Anda di halaman 1dari 5

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Menyeluruh

1. Terapi psikofarmaka
Kerusakan sel otak di sistem limbik, yaitu pusat emosi akan menimbulkan gangguan
emosi dan perilaku temper tantrum, agresivitas baik terhadap diri sendiri maupun pada
orang-orang di sekitarnya, serta hiperaktivitas dan stereotipik. Untuk mengendalikan
gangguan emosi ini diperlukan obat yang memengaruhi berfungsinya sel otak. Obat yang
digunakan antara lain sebagai berikut.
a. Haloperidol
Suatu obat antipsikotik yang mempunyai efek meredam psikomotor,
biasanya digunakan pada anak yang menampakkan perilaku temper tantrum yang
tidak terkendali serta mempunyai efek lain yaitu meningkatkan proses belajar
biasanya digunakan dalam dosis 0,20 mg
b. Fenfluramin
Suatu obat yang mempunyai efek mengurangi kadar serotonin darah yang
bermanfaat pada beberapa anak autisme.
c. Naltrexone
Merupakan obat antagonis opiat yang diharapkan dapat menghambat
opioid endogen sehingga mengurangi gejala autisme seperti mengurangi cedera
pada diri sendiri dan mengurangi hiperaktivitas.
d. Clompramin
Merupakan obat yang berguna untuk mengurangi stereotipik, konvulsi,
perilaku ritual, dan agresivitas, serta biasanya digunakan dalam dosis 3,75 mg.
e. Lithium
Merupakan obat yang dapat digunakan untuk mengurangi perilaku agresif
dan mencederai diri sendiri.
f. Ritalin Untuk menekan hiperaktivitas.
2. Terapi perilaku
Penatalaksanaan gangguan autisme menggunakan metode Lovass. Metode Lovass
adalah metode modifikasi tingkah laku yang disebut dengan Applied Behavioral Analysis
(ABA). ABA juga sering disebut sebagai intervensi perilaku (behavioral intervension)
atau modifikasi (behavioral modification). Dasar pemikirannya adalah perilaku yang
diinginkan atau yang tidak diinginkan bisa dikontrol atau dibentuk dengan sistem
penghargaan (reward) dan hukuman (punishment). Pemberian penghargaan akan
meningkatkan frekuensi munculnya perilaku yang diinginkan, sedangkan hukuman akan
menurunkan frekuensi munculnya perilaku yang tidak diinginkan.
3. Terapi bicara
Gangguan bicara dan berbahasa diderita oleh hampir semua anak autisme. Tata
laksana melatih bicara dan berbahasa harus dilakukan karena merupakan gangguan yang
spesifik pada anak autisme. Anak dipaksa untuk berbicara kata demi kata, serta cara
ucapan harus diperhatikan. Setelah mampu berbicara, diajarkan berdialog. Anak dipaksa
untuk memandang terapis, karena anak autisme tidak mau adu pandang dengan orang
lain. Dengan adanya kontak mata, maka diharapkan anak dapat meniru gerakan bibir
terapis.
4. Terapi okupasional
Melatih anak untuk menghilangkan gangguan perkembangan motorik halusnya
dengan memperkuat otot-otot jari supaya anak dapat menulis atau melakukan
keterampilan lainnya.
5. Terapi fisik Autisme
Adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak di antara individu autis
mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Fisioterapi dan terapi
integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan
memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
6. Terapi sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autis adalah dalam bidang
komunikasi dan interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam
keterampilan berkomunikasi dua arah dan main bersama di tempat bermain. Seorang
terapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan
temanteman sebaya dan mengajari cara-caranya.
7. Terapi bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan
dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara,
komunikasi, dan interaksi sosial. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal
ini dengan teknik-teknik tertentu.
8. Terapi perkembangan
Floortime, Son-rise, dan Relationship Developmental Intervention (RDI)
dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya,
dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional, dan
intelektualnya.
9. Terapi visual
Individu dengan autisme lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners atau
visual thinkers). Hal ini yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar
komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode Picture Exchange
Communication System (PECS). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk
mengembangkan keterampilan komunikasi.
10. Pendidikan khusus
Anak autisme mudah terganggu perhatiannya, sehingga pada pendidikan khusus
satu guru menghadapi satu anak dalam ruangan yang tidak luas dan tidak ada
gambargambar di dinding atau benda-benda yang tidak perlu, yang dapat mengalihkan
perhatian anak. Setelah ada perkembangan, maka mulai dilibatkan dalam lingkungan
kelompok kecil, kemudian baru kelompok yang lebih besar. Bila telah mampu bergaul
dan berkomunikasi, maka mulai dimasukkan pendidikan biasa di TK dan SD untuk anak
normal.
11. Terapi alternatif
Terapi yang digolongkan terapi altenatif adalah semua terapi baru yang masih
berlanjut dengan penelitian. Salah satunya adalah terapi detoksifikasi. Terapi ini
menggunakan nutrisi dan toksikologi. Terapi ini bertujuan untuk menghilangkan atau
menurunkan kadar bahan-bahan beracun yang lebih tinggi dalam tubuh anak autisme
dibanding dengan anak normal, agar tidak mengancam perkembangan otak. Kandungan
yang dikeluarkan terutama bahan beracun merkuri atau air raksa dan timah yang
memengaruhi sistem kerja otak. Terapi ini meliputi mandi sauna, pemijatan, dan shower,
yang diikuti olahraga, konsumsi vitamin dosis tinggi, serta air putih minimal dua liter
sehari. Tujuannya untuk mengeluarkan racun yang menumpuk dalam tubuh.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnosis autism ialah melalui pengamatan langsung seperti tes wawancara.
Sehingga dalam penegakan diagnosis tidah harus menggunakan pemeriksaan laboratorium.
Tetapi ada beberapa pemeriksaan yang dapat menunjang yang dapat digunakansebagai dasar
intervensi.

a. Bila terdapat gangguan pendengaran harus dilakukan pemeriksaan Audiogram dan


Typanogram
b. EEG untuk menunjukkan gelombang otak yang menunjukkan gangguan kejang,
diindikasikan pada kelainan tumor dan gangguan otak.
c. Pemeriksaan screening gangguan metabolic, dengan melakukan pemeriksaan darah dan
urin untuk melihat metabolism makanan di dalam tubuh dan pengaruhnya pada tumbuh
kembang anak.
d. MRI untuk melihat struktur otak secara lebih detail.
e. Pemeriksaan genetic melalui pemeriksaan darah, untuk melihat kelainan genetic.

Daftar Pustaka :

 Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika  

 Huzaemah. 2010. Kenali Autisme Sejak Dini. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Anda mungkin juga menyukai