Anda di halaman 1dari 27

Pertemuan 5

Paradigma Administrasi
Publik II

Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Administrasi Publik


(3 SKS)

Dosen Pengampu :
Wahib Assyahri, M.A.P

Program Studi Administrasi Publik


Universitas Mohammad Natsir
Bukittinggi
NEW PUBLIC MANAGEMENT

Adanya kritik mengenai teori-teori administrasi klasik dan neoklasik menyebabkan adanya pembaharuan dalam
penyelenggaraan administrasi publik sehingga menyebabkan adanya perubahan dalam penyelenggaraan administrasi
publik yang kemudian memunculkan konsep baru dikenal dengan New Public Management.

Konsep ini pada awalnya ingin mengemukakan pandangan baru yang bisa mencerahkan konsep ilmu administrasi.
Khusus konsep New Public Management biasanya diperlakukan untuk kegiatan bisnis dan sektor privat. Inti dari
konsep ini adalah untuk mentrasformasikan kinerja yang selama ini dipergunakan dalam sektor privat dan bisnis ke
sektor publik.

Slogan terkenal yag digunakan adalah mengatur dan mengendalikan pemerintahan tidak jauh bedanya mengatur dan
mengendalikan bisnis – run government like business. Lebih lanjut konsep ini meninjau kembali peran administrator
publik, peran dan sifat dari profesi administrasi (Thoha, Miftah, 2005).
Selain kritik terhdap teori klasik, munculnya New Public Management (NPM) juga dipicu dengan adanya
krisis negara kesejahteraan di New Zeland, Australia, Inggris, Amerika yang kemudian didukung adanya
promosi dari IMF, Bank Dunia dan serikat persemakmuran dan kelompok konsultan manajemen.

Di negara-negara ini perkembangan yang terjadi di bidang ekonomi, sosial, politik dan lingkungan
administrasi secara bersama mendorong terjadinya perubahan radikal dalam sistem manajemen dan
administrasi publik. Perubahan yang diinginkan adalah peningkatan cara pengelolaan pemerintahan dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat agar yang lebih efisien, efektif (Kurniawan, Teguh).
Tema pokok NPM adalah menggunakan mekanisme pasar sebagai terminologi sektor
publik dengan cara para pimpinan dituntut untuk;
• BERINOVASI UNTUK MEMPEROLEH HASIL YANG MAKSIMAL ATAU
MELAKUKAN PRIVATISASI TERHADAP FUNGSI PEMERINTAH.
• PEMIMPIN MELAKUKAN STEERING,
• MEMBATASI TERHADAP PEKERJAAN ATAU FUNGSI MENGENDALIKAN,
• GAYA PIMPINAN YANG MEMBERIKAN ARAH YANG STRATEGIS,
• MENITIKBERATKAN PADA MEKANISME PASAR DALAM MENGARAHKAN
PROGRAM PUBLIK,
• MENGHILANGKAN MONOPOLI PELAYANAN PUBLIK YANG TIDAK EFISIEN
YANG DILAKUKAN OLEH INSTANSI DAN PEJABAT PEMERINTAH,
M PIN A N B ROK RA SI MENINGKATKAN
PI
PU B LIK D IUPA YAKAN AGAR PARA
• DALAM BIROK R A SI
E C AR A PELAY ANAN PUBLIK
D AN M EN EM UKAN ALTERNATIV
PRODUKTIVITAS
R KAN PE RSP EK TI F EKONOMI;
BERDASA
W U JUD K A N A KU NTABILITAS PUBLIK
E
O R O NG U N T UK M EMPERBAIKI DAN M
• PIMPINAN DID
,
KEPADA PELANGGAN
ERJA,
• MENINGKATKAN KIN
SI L EM BAG A BIR OKRASI PUBLIK,
UKTURISA
• MELAKUKAN RESTR

N K EM B A LI MISI ORGANISASI,
• MERUSMU SK A
DU R B IR OK RA S I DAN MELAKUKAN
OSE
M LI N IN G PA DA PROSES DAN PR
• MELAKUKAN ST RE A
. H AL IN I D IM A K SUDKAN UNTUK
N
RO S E S PE N G AMBILAN KEBIJAKA
DESENTRALISA SI P
TA HA N BA IK S ECARA INTERNAL
M PET IS I D A L AM U NIT KERJA PEMERIN
MELAKUKAN KO
TOR ORGANISASI.
MAUPUN LINTAS SEK
Dalam melakukan upaya perbaikan birokrasi, pada tahun 1992, David Osborne dan Ted Gaeblet menerbitkan
buku Reinventing Government yang dilanjutkan dengan buku Banishing Bureaucracy pada tahun 1997.

Reinventing Government merupakan salah satu aplikasi NPM yang pada hakikatnya adalah upaya untuk
mentransformasikan jiwa dan kinerja wiraswasta (entrepreneurship) ke dalam birokrasi pemerintah.

Jiwa entrepreneurship menekankan pada upaya peningkatan sumber daya baik ekonomi, sosial, budaya, politik
yang dimiliki pemerintah untuk menjadi lebih produktif dan berproduksi tinggi.

Kinerja ini kemudian dikenal dengan mewirausahakan birokrasi pemerintah yang menurut Osborne ada sepuluh
prinsip yang harus dilakukan;

pemerintah bersifat katalis, pemerintah milik masyarakat, pemerintah kompetitif, pemerintah berorientasi misi,
pemerintah berorientasi pada hasil, pemerintah berorientasi pelanggan, pemerintah berwiraswasta, pemerintah
partisipatif, pemerintah melakukan desentralisasi, pemerintah berorientasi pasar. Dengan melaksanakan
kesepuluh prinsip ini pemerintah dapat meningkatkan kinerjanya.
REINVENTING GOVERNMENT (MEWIRAUSAHAKAN BIROKRASI PEMERINTAHAN)

Pada tahun 1978 (osborne dan ted gaebler, 1995: 89-93), terjadi fenomena baru dalam
pemerintahan atau admnistrasi negara yang telah memaksa administrasi negara untuk melakukan
reformasi. Di california terjadi penentangan terhadap pembayaran pajak yang disebabkan adanya
inflasi dan ketidakpuasan terhadap perusahaan negara. Di bawah tekanan finansial tersebut
memaksa pemimpin daerah dan negara bagian untuk mereformasi sistem administrasi negaranya
dengan cara membuka sistem 'kemitraan negeri-swasta'. Inilah cikal bakal reinventing
government atau wirausaha birokrasi. Untuk memperlancar reformasi tersebut, administrasi
negara mulai merubah pola kerja birokrasi, yang semulaberorientasi pelayanan kepada birokrat
berubah ke orientasi pelayanan kepada masyarakat.
REINVENTING GOVERNMENT (MEWIRAUSAHAKAN BIROKRASI PEMERINTAHAN)

Pada tahun 1980-an di Inggris di bawah pemerintahan Margaret Thatcher telah terjadi hal yang
serupa (Osborne dan Ted Gaebler, 1995: 359-362), yaitu terjadinya defisit anggaran yang
disebabkan banyaknya anggaran.dikeluarkan untuk memberikan hutang kepada negara
berkembang dan pengembaliannya mengalami kemacetan. Sementara di internal pemerintahan
banyak institusi pemerintah yang meminta subsidi terus menerus dengan angka yang makin lama
makin membesar. Thatcher mengembangkan alternatif dengan melakukan penjualan instansi
pemerintah dan berusaha meminjam ilmu-ilmu administrasi bisnis untuk mereformasi birokrasi
pemerintah agar menjadi birokrasi yang efisien dan efektif.
REINVENTING GOVERNMENT (MEWIRAUSAHAKAN BIROKRASI PEMERINTAHAN)

Pemerintahan bergaya 'wirausaha' menjadi cara yang efisien dan efektif untuk menghindari bangkrutnya suatu
birokrasi. Sebagaimana dikatakan William Hudnut (dalam David Osborne dan Ted Gaebler, 1995: 20), yaitu:

"Pemerintah wirausaha bersedia meninggalkan program dan metode lama. la bersifat inovatif, imajinatif, dan
kreatif, serta berani mengambil resiko. la juga mengubah beberapa fungsi kota menjadi sarana penghasil uang
ketimbang menguras anggaran, menjauhkan diri dari alternative tradisional yang hanya memberikan system
penopang hidup. la bekerja sama dengan sector swasta, menggunakan pengertian bisnis yang mendalam,
menswastakan diri, mendirikan berbagai perusahaan dan mengadakan berbagai usaha yang menghasilkan laba.
la berorientasi pasar, memusatkan pada ukuran kinerja, memberi penghargaan terhadap jasa. lapun
mengatakan, 'Mari kita selesaikan pekerjaan ini', dan tidak takut untuk memimpikan hal-hal besar."
REINVENTING GOVERNMENT (MEWIRAUSAHAKAN BIROKRASI PEMERINTAHAN)

Merubah budaya kerja, mereformasi administrasi negara dengan meminjam ilmu administrasi bisnis ke dalam
administrasi negara itulah yang disebut Reinventing Government atau Wirausaha Birokrasi. Pada paradigma ini
Administrasi Negara dipaksa untuk melakukan reformasi, sehingga istilah reformasi administrasi, reformasi dan
revitalisasi birokrasi serta reorganisasi menggema dimana-mana.

D. OSBORNE & T.GAEBLER (1992)


Aparatur negara harus merubah perilakunya ke arah yang lebih kondusif sering dengan perkembangan masyarakat.
Pemerintah baik secara institusional maupun aparatur secara personal diharapkan beradaptasi melalui perampingan
struktur, fleksibilitas, ketanggapan serta kemampuan untuk bekerjasama dengan semua pihak.
Gagasan utamanya adalah merubah operasi pemerintah yang lamban akibat postur organisasi yang gemuk menjadi
lebih sederhana dan berorientasi pada hasil dengan membangun semangat kewirausahaan di kalangan pelaku sektor
publik serta jaringan kerja dengan pelaku sektor privat dan organisasi non profit.
STRATEGI PENERAPAN
REINVENTING GOVERNMENT
D. OSBORNE & PETER PLASTRIK (1997)
1. Core (Create Clear Objektive). Menciptakan sasaran yang jelas
2. Konsekuensi
3. Kostumer
4. Kontrol
5. kultur
STRATEGI PENERAPAN REINVENTING GOVERNMENT
CORE (Create Clear Objektive).

Menciptakan sasaran yang jelas. Penciptaan sasaran yang


jelas akan membantu organisasi publik dalam memberikan
arah yang jelas guna memandu aktivitas yang
berlangsung dalam organisasi tersebut.
STRATEGI PENERAPAN REINVENTING GOVERNMENT
KONSEKUENSI

Menciptakan rantai hubungan antara konsekuensi dengan


tindakan yang diambil organisasi publik sehingga tindakan
tersebut memiliki dampak yang jelas kepada publik.
STRATEGI PENERAPAN REINVENTING GOVERNMENT
Kostumer

Penggunaan istilah kostumer berdampak pada 2 hal (Miller


dan Dunn, 2006) :
1. Konsekuensi adanya pilihan
2. Persamaan Kondisi
STRATEGI PENERAPAN REINVENTING GOVERNMENT
KONTROL

Melakukan relokasi kontrol dari pejabat tingkat atas atau


tingkat pusat pada institusi pemerintah kepada individu,
organisasi, atau komunitas untuk menangani masalah
publik.
STRATEGI PENERAPAN REINVENTING GOVERNMENT
Kultur

Merubah kultur organisasi publik dengan cara


merubah kebiasaan pegawai, menyentuh hati
mereka dan menenangkan pikirannya.
NEW PUBLIC SERVICE
SETELAH KONSEP DARI DENHARDT DAN DENHARDT MENGENAI OLD PUBLIC ADMINISTRATION
(TEORI KLASIK DAN NEOKLASIK) DAN NEW PUBLIC MANAGEMENT, MAKA KONSEP YANG KETIGA
ADALAH NEW PUBLIC SERVICE (NPS).

SECARA UMUM ALUR PIKIR NPS MENENTANG PARADIGMA-PARADIGMA SEBELUMNYA (OPA DAN NPM).
DASAR TEORITIS PARADIGMA NPS INI DIKEMBANGKAN DARI TEORI TENTANG DEMOKRASI, DENGAN LEBIH
MENGHARGAI PERBEDAAN, PARTISIPASI DAN HAK ASASI WARGA NEGARA. DALAM NPS KONSEP
KEPENTINGAN PUBLIK MERUPAKAN HASIL DIALOG BERBAGAI NILAI YANG ADA DI TENGAH MASYARAKAT.

NILAI-NILAI SEPERTI KEADILAN, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS MERUPAKAN NILAI-NILAI YANG


DIJUNJUNG TINGGI DALAM PELAYANAN PUBLIK. PARADIGMA NPS BERPANDANGAN BAHWA RESPONSIVITAS
(TANGGUNG JAWAB) BIROKRASI LEBIH DIARAHKAN KEPADA WARGA NEGARA (CITIZEN’S) BUKAN CLIENTS,
KONSTITUEN (CONSTITUENT) DAN BUKAN PULA PELANGGAN (CUSTOMER).
PEMERINTAH DITUNTUT UNTUK MEMANDANG MASYARAKATNYA SEBAGAI
WARGA NEGARA YANG MEMBAYAR PAJAK. DALAM SUATU NEGARA YANG
MENGANUT PAHAM DEMOKRASI, SEBENARNYA WARGA NEGARA TIDAK HANYA
DIPANDANG SEBAGAI CUSTOMER YANG PERLU DILAYANI DENGAN STANDAR
TERTENTU SAJA, TETAPI LEBIH DARI ITU, MEREKA ADALAH PEMILIK (OWNER)
PEMERINTAH YANG MEMBERIKAN PELAYANAN TERSEBUT.

DALAM PANDANGAN NEW PUBLIC SERVICE, ADMINISTRATOR PUBLIK WAJIB


MELIBATKAN MASYARAKAT (SEJAK PROSES PERENCANAAN, PELAKSANAAN,
DAN EVALUASI) DALAM PEMERINTAHAN DAN TUGAS-TUGAS PELAYANAN UMUM
LAINNYA. TUJUANNYA ADALAH UNTUK MENCIPTAKAN PEMERINTAHAN YANG
LEBIH BAIK, SESUAI DENGAN NILAI-NILAI DASAR DEMOKRASI, SERTA
MENCEGAH POTENSI TERJADINYA KORUPSI BIROKRASI.
ADA TUJUH PRINSIP NPS (DENHARDT & DENHARDT, 2000,2003, 2007)
YANG BERBEDA DARI NPM DAN OPA YAITU :

1. PERAN UTAMA DARI PELAYANAN 2. ADMINISTRASI PUBLIK HARUS


PUBLIK ADALAH MEMBANTU MENCIPTAKAN GAGASAN KOLEKTIF YANG
DISETUJUI BERSAMA TENTANG APA YANG
MASYARAKAT MENGARTIKULASIKAN
DISEBUT SEBAGAI KEPENTINGAN PUBLIK.
DAN MEMENUHI KEPENTINGAN YANG
TELAH DISEPAKATI BERSAMA, DARI 3. KEBIJAKAN DAN PROGRAM YANG
DITUJUKAN UNTUK MEMENUHI
PADA MENCOBA MENGONTROL ATAU
KEBUTUHAN PUBLIK DAPAT DICAPAI
MENGENDALIKAN MASYARAKAT
SECARA EFEKTIF DAN RESPONSIVE
KEARAH YANG BARU.
MELALUI UPAYA-UPAYA KOLEKTIF DALAM
PROSES KOLABORATIF
4. KEPENTINGAN PUBLIK LEBIH 6. ORGANISASI PUBLIK DAN JARINGAN-
MERUPAKAN HASIL SUATU DIALOG JARINGAN YANG TERLIBAT AKAN LEBIH
TENTANG NILAI-NILAI YANG DISETUJUI SUKSES DALAM JANGKA PANJANG KALAU
BERSAMA DARI PADA AGREGASI MEREKA BEROPERASI MELALUI PROSES
KEPENTINGAN PRIBADI PARA INDIVIDU KOLABORASI DAN MELALUI
KEPEMIMPINAN YANG MENGHARGAIN
5. PARA PELAYAN PUBLIK HARUS MEMBERI
SEMUA ORANG,
PERHATIAN TIDAK SEMATA PADA PASAR,
TETAPI JUGA ASPEK HUKUM DAN 7. KEPENTINGAN PUBLIK LEBIH
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, DIKEMBANGKAN OLEH PELAYAN-PELAYAN
NILAI-NILAI MASYARAKAT, NORMA- PUBLIK DAN WARGA MASYARAKAT, DARI
NORMA POLITIK, STANDAR PROFESSIONAL PADA OLEH MANAGER WIRAUSAHA YANG
DAN KEPENTINGAN WARGA MASYARAKAT BERTINDAK SEAKAN-AKAN UANG MILIK
MEREKA.
ADMINISTRASI PUBLIK BERORIENTASI PADA
GOVERNANCE
PERKEMBANGAN ADMINISTRASI PUBLIK DARI DULU SAMPAI SEKARANG TERUS
MENGALAMI PERUBAHAN SEIRING DENGAN PERUBAHAN YANG TERJADI
DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT.

PERUBAHAN TERUTAMA TERJADI PADA PEMYELENGGARAAN ADMININSTRASI


PUBLIK OLEH PEMERINTAHAN, KETIKA TUGAS PEMERINTAH MAKIN
MENINGKAT DAN KEKUASASAN PEMERINTAH MAKIN LUAS, MAKA
PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI PUBLIKPUN IKUT BERUBAH DALAM
BIROKRASI PEMERINTAH.
ADMINISTRASI PUBLIK SANGAT PERHATIAN TERHADAP
TERWUJUDNYA TATA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK DAN AMANAH.
TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GONERNANCE)
DIWUJUDKAN DENGAN LAHIRNYA TATANAN KEPEMERINTAHAN
YANG DEMOKRATIS DAN DISELENGGARAKAN SECARA BAIK, BERSIH,
TRASNPARAN DAN BERWIBAWA.

TATA PEMERINTAHAN YANG DEMOKRATIS MENEKANKAN BAHWA


LOKUS DAN FOCUS KEKUASAAN TIDAK HANYA BERADA DI
PEMERINTAHAN SAJA, MELAINKAN BERALIH TERPUSAT PADA
TANGAN RAKYAT.

PENYELENGGARAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK TERLETAK


PADA KONSTELASI ANTARA TIGA KOMPONEN RAKYAT, PEMERINTAH
DAN PENGUSAHA YANG BERJALAN SECARA KOHESIF, SELARAS,
KONGRUEN DAN SEBANDING
Dalam perkembangan keilmuan, administrasi sebagai governance menjadi sangat powerful
dalam menjelaskan masalah kontemporer. Administrasi publik tidak lagi dibatasi oleh birokrasi
dan lembaga pemerintah tetapi mencakup semua bentuk organisasi, terutama dalam penyusunan
kebijakan publik.

Keterlibatan lembaga non pemerintah dalam implementasi kebijakan juga harus diakui. Dan
ilmu administrasi sebagai governance menempatkan proses kebijakan sebagai pusat perhatian
utama dan digunakan untuk mengkaji bagaimana kekuasaan adminitratif, politik dan ekonomi
digunakan untuk merespon masalah dan kepentingan publik.
Sejauh ini pemahaman mengenai governance berbeda-beda, tergantung pemahamamn masing-masing.
Terdapat beberapa dimensi penting dari governance; dari dimensi pertama adalah kelembagaan bahwa
sistem administrasi melibatkan banyak pelaku. Sehingga konsep jejaring, kemitraan, koprovisi dan
koproduksi menjadi bentuk pengaturan yang lazim digunakan dalam birokrasi. Dimensi kedua adalah
nilai yang menjadi dasar kekuasaan dengan mewujudkan administrasi publik yang efisien dan efektive.

Kemudian dikembangkan democratic governance dengan melibatkan partisipasi, kesetaraan, manajemen


berbasis consensus, informalitas, dan kontrak sosial perlu diunakan lagi. Dimensi ketiga adalah dimensi
proses, yang menjelaskan bagaimana berbagai unsur dan lembaga memberikan respon terhadap berbagai
masalah publik. Berikut adalah pola hubungan interaksi stake holder pemerintah, swasta, dan masyarakat.
POLA INTERAKSI ANTARA STAKEHOLDER
Tenaga
Kerja

<ŽŶƚƌŽů <ŽŶƚƌŽů

Dunia
Usaha Pemerintah Masyarakat

E ŝůĂŝ ZĞĚŝƐƚƌŝďƵƐŝ

WĂƐĂƌ
FOR YOUR ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai