Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI SENSORI

TERHADAP KEMAMPUAN KERJASAMA PADA PASIEN DENGAN


MASALAH ISOLASI SOSIAL

Masdelita¹, Veny Elita², Widia Lestari³

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia

Email: Masdelita_lolly@yahoo.com

Abstract

The purpose of this study was to determine the effect of group activity therapy sensory
stimulation on the ability of patient cooperation with social isolation problems. This study
are used an experimental design using one group pretest-posttest. The research was
conducted at Tampan Psychiatric Hospital Riau Province to 15 respondents who were taken
by using a total sampling technique following inclusion and exclusion criteria. Measurement
tools used are observation sheets and questionnaire that have been tested for validity and
reliability. The analysis used univariate technique using frequency distribution and bivariate
analysis using t-test dependent. The results showed that sensory stimulation therapy group
activity is effective to improve the ability to cooperation of patient with social isolation (p
value = 0.000). Based on the results of this study is suggest to health care providers to apply
group therapy sensory stimulation to improve cooperation with social isolation problems.

Keywords: Cooperation, sensory stimulation therapy group activities, social isolation


List of reference: 35 (2004-2012)

PENDAHULUAN penilaian diri tentang perasaan mencakup


Sehat menurut World Health Organization aspek konsep diri, kebugaran, dan
(WHO) adalah suatu keadaan sempurna kemampuan pengendalian diri. Indikator
baik fisik, mental dan sosial serta bukan sehat jiwa yang minimal adalah individu
saja keadaan terhindar dari sakit maupun tidak merasa tertekan atau depresi (Riyadi
kecacatan (Riyadi & Purwanto, 2009). & Purwanto, 2009). Yosep (2007)
Kesehatan menurut undang-undang No. 36 menyatakan bahwa gangguan jiwa adalah
tahun 2009 mengenai kesehatan adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan tidak normal, baik yang berhubungan
sosial yang memungkinkan setiap orang dengan fisik, maupun dengan jiwa.
hidup produktif secara sosial dan Kemenkes RI (2009a) menyatakan
ekonomis (Kemenkes RI, 2009b). lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup
Kesehatan harus dilihat sebagai satu dengan gangguan jiwa. Riskesdas (2007)
kesatuan yang utuh, fisik, jiwa dan sosial menyatakan prevalensi nasional gangguan
merupakan unsur-unsur didalamnya, jiwa berat mencapai 4,6% dari jumlah
kesehatan jiwa merupakan bagian dari penduduk, sebanyak 7 provinsi
kesehatan. mempunyai prevalensi gangguan jiwa
Kesehatan jiwa adalah kondisi berat diatas prevalensi nasional, yaitu
perasaan sejahtera secara subyektif, suatu prevalensi gangguan jiwa berat tertinggi di
Indonesia terdapat di Provinsi Daerah baru yang adaptif untuk memperbaiki
Khusus Ibu kota (DKI) Jakarta (20,3%), perilaku lama yang maladaptif (Keliat &
diikuti Nanggroe Aceh Darussalam Akemat, 2005).
(18,5%), Sumatera Barat (16,7%), Nusa Hasil penelitian yang dilakukan
Tenggara Barat (9,9%), Sumatera Selatan oleh Joko (2009) dengan judul “Pengaruh
(9,2%), Bangka Belitung (8,7%), dan aktivitas kelompok sosialisasi sesi 1 dan 2
Kepulauan Riau (7,4%). Sedangkan data terhadap perubahan perilaku menarik diri
untuk provinsi riau tidak ada dicantumkan. klien di ruang Abimanyu, ruang Maespati
Data untuk provinsi Riau berdasarkan data dan ruang Pringgodani di RSJ Daerah
dokumen rekam medik Rumah Sakit Jiwa Surakarta” menunjukkan bahwa ada
Tampan Pekanbaru (2011) selam tahun pengaruh yang signifikan pelaksanaan
2011 terdapat 1.069 pasien dengan status TAK sosialisasi terhadap perubahan
rawat inap berdasarkan 10 besar penyakit perilaku menarik diri klien. Selanjutnya,
atau diagnosa medis. Adapun untuk penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi,
diagnosa keperawatan selama tahun 2010 Sudaryanto dan Kartinah (2004) dengan
terdapat pasien gangguan jiwa sebanyak judul “Pengaruh terapi aktifitas kelompok
1.310 pasien, 652 pasien dengan diagnosa terhadap kemampuan komunikasi pasien
halusinasi, 274 pasien dengan diagnosa gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa
perilaku kekerasan, 114 pasien dengan Daerah Surakarta” menunjukkan adanya
diagnosa isolasi sosial, 92 pasien dengan perbedaan antara kelompok kontrol dan
diagnosa harga diri rendah, 69 pasien kelompok intervensi. Pada kelompok
dengan diagnosa resiko bunuh diri, 61 intervensi menunjukkan kemampuan
pasien dengan diagnosa waham, 48 pasien komunikasi yang lebih baik dari pada
dengan diagnosa defisit perawatan diri kelompok kontrol.
(RSJ Tampan, 2010). Penelitian lain yang dilakukan oleh
Untuk mengurangi angka gangguan Lubis (2011) dengan judul ”Pengaruh
jiwa yang ada maka upaya yang dapat terapi aktivitas kelompok: sosialisasi
dilakukan dalam peningkatan kesehatan terhadap kemampuan sosialisasi pasien
kejiwaan seseorang, dapat dilakukan isolasi sosial di ruang Kamboja Rumah
melalui pendekatan secara promotif, Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera
preventif dan rehabilitatif. Upaya Utara Medan” menunjukkan adanya
rehabilitatif untuk meningkatkan pengaruh TAK sosialisasi terhadap
kemampuan sosialisasi pada pasien yang kemampuan sosialisasi pasien isolasi
mengalami isolasi sosial dapat dilakukan sosial. Penelitian selanjutnya yang
dengan berbagai terapi keperawatan jiwa, dilakukan oleh Pasaribu (2009) dengan
diantaranya dengan melakukan terapi judul “Pengaruh terapi aktivitas kelompok
modalitas yang terdiri dari terapi individu sosialisasi terhadap kemampuan
maupun terapi kelompok (Keliat, 2005 komunikasi pasien isolasi sosial di ruang
dalam Lubis, 2011). Cempaka RSJ Daerah Provsu Medan”
Terapi aktivitas kelompok menunjukkan ada pengaruh terapi aktivitas
merupakan salah satu terapi modalitas kelompok sosialisai terhadap kemampuan
yang dilakukan perawat kepada komunikasi pasien isolasi sosial.
sekelompok klien yang mempunyai Penelitian yang dilakukan oleh
masalah keperawatan yang sama. Aktivitas Isnaeni Wijayanti dan Upoyo (2008)
digunakan sebagai terapi, dan kelompok dengan judul “Efektivitas terapi aktivitas
digunakan sebagai target asuhan (Keliat & kelompok stimulasi persepsi halusinasi
Akemat, 2005). Di dalam kelompok terjadi terhadap penurunan kecemasan halusinasi
dinamika interaksi yang saling bergantung, pendengaran di ruang Sakura RSUD
saling membutuhkan dan menjadi Banyumas”. Penelitian ini dilakukan
laboratorium tempat klien berlatih perilaku terhadap 30 responden yang kemudian
dibagi dalam 6 kelompok yang masing- untuk klien dengan ketidakmampuan
masing terdiri dari 6 orang, penelitian ini melakukan komunikasi verbal yaitu terapi
menunjukkan bahwa adanya perbedaan aktivitas kelompok stimulasi sensori.
antara tingkat kecemasan sebelum Berdasarkan fenomena diatas,
dilakukan TAK dengan tingkat kecemasan penulis tertarik untuk melakukan
setelah dilakukan TAK. penelitian tentang pengaruh TAK stimulasi
Penelitian diatas menunjukkan sensori terhadap kemampuan kerja sama
beberapa pengaruh TAK terhadap pasien isolasi sosial di RSJ Tampan
kemampuan pasien isolasi sosial, tetapi Pekanbaru.
penelitian tentang pengaruh TAK terhadap Berdasarkan pada uraian latar belakang
kemampuan kerjasama pasien isolasi diatas, peneliti tertarik untuk melanjutkan
belum ditemukan. Sedangkan menurut penelitian tersebut dengan merumuskan
beberapa orang sosiolog kerjasama permasalahan sebagai berikut: Apakah
merupakan bentuk interaksi sosial yang ada pengaruh TAK stimulasi sensori
pokok. Sebaliknya, sosiolog lain terhadap kemampuan kerjasama pada
mengangggap bahwa kerjasama yang pasien dengan masalah isolasi sosial di
merupakan proses utama (Mubarak, 2009). RS Jiwa Tampan Pekanbaru?
Riyadi dan Purwanto (2009) menyatakan Tujuan penelitian ini adalah untuk
isolasi sosial adalah keadaan dimana mengetahui kemampuan kerjasama pada
seorang individu mengalami penurunan pasien dengan masalah isolasi sosial
atau bahkan sama sekali tidak mampu sebelum dan sesudah diberikan TAK
berinteraksi dengan orang lain stimulasi sensori.
disekitarnya. Pasien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak METODOLOGI PENELITIAN
mampu membina hubungan yang berarti Penelitian ini menggunakan desain
dengan orang lain. Oleh sebab itu untuk pre experimental dengan rancangan one
mengurangi penurunan dan group pretest-postest. Penelitian
ketidakmampuan pasien isolasi sosial dilaksanakan di RS Jiwa Tampan
dalam berinteraksi dengan lingkungan pekanbaru kepada 15 responden dengan
sekitarnya dibutuhkan kerjasama. masalah isolasi sosial. Kegiatan penelitian
Berdasarkan studi pendahuluan dilaksanakan dari bulan Oktober 2012
yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal hingga Juni 2013.
26 November 2012, melalui wawancara Analisa data yang digunakan yaitu
dengan perawat pelaksana di ruangan analisa univariat dan analisa bivariat
rawat inap RSJ Tampan Pekanbaru menggunakan uji t dependent dengan nilai
didapatkan data bahwa jumlah pasien p < α = 0.05 (Hastono, 2007).
isolasi sosial di ruang Indragiri berjumlah
1 orang, di ruang Siak tidak ada, di ruang HASIL PENELITIAN
Kuantan berjumlah 3 orang, di ruang Berdasarkan penelitian didapatkan
Kampar 2 orang. Dari wawancara dengan hasil sebagai berikut:
perawat pelaksana diruangan rawat inap Tabel. 1
RSJ Tampan Pekanbaru didapatkan juga Distribusi frekuensi responden
data bahwa pasien dengan masalah isolasi berdasarkan jenis kelamin di RS Jiwa
sosial jarang mendapatkan terapi aktivitas Tampan Pekanbaru (n=15)
kelompok dengan alasan pasien tidak
mampu melakukan komunikasi verbal. No Jenis Jumlah Presentase
kelamin (%)
Terapi aktivitas kelompok tidak hanya
1 Laki-laki 10 66.7
untuk pasien gangguan jiwa yang mampu
2 Perempuan 5 33.3
melakukan komunikasi verbal, ada terapi
Total 15 100.0
aktivitas kelompok yang diindikasikan
Berdasarkan tabel 1 diatas Total 15 100.0
diketahui bahwa dari 15 responden, jenis Berdasarkan tabel 4 diatas
kelamin yang mayoritas adalah laki-laki diketahui bahwa dari 15 responden, lama
dengan jumlah 10 orang responden hari rawat responden mayoritas >110 hari
(66.7%) dan perempuan dengan jumlah 5 yaitu 8 orang responden (53.3%) dan yang
orang responden (33.3%). lama hari rawat 17-110 hari 7 orang
responden (46.7%)
Tabel. 2
Distribusi frekuensi responden menurut
umur di RS Jiwa Tampan Pekanbaru Tabel. 5
(n=15) Pengaruh terapi aktivitas kelompok
stimulasi sensori terhadap kemampuan
No Umur Jumlah Presentase (%) kerjasama pasien dengan masalah isolasi
1 15-24 2 13.3 sosial
2 25-44 13 86.7
Total 15 100.0 Pre test Post test
Variabel P
Berdasarkan tabel 2 diatas Mean SD Mean SD
diketahui bahwa dari 15 responden, umur Kemamp
uan 12.64 15.4
yang mayoritas adalah umur 25-44 tahun kerjasam
52.00
9
73.33
30
0.000
13 orang responden (86.7%) dan umur a
15-124 tahun 2 orang responden (13.3%). Berdasarkan tabel 5 diatas,
didapatkan mean kemampuan kerjasama
pre test 52.00 dengan standar deviasi
Tabel. 3
12.649. Mean kemampuan kerjasama post
Distribusi frekuensi responden
test adalah 73.33 dengan standar deviasi
berdasarkan tingkat pendidikan di RS Jiwa
15.430. Berdasarkan hasil uji t dependent
Tampan Pekanbaru (n=15)
didapatkan p value = 0.000 < α (0.05),
No Tingkat Jumlah Presentase (%) berarti Ho ditolak sehingga Ha diterima.
pendidikan Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
1 Tidak 1 6.7 terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
sekolah terhadap kemampuan kerjasama pasien
2 SD 6 40.0 dengan masalah isolasi sosial.
3 SMP 5 33.3
4 SMA 3 20.0
5 PT 0 0.0 PEMBAHASAN
Total 5 100.0 Berdasarkan hasil penelitian yang
Berdasarkan tabel 3 diatas dari 15 dilakukan terhadap 15 orang responden,
responden, tingkat pendidikan yang diperoleh responden yang berjenis kelamin
mayoritas adalah SD 6 orang responden perempuan yaitu berjumlah 5 orang
(40%), SMP 5 orang responden (33.3%), (33.3%), sedangkan responden yang
SMA 3 orang responden (20%) dan tidak berjenis kelamin laki-laki 10 orang
sekolah 1 orang responden (6.7%). (66.7%). Menurut MENKOKESRA (2010)
perempuan dan laki-laki mempunyai risiko
Tabel. 4 yang sama untuk menderita gangguan jiwa
Distribusi frekuensi responden berat. Namun, derajat keparahan gangguan
berdasarkan lama hari rawat di RS Jiwa kejiwaan berat itu lebih besar pada laki-
Tampan Pekanbaru (n=15) laki sehingga penderita laki-laki lebih
No Lama hari Jumlah Presentase
banyak yang harus dirawat di rumah sakit
rawat (%) jiwa. Laki-laki lebih senang memendam
1 17-110 hari 7 46.7 masalahnya sendiri jika mempunyai
2 >110 hari 8 53.3 masalah, sehingga didepan orang lain
terlihat kuat, dan apabila hal ini terjadi (3,27%), SD 304 orang (26,16%), tidak
berkepanjangan maka akan menimbulkan sekolah 290 orang (24,96%).
depresi (Sujarwo & Hartoyo, 2012). Hal Penelitian ini menunjukkan
ini sejalan dengan data RS Jiwa Tampan responden yang lama hari rawat 17-110
(2011) bahwa penderita gangguan jiwa hari 7 orang responden (46.7%) dan yang
yang berjenis kelamin perempuan 270 lama hari rawat > 110 hari 8 orang
orang (23,24%) dan berjenis kelamin laki- responden (53.3%). Menurut Husain (2008
laki 892 orang (76.76%). dalam Wahyuni, Yuliet & Elita, 2011)
Penelitian ini menunjukkan mengatakan rata-rata lama hari rawat
responden yang berumur 15-24 tahun yaitu pasien di RS Jiwa tercepat yaitu 17 hari
berjumlah 2 orang (13.3%), responden dan terlama yaitu 110 hari. Berdasarkan
yang berumur 25-44 tahun berjumlah 13 lama hari rawat dapat menggambarkan
orang (86.7%). Menurut Riyadi dan berapa lama pasien dirawat dan berapa
Purwanto (2009) pada usia ini, individu banyak atau sering pasien mendapatkan
mengalami penurunan ketergantungan terapi ataupun pengobatan untuk proses
pada orang tua, telah pisah tempat tinggal penyembuhan, salah satu nya yaitu terapi
dengan orang tua, khususnya individu aktivitas kelompok (TAK). Semakin lama
yang telah menikah. Kegagalan dalam hari rawat pasien maka semakin sering
tugas perkembangan ini akan pasien mendapatkan terapi ataupun
menyebabkan produktivitas dan kreativitas pengobatan untuk proses penyembuhan.
berkurang, individu hanya perhatian Berdasarkan hasil penelitian yang
terhadap diri sendiri dan kurang perhatian dilakukan terhadap 15 orang responden,
terhadap orang lain. Hal ini sejalan didapatkan hasil uji t dependent p value =
dengan prevalensi gangguan depresif pada 0.000 < α (0.05) sehingga Ho ditolak Ha
populasi dunia adalah 3-8 % dengan 50% diterima, yang berarti ada pengaruh terapi
kasus terjadi pada usia produktif yaitu 20- aktivitas kelompok stimulasi sensori
50 tahun (Kemenkes RI, 2007). Hal ini terhadap kemampuan kerjasama pasien
sejalan dengan data RS Jiwa Tampan dengan masalah isolasi sosial.
(2011) penderita gangguan jiwa 0-14 tahun Pasien isolasi sosial yang pada
sebanyak 30 orang (0,26%), 15-24 tahun awalnya menunjukkan sikap apatis, kurang
221 orang (19.02%), 25-44 tahun 795 sopan, tidak ada atau kurang komunikasi
orang (68,42%), 45-64 tahun156 orang verbal, mengisolasi diri, sudah mau
(11,70%), > 65 tahun 7 orang (0,60%). berinteraksi dalam kelompoknya dan
Penelitian ini menunjukkan bekerja bersama dalam menyelesaikan
responden yang tidak sekolah 1 orang pekerjaan yang diberikan setelah diberikan
(6.7%), responden yang tingkat pendidikan TAK stimulasi sensori. Menurut Keliat
SD 6 orang (40%), responden yang tingkat dan Akemat (2005) yang menyatakan
pendidikan SMP 5 orang (33.3%), dan bahwa biasanya klien yang tidak mau
yang tingkat pendidikan SMA 3 orang mengungkapkan komunikasi verbal akan
(20%). Menurut Stuart dan Sudden (2007) terstimulasi emosi perasaannya, serta
tingkat pendidikan rendah pada seseorang menampilkan respon dengan dilakukannya
akan menyebabkan orang tersebut mudah terapi aktivitas stimulasi sensori.
mengalami kecemasan, semakin tinggi Sedangkan menurut Azizah (2011), terapi
tingkat pendidikan akan berpengaruh aktivitas stimulasi sensori juga membantu
terhadap kemampuan berfikir seseorang. dan memfasilitasi agar klien mengalami
Hal ini sejalan dengan data dari RS Jiwa peningkatan kepekaan terhadap stimulus,
Tampan (2011) penderita gangguan jiwa peningkatan kemampuan merasakan
yang berpendidikan PT 38 orang (3,27%), keindahan serta peningkatan apresiasi
SMA 300 orang (25,82%), SMP 38 orang terhadap lingkungan.
Hal ini sesuai dengan penelitian Tampan untuk dapat menggunakan
Agustina, Aroh dan Sugiharto (2011) hasil penelitian ini sebagai salah satu
tentang “pengaruh terapi aktivitas terapi untuk pasien gangguan jiwa,
kelompok stimulasi sensori terhadap terutama pasien dengan masalah isolasi
kemampuan mengekpresikan perasaan sosial.
pada klien harga di rendah di RSJ Prof. Dr. 2. Pengembangan Ilmu Keperawatan
Soeroyo Magelang 2011”, yang dari hasil Hasil penelitian ini juga dapat
uji t dependent didapatkan p value = 0,000 dijadikan sebagai sumber informasi
< α (0,05), berarti Ho ditolak sehingga Ha untuk pengembangan ilmu pengetahuan
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada di institusi pendidikan khususnya PSIK
pengaruh terapi aktivitas kelompok Universitas Riau.
stimulasi sensori terhadap kemampuan 3. Peneliti selanjutnya
mengekpresikan perasaan pada klien harga Penelitian ini dapat dikembangkan
di rendah di RSJ Prof. Dr. Soeroyo lebih lanjut tentang manfaat lain dari
Magelang 2011. terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori terhadap pasien gangguan jiwa
KESIMPULAN dengan jumlah sampel lebih banyak dan
Berdasarkan hasil penelitian teknik penelitian lebih baik serta
tentang pengaruh terapi aktivitas kelompok membuat penelitian baru menggunakan
stimulasi sensori terhadap kemampuan terapi aktivitas stimulasi sensori.
kerjasama pasien dengan masalah isolasi
sosial, yang dilakukan terhadap 15 orang ¹Masdelita: Mahasiswa Program Studi
responden, didapatkan responden Ilmu Keperawatan Universitas Riau,
mayoritas berjenis kelamin laki-laki dan Indonesia
usia responden terbanyak berusia 25-44 ²Veny Elita, MN (MH): Dosen
tahun, pendidikan terbanyak SD dan lama Kelompok Keilmuan Keperawatan
hari rawat terbanyak yaitu >110 hari. Hasil Jiwa Program Studi Ilmu Keperawatan
pretest kemampuan kerjasama diperoleh universitas Riau, Indonesia
nilai rata-rata sebesar 52.00. setelah ³Widia Lestari, M. Kep: Dosen
diberikan terapi aktivitas kelopmok Kelompok Keilmuan Keperawatan
stimulasi sensori, diperoleh nilai rata-rata Maternitas Program Studi ilmu
hasil posttest 73.33. Keperawatan Universitas Riau,
Hasil penelitian ini menunjukkkan Indonesia
adanya pengaruh terapi aktivitas kelompok
terhadap peningkatan kemampuan
kerjasama pada klien dengan masalah DAFTAR PUSTAKA
isolasi sosial dengan hasil uji t dependent p
value = 0.000 < α (0.05). Dengan demikian Agustina, F., Aroh, I., & Sugiharto.
dapat disimpulkan bahwa dengan terapi (2011). Pengaruh terapi aktivitas
aktivitas kelompok stimulasi sensori dapat kelompok stimulasi sensori
meningkatkan kemampuan kerjasama terhadap kemampuan
pasien dengan masalah isolasi sosial. mengekpresikan perasaan pada
klien harga diri rendah di
SARAN RSJ Prof. Dr. Soeroyo
Berdasarkan hasil penelitian yang Magelang 2011. Diperoleh tanggal
dilakukan, peneliti memiliki beberapa 20 Mei 2013 dari
saran yang ditujukan kepada: http://www.e- skripsi.stikesmuh-
1. RS Jiwa Tampan Pekanbaru pkj.ac.id/eskripsi/index.php?p=sho
Hasil penelitian ini dapat w_detail&id=25.
memberikan masukan bagi RS Jiwa
Azizah, L. M. (2011). Keperawatn jiwa: sosialisasi terhadap
aplikasi praktik klinik. Yogyakarta: kemampuan sosialisasi pasien
Graha Ilmu. isolasi sosial di ruang Kamboja
Rumah Sakit Jiwa Daerah
Hastono, S. P. (2007). Analisis data Provinsi Sumatera Utara Medan.
kesehatan. Jakarta : FKM UI Diperoleh tanggal 18 Oktober 2012
dari http://repository.usu.ac.id/
Isnaeni, J., Wijayanti, R., & Upoyo, A, S. bitstream/123456789/27524/5/Cha
(2008). Efektivitas terapi aktivitas pter%20I.pdf.
kelompok stimulasi persepsi Menkokesra. (2010). Gangguan jiwa
halusinasi terhadap penurunan ringan sangat rentan bagi wanita.
kecemasan halusinasi pendengaran Diperoleh tanggal 30 Mei 2013
di ruang Sakura RSUD Banyumas. dari http://www.menkokesra.go.id/
Diiperoleh tanggal 13 Januari 2013 node/526.
darihttp://jurnalonline.unsoed.ac.id/
index.php/keperawatan/article/ Mubarak, W. I. (2009). Sosiologi untuk
download/289/131. keperawatan: pengantar dan teori.
Jakarta: Salemba Medika.
Joko. (2009). Pengaruh aktivitas kelompok Pasaribu, S. (2009). Pengaruh terapi
sosialisasi sesi 1 dan 2 terhadap aktivitas kelompok sosialisasi
perubahan perilaku menarik terhadap kemampuan komunikasi
diri klien diruang Abimanyu, ruang pasien isolasi sosial di ruang
Maespati dan ruang Pringgodani Cempaka Rumah Sakit Jiwa
Di RSJ Daerah Surakarta. Daerah Provsu Medan.diperoleh
Diperoleh tanggal 26 September tanggal 13 Januari 2013 dari
2012 dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/ http://repository.usu.ac.id
admin/jurnal/Ed04Sep08- /bitstream/123456789/17138/1/.pdf
Jan092028.pdf.
Pratiwi, A., Sudaryanto, A., & Kartinah.
Keliat, B. A., & Akemat. (2005). (2004). Pengaruh terapi aktifitas
Keperawatan Jiwa: terapi kelompok terhadap kemampuan
aktivitas kelompok. Jakarta: EGC. komunikasi pasien gangguan jiwa
di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Kemenkes RI. (2009a). Kesehatan jiwa Surakarta. Diperoleh tanggal 01
sebagai prioritas global. Diakses November 2012 dari
tanggal 18 Oktober 2012 dari http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bit
http://www.depkes.go.id/index.php stream/handle/123456789/357/1.%
/component/content/article/37info 20ARUM%20PRATIWI%20cl.pdf
kesehatan/52kesehatan-jiwa- ?sequence=1.
sebagai-priorotas-global.
Riskesdas. (2007). Laporan nasional 2007.
Kemenkes RI. (2009b). Undang-undang Diakses tanggal 30 Oktober 2012
republik indonesia nomor 36 tahun dari http://www.depkes.go.id.
2009 tentang kesehatan. Diakses
tanggal 7 Februari 2013 dari Riyadi, S., & Purwanto, T. (2009). Asuhan
http://www.dikti.go.id/files/atur/ keperawatan jiwa. Yogyakarta:
sehat/UU-36-2009Kesehatan.pdf. Graha Ilmu.

Lubis, D. R., & Wahyuni, S. E. (2011). RSJ Tampan. (2010). Laporan


Pengaruh terapi aktivitas kelompok akuntabilitas kinerja rumah sakit
jiwa tampan tahun anggaran 2010. Gondohutomo Semarang.
Pekanbaru: RM RSJ Tampan. Diperoleh tanggal 20 Mei 2013
Tidak dipublikasi. dari http://ejournal.stikestelogorejo.
ac.id/index.php/ilmukeperawatan/a
RSJ Tampan. (2011). Laporan rticle/view/54
akuntabilitas kinerja instansi
pemerintahan rumah sakit jiwa Wahyuni, S., Yuliet, S. N & Elita, V.
tampan provinsi Riau tahun 2011. (2011). Hubungan lama hari rawat
Pekanbaru: RM RSJ Tampan. dengan kemampuan pasien
Tidak dipublikasi. dalam mengontrol halusinasi.
Diperoreh tanggal 30 Mei 2011
Stuart, G. W & Sundeen, S. J. (2007). Buku dari http://ejournal.unri.ac.id/index
Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: .php/JNI/article/download/641/634.
EGC
Yosep, I. (2007). Keperawatan jiwa.
Sujarwo & Hartoyo, M. (2012). Pengaruh Bandung: Refika Aditama.
terapi aktivitas kelompok: stimulasi
persepsi sesi I-III terhadap
kemampuan mengenal dan
mengontrol perilaku kekerasan di
RSJD Dr. Amino

Anda mungkin juga menyukai