak tergantung semata-mata pada
tilikan yang dikembangkan atau digunakan. Respon terapi
pasien juga didasarkan pada faktor – faktor tertentu seperti
pengungkapan perasaaan dalam suasana yang tidak
menghakimi tetapi memiliki batas-batas, identifikasi
dengan ahli terapi, dan faktor hubungan lainnya. Hubungan
terapetik tidak memerlukan suatu penerimaan tanpa pilih –
pilih sama sekali terhadap apa yang dikatakan dan
dilakukan pasien. Kadang – kadang ahli terapi harus
mengintervensi sisi ego yang relatif lemah dengan
memberikan bukti-bukti yang tidak dapat disanggah
sehingga pasien dapat mencoba untuk mencapai
penyesuaian yang lebik baik atau dengan menentukan batas
yang realistik untuk perilaku maladaptif pasien.4
2. Psikoterapi suportif
Psikoterapi suportif (juga disebut psikoterapi berorientasi
hubungan) ini memiliki tujuan untuk memulihkan dan memperkuat
pertahanan pasien dan mengintegrasikan kapasitas yang telah
terganggu. Cara ini memberikan suatu periode penerimaan dan
ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan bantuan untuk
menghadapi rasa bersalah, malu dan kecemasan dan dalam
menghadapi frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu
kuat untuk dihadapi. 4
Terapi suportif menggunakan sejumlah metoda, baik sendiri-
sendiri atau konbinasi, termasuk :

 Kepemimpinan yang kuat, hangat, dan ramah


 Pemuasan kebutuhan tergantungan

10
 Mendukung perkembangan kemandirian yang sah pada
akhirnya
 Membantu mengembangkan sublimasi yang menyenangkan
(sebagai contohnya, hobi)
 Istirahat dan penghiburan yang adekuat
 Menghilangkan ketegangan eksternal yang berlebihan.jika
mungkin
 Perawatan di rumah sakit jika diindikasikan
 Medikasi untuk menghilangkan gejala
 Bimbingan dan nasehat dalam menghadapi masalah sekarang.
Cara ini rnenggunakan teknik yang membantu pasien merasa
aman, diterima, terlindungi, terdorong dan tidak merasa
cemas.4

3. PSIKOTERAPI KELOMPOK
Psikoterapi kelompok adalah terapi di mana orang yang
memiliki penyakit emosional yang telah dipilih secara cermat
ditempatkan ke dalam kelompok yang dibimbing oleh ahli terapi yang
terlatih untuk membantu satu sama lainnya dalarn menjalani perubahan
kepribadian. Dengan menggunakan berbagai manuver teknik dan
gagasan teoritis, pembimbing menggunakan interaksi anggota
kelompok untuk membuat perubahan tersebut.
Psikoterapi kelompok meliputi spektruin terapi teoritik dalam
psikiatri suportif, terstruktur, terbatas waktu (sebagai contohnya,
kelornpok dengan orang psikotik yang kronis), kognitif perilaku,
interpersonal, keluarga, dan kelompok berorientasi analitik. Dua
kekuatan utama terapi kelompok, jika dibandingkan dengan terapi
individual, adalah (1) kesempatan untuk mendapatkan umpan balik
segera dan teman sebaya pasien dan (2) kesempatan bagi pasien dan
ahli terapi untuk mengobservasi respon psikologis, emosional, dan

11
perilaku pasien terhadap berbagai orang, mendapatkan berbagai
transferensi.4
a. Indikasi dan Kontraindikasi
Untuk menentukan kecocokan pasien untuk psikoterapi
kelompok, ahli terapi memerlukan sejumlah besar informasi, yang
digali dan wawancara skrining. Dokter psikiatrik harus menggali
riwayat psikiatrik dan melakukkan pemeriksaan.
Pasien dengan kecemasan kekuasaan mungkin dapat
bekerja atau tidak dalam terapi kelompok. Tetapi mereka seringkali
mereka menjadi baik di dalam lingkungan kelompok di banding
lingkungan individu. Pasien dengan cemas kekuasaan yang cukup
besar mungkin terhambat, cemas, menentang, dan tidak mau
mengatakan pikiran dan perasaannya di dalam lingkungan
individual, biasanya karena meraa takut akan kecaman atau
penolakan dan ahli terapi.
Pasien dengan kecemasan teman sebaya dengan gangguan
kepribadian ambang dan skizoid, yang memiliki hubungan
destruktif dengan teman sebayanya atau yang terisolasi secara
ekstrim dan kontak teman sebaya biasanya beraksi secara negatif
atau cemas jika ditempatkan di lain lingkungan kelompok. Tetapi,
jika pasien tersebut dapat menghilangkan kecemasannya, terapi
kelompok dapat membantu.
Diagnosis gangguan pasien juga sangat penting dalam
menentukan pendekatan terapi yang terbaik dan dalam menilai
motivasi pasien untuk terapi, kapasitas untuk berubah, dan
kekuatan dan kelemahan struktur kepnibadian.
Terdapat beberapa kontraindikasi untuk terapi kelompok.
Pasien antisosial biasanya tidak bekerja di dalam lingkungan
kelompok heterogen karena mereka tidak dapat mengikuti standar
kelompok. Tetapi, jika kelompok terdiri dari pasien antisosial
lainnya mereka dapat berespon dengan lebih baik kepada teman

12
sebayanya dibandingkan kepada tokoh yang dirasakan berkuasa.
Pasien terdepresi menjadi baik setelah mereka mempercayai ahli
terapinya. Pasien yang secara aktif mencoba bunuh diri atau pasien
depresi tidak boleh diobati hanya dalam lingkungan kelompok.
Pasien manik adalah kacau, tetapi, jika telah di bawah kendali
psikofarmakologi, mereka bekerja baik di dalam lingkungan
kelompok. Pasien yang delusional dan yang mungkin memasukkan
sistem wahamnya ke dalam kelompok harus dikeluarkan, demikian
juga pasien yang memiliki ancaman fisik kepada anggota
kelompok lain karena ledakan agresif yang tidak dapat
dikendalikan.4
Ukuran Terapi kelompok telah berhasil dengan anggota sedikitnya
3 orang dan sebanyaknya 15 orang, tetapi sehagian besar ahli terapi
merasa bahwa 8 sampai 10 anggota adalah ukuran yang optimal.
Pada anggota yang lebih sedikit mungkin tidak cukup interaksi
kecuali anggota-anggotanya adalah cukup verbal. Tetapi pada lebih
dan 10 anggota interaksi mungkin terlalu besar untuk diikutii oleh
anggota atau ahli terapi.
Frekuensi sesion. Sebagian besar ahli psikoterapi kelompok
melakukan sesion kelompok sekali seminggu. Mempertahankan
kontinuitas dalam sesion adalah penting. Jika digunakan sesion
berselang kelompok bertemu dua kali seminggu, sekali dengan ahli
terapi, sekali tanpa ahli terapi. Panjang sesion. Pada umumnya,
sesion kelompok berlangsung kapan saja dan satu sampai dua jam,
tetapi pembatasan waktu harus tetap.
Peranan Ahli Terapi, Walaupun terjadi perbedaan pendapat
tentang seberapa aktifnya atau pasifnya ahli terapi sehanisnya,
konsensusnya adalah bahwa peranan ahli terapi terutama adalah
sebaga fasilitator. ldealnya, anggota kelompok sendiri adalah
sumber primer penyembuhan dan perubahan. Iklim yang
ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan

13
yang kuat. Ahli terapi lebih dan sekedar ahli yang menerapkan
teknik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi yang menarik
vaniabel tertentu seperti empati, kehangatan, dan rasa hormat.4

1. Psikoterapi Kelompok Rawat


Terapi kelompok adalah bagian penting dari pengalaman terapetik
pasien yang dirawat di rumah sakit. Kelompok dapat disusun di bangsal
dengan berbagai cara: dalam pertemuan komunitas, seluruh unit pasien
rawat inap bertemu dengan semua anggota staf (sebagai contohnya, dokter
psikiatrilc, ahli psikologi, dan perawat); dalam pertemuan tim, 15 sampai
20 pasien dan anggota staf bertemu; dan suatu kelompok regular atau kecil
yang terdiri dan 8 sampai 10 pasien yang bertemu dengan satu atau dua
ahli terapi, sebagai terapi kelompok yang tradisional. Walaupun tujuan
dan masing-masing tipe kelompok adalah berbeda – beda, mereka
memiliki tujuan umum:

 Meningkatkan kesadaran pasien terhadap dirinya sendiri melalui


interaksi mereka dengan anggota kelompok lain, yang memberikan
umpan balik tentang perilaku mereka
 Memberikan pasien dengan keterampilan interpersonal dan sosial yang
lebih baik
 Membantu anggota beradaptasi dengan lingkungan rawat inap
 Meningkatkan komunikasi antara pasien dan staf. Di samping itu, satu
tipe pertemuan kelompok terdiri hanya staf rumah sakit rawat inap, ini
digunakan untuk meningkatkan komunikasi antara anggota staf dan
untuk memberikan dukungan dan dorongan yang saling
menguntungkan dalam pekerjaan mereka sehari-hari dengan pasien.
Pertemuan komunitas dan pertemuan tim, adalah lebih membantu
dalam menghadapi masalah terapi pasien dibandingkan yang diberikan
oleh terapi berorientasi tilikan, yang memiliki bidangnya dalam
pertemuan terapi kelompok kecil.4

14
Komposisi kelompok. Dua kunci utama dari kelompok rawat inap, yang
umum untuk semua terapi jangka pendek, adalah heterogenitas anggotanya
dan cepatnya pertukaran pasien. Di luar rumah sakit, ahli terapi merniliki
banyak pilihan darimana pasien dipilih untuk terapi kelompok. Di bangsal,
ahli terapi memiliki jumlah pasien yang terbatas darimana pasien dipilih
dan lebih dibatasi lagi oleh pasien yang mau berperan serta dan layak
untuk pengalaman kelompok kecil. Dalam situasi tertentu, peran serta
kelompok mungkin diharuskan (sebagai contohnya, dalam
penyalahgunaan alkohol dan unit ketergantungan zat). Tetapi hal tersebut
tidak selalu berlaku untuk unit psikiatri umum.Pada kenyataannya,
sebagian besar kelompok merasakan lebih baik jika pasien sendiri yang
memilih untuk memasuki terapi kelompok.4

2. Kelompok rawat Jalan lawan rawat inap. Walaupun faktor terapetik


yang berperan untuk perubahan pada kelompok kecil rawat inap adalah
serupa dengan yang berperan dalam lingkungan – rawat jalan, terdapat
perbedaan kualitatif. Sebagai contohnya, relatif tingginya pertukaran
pasien di dalam kelempok rawat inap mempersulit proses perpaduan.
Tetapi kenyataan bahwa semua anggota kelompok bersama-sama di dalam
rumah sakit membantu perpaduan, seperti juga usaha ahli terapi untuk
mempercepat proses, menekankan kemiripan lain. Berbagi informasi,
universalisasi, dan katarsis adaiah faktor terapetik utama dalam bekerja
pada kelompok rawat inap. Walaupun tilikan lebih mungkin terjadi pada
kelompok rawat jalan karena sifat mereka yang jangka panjang, dalam
keterbatasan sesion kelompok tunggal, beberapa pasien dapat memperoleh
pengertian baru tentang susunan psikologis mereka. Kualitas unik dari
kelompok rawat inap adalah kontak pasien di luar kelompok, yang luas,
saat mereka tinggal bersama di bangsal yang sama.4

3. Kelompok Menolong Diri Sendiri. Kelompok menolong diri sendiri


(self-help group) adalah orang yang ingin mengatasi masalah atau krisis

15
kehidupan tertentu. Biasanya disusun dengan tugas tertentu, kelompok
tersebut tidak berusaha untuk menggali psikodinamika individual secara
sangat mendalam atau untuk mengubah fungsi kepribadian secara
bermakna. Tetapi kelompok menolong diri sendiri telah meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan emosional banyak orang.
Suatu karakteristik yang membedakan kelompok menolong diri sendiri
adalah homogenitasnya. Anggota ,staf menderita gangguan yang sama,
dan mereka berbagi pengalaman mereka baik dan buruk, berhasil dan tidak
berhasil satu sama lainnya. Dengan melakukan hal tersebut, mereka saling
mendidik satu sama lainnya, memberikan dukungan yang saling
menguntungkan, dan menghilangkan perasaan terasing yang biasanya
dirasakan oleh orang yang ditarik ke tipe kelompok tersebut.
Kelompok menolong diri sendiri dan kelompok terapi telah mulai untuk
bergabung. Kelompok menolong diri sendiri telah memungkinkan
anggotanya menghentikan pola perilaku yang tidak diinginkan kelompok
terapi membantu anggotanya mengerti mengapa dan bagaimana mereka
seharusnya.4

4. TERAPI JENIS INDIVIDUAL


Psikoterapi wawasan (atau genetik dinamik) (insight
psychotherapy) dibagi menjadi psikoterapi reedukatif dan psiktoerapi
rekonstruktif.
a. Psikoterapi reedukatif :
Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang
letaknya lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana
untuk menyesuaikan diri kembali, memodifikasikan tujuan dan
membangkitkan serta mempergunakan potensi kreatif yang ada. 2
Cara-cara psikoterapi reedukatif antara lain ialah sebagai berikut:

1. Terapi hubungan antar manusia (relationship therapy)


2. Terapi sikap (attitude therapy)

16
3. Terapi wawancara (interview therapy)
4. Analisa dan sinthesa yang distributif (terapi psikobiologik
Adolf Meyer)
5. Konseling terapetik
6. Terapi case work
7. Reconditioning
8. Terapi kelompok yang reedukatif
9. Terapi somatik 2

b. Psikoterapi rekonstruktif
Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang
letaknya di alam tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan
perubahan yang luas daripada struktur kepribadian dan perluasan
daripada pertumbuhan kepribadian dengan pengembangan potensi
penyesuaian diri yang baru.
Cara-cara psikoterapi rekonstruktif antara lain ialah sebagai
berikut :

1. Psikoanalisa Freud
2. Psikoanalisa non Freudian
3. Psikoterapi yang berorientasi kepada psikoanalysa.

Cara : Asosiasi bebas, analisa mimpi, hipnoanalisa/sintesa,


narkoterapi, terapi main, terapi seni, terapi kelompok analitik.2

5. PSIKOTERAPI KOMBINASI INDIVIDUAL DAN KELOMPOK


Dalam psikoterapi kombinasi individual dan kelompok, pasien
ditemui secara individual oleh ahli terapi dan juga memiliki bagian
dalam sesion kelompok. Ahli terapi untuk kelompok dan untuk sesion
individual biasanya adalah orang yang sama.
Terapi kombinasi adalah suatu modalitas terapi yang khusus.
Ini bukan suatu sistem di mana pasien individual dibekali oleh sesion

17
kelompok yang kadang-kadang, dan juga tidak berarti partisipan terapi
kelompk bertemu sendiri dengan ahli terapi dari waktu ke waktu.
Malahan. ini adalah rencana yang berkelanjutan di mana kelompok
mèngalami interaksi yang penuh arti dengan sesion individual dan di
mana umpan balik timbai balik membantu membentuk pengalaman
terapetik yang terintegrasi.4

6. PSIKODRAMA
Psikodrama adalah metoda psikoterapi kelompok yang
diciptakan oleh dokter psikiatrik kelahiran Vienna, Jacob Moreno
dimana susunan kepribadian, hubungan interpersonal, konflik, dan
masalah emosional digali dengan menggunakan metoda dramatik
spesifik. Dramatisasi terapetik masalah emosional adalah termasuk

1. Pelaku utama atau pasien, orang yang memerankan masalah


dengan bantuan
2. Peran pembantu (auxiliary egos), orang yang memerankan
berbagai aspek pasien
3. Sutradara, psikodramatis, atau ahli terapi, orang yang membimbing
drama tersebut dalam mencapai tilikan.

7. TERAPI KELUARGA
Terapi keluarga adalah cukup terkenal sehingga keluarga
dengan banyak konflik mungkin memintanya secara khusus. Tetapi,
jika keluhan awal adalah tentang anggota keluarga individual,
pemeriksaan praterapi mungkin diperlukan. Diperlukan penilaian
kelurga awal dan evaluasi keluarga yang menyeluruh. Terapis harus
mendapatkan informasi dasar mengenai struktur keluarga dan sifat dari
masalah yang di hadapi. Terapis harus memperkenalkan diri,
menyambut dan mengenal anggota keluarga. Terapis harus
meningkatkan kontak dengan setiap anggota keluarga, menyadari alam
perasaan anggota keluarga dan bagaimana nggota keluarga

18
berhubungan dengan terapis serta mengamati hubungan verbal dan
nonverbal antar anggota keluarga dan subkelompok keluarga.4
Terapis harus mengeksplorasi setiap pandangan anggota
keluarga terhadap masalah, penyelesaian apa yang telah di coba dan
hasil apa yang diharapkan dari usaha terakhir untuk perubahan.

1. PSIKOTERAPI JENIS PRILAKU


Terapi ini mempunyai landasan utama pada teori belajar/learning
theory. Perilaku yang aneh pada seseorang sebenarnya merupakan akibat yang
tidak dikehendaki oleh seorang tersebut tetapi merupakan hasil dari cara
belajar menghadapi situasi tertentu yang cenderung keliru. Tingkat
keberhasilan cukup tinggi dengan menggunakan terapi ini.
Terapi perilaku (behavior therapy) berusaha menghilangkan masalah
perilaku khusus secepat-cepatnya dengan mengawasi perilaku belajar si
pasien. Burus F. Skinner merupakan seorang yang terkenal dalam bidang ini.2
Ada tiga cara utama untuk mengawasi atau mengubah perilaku manusia, yaitu:
1. Perilaku dapat diubah dengan mengubah peristiwa-peristiwa yang
mendahuluinya, yang membangkitkan bentuk perilaku khusus itu.
Umpamanya seorang anak yang tidak berprestasi di sekolah dan nakal di
kelas hanya dengan seorang guru tertentu dapat menjadi efektif dan rajin
bila ia dipindahkan ke kelas lain diajar oleh seorang guru yang lain.
2. Suatu jenis perilaku yang timbul dalam suatu keadaan tertentu dapat
diubah atau dimodifikasi. Umpamanya seorang anak dapat diajar ntuk
melihat dirinya sendiri dalam suatu kegiatan kompromi yang konstruktif
dan tidak menunjukkan ledakan amarah bila ia menghadapi frustasi.
3. Akibatnya suatu perilaku tertentu dapat diubah dan dengan demikian
perilaku itu dapat dimodifikasi. Umpamnya ia dihukum bila ia menganggu
orang lain, degnan demikian rasa bermusuhan mungkin dapat diganti
dengan sikap yang lebih kooperatif.
Terapi perilaku dapat dilakukan secara individual ataupun secara
berkelompok. Indikasi utama ialah gangguan fobik dan perilaku

19
kompulsif, disfungsi sexual (umpamanya impotensi dan frigiditas) dan
deviasi sexual (umpamanya exhibisionisme). Dapat dicoba pada pikiran-
pikiran obsesif, gangguan kebiasaan atau pengawasan impuls (umpamanya
gagap, enuresis dan berjudi secara kompulsif), gangguan nafsu makan
(obesitas dan anorexia) dan reaksi konversi. Terapi perilaku tidak berguna
pada skizofrenia akut, depresi yang hebat dan hipomania.2

2. TERAPI KOGNITIF
Terapi kognitif adalah terapi terstruktur jangka pendek yang
menggunakan kerja sama aktif antara pasien dan ahli terapi untuk
mencapai tujuan terapetik. Terapi ini berorientasi terhadap rnasalah
sekarang dan pemecahannya. Terapi biasanya dilakukan atas dasar
individual, walaupun metoda kelompok juga digunakan. Terapi juga dapat
digunakan bersama-sama dengan obat.
Terapi kognitif telah diterapkan terutama untuk gangguan depresif
(dengan atau tanpa gagasan bunuh din) tetapi, terapi ini juga telah
digunakan pada kondisi lain, seperti gangguai panik, gangguan obsesif-
kompulsif, dan gangguan kepribadian paranoid, dan gangguan
somatoform. Terapi depresi dapat berperan sebagai paradigma pendekatan
kognitif.4
a. Teori Kognitif Tentang Depresi
Teori kognitif tentang depresi menyatakan bahwa disfungsi
kognitif adalah inti dari depresi dan bahwa perubahan aktif dan fisik
dari ciri penyerta laiñriya dan depresi adalah akibat dan disfungsi
kognitif. Sebagai contohnya, apati dan énergi yang rendah adalah
akibat harapan seseorang tentang kegagalan pada semua bidang.
Demikian juga, paralisis kemauan berasal dan pesimisme dan perasaan
putus asa seseorang.

20
Trias kognitif dan depresi terdiri atas

1. Persepsi diri yang negatif yang melihat seseorang sebagai tidak mampu,
tidak adekuat, kekurangan, tidak berguna, dan tidak diharapkan
2. Suatu kecenderungan untuk mengalmai dunia sebagai tempat yang negatif,
menuntut dan rnengalahkan diri sendiri dan mengharapkan kegagalan dan
hukuman
3. Harapan untuk kesulitan, penderitaan, kekurangan, dan kegagalan yang
terus menerus.

Tujuan terapi adalah untuk menghilangkan depresi dan mencegah rekurensinya


dengan membantu pasien

1. Untuk mengidentifikasi dan menguji kognisi negatif


2. Untuk mengernbangkan skema alternatif dan lebih fleksibel
3. Untuk mengulangi respon kognitif yang baru dan respon perilaku yang
baru. Tujuannya adalah untuk mengubah cara seseorang berpikir dan,
selanjutnya, untuk rnenghilangkan gangguan depresif.

b. Strategi dan Teknik


Secara keseluruhan terapi adalah relatif singkat, berlangsung sampai
kira-kira 25 minggu. Jika pasien tidak membaik pada waktu tersebut,
diagnosis harus diperiksa ulang. Terapi pemeliharaan dapat dilakukan selama
periode beberapa tahun.
Seperti pada psikoterapi lainnya, peranan ahli terapi adalah penting
untuk keberhasilan terapi. Ahli terapi harus mampu memancarkan pengalaman
hidup yang hangat dan dimengerti dari masing – masing pasien, dan benar-
benar murni dan jujur dengan dirinya sendiri dan dengan pasiennya. Ahli
terapi harus mampu berhubungan secara terampil dan interaktif dengan
pasiennya. Ahli terapi kognitif membuat agenda pada awal masing-masing
sesion, menyusun tugas ruinah yang harus dikerjakan di antara sesion, dan
mengajarkan keterampilan baru. Ahli terapi dan pasien secara aktif bekerja

21
sama. Terapi kognitif memiliki tiga komponen: aspek didaktik, teknik kognitif
dan teknik perilaku.4
c. Aspek Didaktik
Aspek didaktik termasuk penjelasan kepada pasien tentang trias
kognitif, skema, dan logika yang salah. Ahli terapi harus mengatakan kepada
pasien bahwa mereka akan menyusun hipotesis bersama-sama dan mengujinya
selama perjalanan terapi. Terapi kognitif mengharuskan penjelasan lengkap
tentang hubungan antara depresi dan pikiran, afek, dan perilaku dan juga
alasan semua aspek terapi. Penjelasan bertentangan dengan ahli terapi
berorientasi analitik, yang memerlukan sedikit penjelasan.4
d. Teknik Kogntif
Pendekatan kognitif terdiri dan empat proses:

1. mendapatkan pikiran otomatis


2. menguji pikiran otomatis
3. mengidentifikasi anggapan dasan yang maladaptif
4. menguji keabsahan anggapan maladaptif.

Mendapatkan pikiran otomatis. Pikiran otomatis adalah kognisi yang


menghalangi antara peristiwa eksternal dan reaksi emosional orang terhadap
peristiwa. Suatu contoh dari pikiran otomatis adalah keyakinan bahwa “setiap
orang akan menertawakan saya jika mereka mengetahui betapa buruknya
permainan bowling saya ”.
Menguji pikiran otamatis, dengan berperan sebagai guru, ahli terapis
membantu pasien menguji keabsahan pikiran otomatis. Tujuannya adalah
untuk mendorong pasien menolak pikiran otomatis yang tidak akurat atau
berlebih – lebihan setelah pemeriksaan yang cermat.
Mengidentifikasi asumsi maladaptif, saat pasien dan ahli terapis terus
berusaha mengidentifiksi pikiran otomatis, pola biasanya menjadi tampak.
Pola mewakili aturan atau anggapan umum yang maladaptif yang menuntun
kehidupan pasien. Contoh ”Supaya gembira saya harus sempurna”. Aturan
tersebut akan menyebabkan kekecewaan dan kegagalan dan akhirnya depresi.

22
Menguji keabsahan asumsi maladaftif, mirip dengan pengujian
keabsahan pikiran otomatis adalah menguji keakuratan anggapan maladapatif.
Satu tes yang cukup efektif adalah bagi ahli terapi untuk meminta pasien
mempertahankan keabsahan suatu asumsi. Sebagai contohnya, jika pasien
menyatakan bahwa ia harus selalu membangun kemampuannya. Ahli terapi
dapat bertarya, “Mengapa hal tersebut sangat penting bagi anda?”

e. Teknik Perilaku
Teknik perilaku bekerja sama dengan teknik kognitif: Teknik perilaku
digunakan untuk menguji dan mengubah kognisi maladaptif dan tidak akurat.
Tujuan keseluruhan teknik adalah untuk membantu pasien mengerti
ketidakakuratan asumsi kognitifnya dan mempelajari strategi dan cara baru
tnenghadapi masalah tersebut.
Di antara teknik perilaku yang digunakan dalam terapi adalah
menjadwalkan aktivitas, pengusaan dan kesenangan, menyusun tugas
bertahap, latihan kognitif, latihan kepercayaan din, permainan peran (role
playing), dan teknik pengalihan.2,4
f. Manfaat
Terapi kognitif dapat digunakan sendiri dalam terapi gangguan
depresif ringan sampai sedang atau bersarna-saina dengan medikasi
antidepresan untuk gangguan depresif berat. Ini adalah salah satu intervensi
psikoterapik yang paling berguna untuk gangguan depresif. Terapi kognitif
juga telah dipelajari dalam hubungannya meningkatkan kepatuhan dengan
lithium pada pasien gangguan bipolar I dan sebagai pengobatan putus heroin.4

3. HIPNOTERAPI
Pasien yang dalam trance hipnotik dapat mengingat ingatan yang tidak ada
dalam kesadaran dalam keadaan nonhipnotik. Ingatan tersebut dapat
digunakan dalam terapi untuk memperkuat hipotesis psikoanalitik terlepas dan
dinamika pasien atau memungkinkan pasien menggunakan menggunakan
ingatan tersebut sebagai katalis untuk asosiasi baru.6

23
a. Indikasi dan Pemakaian
Hipnosis telah digunakan, dengan berbagai tingkat keberhasilan,
untuk mengendalikan obesitas dan gangguan berhubungan zat, seperti
penyalahgunaan alkohol dan ketergantungan nikotin. Cara ini telah
digunakan untuk menginduksi anestesia, dan pembedahan besar telah
dilakukan tanpa anestetik kecuali hipnosis. Hipnosis juga ielah digunakan
untuk menangani gangguan nyeri kronis, asma, kutil, pruritis, aforia, dan
gangguan konversi.6
Relaksasi dapat dicapai dengan mudah dengan hipnosis, sehingga
pasien dapat mengatasi fobia dengan mengendalikan kecemasan mereka.
Hipnosis juga telah digunakan untuk menginduksi relaksasi dalam
desensitisasi sistematik.

b. Kontraindikasi
Pasien yang dihipnosis berbeda. dalam keadaan ketergantungan
atipikal dengan ahli terapi, sehingga suatu transferensi yang kuat dapat
berkernbang, ditandai oleh perlekatan positif yang harus dihormati dan
diinterpretasikan. Dalam keadaan lain dapat terjadi transferensi negatif
pada pasien yang rapuh atau yang memiliki kesulitan dalam tes realitas.
Pasien yang memiliki kesulitan dengan kepercayaan dasar, seperti pasien
paranoid atau yang memiliki masalah pengendalian, seperti pasien obsesif
kompu1sif, adalah bukan calon yang baik untuk hipnosis. Sistem nilai etik
yang kuat adalah penting untuk semua terapi dan khususnya untuk
hipnoterapi, di mana pasien (khususnya mereka yang berada dalam trance)
adalah sangat mudah disugesti dan ditundukkan. Terdapat pertentangan
tentang apakah pasien akan melakukan tindakan selama keadaan trance
yang mereka rasakan menjijikan pada keadaan lain atau yang bertentangan
dengan kode moral rnereka. 6
Hipnosa dapat membantu psikoterapi, akan tetapi apa yang dapat
dicapai dengan hipnosa dalam psikoterapi, dapat juga dicapai dengan cara

24
yang lain tanpa hipnosa. Hipnosa hanya dapat mempercepat pengaruh
psikoterapi.
Hal yang penting dalam hipnosa ialah sugesti (bukan kekuatan
kemampuan terapis hipnotisir). Kesadaran pasien menyempit dan
menurun, akhirnya ia hanya menerima rangsangan dari hipnotisir, ia
masuk ke dalam keadaan “trance” mulai dari ringan sampai ke “trance”
yang dalam dengan kekakuan otot di seluruh badan.
Dalam hipnosa dapat dilakukan analisa konflik-konflik dan sintesa,
atau sintesa dilanjutkan sesudah pasien sadar kembali. Dalam hal ini
sugesti dalam waktu hipnosa dan sugesti sesudah hipnosa dapat
dipakai.2,3,4

4. NARKOTERAPI
Secara intravena disuntikkan suatu hipnotikum dengan efek yang
pendek (umpamanya penthothal atau amital natrium). Dalam keadaan
setengah tidur pasien diwawancara, konflik dianalisa, lalu disintesa. Bahan
yang timbul sewaktu narkoterapi dapat juga dipakai dalam sintesa sesudah
pasien sadar kembali.
Narkoterapi dengan narkoanalisa dan narkosintesa itu membantu
psikoterapi. Pemakaian narkoanalisa di luar bidang pengobatan
(umpamanya untuk pengusutan perkara bagi penelitian) tidak dapat
dibenarkan, baik atas dasar etik dan moral, maupun teknis-medis (apa
yang dikatakan oleh individu dalam keadaan itu tidak selalu benar, tetapi
mungkin karena sugesti pemeriksa; jadi obat yang dipakai untuk
narkoanalisa bukan merupakan “serum kebenaran” yang sungguh-
sungguh, seperti apa yang pernah dihebohkan oleh surat kabar dan oleh
majalah).2

25
2.5 EFEKTIVITAS PSIKOTERAPI

Dari pelbagai penelitian statistik yang telah dilakukan, ternyata di


antara sekian banyak bentuk dan jenis psikoterapi yang ada, tidak satu pun
terbukti lebih unggul daripada yang lain. Walaupun ada banyak jenis
psikoterapi yang dapat diberikan untuk berbagai problem pasien. Dengan
pengecualian yang memungkinkan untuk sejumlah kecil metoda perilaku
dan kognitif perilaku tertentu, yang diterapkan untuk beberapa problem
khas tertentu pula, bukti akurat mengenai efektivitas psikoterapi belum
ditemukan. Meskipun demikian, terdapat banyak pengalaman yang sangat
menarik perhatian, tetapi tidak akurat menyatakan bahwa banyak jenis
psikoterapi dapat membantu pasien; hampir semua terapis melakukan
edukasi, mengajak pasien-pasien untuk menyatakan hal yang menjadi
perhatian mereka, mendorong mereka untuk mencoba perilaku yang baru,
dsb. sayangnya, indikasi spesifik untuk psikoterapi spesifik umumnya
tidak tersedia. Beberapa ahli membantah bahwa banyak metode
psikoterapi dalam praktik sebetulnya sama. Para ahli lain mengemukakan
bahwa terapi yang terlatih untuk menggunakan teknik tertentu mungkin
kurang penting untuk perbaikan kondisi pasien dibandingkan dengan sifat-
sifat pribadi terapis yang memiiki empati yang akurat, kehangatan yang
tidak posesif serta tulus.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer, Arif, et al. Kapita selekta kedokteran. Media Aesculapius. 2001


2. Maramis WF; Psikoterapi, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa ed. 7, Airlangga
University, 1998 : hal : 483-497.
3. Tomb, David A: Buku Saku Psikiatri, ed-6, EGC, 2004
4. Kaplan, Sadock’s ; Psikoterapi, Sinopsis Psikiatri, Edisi Ketujuh, Jilid 2,
hal 383 – 442.
5. Corey Gerald; Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Refika
Aditama.2009
6. Hukom.A.J,dr. Hypnotherapy. Yayasan Dharma Graha, 1979 :hal: 9-14
7. Bachtiar, Didi. Tatalaksana Psikoterapi Untuk Pasien Mental. Grafika
Utama Sakti. 1977.

27

Anda mungkin juga menyukai