Anda di halaman 1dari 3

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan anak autis harus melibatkan berbagai ahli, seperti dokter anak,
psikiater, ahli rehabilitasi medis, psikolog, ahli terpi wicara, dan pendidik.
Penatalaksanaan anak autis ini memerlukan waktu yang lama, bersifat paliatif, dan tidak
menyembuhkan. Peran aktif orang tua serta dukungan dari lingkungan sangat
diperlukan.

Tujuan utama penatalaksanaan anak autis yaitu :

1. Memaksimalkan kualitas hidup, kemandirian dan tanggung jawab.


2. ,eminimalkan gejala gejala autism, mengurangi masalah komunikasi, interaksi
sosial, perilaku maladaptive, dan streotipi.
3. Memfasilitasi perkembangan anak dan belajar.
4. Memberi pengertian, dukungan, dan mentoring kepada keluarga untuk
intervensi di rumah.

Perlu 4 pendekatan utama yang dapat memerlukan waktu bertahun-tahun, yaitu terapi
psikodinamik, terapi medis/biologis, dan terapi perilaku.

1. Terapi psikodinamik dilakukan ketika autisme diduga sebagai kelainan emosi


akibat dari pola asuh yang salah. Namun, sejak diketahui autisme disebabkan
oleh disfungsi otak, terapi psikodinamik kurang diminati lagi.
2. Terapi medis/biologis termasuk obat-obatan dan vitamin. Obat-obatan
diberikan kepada anak autis kondisi tertentu, misalnya autism yang disertai
hiperaktivitas (Clonidine, Guanfacine, atau Imipramin), agresivitas (Haloperidol
atau Risperdone), dan yang mencederai diri sendiri (Naltrexone, Trazodone, atau
Fluotexine). Sedangkan terapi biomedis antara lain pemberian hormone
sekretin, antijamur, megasuplemen DMG yang mengandung vitamin larut air
terutama vitamin B15, diet bebas gluten dn kasein dan sebagainya.
3. Terapi perilaku mengikuti prinsip teori belajar, yang terdiri dari operant learning,
cognitive dan social learning, yaitu bagaimana mengajarkan perilaku yang layak
dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan mengurangi hal-hal yang tidak
berkenan pada anak autis, serta memberikan pendidikan khusus yang
difokuskan pada keterampilan berkaitan dengan perkembangan akademik dan
sekolah. Diperlukan intervensi yang komperehensif, yang meliputi konseling
terhadap orang tua, pendidikan khusus dalam lingkungan yang sangat
terstruktur, pelatihan integrase sensorik, terapi wicara, terapi okupasi, pelatihan
keterampilan dalam berinteraksi sosial.

Beberapa jenis terapi lainnya yaitu :

1. ABA (Applied Behavior Analysis)


Terapi ini menggunakan intervensi pendidikan untuk mengubah perilaku anak
secara sistematis dan digunakan untuk perbaikan perilaku. Tujuannya adalah
memperbaiki perilaku adaptif yang sudah ada, dan mengurangi perilaku
maladaptive dengan memberikan perilaku baru sehingga anak lebih adaptif
dengan kondisi rumah, sekolah, atau lingkungan lain disekitarnya.
2. TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Related Communication
Handicapped Children)
TEACCH dirancang untuk meningkatkan kemampuan anak autis dan
memodifikasi lingkungan sesuai dengan kelainan pada anak. Terapi ini disebut
sebagai pendidikan yang terstruktur.
3. Developmental, individual-difference, relationship-based (DIR) “Floortime
model”
Terapi ini membantu professional, guru, orang tua untuk membuat penilaian
yang komprehensif dan memilih intervensi yang sesuai dengan potensi dan
kelainan setiap anak.
Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan sosial, emosional dan intelektual
anak. Focus terapi ini adalah hubungan interpersonal, yaitu :
- Teknik floortime dan strategi lain yang meningkatkan hubungan emosi dan
interaksi sosial.
- Terapi untuk meningkatkan kemampuan proses biologi, seperti mendengar,
bicara, motoric, sensorik, dan visual spatial.
4. Terapi wicara
Komunikasi alternatif seperti bahasa tubuh, tanda-tanda (sign), dan gambar
lebih efektif untuk anak autism dalam pembelajaran bahasa non verbal. Dalam
memberikan terapi ini, sering digunakan PECS (picture exchange communication
system). Berikutnya adalah anak mulai bicara setelah mengerti komunikasi
melalui symbol (non verbal).
5. Social skill instruction
Tujuan terapi ini adalah anak memberikan respons terhadap perilaku sosial, dan
perilaku repetisi menjadi minimal.
6. Terapi okupasi
a. Terapi okupasi
Digunakan untuk meningkatkan regulasi diri, seperti memakai baju,
menggunakan sendok, menulis. Selain itu, terapi ini juga membantu anak
untuk bermain dan memodifikasi aktivitas di dalam kelas dan meningkatkan
atensinya.
b. Terapi sensori integrase
Terapi ini dilakukan berdiri sendiri atau menjadi bagian dari terapi okupasi.
Tujuannya yaitu :
 Memperbaiki kelainan di otak dan integrase informasi sensori untuk
membantu anak menjadi adaptif terhadap lingkungannya.
 Membuat anak lebih tenang, memperbaiki perilaku, dan membantu
perubahan aktivitas.
7. Terapi lain
Untuk anak yang dicurigai mengalami reterdasi mental, perlu diberikan, perlu
diberikan dukungan untuk pemecahan masalah, regulasi diri sesuai umurnya,
dan perlu dilakukan tes IQ.
Untuk keluarga anak autis diberikan dukungan emosi, dukungan kesehatan fisik,
penjelasan yang rinci tentang autism dan prognosisnya, pelatihan sebagai co-
therapist, dan membentuk kelompok pendukung orang tua dari anak autis
(parent support group) agar orang tua saling bertukar pengalaman dan memberi
dukungan.

Anda mungkin juga menyukai