Anda di halaman 1dari 41

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

SESI 2 TERHADAP KEMAMPUAN BERKENALAN PADA


KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RUANG KABELA
RSJ PROF.DR.V.L.RATUMBUYSANG
MANADO

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh

IGNATIUS MANAHULENDING
NIM : 1814201027

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA


FAKULTAS KEPERAWATAN
MANADO
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi 2 terhadap

kemampuan berkenalan pada klien isolasi sosial di ruang kabela

RSJ Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang Manado

Nama : Ignatius Manahulending

NIM : 1814201027

Program Study : Ilmu Keperawatan

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Rivelino S. Hamel, S.Kep., M.Kes Ns. Verra Karame, S.Kep., M.Kes

Mengetahui
Dekan Keperawatan

Ns. Vivi Mampuk, S.Kep., M.Kes


NIDN. 0909018702
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan Jiwa Menurut WHO (World Health Organization) bukan

hanya suatu keadaan tidak gangguan jiwa, melainkan mengandung

berbagai karakteristik yaitu perawatan langsung, komunikasi dan

manajemen, bersifat positif yang menggambarkan keselarasan dan

keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian

yang bersangkutan (Afnuhazi, 2018). Sedangkan menurut Undang-

Undang No.18 Tahun 2014 merupakan suatu kondisi dimana seorang

individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial

sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat

mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu

memberikan kontribusi untuk komunitasnya (Kemenkes, 2020).

Umumnya gangguan mental yang terjadi merupakan gangguan

kecemasan dandepresi atau gangguan jiwa. Diperkirakan 4,4% dari

populasi global menderita gangguan jiwa, dan 3,6% dari gangguan

kecemasan. Jumlah penderita ganggu jiwa meningkat lebih dari 18%

antara tahun 2005 dan 2015 (WHO, 2018). Data Riskesdas (2018)

menunjukan terjadi peningkatan proporsi gangguan jiwa yang cukup

signifikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, naik dari 1,7%

menjadi 7%. Di Indonesia Sulteng merupakan kasus tertinggi dengan

1
prevalensi depresi pada penduduk umur 15 tahun ke atas yaitu 12,3 %

sedangkan yang terendah yaitu jambi dengan prevalensi depresi 1,8 %

dan Sulawesi utara menempati urutan ke 13 dengan prevalensi depresi

6,5 %.

Data pasien di Indonesia dengan gangguan jiwa ada 84,9% pasien

berobat, 15,1% tidak berobat, 48,9% rutin minum obat dan 51,1% tidak

rutin minum obat. Alasan tidak minum obat karena pasien merasa sudah

sehat, tidak rutin berobat, tidak mampu membeli obat rutin, sering lupa

dan obat tidak tersedia.

Terdapat berbagai kasus masalah gangguan jiwa, salah satunya yaitu

isolasi sosial. Isolasi Sosial merupakan suatu keadaan kesepian yang

dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang

negative dan terancam. Perilaku yang sering terlihat pada klien dengan

dengan isolasi sosial yaitu sikap menarik diri, tidak ada kontak mata,

sedih, afek tumpul, menyatakan perasaan sepi atau ditolak, menghindari

orang lain, dan mengungkapkan perasaan tidak dimengerti oleh orang

lain (Hartono, 2018)

Pasien dengan isolasi sosial dapat dilakukan dengan terapi modalitas,

salah satunya yaitu terapi aktivitas kelompok. Terapi Aktivitas

Kelompok Sosialisasi (TAKS) yang merupakan rangkaian kegiatan yang

membantu dan memfasilitasi klien isolasi sosial sehingga mampu

bersosialisasi secara bertahap melalui 7 sesi yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan memperkenalkan diri, kemampuan

2
berkenalan, kemampuan bercakap-cakap, kemampuan menyampaikan

dan membicarakan masalah pribadi, kemampuan bekerja sama, dan

kemampuan menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS

yang telah dilakukan (Surya, 2018).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hastutiningtyas (2016),

mengenai peran terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) terhadap

kemampuan interaksi social dan masalah isolasi sosial pasien, terbukti

bahwa terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) berpengaruh

terhadap kemampuan interaksi sosial pada pasien dengan masalah isolasi

sosial. Penelitian Pribadi (2018) mengenai “Pengaruh terapi aktivitas

kelompok : Sosialisasi sesi 1-3 terhadap kemampuan komunikasi verbal

pada klien menarik diri di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat “

menunjukan adanya pengaruh antara Terapi aktivitas kelompk :

Sosialisasi (TAKS) sesi 1-3 terhadap kemampuan verbal pada klien

menarik diri di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Pandeirot (2015)

melakukan penelitian “ Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

terhadap kemampuan bersosialisasi pasien isolasi sosial diagnose

skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya “. Hasil penelitian ini,

semua responden tidak memiliki kemampuan bersosialisasi dengan baik

sebanyak 7 orang (100%) , sedangkan setelah dilakukan TAKS sebagian

responden mampu untuk bersosialisasi sebanyak 5 orang (0,8%) dan ada

pengaruh TAKS terhadap kemampuan bersosialisasi.

3
Berdasarkan data hasil survey awal yang dilakukan di Ruang Rawat

Inap Kabela RSJ Prof. Dr.V.L.Ratumbuysang Manado di dapati bahwa

jumlah pasien keseluruhan 3 bulan terakhir periode bulan desember

tahun 2021 - bulan februari 2022 berjumlah 20 orang dan pasien isolasi

sosial. Dari survey awal yang dilakukan peneliti di ruang kabela pada 7

pasien isolasi social, 3 diantaranya hanya mampu memperkenalkan diri,

kontak mata kurang dan suara kurang jelas, sedangkan 4 diantaranya

mampu memperkenalkan diri dan berkenalan dengan orang lain. Di

ruang kabela TAKS jarang dilakukan, biasanya TAKS dilakukan jika

ada mahasiswa yang praktek, sedangkan pada normalnya TAKS harus

dilakukan seminggu sekali atau seminggu 2x agar pasien dapat

meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap. Pasien

biasanya hanya mengikuti ibadah seminggu sekali, mengingat juga

sekarang kondisi RS yang sedang dalam perbaikan. Dari semua data

yang didapat, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut

mengenai pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi sesi 2

terhadap kemampuan berkenalan pada pasien Isolasi Sosial di ruang

kabela RSJ Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang Manado.

4
B. Rumusan Masalah

Apakah ada Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi 2

terhadap kemampuan berkenalan pada klien isolasi sosial di ruang

kabela RSJ Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang Manado ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok

Sosialisasi Sesi 2 terhadap kemampuan berkenalan pada klien isolasi

sosial di ruang kabela RSJ Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang Manado

2. Tujuan Khusus

a. Untuk Mengetahui Kemampuan berkenalan sebelum TAKS sesi

2 pada pasien isolasi sosial di Ruang kabela RSJ

Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang Manado

b. Untuk Mengetahui Kemampuan berkenalan setelah TAKS sesi 2

pada pasien isolasi sosial di Ruang kabela RSJ

Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang Manado

c. Menganalisis pengaruh TAKS sesi 2 terhadap kemampuan

berkenalan pada pasien isolasi sosial di Ruang kabela RSJ

Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang Manado

5
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dan dijadikan

referensi atau bahan bacaan, sebagai acuan untuk peneliti selanjutnya

khususnya untuk fakultas keperawatan yang berkaitan dengan TAKS

sesi 2 dengan kemampuan berkenalan pada pasien Isolasi sosial.

2. Bagi Lokasi Penelitian

Informasi yang diperoleh diharapkan dapat menjadi masukan dan

sebagai bahan evaluasi mengenai Pengaruh Terapi Aktivitas

Kelompok Sesi 2 dengan kemampuan berkenalan pada pasien isolasi

sosial di Ruang Kabela Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr. V. L.

Ratumbuysang Manado

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Untuk menambah wawasan tentang karya ilmiah yang meningkatkan

ilmu pengetahuan peneliti dan sebagai sarana dalam menerapkan

teori yang telah diperoleh selama mengikuti kuliah dan

mengaplikasikannya di lapangan dalam bentuk penelitian.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Isolasi Sosial

1. Pengertian Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan

orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak

diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti

dengan orang lain (Nita Fitria, 2018).

Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan

mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya

dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan

(Stuart dan Sundeen, 2015). Isolasi sosial adalah pengalaman

kesendirian seorang individu yang diterima sebagai perlakuan dari

orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau mengancam (Keliat,

2017).

2. Rentang Respon Sosial

Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang

respon yang adaptif sampai dengan maladaptive. Respon adaptif

merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan

7
kebudayaan yang berlaku secara umum. Sedangkan respon

maladaptive merupakan respon yang dilakukan individu dalam

menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma

sosial dan budaya setempat. Respon sosial yang maladaptive yang

sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah isolasi sosial,

menarik diri, tergantung (dependen), manipulasi, curiga, dan gangguan

komunikasi (Abdul Muhith, 2015).

Tabel 2.1 Rentang respon sosial

Respon adaptif Respon Maladaptif

a. Menyendiri Merasa Sendiri Manipulasi

b. Otonomi Menarik Diri Inpulsif

c. Bekerjasama Tergantung Narcissism

d. Saling tergantung

3. Etiologi

Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan

faktor presipitasi.

a. Faktor predisposisi

1) Faktor tumbuh kembang

Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu terdapat tugas

perkembangan yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan

dalam hubungan sosial. Tahap perkembangan menurut Stuart

dan Sundeen dalam (Badar, 2016) adalah sebagai berikut :

8
Tahap perkembangan Tugas

Masa bayi Menetapkan rasa percaya

Masa bermain Mengembangkan otonomi dan awal

perilaku mandiri
Masa prasekolah Belajar menunjukan inisiatif, rasa
tanggung jawab, dan hati nurani

Masa sekolah Belajar berkompetisi, bekerja sama, dan


berkompromi
Masa remaja Menjalin hubungan dengan teman
Sekitar
Masa dewasa muda Menjadi saling bergantung antara orang
tua dan teman,mencari pasangan,
menikah dan mempunyai anak

Masa tengah baya Belajar menerima hasil kehidupan yang

sudah dilalui
Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan dan
mengembangkan perasaan ketertarikan
dengan budaya

Tabel 2.2 Tugas perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal

2) Faktor komunikasi dalam keluarga

Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor

pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori

ini yang termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga

menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan

dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling

bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi

dalam keluarga yang menghambat untuk hubungan dengan lingkungan

9
diluar keluarga.

3) Faktor sosial budaya

Norma-norma yang salah didalam keluarga atau lingkungan dapat

menyebabkan hubungan sosial, dimana setiap anggota keluarga yang

tidak produktif seperti lanjut usia, berpenyakit kronis dan penyandang

cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.

4) Faktor biologis

Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang

dapat mempengaruhi gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya

pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan

memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta

perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.

b. Faktor presipitasi

Menurut Damayanti dan Iskandar (2014) factor presipitasi terjadinya

Isolasi Sosial terdiri dari :

1) Stressor Sosial Budaya

Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,

terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah

dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan, pada usia tua

kesepian karena ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit atau penjara.

Semua ini dapat menimbulkan isolasi social

10
2) Stressor Biokimia

a) Teori Dopamine : Kelebihan dopamine pada mesokortikal dan

mesolimbic serta traktus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya

skizofrenia

b) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan

meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan

MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamine

merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.

c) Factor endokrin : Jumlah FSH dan LH yang rendah dapat

ditemukan pada klien skizofrenia. Demikian pula prolactin

mengalami penurunan karena terhambat

4. Pohon Masalah

Pathway Isolasi SosialSumber: (Keliat, 2016)

11
5. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial: menarik

diri menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:

a. Gejala Subjektif

1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain

2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain

3) Respon verbal kurang atau singkat

4) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain

5) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

6) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

7) Klien merasa tidak berguna

8) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

9) Klien merasa ditolak

b. Gejala Objektif

1) Klien banyak diam dan tidak mau bicara

2) Tidak mengikuti kegiatan

3) Banyak berdiam diri di kamar

4) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang

terdekat

5) Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal

6) Kontak mata kurang

7) Kurang spontan

8) Apatis (acuh terhadap lingkungan)

12
9) Ekpresi wajah kurang berseri

10) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri

11) Mengisolasi diri

12) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya

13) Memasukan makanan dan minuman terganggu

14) Retensi urine dan feses

15) Aktifitas menurun

16) Kurang enenrgi (tenaga)

B. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Pada Pasien Isolasi Sosial

1. Pengertian TAKS

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) adalah upaya

memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah pasien dengan masalah

hubungan social (Keliat & Prawirowiyono, 2014). Terapi Aktivitas

Kelompok Sosialisasi (TAKS) dilaksanakan dengan membantu pasien

melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar pasien. Sosialisasi

dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal (satu dan satu),

kelompok dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam

kelompok.

2. Jenis

Menurut (Keliat & Prawirowiyono, 2014) jenis Terapi Aktivitas

Kelompok secara umum terdiri dari 4 yaitu:

a. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif atau Persepsi

b. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori

13
c. Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas

d. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

3. Komponen Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Menurut (Prabowo, 2014) komponen kelompok terapi aktivitas kelompok

sosialisasi (TAKS) yaitu :

a. Struktur Kelompok

Struktur Kelompok menjelaskan batasan komunikasi, proses

pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur

kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola pikir dan

interaksi, serta diatur oleh pemimpin dan anggota, arah komunikasi

dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara bersama.

b. Besaran kelompok

Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang

anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika anggota kelompok yang

terlalu besar akibatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan

mengungkapkan perasaan, pendapat dan pengalamannya. Jika terlalu

kecil tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi.

c. Lamanya Sesi

Waktu optimal untuk sesi adalah 20-45 menit bagi fungsi kelompok

yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi.

Banyaknya sesi tergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali atau

dua kali perminggu; atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.

14
d. Kekuatan kelompok

Kekuatan kelompok merupakan kemampuan anggota kelompok dalam

mempengaruhi berjalannya kegiatan kelompok. Untuk menetapkan

kekuatan anggota kelompok yang bervariasi diperlukan kajian siapa

yang paling banyak mendengar dan siapa yang paling membuat

keputusan dalam kelompok.

e. Komunikasi

Tugas pemimpin kelompok yang terpenting adalah mengobservasi dan

menganalisa pola komunikasi dalam kelompok. Pemimpin menggunakan

umpan balik untuk memberi kesadaran pada anggota kelompok terhadap

dinamika yang terjadi.

f. Peran Kelompok

Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam kelompok.

Ada tiga peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok

dalam kerja kelompok, yaitu maintenance roles, task roles, dan

Individual role. Maintence Role, yaitu peran serta aktif dalam proses

kelompok dan fungsi kelompok. Task Roles, yaitu focus pada

penyelesaian tugas. Individual roles adalah self-centered dan distraksi

pada kelompok.

g. Norma Kelompok

Norma adalah standar perilaku yang ada dalam kelompok.

Pengharapan terhadap perilaku kelompok pada masa yang akan dating

berdasarkan pengalaman masa lalu dan saat ini. Pemahaman tentang

15
norma kelompok berguna untuk mengetahui pengaruhnya terhadap

komunikasi dan interaksi dalam kelompok. Kesesuaian perilaku anggota

kelompok dengan normal kelompok, penting dalam menerima anggota

kelompok.

h. Kekohesifan

Kekohesifan adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama dalam

mencapai tujuan. Hal ini mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap

betah dalam kelompok. Apa yang membuat anggota kelompok tertarik

dan puas terhadap kelompok, perlu diidentifikasi agar kehidupan

kelompok dapat dipertahankan.

4. Tujuan TAK Sosialisasi

Menurut (Keliat & Prawirowiyono, 2014) tujuan umum TAK Sosialisasi

adalah pasien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara

bertahap dan tujuan khususnya adalah :

a. Pasien mampu memperkenalkan diri

b. Pasien mampu berkenalan dengan anggota kelompok

c. Pasien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok

d. Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan topik pembicaraan

e. Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada

orang lain

f. Pasien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi kelompok

g. Pasien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS

yang telah dilakukan

16
5. Aktivitas dan indikasi TAK Sosialisasi

Aktivitas yang dilaksanakan dalam tujuh sesi yang bertujuan untuk

melatih kemampuan sosialisasi pasien. Pasien yang diindikasikan

mendapatkan TAKS adalah pasien yang mengalami gangguan hubungan

sosial berikut :

a. Pasien yang mengalami isolasi sosial yang telah mulai melakukan

interaksi interpersonal

b. Pasien yang mengalami kerusakan komunikasi verbal yang telah

berespon sesuai dengan stimulus

c. TAKS yang dilakukan adalah TAKS sesi 2 : Berkenalan dengan anggota

kelompok

17
BAB III
KERANGKA KONSEP,HIPOTESIS,DAN DEFINISI OPERATIONAL

A. Kerangka Konsep

Pra Test Intervensi Post test

Test
Kemampuan Kemampuan
Berkenalan sebelum Terapi Aktivitas Berkenalan setelah
Terapi aktivitas Kelompok Terapi aktivitas
kelompok sosialisasi Sosialisasi kelompok sosialisasi
sesi 2 sesi 2

Gambar : 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Terapi aktivitas


kelompok sosialisasi sesi 2 terhadap kemampuan berkenalan pada pasien
isolasi sosial di ruang Kabela RSJ Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang Manado

B. Hipotesis

1. H0 : Tidak ada Pengaruh Terapi aktivitas kelompok sosialisasi sesi 2

terhadap kemampuan berkenalan pada pasien isolasi sosial di ruang Kabela

RSJ Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang Manado

2. Ha : Ada Pengaruh Terapi aktivitas kelompok sosialisasi sesi 2

terhadap kemampuan berkenalan pada pasien isolasi sosial di ruang Kabela

RSJ Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang Manado

18
C. Definisi Operational

Definisi Skala
Variabel Alat Ukur Hasil
Oprasional Ukur

1 Variabel Kegiatan yang Prosedur - -

Independen: dilakukan untuk TAKS sesi 2

Terapi Aktivitas memfasilitasi

Kelompok kemampuan

Sosialisasi Sesi berkenalan

2 pada klien

2 Variabel Kemampuan Lembar Ordinal Mampu jika

Dependen: individu dalam Observasi ≥ nilai median

Kemampuan berkenalan

berkenalan dengan orang- Tidak

orang mampu jika

Disekitarnya ≤ nilai median

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini rancangan yang digunakan adalah Quasi eksperiment dengan

metode One-group pra-post test design, yaitu mengungkapkan hubungan sebab

akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek, metode penelitian ini

19
ditunjukan untuk menguji pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi

terhadap kemampuan berkenalan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan di laksanakan pada bulan Juni - Juli 2022.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan di laksanakan di Ruangan Kabela RSJ

Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang Manado

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek yang akan diteliti. Berdasarkan

tujuan penellitian, maka populasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pasien Isolasi Sosial di Ruang Kabela RSJ

Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang Manado yang berjumlah 20 orang

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sampling Jenuh.

Menurut (Sugiyono, 2017) Sampling jenuh adalah Teknik penentuan

sampel bila semua anggota populasi dijadikan sampel,hal ini dilakukan bila

jumlah populasi relatif kecil. Sampel dalam penelitian ini adalah semua

pasien isolasi sosial di ruang kabela, yaitu sejumlah 20 orang.

20
D. Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

berupa lembar observasi yang sudah pernah digunakan oleh Lubis R. D, 2011

dalam skripsi yang berjudul Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Pasien Isolasi Sosial di Ruang Kabela Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

Sumatra Utara Medan yang terdiri dari :

1. Data Responden berupa (Jenis kelamin,Usia dan status perkawinan)

2. Lembar Observasi Kemampuan Berkenalan

E. Analisa Data dan Pengolahan Data

1. Analisa Univariat

Analisa Univariat merupakan analisa data yang menganalisis satu

variabel, digunakan untuk menguji hipotesis. Menurut Notoadmojo (2010),

analisis ini berfungsi untuk meringkas hasil pengukuran menjadi informasi

yang bermanfaat. Bentuk ringkasan berupa tabel, statistik, dan grafik.

Umumnya dilakukan ke masing-masing variabel yang diteliti (Donsu, 2016).

2. Analisa Bivariat

Bertujuan untuk mengetahui Pengaruh antara variabel independen dengan

variabel dependen melalui uji Chi-square dengan menggunakan program

komputer (Statistical Product and Service Solution). Uji statistika yang

akan digunakan adalah uji t atau t test untuk mengetahui ada tidaknya

perbedaan antara masing – masing variable dan uji t atau t test yang

21
digunakan adalah paired-sampel t-test. Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 (nilai

Alpha) berarti Ho diterima atau tidak ada Pengaruh Terapi aktivitas

kelompok sosialisasi sesi 2 terhadap kemampuan berkenalan pada pasien

isolasi sosial. Jika nilai signifikansi < 0,05 (nilai Alpha) berarti Ha ditolak

atau ada Pengaruh Terapi aktivitas kelompok sosialisasi sesi 2 terhadap

kemampuan berkenalan pada pasien isolasi sosial.

F. Pengolahan Data

1. Penyuntingan (editing)

Memeriksa seluruh daftar pertanyaan yang dikembalikan responden.

a. Kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaan yang diajukan

b. Kelengkapan pengisian daftar pertanyaan

c. Keajegan (consistency) jawaban responden

2. Pengkodean (Coding)

Yaitu memberikan kode tertentu terhadap jawaban responden, misalnya

dengan angka-angka, baik yang berupa atribut tidak menunjukkan tingkatan

tinggi-rendah, atau indeks (kode yang menunjukkan tingkatan atau tinggi

rendah).

3. Tabulasi (Tabulating)

Tabulasi data, yaitu memasukkan data kedalam tabel-tabel: tally,

lembaran kode, tabel distribusi frekuensi, atau tabel silang.

a. Menghitung dengan rumus statistic: mean, median, modus, persen,

korelasi.

b. Menyimpulkan hasil perhitungan.

22
G. Etika Penelitian

Penelitian ini menerapkan prinsip etika penelitian sebagai upaya untuk

melindungi hak responden dan peneliti selama proses penelitian. Suatu

penelitian dikatakan etis ketika penelitian tersebut memenuhi dua syarat yaitu

dapat dipertanggung jawabkan dan beretika. Prinsip etik dalam penelitian ini

sebagai upaya untuk melindungi hak dan privasi responden (Notoatmodjo,

2010).

Peneliti menguraikan masalah etik pada penelitian ini berdasarkan ketiga

prinsip etik meliputi:

1. Lembar Persetujuan (informed consent)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara penelitidengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Tujuaninformed concent adalah agar

subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengerti dampaknya.

Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus

menghormati hak tersebut.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberilanjaminan

dalam mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian.

23
3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Informasi yang di berikan oleh responden akan di jamin kerahasiaannya, karena

peneliti hanya menggunakan kelompok data sesuai kebutuhan dalam peneliti.

DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi,R. 2015. Komuniikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.Selman.


Yogyakarta : Gosyen Publishing

24
Badar. 2016. Asuhan Keperawatan Jiwa Profesional Isolasi Sosial. Jakarta :
InMedia

Cahyani M.A.Y. 2018. Gambaran Asuhan Keperawatan Pemberian Terapi


Aktivitas Kelompok Sosialisasi Untuk Mengatasi Perilaku Isolasi
Sosial Pada Pasien Skizofreni. Denpasar

Damaiyanti dan Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika


Aditama

Databoks. 2018. Negara-negara dengan Penderita Gangguan Mental Terbesar.


Diakses
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/06/09/negara-negara-
dengan-penderita-gangguan-mental-terbesar. Tanggal 02 mei 2020
jam 22.36 Wita.

Dermawan, R.,& Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa : Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing

Donsu, J, D, T. 2016. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta :


Pustaka Baru Press. Cetakan I

Hartono. 2015. Pengaruh terapi aktivitas kelompok terhadap peningkatan


keterampilan social dasar pada pasien skizofrenia di RSJD
Dr.RM.Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. (Tesis). Universitas
Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Hastutiningtyas.W & Setyabudi.I. 2016. Peran Terapi Aktivitas Kelompok


Sosialisasi (TAKS) Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Dan
Masalah Isolasi Sosial Pasien (Review Literatur). Malang

Hastutiningtyas, W R. 2016. Peran Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi


(Taks)Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial dan Masalah Isolasi
Pasien (Review Literatur). Jurnal Care Vol.4, No.3,Tahun 2016

25
Hermawan,Beny. 2015. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.S Dengan
Gangguan Isolasi Sosial:Menarik Diri di Ruang Arjuna RSJ Daerah
Surakarta. Surakarta

Keliat, B.A. 2010. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN. Jakarta :


EGC

Keliat, B.A.,& Prawirowiyono, A. 2014. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas


Kelompok. (B. Angelina, Ed.). Jakarta : EGC

Keliat, B.A. 2016. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart.
Diterbitkan di Indonesia : Elsevier Singapore Pte Ltd

Keliat, B.A. 2017. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I . Jakarta : EGC

Kementrian Kesehatan. 2014. Undang-Undang No. 18 Tahun 2014 Tentang


Kesehatan Jiwa. Diakses http://binfar.kemkes.go.id/?
Wpdact=process&did= MjAxlmhvdGxpbms . Tanggal 18 Februari
2020 jam 15.45 WITA

Lubis, Dwi. 2011. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap


Kemampuan Sosialisasi Pasien Isolasi Sosial di Ruang Kamboja
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatra Utara Medan. Medan

Muhith, A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa ( Teori dan Aplikasi).


Yogyakarta : Andi

Nancye.P.M & Maulidah.L. 2017. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok


Sosialisasi Terhadap Kemampuan Bersosialisasi Pasien Isolasi Sosial
Diagnosa Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Surabaya

Nita, Fitria. 2018. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosa
Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta : Salemba Medika

26
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Pandeirot. 2015. Pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap


kemampuan bersosialisasi pasien isolasi social diagnose skizofrenia
di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Surabaya : Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan William Booth

Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta :


Nuha Medika

Pribadi, M. Sugeng.dkk. 2012. Pengaruh terapi aktivitas kelompok : Sosialisasi


sesi 1-3 terhadap kemampuan komunikasi verbal pada klien menarik
diri di rumah sakit jiwa provinsi jawa barat. Tasikmalaya : Bakti
kencana medika.

Riset Kesehatan Dasar. 2018. Kementrian Kesehatan Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan.

Stuart dan Sundeen. 2015. Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC


Stuart, G, W. 2013. Principles and Practice of Psychiatric Nursing (9 ed.).
Missouri : Mosby, Inc.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabet, CV

Suhartatik,Dwi. 2019. Implementasi Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi 1


Memperkenalkan Diri Pada Pasien Gangguan Jiwa Dengan Isolasi
Sosial di Wilayah Kerja Puskesmas Kalikajar 2. Gombong

Sukaesti,Diah. 2018. Sosial skill training pada klien Isolasi Sosial. Fikkes
Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang

Surya, Atih , Wan. 2014 .Pengaruh Pemberian Terapi Aktivitas Kelompok


Sosialisasi terhadap Perubahan Perilaku Klien Isolasi Sosial.
Syam Zulkifli. 2015 .Pengaruh Olahraga Kelompok Terhadap Kemampuan

27
Bersosialisasi Pada Pasien Isolasi Sosial di Rumah Sakit Khusus
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Makasar

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan


Jiwa. Available from :
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/In/2014/uu18- 2014bt.pdf.

World Health Organisation . 2017. Mental health and development : targeting


people with mental health conditions as a vulnerable group : WHO
LibraryCataloguing-in-PublicationDa

Lampiran 1

FORMULIR PERMOHONAN
MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

28
Kepada Yth.
Bapak/Ibu.........................
Di -
Tempat
Bapak/Ibu yang saya hormati,
Saya Ignatius Manahulending selaku mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Pembangunan Indonesia sementara ini dalam proses
penyelesaian tugas akhir / Skripsi dan akan melakukan penelitian. Olehnya,
mohon kiranya kesediaan Bapak/Ibu selaku responden agar bisa menjadi subjek
dalam penelitian yang akan kami lakukan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Pengaruh Terapi aktivitas
kelompok sosialisasi sesi 2 terhadap kemampuan berkenalan pada pasien isolasi
sosial di ruang Kabela RSJ Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang Manado”
Partisipasi dalam penelitian ini dan atau informasi yang didapat tidak akan
dipergunakan dalam hal-hal yang bisa merugikan Bapak/Ibu selaku responden.
Kerahasiaan identitas Bapak/Ibu akan dijamin, dalam laporan hanya akan ditulis
kode nomor saja.

Manado, 2022
Peneliti

Ignatius Manahulending

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca dan mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan

29
penelitian ini, maka saya yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan

BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA*) menjadi responden dari sdra. Ignatius

Manahulending dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Terapi aktivitas

kelompok sosialisasi sesi 2 terhadap kemampuan berkenalan pada pasien isolasi

sosial di ruang Kabela RSJ Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang Manado”.

Dan apabila sewaktu-waktu saya tidak bersedia atau mengundurkan diri

menjadi responden dalam penelitian ini, maka tidak ada tuntutan atau sanksi yang

dikenangkan di kemudian hari.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Manado, 2022

(...................................)
Nama & Tandatangan

Lampiran 3

IDENTITAS RESPONDEN

30
Petunjuk Pengisian: Pilihlah salah satu dari pertanyaan di bawah ini dengan

memberikan tanda (√) dalam kotak yang tersedia.

Tanggal Pengkajian :

A. Identitas Klien

1. Nama :

2. Berapa lama dirawat di rumah sakit :

3. Jenis kelamin :

4. Usia :

5. Agama :

6. Pendidikan terakhir :

 Tidak sekolah

 SD/MI/ sederajat

 SMP/MTS/sederajat

 SMA/SMK/sederajat

 Perguruan Tinggi

31
Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

SESI 2 BERKENALAN

Tanggal observasi :

Observer :

Nama Pasien :

Pra Test Post Test


Dilakukan Dilakukan
No Aspek yang dinilai
Ya Tidak Ya Tidak

1 Menyebutkan nama lengkap

2 Menyebutkan nama panggilan

3 Menyebutkan asal

4 Menyebutkan hobi

5 Menanyakan nama lengkap

6 Menanyakan nama panggilan

7 Menanyakan asal

8 Menanyakan hobi

Jumlah
Petunjuk :
1. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda (√) jika dilakukan
pada klien dan tanda (-) jika tidak dilakukan
2. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan:
Disebut mampu jika mendapat nilai ≥ 12; disebut belum mampu jika mendapat
nilai ≤ 12

32
Lampiran 5

PROPOSAL KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

SOSIALISASI

A. Pelaksanaan TAKS Sesi 2

1. TOPIK

Sesi 2 : TAKS ( Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi) Berkenalan

2. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Tujuan umum untuk TAK sosialisasi sesi II ini adalah agar klien

mampu berkenalan dengan anggota kelompok.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari TAK sosialisasi sesi II ini adalah :

1) Klien mampu memperkenalkan identitas diri : nama lengkap,

nama panggilan, asal dan hobi

2) Klien mampu menanyakan identitas diri anggota kelompok lain,

nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi

3. PENGORGANISASIAN

Struktur organisasi dalam TAK sesi 2 ini antara lain:

a. Leader :

b. Co-Leader :

c. Fasilitator :

d. Observer :

e. Operator :

33
4. TUGAS DAN PERAN

a) Leader :

1) Menyiapkan proposal kegiatan TAKS

2) Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan TAK sebelum

kegiatan dimulai

3) Menjelaskan aturan permainan

4) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok

5) Mampu memimpin TAK dengan baik dan tertib

6) Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok

b) Co-Leader

1) Mendampingi leader

2) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang

aktivitas klien

3) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan

yang telah dibuat

4) Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking

dalam proses terapi

c) Fasilitator

1) Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung

2) Ikut serta dalam kegiatan kelompok

3) Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator kepada

anggota kelompok untuk aktif mengikuti jalannya terapi

34
d) Observer

1) Mengobservasi jalannya proses kegiatan

2) Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non-verbal klien

selama kegiatan berlangsung pada format yang tersedia

3) Mengawasi jalannya aktivitas kelompok mulai dari persiapan,

proses, hingga penutupan

e) Operator

1) Mengatur alur permainan (Menghidupkan dan mematikan music)

2) Timer (mengatur waktu)

5. KARAKTERISTIK KLIEN

Karakteristik klien yang mengikuti TAK Sesi II ini antara lain :

a) Klien dengan isolasi social

b) Klien yang sudah mulai kooperatif dan dapat memahami pesan yang

diberikan

c) Klien yang mampu bicara

d) Jumlah klien 15 orang

6. ALAT

Alat yang akan digunakan dalam TAK Sesi II ini adalah :

a) Audio Player

b) Bola kecil

c) Buku catatan dan Pulpen

35
7. METODE

Metode yang akan digunakan dalam TAK sesi II ini adalah :

a) Dinamika kelompok

b) Diskusi dan Tanya jawab

c) Bermain peran atau stimulus

8. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN

a. Persiapan

1) Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok

2) Mempersiapkan Alat dan Tempat pertemuan

b. Orientasi

Salam terapeutik

1) Memberi salam terapeutik

2) Peserta dan terapis memakai papan nama

c. Evaluasi/ Validasi

1) Menanyakan perasaan klien saat ini

2) Menanyakan apakah klien telah mencoba memperkenalkan diri

pada orang lain

d. Kontrak

1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yaitu berkenalan dengan

anggota kelompok

2) Terapis menjelaskan aturan main berikut :

I) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus

minta izin kepada terapis

36
II) Lama kegiatan 45 menit

III) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

e. Tahap Kerja

1) Hidupkan audio player dan edarkan bola berlawanan dengan arah

jarum jam.

2) Pada saat music dihentikan,anggota kelompok yang memegang

bola mendapat giliran untuk bertanya kepada anggota kelompok

yang ada di sebelah kanan dengan cara :

I. Memberi salam

II. Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan


hobi
III. Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi

lawan bicara

IV. Dimulai oleh terapis sebagai contoh

3) Ulangi 1 dan 2 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.

4) Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan

memberi tepuk tangan

f. Tahap terminasi

1) Evaluasi

I. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS

II. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

2) Rencana tindak lanjut

I. Menganjurkan tiap anggota kelompok latihan berkenalan


Lampiran 6

37
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI AKTIVITAS

KELOMPOK SOSIALISASI

Standar Operasional Prosedur Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Terapi aktivitas kelompok sosialisasi yaitu upaya memfasilitasi

Pengertian sosialisasi sejumlah klien dengan perilaku isolasi sosial secara

berkelompok.

Tujuan terapi aktivitas kelompok sosialisasi yaitu klien mampu

memperkenalkan diri, berkenalan dengan anggota kelompok,

bercakapcakap dengan anggota kelompok, menyampaikan dan

Tujuan membicarakan topik percakapan, menyampaikan dan

membicarakan masalah pribadi, bekerja sama dalam permainan,

dan mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan

terapi aktivitas kelompok sosialisasi.

Terapi aktivitas kelompok sosialisasi ini diindikasikan untuk

Indikasi klien isolasi sosial yang telah mampu melakukan

interaksi sosial, namun masih terbatas.

Terapi aktivitas kelompok sosialisasi ini dikontraindikasikan

untuk klien dengan isolasi sosial berat, klien dengan waham dan
Kontraindikasi
halusinasi yang berat, serta klien dengan risiko tinggi perilaku

kekerasan.

Terapi aktivitas kelompok sosialisasi ini dapat dilaksanakan di


Setting tempat
rumah, puskesmas, atau rumah sakit.

38
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi dilaksanakan selama 30-60
Setting waktu menit. Banyaknya pertemuan dapat satu atau dua kali per
minggu atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan klien.

Jumlah pemain Jumlah anggota kelompok dalam satu kelompok yaitu 3 orang.

Pelaksanaan terapi aktivitas kelompok sosialisasi yang dilakukan


di rumah sakit atau puskesmas dipandu oleh satu orang perawat
Pelaksana
(leader), beberapa perawat membantu sebagai
fasilitator dan observer (disesuaikan jumlah klien).

39

Anda mungkin juga menyukai