Anda di halaman 1dari 9

LITERATUR REVIEW TERAPI FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA

Dosen Pembimbing
Ns. Sofia Rhosma Dewi, S. Kep., M. Kep.

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Tugas di Stase Keperawatan
Gerontik

OLEH:
Balqis Rahmania Surya
NIM. 2001031010

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020
RINGKASAN/ ABSTRAK
Lanjut usia yang mengalami penurunan fungsi kognitif akan berakibat terhadap aktivitas sehari-hari
dan ketergantungan terhadap orang lain. Solusi untuk mengatasi masalah yang terjadi yaitu
dengan meningkatkan fungsi kognitif pada lanjut usia. Demensia juga menggambarkan kerusakan
fungsi kognitif pada seseorang yang bersifat progresif dan biasanya dapat memngganggu aktivitas
dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu terapi non farmakologi yang dapat dilakukan untuk
memperlambat onset terjadinya demensia salah satunya adalah dengan terapi puzzle.
Tema dalam studi ini meliputi populasi lansia yang mengalami penurunan fungsi kognitif, intervensi
yang dipilih adalah terapi puzzle, dan terdapat intervensi pembanding atau kelompok kontrol, dan
tujuan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh terapi puzzle terhadap fungsi kognitif
lansia. Pencarian jurnal dibatasi mulai tahun 2013-2020. Keywords yang digunakan antara lain
“Elderly with Dementia”, “Cognitive status”, “Puzzle Therapy”
Penelitian yang ditelaah dalam artikel ini seluruhnya menggunakan tehnik pre-post with control
group artinya intervensi yang diberikan terapi puzzle dengan adanya intervensi pembanding yang
dipilih. Adapun kelompok kontrol didalam artikel tidak dijelaskan menggunakan intervensi apa.
Terapi yang diberikan pada kelompok perlakuan berupa terapi puzzle bergambar dan ada juga
Crossword Puzzle Therapy (CPT) namun untuk instrumennya 2 jurnal menggunakan MMSE
sedangkan satu diantaranya menggunakan angket Hopkins Verbal Learning Test (HVLT).
Intervensi diberikan dalam jangka waktu 3 minggu-5 minggu. Seluruh penelitian yang di review
menggunakan total sampling. Parameter yang diukur meliputi fungsi kognitif lansia. Seluruh
penelitian menyimpulkan bahwa terapi puzzle efektif untuk meningkatkan fungsi kognitif pada
lansia.
PENDAHULUAN
Proses penuaan (aging process) merupakan suatu proses yang alami ditandai dengan adanya
penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial dalam berinteraksi dengan
orang lain. Proses penuaan dapat menurunkan kemampuan kognitif dan kepikunan. Masalah
kesehatan kronis dan penurunan kognitif serta memori (Handayani, 2013). Lanjut usia yang
mengalami penurunan pada fungsi kognitif akan berakibat terhadap aktivitas sehari-hari dan
ketergantungan terhadap orang lain. Menurut data Departemen Ekonomi dan Sosial Perserikatan
Bangsa-Bangsa, terdapat 8,9% penduduk lanjut usia di Indonesia selama tahun 2015. Hasil
proyeksi penduduk 2010-2035 menunjukkan bahwa Indonesia telah memasuki masa penuaan. Di
Indonesia, populasi Orang Dengan Demensia (ODD) diperkirakan meningkat dari 960.000 pada
tahun 2013 menjadi 1.890.000 pada tahun 2030, dan 3.980.000 ODD pada tahun 2050.
Beberapa tanda dan gejala demensia hampir tidak kelihatan dan tidak jelas, namun tanda gejala
secara umum yaitu bingung, mulai lupa, kehilangan kemampuan melakukan kegiatan sehari-hari
dan sering menyendiri (Anonim, 2010).
Solusi untuk mengatasi masalah yang terjadi yaitu dengan meningkatkan fungsi kognitif pada lanjut
usia. Bagian tubuh salah satunya yang mengalami penurunan kemampuan yaitu pada otak.
Penatalaksanaan gangguan fungsi kognitif dengan obat-obatan yang digunakan untuk menangani
demensia antara lain rivastigmin digunakan untuk terapi demensia ringan hingga menengah,
donezepin dan galantamin (BPOM, 2015). Sedangkan untuk terapi yang bisa digunakan untuk
demensia adalah terapi music, terapi brain gym, dan terapi puzzle. Terdapat beberapa program
yang dapat dilakukan yaitu dengan latihan meningkatkan daya ingat (memori), terapi manajemen
stres yang dialami lansia, terapi kemampuan sosial lansia, terapi komunikasi antar lansia serta
terapi perilaku (Murtiyani et al, 2017).
Dari semua penatalaksanaan untuk meningkatkan fungsi kognitif yang telah dijelaskan diatas ,
intervensi yang cukup efektif adalah terapi puzzle. Banyak sekali macam-macam puzzle yang
dapat diberikan untuk meningkatkan daya memori pada lansia. Tujuan dari tugas ini adalah untuk
melakukan literatur review pada program intervensi terapi puzzle untuk membantu meningkatkan
fungsi kognitif lansia. Hal ini diharapkan dapat memberikan solusi pilihan jenis terapi puzzle yang
dapat dilaukan oleh lansia dalam upaya meningkatkan fungsi kognitif.
METODE
Metode dalam penelitian ini meliputi 4 komponen yaitu P(patient, population,problem),I
(intervention),C(comparison,control), dan O(outcome). Dimana populasi yang digunakan adalah
terapi puzzle, dan tidak dijelaskan intervensi apa yang digunakan untuk kelompok kontrol dan
outcome yang diukur adalah fungsi kognitif lansia. Sehingga dari framework ini disusun suatu
pertanyaan yaitu “bagaimana pengaruh terapi puzzle dalam meningkatkan fungsi kognitif lansia ”
Strategi pencarian studi berbahasa inggris yang relevan dengan topik menggunakan keywords
“Elderly with Dementia”, “Cognitive status”, “Puzzle Therapy”. Pencarian jurnal dibatasi mulai tahun
2013-2020. Kriteri inklusi dalam review ini meliputi lansia berusi lebih dari 60 tahun, belum pernah
diberikan terapi puzzle sebelumnya, dan bersedia mengikuti intervensi ini hingga usai. Artikel yang
digunakan sebagai sampel selanjutnya diidentifikasi dan disajikan dalam tabel.
RINGKASAN STUDI
Penelitian yang dilakukan dalam artikel ini seluruhnya menggunakan kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol untuk mengetahui pengaruh terapi puzzle terhadap fungsi kognitif lansia.
Kelompok kontrol dalam review penelitian ini tidak dijelaskan menggunakan intervensi apa,
sedangkan kelompok perlakuan diberi intervensi berupa terapi puzzle dengan menyusun balok,
terapi puzzle dengan potongan gambar, dan Crossword Puzzle Therapy. Intervensi yang diberikan
memiliki outcome yang sama yaitu meningkatkan fungsi kognitif lansia.
Intervensi yang diberikan oleh peneliti kepada responden bervariasi mulai dari 3minggu-5 minggu.
Waktu intervensi yang diberikan relatif lama karena outcome yang diharapkan yaitu fungsi kognitif
pada lansia dapat meningkat,hal ini membutuhkan adaptasi.
Outcome yang diukur dari studi yang direview adalah fungsi kognitif. Adapun parameter fungsi
kogniif yaitu MMSE (Mini Mental State Examination) untuk mengukur fungsi kognitif, angket HVLT
(Hopkins Verbal Learning Test) untuk mendeteksi dini penurunan status kognitif.
Metode sampling yang digunakan pada seluruh penelitian ini menggunakan total sampling. Upaya
meminimalisir bias, sampel yang digunakan sudah di kriteria inklusi dan eksklusi .
Hasil yang didapatkan pada 3 penelitian menunjukkan hasil yang signifikan, dimana parameter
fungsi kognitif yang diukur pada kelompok perlakuan menunjukkan hasil yang lebih baik daripada
kelompok kontrol. Penelitian yang dilakukan oleh Dyah (2016) menunjukkan bahwa pretes dan
postes pada kelompok kontrol terjadi selisih nilai mean yaitu -0.47. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat penurunan skor MMSE. Sedangkan pada kelompok intervensi terdapat selisih nilai mean
yaitu 1.41. hasil selisih pada kelompok intervensi tersebut menunjukkan bahwa terdapat kenaikan
skor MMSE. Nilai Z pada kedua kelompok yaitu -2.951 yang berarti bahwa terapi puzzle
berpengaruh terhadap kenaikan skor MMSE lansia dengan p value 0.003. penelitian yang
dilakukan oleh rizky (2020) menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil statistik uji-t berpasangan,
tidakterdapat perbedaan yang bermakna antara rerata skorkognitif pada pra dan pasca tes yang
dilakukan pada lansiadengan demensia (p-value> 0,05). Berdasarkan hasilposttest, skor kognitif
pada lansia demensia mengalamipenurunan sebesar 0,29. Skor kognitif pada lansia dengan
demensia akan terus menurun jika tidak diberikan intervensiterapi puzzle. Hasilnya berbeda
dengan kelompok kontrol yang terdiri dari responden non demensia. Ada perbedaan yang
signifikan dalam skor kognitif sebelum dan sesudah tes (p-value 0,05). Artinya, terlepas dari
intervensi terapi puzzle, status kognitif lansia telah meningkat. Kondisi ini mungkin terjadi karena
BPSTW telah menyelenggarakan kegiatan rutin untuk meningkatkan fungsi kognitif lansia. Namun,
Persoalannya, tidak semua lansia bisa mengikuti aktivitas tersebut, terutama mereka yang
mengalami demensia. Intervensi terapi puzzle dapat meningkatkan fungsi kognitif pada lansia
demensia karena intervensi ini mudah dilakukan oleh lansia terkait. Lansia cukup menyusun 16
balok sesuai dengan gambar aslinya sambil dipandu oleh fasilitator. Berdasarkan penelitian
sebelumnya, lansia memiliki persepsi waktu yang cukup dalam menyusun 24 pasang jigsaw puzzle
sedangkan lansia dapat menyusun 54 pasang puzzle dalam waktu yang cukup. Terapi teka-teki
efektif dalam meningkatkan fungsi kognitif lansia dengan demensia. Lansia demensia akan terus
mengalami penurunan fungsi kognitif secara progresif jika tidak mengikuti kegiatan yang
diselenggarakan BPSTW. Lansia demensia yang mengikuti kegiatan rutin BPSTW akan
mengalami peningkatan skor kognitif. Intervensi terapi puzzle membantu peningkatan fungsi
kognitif pada lansia di BPSTW. Intervensi terapi puzzle dapat dijadikan sebagai kegiatan rutin
tambahan untuk meningkatkan fungsi kognitif lansia di BPSTW Yogyakarta. Berdasarkan penelitian
Nabila (2020) menunjukkan nilai mean hasil MMSE setelah diberikan intervensi pada kelompok
eksperimen sebesar 28,11 dan pada kelompok kontrol rata-rata skor MMSE sebesar 22,22. Hasil
skor yang didapatkan dari crossword puzzle yang dilakukan oleh kelompok eksperimen juga
mengalami peningkatan nilai rata – rata skor dan peningkatan hasil MMSE pada kelompok
eksperimen setelah diberikan intervensi crossword puzzle therapy (CPT) selama 5x dalam
seminggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata memori kelompok eksperimen
setelah menerima latihan otak seperti crossword puzzle therapy, secara signifikan lebih tinggi
daripada sebelum menerima program latihan otak dengan nilai signifikasi p = 0,001 < 0,05.
Disimpulkan bahwa penelitian ini didapatkan nilai Asymp.Sig (2 tailed) atau nilai (P Value 0,000 <
0,05), dapat disimpulkan terdapat pengaruh crossword puzzle therapy (CPT) terhadap fungsi
kognitif lansia di panti pelayanan sosial lanjut usia (PPSLU) sudagaran banyumas.
IMPLIKASI TERHADAP PRAKTIK
Penelitian yang ditelaah dalam studi ini menunjukkan bahwa terapi puzzle dapat membantu
meningkatkan fungsi kognitif lansia sehingga dapat digunakan untuk mencegh terjadinya demensia
pada lansia. Hal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi homecare atau kelompok lansia
komunitas,PSTW dll. Perawat dapat bekerja sama dengan fisioterapi untuk membnatu
pelaksanaan terapi puzzle yang lebih bervariasi dan tentunya lebih efektif dalam meningkatkan
fungsi kognitif lansia.
KESIMPULAN
Hasil review yang dilakukan pada 3 jurnal penelitian menyimpulkan bahwa terapi puzzle
berpengaruh dalam meningkatkan fungsi kognitif lansia, dan diperkuat dengan lansia tersebut aktif
dalam melakukan aktifitas sehingga sel-sel aktivitas otak yang terus-menerusmenyebabkan otak
dan yang dilatih sekaligus meningkatkan efisiensi kapasitas sel otak.Peran perawat juga snagat
penting dalam menunjang kegiatan-kegiatan yang ada di komunitas lansia.
SARAN
1. Peran keluarga juga sangat penting bagi lansia yang tidak di komunitas tujuannya agar setelah
diberikannya terapi puzzle agar tetap meningkatkan fungsi kognitif lansia maka keluarga
berkewajibab melibatkan lansia dalam melakukan aktivitas agar lansia tidak hanya diam di kamar
saja yang mengakibatkan fungsi kognitif dapat menurun
2. perlu adanya pendidikan kesehatan kepada lansia tentang manfaat hidup aktf sehingga dapat
memotivasi lansia dalam emlakukan aktivitas.
NO Penulis, tahun Perlakuan Kontrol Sampel Metode Random Hasil
Yang diukur Temuan
1. Dyah Nastiti Nawangsih, Terapi puzzle 3 minggu dengan 9x 34 lansia Total Sampling Tidak Fungsi kognitif Perlakuan > Kontrol
2016 dengan jenis pertemuan. Namun, demesia ringan menggunakan MMSE
crossword puzzle. 3 pada penelitian ini hingga sedang
minggu dengan 9x intervensi yang
pertemuan. Selang dilakukan pada
1 minggu kelompok kontrol
penelitian , baru tidak dijelaskan.
dilakukan postes
dengan MMSE.
2. Rizky Erwanto,dkk, 2020 Terapi puzzle 1 bulan dilakukan 44 lansia usia> Total sampling tidak Fungsi kognitif Tidak ada
dengan menyusun penelitian sebagai 60 tahun menggunakan angket perbedaan setelah
balok setengah pembanding, Hopkins Verbal diberi intervensi
lingkaran menjadi namun pada Learning Test (HVLT) pada kelompok
pola tertentu kelompok kontrol ini perlakuaan dan
dilakukan selama 1 juga tidak dijelaskan kelompok kontrol
bulan intervensi apa yang
dilakukan.
3. Nabila dkk,2020 crossword puzzle 5 minggu dilakukan 36 lansia Total Sampling tidak Fungsi kognitif Perlakuan > kontrol
therapy (CPT) penelitian, dengan terbagi menggunakan MMSE
selama 5 minggu meskipun hanya 2 kelompok, 18
terapi kelompok kontrol, lansia
namun didalam etik kelompok
keperawatan tetap intervensi, 18
diberikan intervensi lansia
yang berbeda kelompok
dengan kelompok kontrol
intervensi. Namun
pada penelitian ini
juga tidak
dijelaskan,
intervensi apa yang
diberikan pada
kelompok kontrol.
ORIGINAL ARTICLE

Referensi

Erwanto, R., & Kurniasih, D. E. (2020). The effectiveness of puzzle therapy on cognitive functions among elderly with dementia at Balai
Pelayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Yogyakarta, Indonesia. Bali Medical Journal, 86-90.
Komsin, N. K., & Isnaini, N. (2020). Pengaruh Crossword Puzzle Therapy (CPT) Terhadap Fungsi Kognitif Lansia Di Panti Pelayanan
Sosial Lanjut Usi (PPSLU) Sudagaran Banyumas. Jurnal Ilmiah Kesehatan Perawatan, 77-92.
Nawangsih, D. N. (2016). Pengaruh Terapi Puzzle terhadap Tingkat Dimensia Lansia Di Wilayah Kharapakan Caturharjo Pandak
Bantul. 1-17.

Anda mungkin juga menyukai