Anda di halaman 1dari 3

Ringkasan Modul 8

KEGIATAN BELAJAR 2

PARADIGMA MANAJEMEN PEMERINTAHAN DAERAH

Idealisme tentang better government management mengharuskan organisasi sector public baik
pusat maupun daerah untuk secepat mungkin mengikuti dan mengimplementasikan paradigm
baru. Perbandingan antara paradigm lama dan paradigm yang baru sector public, sebagai
berikut :

A. PARADIGMA LAMA SEKTOR PUBLIK


Paradigma lama sector public diindikasikan dengan beberapa hal pokok, yaitu :
1. Apolitical Civil Service, menurut paradigm ini, seorang pegawai negeri harus bersifat
netral dalam politik, namun dalam praktik manajemen pemerintahan sehari-hari hal
ini tidak pernah terjadi. Kenyataan yang timbul adalah bahwa pegawai public banyak
terlibat dalam proses politik, khususnya politik dalam arti sebagai public policy. Ini
karena sejak dari planning hingga feedback, seorang pegawai public hampir terlibat
dalam semua proses policy cycle tersebut.
2. Hierarchy and Rule (hierarki dan prosedur), yaitu garis komando dan metode yang
procedural didasarkan atas MBP (management by process). Kelemahan utama dari
paradigm ini adalah tingkat inovasi dan kreativitas rendah dari para pegawai public.
Aturan, hierarki dan prosedur menempatkan mereka pada posisi yang tidak kondusif
untuk berinovasi, berkembang dan empowered (berdaya).
3. Permanence and Stability, yaitu kemampuan dan keamanan kerja masih merupakan
ciri pokok paradigma lama manajemen sector public. Sisi negative adalah
ketidakmampuan manajer organisasi public untuk meningkatkan Job performance
pegawainya. Salah satu bukti nyata dari prinsip ini adalah sistem kepegawaian yang
bersifat lifetime employment.
4. An Institutionalized Civil Service, yaitu pelayanan public dibentuk dalam sebauh
lembaga corporative yang umumnya sentralistik dan terpusat. Maka tidak
mengherankan jika konsep devolution, decentralization, dan sebagainya baru mulai
mendapat simpati besar pada tahun 1980-an khususnya semenjak politik local mulai
berkembang pesat.
5. Internal regulation, yaitu adanya semacam kebiasaan seorang pegawai public semata-
mata hanyalah menjalankan kebijakan public menyebabkan efektivitas dan efisiensi
kebijakan di lapangan menjadi dilematis. Akibatnya seorang pegawai public tidak
termiotivasi untuk secara kratif dan inovatif mengembangkan peningkatan
kemampuan pelayanannya.
6. Equality. Walaupun pada konteks tertentu equality itu penting sekali. Namun, dalam
konteks lainnya, standarlisasi gaji tidak mampu menimbulkan inovasi dan
produktivitas pegawai public. Maka, tidak mengherankan jika ternyata sistem
penggajian, inovasi, dan kreativitas pegawai public lebih buruk ketimbang pegawai
swasta.
B. PARADIGMA BARU SEKTOR PUBLIK
Paradigma baru sector public lebih banyak disebabkan oleh keberhasilan sector privat
dalam melakukan inovasi dan kreativitas sehingga produktivitas, efisiensi dan
efektivitasnya jauh lebih berkembang ketimbang sector public. Paradigma ini
berkembang dengan pesat pada tahun 1990-an, khususnya disebabkan oleh karena
kelengkapan sumber daya, kemajuan teknologi dan juga degradasi kualitas lingkungan
yang melebihi ambang batas. Paradigma baru ini banyak dipengaruhi oleh pendekatan
dan teori-teori baru, seperti public choice theory, agency theory, social capital theory, the
third way theory.
Paradigma baru inilah, kemudian banyak mempengaruhi praktik manajemen sector public
saat ini. Ajaran pokok dari paradigma baru ini adalah signifikansi tentang perlunya
menerapkan manajemen sector private yang aplikatif dalam sector public. Tujuan pokok
dari reformasi paradigma ini tentunya adalah meningkatkan efektivitas, efisiensi,
produktivitas dan akuntabilitas organisasi sector public. Paradigma ini meliputi beberapa
pokok pemikiran, yaitu Mixed Motivation of public servant. Oleh karena kenyataan
bahwa hampir mustahil untuk tidak melibatkan pegawai public dalam proses politik.
Maka paradigma baru tidak mengharamkan pegawai public terlibat dalam proses politik,
ini dikarenakan banyak pegawai public yang berfungsi sebagai penyedia data dan
penasihat kebijakan terhadap policy makers.
Dengan membandingkan paradigma lama dan paradigma baru sector public
tersebut, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pergeseran dari hierarki ke fungsi,
sentralisasi ke desentralisasi, kemapanan ke produktivitas serta kekauan ke fleksibilitas,
inovasi dan kreativitas.
C. PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAHAN PUSAT TERHADAP DAERAH
Pemerintah pusat menempatkan fungsi dan peranannya terhadap daerah, hawa
pemerintah pusat mempunyai fungsi yaitu :
1. Fungsi koordinasi
Pada fungsi koordinasi, pemerintah pusat yang mempunyai kelebihan pengetahuan
pada skala nasional tentang penyelenggaraan kebijakan di semua level pemerintahan
daerah mempunyai keuntungan yang nyata dalam melakukan koordiansi
pembangunan secara nasional.
2. Fungsi alokasi
Pada fungsi alokasi, pemerintahan pusat mempunyai peran legitimate untuk,
mengalokasikan sumber daya dan dan yang ada demi keseimbangan dan pemerataan
antardaerah. Dengan penyediaan regulasi legal mengenai alokasi sumber ini akan
menjamin prinsip equitable allocation antara satu daerah dengan daerah lainnya.
3. Fungsi distribusi
Pada fungsi distibusi sumber daya tersebut sampai ke daerah yang dimaksudkan serta
menjamin bahwa keseimbangan dan pemerataan ekonomi daerah dapat berjalan
dengan baik. Namun, harus diakui bahwa fungsi distribusi bisa juga mengadopsi
bottom up planning model sebelum segala sesuatunya ditentukan oleh peraturan
pusat.
4. Fungsi stabilisasi
Pada fungsi stabilisasi, peran legitimate pemerintahan pusat adalah menjamin bahwa
secara ekonomi, pertumbuhan ekonomi daerah, kesejahteraan dan juga
kelangsungannya tetap dapat terjaga. Fungsi stabilitas membantu pemerintah pusat
dan pemerintah daerah saling membantu dan memberi masukan agar kelangsungan
kesejahteraan sosial ekonomi daerah terus dapat dipertahankan.
5. Fungsi evaluasi
Pada fungsi evaluasi, pemerintah pusat merupakan bagian dari mekanisme kontol,
utnuk melakukan hal ini, hanya pemerintah pusatlah yang mampu dan mempunyai
legitimate power untuk melakukannya.

Pertimbangan-pertimbangan seperti inilah maka mendudukkan otonomi daerah dan


pembangunan daerah dalam konteks pembangunan nasional menjadi signifikan. Persoalannya
memang bukan bagaimana pusat dan daerah bersaing untuk merebut kewenangan, tetapi lebih
kepada bagaimana fungsi dan tujuan pembangunan sebagaimana hal diatas dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai