Disusun oleh :
Pengajar :
Drs.Moch.Rozikin, MPA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
KEDIRI
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Teori Manajement Publik ini dengan judul “Paradigma Old Public
Administration , New Public Administration dan New Public Manajement”.
Bagaimana konsep yang berkembang dari masa ke masa menurut dengan
perkembangan yang ada di masyarakat. Bagaimana penerapan konsep yang ada di
masyarakat serta solusi-solusi yang bisa diberikan melalui konsep-konep tersebut.
Kami menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak,sehingga dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan.Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
terselesaikannya makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan pihak yang
menggunakannya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………...........……………………..i
BAB I PENDAHULUAN………………………….…………….........…….4
I.3.TUJUAN MAKALAH……………………………….........…….7
BAB IV PENUTUP…………………………………………...…….....…..41
KESIMPULAN……………………………………. ……..….........41
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
yang lebih baik, konsep Old Public Administration (OPA) dianggap tidak lagi
relevan dengan keadaan saat itu. OPA lebih dianggap lebih tanggap terhadap
kekuasaan kelompok yang dominan dalam masyarakat, namun tidak tanggap
terhadap kekuasaan diluar struktur kekuasaan yang ada di setiap jenjang
pemerintahan. kemudian muncul suatu konsep baru yaitu New Public
Administration.
Administrasi negara baru muncul mulai pada penghujung tahun-tahun
1960-an dan permulaan tahun1970-an sebagai suatu tanggapan atas beberapa
rangsangan yang berlanjut menjadi keresahan rasial, berlangsungnya
ketidakpuasan atas basis intelektual administrasi negara, dan perubahan umum
dalam disiplin ilmu sosial. Aneka macam nilai dihubungkan dengan administrasi
negara baru, dan nilai tersebut tidak selalu bersesuaian. Karena itu penulis betul-
betul menolak pemahaman bahwa pasti ada administrasi negara baru yang
tunggal, yang disepakati, disertai model yang sama sekali mengingkari teori-teori
dan norma-norma lampau dalam lapangannya. Apa yang baru dalam administrasi
negara baru langsung mengalir dari nilai-nilai yang telah menuntut administrasi
negara tradisional sehingga administrasi negara baru dapat berjalan logis dari
kumpulan pengetahuan baru dalam ilmu-ilmu sosial dan pengarahan ilmu-ilmu itu
pada masalah-masalah publik.
New Public Management (NPM) yang berkembang dalam kurun waktu
akhir 1980an hingga pertengahan 1990an. Paradigma NPM timbul sebagai
dampak dari kurang efektifnya paradigma administrasi sebelumnya dalam
memecahkan masalah dan memberikan pelayanan publik. NPM sendiri
merupakan paradigma yang bersifat reformatif sebagai embrio dari reinventing
government yang disampaikan oleh D. Osborne dan T.Gaebler. Pada paradigma
ini, pemerintah harus memiliki sifat catalyc, community owned, competitive,
mission driven, result oriented, customer driven, enterprising, anticipatory,
decentralized dan market oriented (T. Keban, 2008 :35-36). Paradigma ini
mengimplementasi konsep yang dilakukan sektor bisnis dan privat. Segala sesuatu
yang berhubungan dengan pelayanan publik menggunakan sistem mekanisme
bisnis seutuhnya. Slogan yang terkenal dalam persfeksif New Publik Managament
5
ini ialah mengatur dan mengendalikan pemerintahan tidak jauh bedanya mengatur
dan mengendalikan bisnis (run government like business) (Thoha, 2008).
Paradigma ini mengalami perubahan orientasi pada perkembangannya.
Orientasi yang pertama dikenal dengan the efficiency drive yaitu mengutamakan
nilai efisiensi dalam pengukuran kinerja. Orientasi lainnya yaitu downsizing and
decentralization yang mengutamakan penyederhanaan struktur, serta memperkaya
fungsi. Orientasi ketiga yaitu in search of excellence yang mengutamakan
optimalisasi kinerja dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Orientasi keempat yaitu public service orientation yang menekankan pada
kualitas, misi, dan nilai yang akan dicapai organisasi publik, serta lebih publicness
dan akuntabel (T. Keban, 2008 :36-37).
Pergeseran paradigma Administrasi Publik tersebut, telah membawa
implikasi terhadap penyelenggaraan peran Administrasi Publik khususnya terkait
dengan pendekatan yang digunakan dalam pembuatan dan pelaksanaan strategi;
pengelolaan organisasi secara internal; serta interaksi antara Administrasi Publik
dengan politisi,masyarakat dan aktor lainnya. Implikasi yang demikian tentu saja
pada akhirnya akansangat menentukan corak dan ragam dalam penyelenggaraan
Pemerintahan dari sebuah Negara, termasuk Indonesia. Corak dan ragam tersebut
akan sangat ditentukanoleh kondisi lokal yang ada di Negara tersebut, dalam
artian sejauh mana Administrasi Publik di Negara tersebut telah menyesuaikan
diri dengan perkembangan paradigmayang ada; serta sejauhmana penyesuaian
tersebut dilakukan dengan memperhatikan konteks lokal dan permasalahan yang
ada di Negara tersebut.
6
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
1) Apa yang dimaksud dengan konsep Paradigma Old Public Administration
, New Public Administration dan New Public Manajement ?
2) Bagaimana perbandingan konsep antara OPA , NPA dan NPM ?
3) Bagaimana implementasi konsep-konsep Paradigma Old Public
Administration , New Public Administration dan New Public Manajement
BAB II
KAJIAN TEORI
7
Konseptual Administrasi
Pengertian Administrasi
8
serta hal- hal yang berkaitan dengan publik yang meliputi kebijakan publik,
manajemen publik, administrasi pembangunan, tujuan negara, dan etika yang
mengatur penyelenggara Negara.
Locus mencakup where of the field atau tempat dimana metode tersebut di
gunakan atau di terapkan. Dalam hal ini lokus dari ilmu administrasi
publik adalah: kepentingan publik (public interest) dan urusan publik
(public affair)
9
paradigma yang berkembang pada awal kelahiran ilmu administrasi
negara. Tokoh paradigma ini adalah antara lain adalah pelopor berdirinya
ilmu administrasi negara Woodrow Wilson dengan karyanya “The Study
of Administration”(1887) serta F.W. Taylor dengan bukunya “Principles
of Scientific Management”
Dalam bukunya ”The Study of Administration”, Wilson berpendapat
bahwa problem utama yang dihadapi pemerintah eksekutif adalah
rendahnya kapasitas administrasi. Untuk mengembangkan birokrasi
pemerintah yang efektif dan efisien, diperlukan pembaharuan administrasi
pemerintahan dengan jalan meningkatkan profesionalisme manajemen
administrasi negara. Untuk itu, diperlukan ilmu yang diarahkan untuk
melakukan reformasi birokrasi dengan mencetak aparatur publik yang
profesional dan non-partisan. Karena itu, tema dominan dari pemikiran
Wilson adalah aparat atau birokrasi yang netral dari politik. Administrasi
negara harus didasarkan pada prinsip-prinsip manajemen ilmiah dan
terpisah dari hiruk pikuk kepentingan politik. Inilah yang dikenal sebagai
konsep dikotomi politik dan administrasi. Administrasi negara merupakan
pelaksanaan hukum publik secara detail dan terperinci, karena itu menjadi
bidangnya birokrat tehnis. Sedang politik menjadi bidangnya politisi.
Ide-ide yang berkembang pada tahun 1900-an memperkuat paradigma
dikotomi politik dan administrasi, seperti karya Frank Goodnow ”Politic
and Administration”. Karya fenomenal lainnya adalah tulisan Frederick
W.Taylor ”Principles of Scientific Management (1911). Taylor adalah
pakar manajemen ilmiah yang mengembangkan pendekatan baru dalam
manajemen pabrik di sector swasta – Time and Motion Study. Metode ini
menyebutkan ada cara terbaik untuk melaksanakan tugas tertentu.
Manajemen ilmiah dimaksudkan untuk meningkatkan output dengan
menemukan metode produksi yang paling cepat, efisien, dan paling tidak
melelahkan.Jika ada cara terbaik untuk meningkatkan produktivitas di
sector industri, tentunya ada juga cara sama untuk organisasi
public.Wilson berpendapat pada hakekatnya bidang administrasi adalah
10
bidang bisnis, sehingga metode yang berhasil di dunia bisnis dapat juga
diterapkan untuk manajemen sektor publik.
Teori penting lain yang berkembang adalah analisis birokrasi dari Max
Weber. Weber mengemukakan ciri-ciri struktur birokrasi yang meliputi
hirarki kewenangan, seleksi dan promosi berdasarkan merit system, aturan
dan regulasi yang merumuskan prosedur dan tanggungjawab kantor, dan
sebagainya. Karakteristik ini disebut sebagai bentuk kewenangan yang
legal rasional yang menjadi dasar birokrasi modern.
Ide atau prinsip dasar dari Administrasi Negara Lama (Dernhart dan
Dernhart, 2003) adalah :
Fokus pemerintah pada pelayanan publik secara langsung melalui
badan-badan pemerintah.
Kebijakan publik dan administrasi menyangkut perumusan dan
implementasi kebijakan dengan penentuan tujuan yang dirumuskan
secara politis dan tunggal.
Administrasi publik mempunyai peranan yang terbatas dalam
pembuatan kebijakan dan kepemerintahan, administrasi publik
lebih banyak dibebani dengan fungsi implementasi kebijakan
public
Pemberian pelayanan publik harus dilaksanakan oleh administrator
yang bertanggungjawab kepada ”elected official” (pejabat/birokrat
politik) dan memiliki diskresi yang terbatas dalam menjalankan
tugasnya.
Administrasi negara bertanggungjawab secara demokratis kepada
pejabat politik
Program publik dilaksanakan melalui organisasi hirarkis, dengan
manajer yang menjalankan kontrol dari puncak organisasi.
Nilai utama organisasi publik adalah efisiensi dan rasionalitas
Organisasi publik beroperasi sebagai sistem tertutup, sehingga
partisipasi warga negara terbatas
11
Peranan administrator publik dirumuskan sebagai fungsi
POSDCORB
12
Di awali dengan terbitnya Principles of Public Adminisration
karya W F Willoughby. Pada fase ini Administrasi diwarnai oleh
berbagai macam kontribusi dari bidang-bidang lain seperti industri
dan manajemen, berbagai bidang inilah yang membawa dampak
yang besar pada timbulnya prinsip-prinsip administrasi. Prinsip-
prinsip tersebut yang menjadi Focus kajian Administrasi Publik,
sedangkan Locus dari paradigma ini kurang ditekankan karena
esensi prinsip-prinsip tersebut, dimana dalam kenyataan bahwa
bahwa prinsip itu bisa terjadi pada semua tatanan, lingkungan, misi
atau kerangka institusi, ataupun kebudayaan, dengan demikian
administrasi bisa hidup dimanapun asalkan Prinsip-prinsip tersebut
dipatuhi.
13
POSDCORB tidak menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan
oleh administrator publik terutama dalam decision making. Kritik
Simon ini kemudian menghidupkan kembali perdebatan Dikotomi
administrasi dan Politik Kemudian muncullah pendapat Morstein-
Mark ( element Of Public Administration yang kemudian kembali
Mempertanyakan pemisahan politik san ekonomi sebagai suatu hal
yang tidak realistik dan tidak mungkin.
14
Paradigma V: Administrasi Negara sebagai Administrasi
Negara (1970)
Pemikiran Herbert Simon tentang perlunya dua aspek yang perlu
dikembangkan dalam disiplin Administrasi Negara:
15
Dwight Waldo menganggap administrasi negara berada dalam posisi
revolusi ( a time of revolution) sehingga mengundang para pakar ilmu
administrasi negara dalam suatu konferensi yang menghasilkan kumpulan
makalah ”Toward a New Public Administration : The Minnowbrook
Perspective” (1971). Tujuan konferensi ini adalah mengidentifikasi apa
saja yang relevan dengan administrasi negara dan bagaimana disiplin
administrasi negara harus menyesuaikan dengan tantangan tahun 1970an.
Salah satu artikel dalam kumpulan makalah ini adalah karya George
Frederickson berjudul ”The New Public Administration”.
Paradigma New Public Administration pada dasarnya mengkritisi
paradigma administrasi lama atau klasik yang terlalu menekankan pada
parameter ekonomi. Menurut paradigma Administrasi Negara Baru,
kinerja administrasi publik tidak hanya dinilai dari pencapaian nilai
ekonomi ,efisiensi, dan efektivitas ,tapi juga pada nilai “social equity”
(disebut sebagai pilar ketiga setelah nilai efisiensi dan efektivitas).
Implikasi dari komitmen pada ”social equity”, maka administrator publik
harus menjadi ’proactive administrator’ bukan sekedar birokrat yang
apolitis.
Fokus dari Administrasi Negara Baru meliputi usaha untuk membuat
organisasi publik mampu mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan secara
maksimal yang dilaksanakan dengan pengembangan sistem desentralisasi
dan organisasi demokratis yang responsif dan partisipatif, serta dapat
memberikan pelayanan publik secara merata. Karena administrasi negara
mempunyai komitmen untuk mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan dan
keadilan (social equity), maka Frederickson menolak pandangan bahwa
administrator dan teori-teori administrasi negara harus netral dan bebas
nilai.
Dalam Administrasi tradisional, lebih tanggap terhadap kekuasaan
kelompok yang dominan dalam masyarakat, namun tidak tanggap terhadap
kekuatan di luar struktur kekuasaan yang ada di setiap jenjang
pemerintahan. Tidak peduli terhadap tujuan atau konsekuensi dari
16
kekuasaan, administrasi tradisional hanya tanggap kepada mereka yang
mampu memonopoli kekuasaan. Kurangnya etika birokrasi, lembaga
negara melaksanakan hukum untuk menjamin kelangsungan hidup mereka
sendiri. Konflik tentang kesadaran dan dilema moral hanya dipandang
sebagai persoalan eksternal dan menghalangi efisiensi dalam pelaksanaan
kebijakan publik. Hasil akhirnya berupa keterasingan dengan berbagai
institusi yang dominan dalam masyarakat.
Administrasi negara tradisional memusatkan perhatiannya pada
institusi organisasi. Ia menganggap bahwa kebaikan bagi seluruh manusia
akan ditentukan oleh kebaikan dari struktur organisasi. Administrasi
negara baru lebih menaruh perhatian pada manusia itu sendiri dan
menganggap bahwa persyaratan akan kebaikan dirinya harus menjadi
penentu dan akhirnya membentuk seluruh institusi organisasi yang
dipandang harus melayani dirinya.
Administrasi negara baru tidak hanya menolak survival
administrasi sebagai sebuah panduan moral bagi pembuatan keputusan,
tetapi bentuk bentuk baru organisasi harus dirancang sekaligus di
dalamnya dengan karakter yang bersifat merusaknya sendiri dari dalam
(self-destructive). Dalam persoalan ini, fleksibilitas yang maksimum
dalam organisasi administrasi akan lebih dijamin. Keberanian mengambil
resiko (risk taking) daripada pengunaan hukuman seperti dalam
administrasi tradisional ditumbuhkan dengan organisasi yang bersifat
disposible. Konsekuensinya, kegagalan dari sebuah respons pola
organisasi terhadap kebutuhan masyarakat tidak bersifat catastropic, tetapi
hanya suatu kejadian bagi pengujian atas strategi alternatif bagi suatu
tindakan.
Dominannya emosi dan institusi atas logika dan rasionalisme
menjajikan adanya perpauan pola-pola organisasi yang tidak lagi bersifat
ortodoks dan nonsimetris yang tak teruji efektifitasnya akan ditentukan oleh
hubungannya dengan sejumlah besar variabel lingkungan yang saling
berinteraksi. Akhirnya sekelompok administrator baru memusatkan
17
harapannya bagi adanya suatu revitalisasi studi fenomena eksistensialis
sebagai puncak dari filsafat relativisme.
18
Model NPM berfokus pada manajemen sektor publik yang
berorientasi pada kinerja, bukan pada kebijakan. Penggunaan paradigma
baru tersebut menimbulkan beberapa konsekuensi pada pemerintah,
diantaranya adalah tuntutan untuk melakukan efisiensi, pemangkasan
biaya (cost cutting), dan kompetisi tender.
NPM merupakan teori manajemen publik yang beranggapan bahwa
praktik manajemen sektor swasta adalah lebih baik dibandingkan dengan
praktik manajemen pada sektor publik. Oleh karena itu,
untuk memperbaiki kinerja sektor publik perlu diadopsi beberapa praktik
dan teknik manajemen yang diterapkan di sektor swasta ke dalam
organisasi sektor publik, seperti pengadopsian mekanisme pasar,
kompetisi tender (Compulsory Competitive TenderingCCT),
danprivatisasi perusahaan-perusahaan publik (Hughes, 1998; Jackson,
1995; Broadbent &Guthrie, 1992). Penerapan konsep New Public
Management telah menyebabkan terjadi perubahan manajemen sektor
publik yang drastis dari sistem manajemen tradisional yangkaku,
birokratis, dan hierarkis menjadi model manajemen sektor publik yang
fleksibel danlebih mengakomodasi pasar. Penerapan konsep NPM dapat
dipandang sebagai suatu bentuk modernisasi atau reformasi manajemen
dan administrasi publik, depolitisasi kekuasaan, ataudesentralisasi
wewenang yang mendorong demokrasi. Perubahan tersebut juga
telahmengubah peran pemerintah terutama dalam hal hubungan antara
pemerintah denganmasyarakat (Hughes, 1998). Beberapa pihak meyakini
bahwa paradigma New Public Management merupakan sebuah fenomena
internasional sebagai bagian dari proses global. Konsep NPM begitu cepat
mempengaruhi praktik manajemen publik di berbagai Negara sehingga
membentuk sebuah gerakan yang mendunia.
19
1998 dalam Oluwu, 2002,3-4; serta Borins and Warrington 1996, 1 dalam
Samaratunge and Bennington, 2002,89):
20
Penerapan prinsip pasar kedalam sektor publik dilakukan melalui
privatisasi,komersialisasi dan tes pasar (tender versus penyediaan oleh
birokrasi). Denganmemisahkan antara penyedia (otoritas legal) dari
produksi (transformasi teknisdari input menjadi output), maka rivalitas
dari produsen yang berbeda dapatdigunakan untuk mengurangi biaya dan
meningkatkan standar.
Penekanan pada gaya sektor privat dalam praktek manajemen.
Idenya adalah memindahkan etika pelayanan publik dari gaya militer
menjadilebih fleksibel dalam merekrut dan memberikan penghargaan
seperti evaluasikinerja dan gaji yang sesuai kinerja.
Penekanan yang lebih besar pada disiplin dan penghematan.
Dilakukan melalui pemotongan biaya langsung, peningkatan disiplin
pekerja,pembatasan biaya keluhan serta penggunaan teknologi komunikasi
dan informasi.
Penekanan terhadap peran dari manajer publik dalam menyediakan
pelayananyang berkualitas tinggi
Mengadvokasi otonomi manajerial dengan mengurangi pengawasan
peranlembaga pusat
Tuntutan, pengukuran dan penghargaan terhadap kinerja individu dan
organisasi.
Menyadari pentingnya penyediaan sumberdaya manusia dan teknologi
yangdibutuhkan manajer dalam memenuhi target kinerjanya.
Menjaga penerimaan terhadap kompetisi dan wawasan yang terbuka
mengenaibagaiman tujuan publik harus dilaksanakan oleh aparat
pemerintah.
Perspektif baru pemerintahan mendatang menurut Gaebler dan Osborne (1992)
akan ditandai dengan beberapa ciri utama :
1. Pemerintahan Kapitalis ,
maksudnya lebih fokus pada pemberian arahan bukan memproduksi
sendiri aneka pelayanan publik (more steering than rowing). Pemerintah
memang harus menyediakan aneka pelayanan publik, tetapi tidak harus
21
terlibat dalam proses produksinya. Produksi pelayanan publik dapat
diserahkan kepada pihak swasta atau masyarakat. Produksi pelayanan
publik oleh pemerintah harus dijadikan sebgaia pengecualian dan bukan
sebgaia sebuah keharusan. Pemerintah hanyan memproduksi pelayanan
publik yang belum bisa dilakukan oleh pihak swasta dan masyarakat.
2. Pemerintahan milik masyarakat.
Artinya pemerintah lebih banyak memberikan wewenang kepada
masyarakat daripada hanya sekedar melayani.
Artinya pemerintah lebih banyak memberikan wewenang kepada
masyarakat daripada hanya sekedar melayani.
Pemerintah dituntut lebih fokus pada upaya memberi wewenang kepada
masyarakat daripada melayaninya. Melalui pemberian wewenang yang
lebih besar kepada masyarakat ini akan lebih memungkinkan masyarakat
dapat menolong dirinya sendiri.
3. Pemerintah yang kompetitif
Diharapkan dapat menyuntikan semangat kompetisi dalam pemberian
pelayanan publik. Kompetisi merupakan satu-satunya cara untuk
menghemat biaya sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan. Dengan
kompetisi, banyak pelayanan publik yang harus ditingkatkan kualitasnya
tanpa harus memperbesar biaya, perhatian pelayanan pos negara. Akibat
kompetisi yang semakin keras, pelayanan titipan kilat yang disediakan
menjadi relatif semakin cepat dari sebelumnya.
4. Pemerintah yang digerakan oleh misi
Mengubah organisasi yang digerakakn oleh peraturan menjadi organisasi
yang lebih banyak digerakan oleh tujuan yang menjadi misinya.
5. Pemerintah yang berorientasi pada hasil bukan masukan.
6. Pemerintah yang berorientasi pada pelanggan
Artinya memenuhi kebutuhan pelanggan (masyarakat dan swasta) , bukan
birokrasi.
Pemerintah selama ini masih sering salah dalam mengidentifikasikan
pelanggannya. Pemerintah sering menganggaap DPRD dan para pejabat
22
yang terlibat dalam penyusunan APBD sebagai pelanggan utamanya
sehingga kepentingan masyarakat dan swasta sering dikalahnkan.
7. Pemerintah wirausaha untuk memberikan peningkatan pendapatan tidak
sekedar membelanjakan.
Banyak jasa yang dihasilkan pemerintah yang sebenarnya dapat
didayagunakan sebagai sumber pendapatan bagi pemerintah itu sendiri.
Misalnya, BPPS dan Bappeda dapat menjual informasi tentang pemerintah
daerah kepada berbagai lembaga riset dan swasta yang membutuhkan.
8. Pemerintah yang antisipatif , berupaya lebih mencegah terjadinya suatu
masalah daripada mengobati.
9. Pemerintah yang desentralisasi
Pemerintah yang desentralisasi ini menunjukan suatu perubahan sistem
dari hierarkis struktural menjadi lebih meraih suatu partisipasi dari dalam
organisasi pemerintah itu sendiri maupun di luar organisasi , misalnya
masyarakat.
10. Pemerintah yang berorientasi pada mekanisme pasar (insentif) bukan pada
mekanisme administratif(prosedur dan pemaksaan)
23
penghematan dana dan pencapaian standar tinggi lewat kontrak dan
sejenisnya;
Penekanan pada praktek-praktek manajemen bergaya perusahaan
swasta seperti kontrak kerja singkat, pembangunan rencana korporasi, dan
pernyataan misi; dan Penekanan pada pemangkasan, efisiensi, dan melakukan
lebih banyak dengan sumber daya yang sedikit.Penekanan pertama, yaitu
keahlian manajemen professional, mensugestikan top-manager (presiden,
menteri, dirjen) harus mengendalikan organisasi-organisasi publik secara aktif
dengan cara yang lebih bebas dan fleksibel. Top-top manager ini tidak lagi
berlindung atas nama jabatan, tetapi lebih melihat organisasi yang
dipimpinnya sebagai harus bergerak secara leluasa bergantung pada
perkembangan sektor publik itu sendiri. Sebab itu, para top manager harus
punya skill manajerial professional dan diberi keleluasaan dalan memanage
organisasinya sendiri, termasuk merekrut dan member kompensasi pada para
bawahannya. Lalu, penekanan pada aspek orientasi output menghendaki para
staf bekerja sesuai target yang ditetapkan. Ini berbalik dengan OPM yang
berorientasi pada proses yang bercorak rule-governed. Alokasi sumber daya
dan reward atas karyawan diukur lewat performa kerja mereka. Juga, terjadi
evaluasi atas program serta kebijakan dalam NPM ini.
Sebelum berlakunya NPM, output kebijakan memang telah menjadi
titik perhatian dari pemerintah. Namun, perhatian atas output ini tidaklah
sebesar perhatian atas unsure input dan proses. Ini akibat sulitnya pengukuran
keberhasilan suatu output yang juga ditandai lemahnya control demokratis
atas output ini. NPM justru menitikberatkan aspek output dan sebab itu
menghendaki pernyataan yang jernih akan tujuan, target, dan indikator-
indikator keberhasilan.
Konsep anggaran dengan pendekatan New Public Management (NPM)
merupakan isu penting dalam reformasi sektor publik. Konsep ini muncul
karena sistem tradisional yang diterapkan di negara-negara berkembang saat
itu dirasa masih banyak kelemahan antara lain proses anggaran ini masih
terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran modal/investasi, bersifat
24
tahunan, menerapkan sentralisasi, persetujuan yang sering terlambat, dan
aliran informasi yang tak memadai. Dari situlah muncul konsep anggaran
dengan pendekatan NPM yakni untuk mengatasi kelemahan-kelemahan pada
sistem sebelumnya (sistem tradisional). Konsep NPM memiliki keterkaitan
dengan permasalahan manajemen kinerja sektor publik karena memang fokus
utama konsep ini adalah pada pengukuran kinerja, bukan pada kebijakan
(bpkp, 2007). Konsep ini pada awalnya terjadi di negara-negara maju di
Eropa, akan tetapi pada perkembangannya konsep ini telah menjadi suatu
gerakan global yang mana negara-negara berkembang pun ikut terpengaruh
dari penyebaran konsep ini. Dengan diterapkannya konsep NPM ini, maka
otomatis menimbulkan beberapa konsekuensi pada pemerintah yakni adanya
tuntutan untuk melakukan efisiensi, pemangkasan biaya (cost cutting), dan
kompetisi tender.
Langkah untuk menerapkan New Public Management bisa dilakukan
dengan syarat ada cukup jumlah pendukung “yang kritis” yang menghendaki
reformasi. Para pendukung ini harus berasal dari administrasi (pemda,
pemkot) dan politik; berarti mereka harus seorang birokrat dan politisi. Warga
juga akan setuju dengan penerapan NPM ini karena mereka banyak
mengkritisi kelemahan atau kinerja administrasi yang loyo. Namun demikian,
reformasi ini harus didukung bersama agar warga bisa memberikan tekanan
yang dibutuhkan terhadap politisi dan pihak administrasi untuk menyelesaikan
proses reformasi dengan sukses. Harus jelas bahwa restrukturisasi seperti ini
punya harga, tapi harus disadari pula bahwa penghematan yang dihasilkan
reformasi ini bisa dengan mudah membiayai kembali investasi. Akan tetapi,
sebelum upaya penerapan NPM ini bisa direalisasikan, harus diciptakan dulu
prakondisi, yakni pertama, batasan tanggung jawab antara unit perencana dan
unit pelaksana (politik dan administrasi) dan perangkat sumber daya yang
bersifat desentral.
25
BAB III
PEMBAHASAN
26
administrasi publik harus dipisahkan dari dunia politik (dikotomi politik-
administrasi). Berdasarkan pengalaman Wilson, negara terlalu memberi
peluang bagi para administrator untuk mempratekan sistem nepotisme dan
spoil. Karenanya ia mengeluarkan doktrin untuk melakukan pemisahan
antara dunia legislatif (politik) dengan dunia eksekutif, dimana para
legislator hanya merumuskan kebijakan dan para administrator hanya
mengeksekusi atau mengimplementasikan kebijakan. Sosok birokrasi yang
ditawarkan Wilson ini sejalan dengan jiwa atau semangat bisnis. Wilson
menuntut agar para administrator publik selalu mengutamakan nilai
efisiensi dan ekonomis sehingga mereka harus diangkat berdasarkan
kecocokan dan kecakapan dalam bekerja ketimbang keanggotaan atau
kedudukan dalam suatu partai politik. Ajakan Wilson untuk meniru dunia
bisnis ini membawa suatu implikasi penting dalam pemerintahan yaitu
bahwa prinsip-prinsip dalam dunia bisnis yang diparkasai oleh Taylor
pantas untuk diperhatikan. Metode keilmuan, menurut Taylor, harus
menggeser metode rule of thumb. Tenaga kerja harus diseleksi, dilatih dan
dikembangkan secara ilmiah, dan didorong untuk bekerja sama dalam
menyelesaikan berbagai tugas pekerjaan sesuai prinsip-prinsip keilmuan.
Dunia telah mengakui kebesaran Taylor dalam membangun prinsip
manajemen yang profesional.
Max Weber, ahli hukum dan sosiologi terkenal, sekaligus filsuf ilmu
sosial yang terkenal , melahirkan adanya suatu konsep birokrasi ideal
untuk dijalankan dalam suatu negara . konsep itu adalah Weber
mengemukakan karakteristik-karakteristik teori birokrasi miliknya, :
Adanya pembagian tugas/tanggung jawab yg jelas dan formal,
sehingga batas-batas otoritas atau peran dari setiap unit organisasi
dapat diketahui dengan jelas dan tegas
Adanya hierarki tanggung jawab dan wewenang, dimana unit
bawahan dikontrol oleh unit atasan. Mata rantai komando disusun
secara resmi, prosedural, jelas dan tegas
27
Pengelolaan kegiatan dan interaksi antara unit-unit organisasi
dilakukan berdasarkan dokumen-dokumen resmi
Hubungan bersifat impersonal
Pembagian tugas dan penunjukan jabatan resmi dilakukan
berdasarkan pertimbangan kompetensi teknis
Para individu dalam birokrasi dituntut bekerja sepenuh waktu (full
time) dan umumnya dalam jangka waktu yang panjang (bahkan
umumnya sampai pensiun)
Para birokrat atau pengelola birokrasi bertindak atau berperan
dengan harus mengikuti peraturan-peraturan tertentu para
birokrat dilindungi secara hukum, bebas dari tekanan pihak
manapun
Birokrasi tidak memihak atau secara politik adalah netral harus
bertindak secara profesional juga mengajak untuk melaksanakan prinsip-
prinsip Taylor. Menurut Weber, ketika masyarakat berkembang semakin
kompleks maka dibutuhkan atau diperlukan suatu institusi yang rasional
yaitu “birokrasi”. Dalam birokrasi ini diatur perilaku yang tidak saja
produktif tetapi juga loyal terhadap pimpinan dan organisasi. Perilaku
yang “impersonal” dan “saklek” harus diterapkan. Hubungan
kekeluargaan, kelompok sosial dan sebagainya tidak mendapat tempat
untuk dipertimbangkan dalam birokrasi. Karenanya, para anggota
organisasi harus ditempatkan berdasarkan kemampuan yang dimiliki,
dikembangkan dan dituntun dengan peraturan yang jelas dalam
menjalankan tugasnya.
Dalam perkembangannya, doktrin OPA di atas menghadapi
masalah (fallacies). Misalnya, Taylor sangat yakin bahwa hanya ada satu
cara terbaik (one best way of doing the task) untuk melakukan tugas,
padahal dalam perkembangan jaman terdapat banyak cara lain untuk
bekerja terbaik, hasil rekayasa teknologi dan ilmu pengetahuan (Taylor
fallacy). Demikian pula, Wilson cenderung melihat dunia administrasi
publik sebagai kegiatan yang tidak politis, padahal dalam kenyataannya
28
bersifat politis (Wilson fallacy). Weber yakin sosok organisasi birokrasi
sangat ideal, padahal dalam perkembangannya bisa berubah sifatnya
menjadi sangat kaku, karena tidak ada inovasi dari para karyawannya.
bertele-tele karena sangat struktural hierarkis , dan penuh red-tape atau
pemnyimpangan-penimpangan dalam suatu birokrasi itu sendiri. (Weber
fallacy).
Menurut Owen E.Hughes (1994), ada 6 alasan munculnya
paradigma baru yaitu :
1) Administrasi publik tradisional telah gagal mencapai tujuannya
secara efektif dan efisien sehingga perlu diubah menuju ke
orientasi yang lebih memusatkan perhatian pada pencapaian
hasil(kinerja) dan akuntabilitas;
2) Adanya dorongan yang kuat untuk mengganti tipe birokrasi klasik
yang kaku menuju ke kondisi organisasi public, kepegawaian, dan
pekerjaan yang lebih luwes;
3) Perlunya menetapkan tujuan organisasi da pribadi secara jelas dan
juga perlu ditetapkan alat ukur keberhasilan kinerja lewat
indicator kinerja;
4) Perlunya para pegawai senior lebih punya komitmen politik pada
pemerintah yang sedang berkuasa daripada bersikap netral atau
non partisan;
5) Fungsi-fungsi yang dijalankan pemerintah hendaknya lebih
disesuaikan dengan tuntutan dan signal pasar; dan
6) Adanya kecenderungan untuk mereduksi peran dan fungsi
pemerintah dengan melakukan kontrak kerja dengan pihak lain
(contracting out) dan privatisasi.
Meski demikian, dari paradigma OPA ini dapat dipelajari bahwa
untuk membangun birokrasi diperlukan profesionalitas, penerapan aturan
dan standardisasi secara tegas, sikap yang netral dan perilaku yang
mendorong efisiensi dan efektivitas.
29
New Public Administration
karakteristik dominan antara pemikiran administrasi negara tradisional dan
administrasi negara baru dapat disarikan pada tabel berikut
30
layanioleh bentuk bentuk organisasi tradisional yang hirarkis, sementara yang
lainnya mungkin lebih tepat dengan pola pola organisasi yang bercorak
‘Bentuk Bebas (Free Form)’. Dalam kenyataannya lembaga lembaga yang
memiliki sejumlah unit unit organisasi disepanjang garis hirarki bersama unit
unti lainnya, melayani klien klien yang berbeda dengan kebutuhan yang
khusus terpolakan di sepanjang garis yang berbeda secara radikal.
31
Berbagai variasi ini memberi kesan bahwa NPM hanyalah merupakan
upaya para ahli dalam memodernisasikan sektor publik (Pollit, 1995).
Dari berbagai doktrin NPM di atas, dapat dipelajari bahwa proses
reformasi birokrasi harus diarahkan pada enam dimensi kunci (Kettl,
2000). Pertama, menyangkut produktivity yaitu bagaimana pemerintah
menghasilkan lebih banyak hasil dengan biaya yang lebih sedikit; Kedua,
marketization, yaitu bagaimana pemerintah menggunakan insentif bergaya
pasar agar melenyapkan patologi birokrasi; Ketiga, service orientation
yaitu bagaimana pemerintah dapat berhubungan dengan warga masyarakat
secara lebih baik agar program-programnya lebih responsif terhadap
kebutuhan warga masyarakat; Keempat, decentralization yaitu bagaimana
pemerintah membuat program yang responsif dan efektif dengan
memindahkan program ke tingkat pemerintahan yang lebih rendah, atau
memindahkan tanggungjawab instansi pemerintah ke para manajer
lapangan yang berhadapan langsung dengan warga masyarakat, atau
memberi kesempatan bagi mereka untuk melakukan adaptasi terhadap
kebutuhan warga masyarakat; Kelima, policy yaitu bagaimana pemerintah
memperbaiki kapasitas kebijakan; dan Keenam, performance
accountability yaitu bagaimana pemerintah memperbaiki kemampuannya
untuk memenuhi janjinya.
Hasil nyata dari proses penerapan NPM tersebut mencakup lima aspek,
yaitu : (1) saving, (2) perbaikan proses, (3) perbaikan efisiensi, (4) peningkatan
efektivitas, dan (5) perbaikan sistem administrasi seperti peningkatan kapasitas,
fleksibilitas dan ketahanan. Keberhasilan NPM ini sangat tergantung dari konteks
dan karakteristik negara dan sektor yang ditangani, kemampuan institusi, dan
konteks dari institusi itu sendiri seperti iklim dan ideologi manajemen yang
dianut, sikap terhadap otoritas, hubungan sosial dan kelompok (Ferlie, et.al.,
1996; Flynn, 2002).
Dalam perkembangannya, NPM menuai banyak kritikan karena para elit
birokrasi cenderung berkompetisi untuk memperjuangkan kepentingan dirinya
32
daripada kepentingan umum, dan berkolaborasi untuk mencapainya. Apalagi
dasar NPM adalah teori Public Choice yang sangat didominasi oleh kepentingan
pribadi (self-interest) sehingga konsep seperti public spirit, public service dan
sebagainya terabaikan (Kamensky, 1996 : 251). Hal yang demikian tidak akan
mendorong proses demokrasi. Disamping itu, NPM tidak pernah ditujukan untuk
menangani pemerataan dan masalah keadilan sosial (Harrow, 2000). Munculnya
NPM telah mengancam nilai inti sektor publik yaitu citizen selfgovernance dan
fungsi administrator sebagai servant of public interest (Box, 1999), bahkan kalau
tidak hati-hati, justru akan meningkatkan korupsi dan menciptakan orang miskin
baru (Haque, 2007).
33
Ramaswamy (2004) sebagai sumber energy organisasi di era demokrasi, karena
dapat menjamin hak, kebutuhan dan nilai-nilai warga masyarakat dan bukan
kebutuhan institusi.
Ada 7 (tujuh) prinsip NPS (Denhardt & Denhardt, 2003) yang berbeda dari
OPA dan NPM. Pertama, peran utama dari pelayan publik adalah membantu
warga masyarakat mengartikulasikan dan memenuhi kepentingan yang telah
disepakati bersama, daripada mencoba mengontrol atau mengendalikan
masyarakat ke arah yang baru; Kedua, administrator publik harus menciptakan
gagasan kolektif yang disetujui bersama tentang apa yang disebut sebagai
kepentingan publik; Ketiga, kebijakan dan program yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan publik dapat dicapai secara efektif dan responsif melalui
upaya-upaya kolektif dan proses kolaboratif; Keempat, kepentingan publik lebih
merupakan agregasi kepentingan pribadi para individu; Kelima, para pelayan
publik harus memberikan perhatian, tidak semata kepada pasar, tetapi juga pada
aspek hukum dan peraturan perundangan, nilai-nilai masyarakat, norma-norma
politik, standard profesional dan kepentingan warga masyarakat; Keenam,
organisasi publik dan jaringan-jaringan yang terlibatakan lebih sukses dalam
jangka panjang kalau mereka beroperasi melalui proses kolaborasi dan melalui
kepemimpinan yang menghargai semua orang; dan Ketujuh, kepentingan publik
lebih baik dikembangkan oleh pelayan-pelayan publik dan warga masyarakat
yang berkomitmen memberikan kontribusi terhadap masyarakat, daripada oleh
manajer wirausaha yang bertindak seakan-akan uang adalah milik mereka.
Pelajaran penting yang dapat ditimba dari paradigma NPS ini adalah
bahwa birokrasi harus dibangun agar dapat memberi perhatian kepada pelayanan
masyarakat sebagai warga negara (bukan sebagai pelanggan), mengutamakan
kepentingan umum, mengikutsertakan warga masyarakat, berpikir strategis dan
bertindak demokratis, memperhatikan norma, nilai, dan standard yang ada, dan
menghargai masyarakat. Birokrasi harus berubah orientasinya yaitu dari
paradigma constitutionalism ke paradigma communitarianism (Fox & Miller,
1995), atau dari model institution-centric service ke citizen-centric governance
34
(Prahalad, 2005). Selanjutnya dalam rangka mengimplementasikan paradigma
tersebut, perlu diterapkan pola citizen-centered collaborative public management
(Cooper, at.al., 2006), asalkan tidak ada tindakan birokrasi yang memanipulasikan
partisipasi masyarakat (Yang & Callahan, 2007).
35
Element Old Public New Public New Public Service
Administration Management
Model administratif “economicman” formal,
perilaku pengambilan Uji rasionalitas
manusia keputusan yang Berganda (politis,
self-interested Ekonomis, dan
organisasional
Akuntabilitas Menurut hierarkhi Kehendak pasar Banyak dimensi;
administratif yang Akuntabilitas pada
merupakan hasil Nilai, hukum,
keinginan Komunitas, norma
customers Politik,
profesionalisme,
Kepentingan citizen
Diskresi Diskresi terbatas Berjangkauan luas Diskresi diperlukan
Administrasi pada Untuk mencapai Tetapi bertanggung-
Petugas administratif Sasaran jawab dan bila
entrepreneurial terpaksa
Struktur Organisasi birokratis, Organisasi publik Struktur kolaboratif
Organisasi Kewenangan top- terdesentralisasi antara
down kepemimpinan
eksternal dan
internal
Mekanisme Melalui program Melalui Membangun koalisi
Pencapaian yang pembentukan antara agensi publik,
Sasaran diarahkan oleh agen Mekanisme dan non-profit dan
Kebijakan Pemerintah yang ada Struktur intensif swasta
36
Element Old Public New Public New Public Service
Administration Management
Perangkat bagi pegawai negeri Keinginan keinginan untuk
dan ideologis memberikan
administrator Untuk mengurangi kontribusi bagi
Ukuran pemerintah masyarakat
Sumber : Denhardt & Denhardt, 2003,
Study case yang akan kami angkat disini adalah mengenai penerapan kebijakan
Privatisasi PT.Kereta Api Indonesia yang diambil oleh pemerintah. seperti yang
kita tahu, privatisasi adalah salah satu prinsip yang ada dalam konsep New Publik
Manajement. Definisi Privatisasi ( Menurut UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang
BUMN ) adalah penjualan saham Persero (Perusahaan Perseroan), baik sebagian
maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan
nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta
memperluas saham oleh masyarakat.
Privatisasi yang ideal :
37
produk dengan kualitas yang baik dan dengan harga yang sangat
kompetitif.
Kebijakan privatisasi seperti ini diharapkan dapat mendorong
BUMN untuk mengembangkan jangkauan pasarnya di pasar luar
negeri.
Privatisasi diharapkan dapat memperkenalkan ilmu pengetahuan
dan teknologi baru kepada BUMN, sehingga BUMN akan mampu
memberikan sarana kepada para karyawan untuk terus melakukan
pembelajaran dan terus mengembangkan diri, sehingga mampu
menghasilkan produk yang berkualitas, dengan harga yang
kompetitif
Satu hal yang tidak kalah pentingnya, privatisasi BUMN
diharapkan dapat menutup defisit APBN.
38
tetap berjalan, ia harus mencari sumber pendanaan itu melalui fungsi
layanan yang dibisniskan.
Disini kita akan mencoba membandingkan sistem pelayanan
PT.KAI pada saat belum di privatisasi dengan model pelayanan yang
sudah diprivatisasi. Seperti yang kita tahu, NPM merupakan suatu konsep
yang lebih mengedepankan teori ekonomi dan prinsip-prinsip ekonomi.
artinya, PT KAI tidak lagi selalu berorientasi pada kepentingan-
kepentingan polistis yang terkadang justru memperburuk kualitas
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Contoh yang paling nyata
adalah semakin buruknya kualitas perkeretaapian dari segi kenyamanan.
Banyak sampah yang berserakan di dalam kereta serta di sekitar stasiun.
Sekarang setelah di privatisasi , kereta api bersih dari sampah wangi dan
ber ac , karena untuk bagian kebersihan sudah di serahkan ke pihak swasta
dan secara otomatis pemerintah tidak perlu lagi merekrut pegawai baru
untuk bagian itu. Dari segi pelayanan, NPM lebih memandang masyarakat
sebagai seorang pelanggan. Artinya sebagai seorang pelanggan
pelayanannya lebih diutamakan. Bagaimana menciptakan sistem
pelayanan yang baik dan sesuai dengan kepuasan pelanggan. Sistem
pelayanan yang diberikan saat ini sangat memudahkan masyarakat.
Misalnya dalam pembelian tiket , terdapat sistem online yang sudah
terhubung dari stasiun satu ke stasiun yang lain, sehingga informasi yang
dibutuhkan sangat mudah di dapat dan diakses. Pembelian tiket dapat
dipesan jauh-jauh hari sebelum hari H sehingga penumpang tidak lagi
perlu mengantri untuk mendapatkan tiket. Setiap penumpang dijamin tidak
ada yang berjubel di dalam kereta karena penumpang akan duduk sesuai
dengan tempat duduk yang tersedia di tiket tersebut. Dari segi keamanan,
di dalam satu kereta sudah banyak polisi khusus kereta api yang selalu siap
siaga di dala kereta. Dan yang paling penting disini adalah peran
pemerintah disini adalah untuk mengarahkan saja tidak untuk memegang
kendali penun terhadap BUMN tersebut.
39
Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa banyak terjadi pro dan
kontra dari adanya privatisasi tersebut karena bila di pegang swasta lebih
identik dengan biaya yang tinggi. Hal tersebut menjadi wajar ketika
pelayanan yang baik dan berkualitas akan diiringi dengan biaya yang lebih
tinggi. Namun dalam hal ini, pemerintah memiliki solusi yang menjadi
penengah dari masalah itu, yaitu untuk kelas ekonomi , tidak ada kenaikan
harga yang signifikan , dan untuk kereta kelas bisnis dan eksekutif terjadi
kenaikan tetapi tetap dibantu dan disubsidi oleh pemerintah.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari dinamika paradigma administrasi yang telah dipaparkan,
dapat ditarik konklusi bahwa perkembangan paradigma akan terus
berlanjut karena kebutuhan dan aspek lebih representatif dan relevan
terhadap perkembangan zaman. Setiap kegagalan dalam implementasi
konsep paradigma akan ditindaklanjuti dengan evaluasi dan kritik untuk
memperbaiki paradigma. Selain itu, paradigma juga disesuaikan dengan
40
ekologi masyarakat untuk dapat mewujudkan administrasi publik yang
ideal dalam memberikan kontribusi pelayanan pada publik.
Paradigma Administrasi Negara Lama dikenal juga dengan sebutan
Administrasi Negara Tradisional atau Klasik. Paradigma ini merupakan
paradigma yang berkembang pada awal kelahiran ilmu administrasi
negara. Tokoh paradigma ini adalah antara lain adalah pelopor berdirinya
ilmu administrasi negara Woodrow Wilson dengan karyanya “The Study
of Administration”(1887) serta F.W. Taylor dengan bukunya “Principles
of Scientific Management”
Paradigma New Public Administration pada dasarnya mengkritisi
paradigma administrasi lama atau klasik yang terlalu menekankan pada
parameter ekonomi. Menurut paradigma Administrasi Negara Baru,
kinerja administrasi publik tidak hanya dinilai dari pencapaian nilai
ekonomi ,efisiensi, dan efektivitas ,tapi juga pada nilai “social equity”
(disebut sebagai pilar ketiga setelah nilai efisiensi dan efektivitas).
Implikasi dari komitmen pada ”social equity”, maka administrator publik
harus menjadi ’proactive administrator’ bukan sekedar birokrat yang
apolitis.
Sejak pertengahan tahun 1980-an, telah terjadi perubahan
manajemen sektor publik yang cukup drastis dari sistem manajemen
tradisional yang terkesan kaku, birokratis, dan hierarkis menjadi model
manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar.
Perubahan tersebut bukan sekedar perubahan kecil dan sederhana, tetapi
perubahan besar yang telah mengubah peran pemerintah terutama dalam
hal hubungan antara pemerintah dan masyarakat. Paradigma baru yang
muncul dalam manajemen sector publik tersebut adalah pendekatan New
Public Management (NPM).
Mengenai penerapan kebijakan Privatisasi PT.Kereta Api
Indonesia yang diambil oleh pemerintah. seperti yang kita tahu, privatisasi
adalah salah satu prinsip yang ada dalam konsep New Publik Manajement.
Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa banyak terjadi pro dan kontra dari
41
adanya privatisasi tersebut karena bila di pegang swasta lebih identik
dengan biaya yang tinggi. Hal tersebut menjadi wajar ketika pelayanan
yang baik dan berkualitas akan diiringi dengan biaya yang lebih tinggi.
Namun dalam hal ini, pemerintah memiliki solusi yang menjadi penengah
dari masalah itu, yaitu untuk kelas ekonomi , tidak ada kenaikan harga
yang signifikan , dan untuk kereta kelas bisnis dan eksekutif terjadi
kenaikan tetapi tetap dibantu dan disubsidi oleh pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
42
http://belajarbersamahannin.wordpress.com/2012/10/21/the-old-public-
adminstration/
http://id.scribd.com/doc/87630959/Administrasi
http://www.academia.edu/3019022/Pergeseran_Paradigma_Administrasi_
Publik_Dari_Perilaku_Model_Klasik_dan_Npm_ke_Good_Governance
http://www.sarjanaku.com/2012/12/perkembangan-administrasi-
publik.html
http://amonscomputer.blogspot.com/2013/06/tugas-munculnya-new-
public-menejemen.html
http://id.scribd.com/doc/121751739/Paradigma-Old-Public-Administration
http://rizawhy.blogspot.com/2011/03/public-management-dan-new-
public.html
http://fia-ub.blogspot.com/2012/06/perkembangan-dan-penerapan-new-
public.html
http://nanda-transmisiselulur.blogspot.com/2013/11/contoh-makalah-new-
public-management.html
http://id.scribd.com/doc/127967155/Artikel-New-Public-Management
http://jabirical.blogspot.com/2011/04/perbandingan-opa-npm-dan-
nps.html
http://kholilurrahman.files.wordpress.com/2013/05/beritastasiun.pdf
43