KELOMPOK IV
1.Ematul sadiah
2.Erlinawati
3.Ropesta P
4.Tijan Gumanthy
5.Susna erita
ABSTRAK
Terapi aktifitas kelompok sangat penting dilakukan untuk melatih kemampuan
sosialisasi, khususnya pada lansia yang tinggal di panti sosial. Lansia yang
kemampuan sosialisasinya baik akan lebih mudah dan mampu berinteraksi
sosial ke masyarakat serta lingkungan sekitarnya, sedangkan pada lansia yang
mengalami gangguan bersosialisasi, maka lansia tersebut akan mengalami
kesulitan dalam melakukan interaksi ke masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Lansia pada umumnya akan mengalami masalah dalam kehidupannya dimana
permasalahan tersebut salah satunya adalah perubahan status dan peranannya
dalam kelompok atau masyarakat, serta kurangnya sosialisasi antara lansia satu
dengan lansia lainnya. Lansia yang mengalami permasalahan tersebut akan
sangat berdampak pada perubahan psikososialnya, sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang
dimaksudkan berkaitan dengan ketidakmampuan lansia bersosialisasi ke sesama
lansia lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi
aktifitas kelompok terhadap kemampuan sosialisasi lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. Jenis penelitian yang digunakan adalah
Quasi Experiment dengan One Group Pre-test dan Post-test. Metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah Accidental Sampling, dimana
sampel penelitian yang didapatkan adalah sebanyak 32 orang. Hasil penelitian
diperoleh dengan menggunakan kuesioner pada pre-post dan observasi langsung
pada post-test. Pengolahan data/uji statistik menggunakan uji T-paired.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara signifikan pemberian terapi aktifitas
kelompok dengan cara bermain, keterampilan sosial, dan kerja bakti dapat
meningkatkan kemampuan sosialisasi lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna
Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Proses penuaan merupakan suatu proses alamiah yang tidak dapat dicegah dan
merupakan hal yang wajar dialami oleh orang yang dikaruniai umur panjang.
Walau merupakan suatu hal yang alami, proses menua tetap menimbulkan
permasalahan baik secara fisik, biologis, mental maupun sosial ekonomi. Saat
ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 629 juta dengan
usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2
milyar (Wahjudi, 2012).
Lansia pada umumnya akan mengalami masalah dalam kehidupannya yang
dimana permasalahan tersebut salah satunya perubahan status dan peranannya
dalam kelompok atau masyarakat, serta kurangnya sosialisasi antara lansia satu
ke lansia lainnya. Lansia yang mengalami permasalahan tersebut akan sangat
berdampak pada perubahan psikososialnya sehingga dapat mengakibatkan
lansia mengalami perubahan perilaku dimana sesama lansia lainnya. Terapi
aktivitas kelompok ini efektif mengubah perilaku karena di dalam kelompok
terjadi interaksi satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi. Dalam
kelompok akan terbentuk satu sistem sosial yang saling berinteraksi dan
menjadi tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki
perilaku lama yang maladaptif (Yunita, 2012).
Beberapa penelitian mengenai pengaruh terapi aktivitas kelompok terhadap
klien dengan masalah keperawatan gangguan sosialisasi seperti penelitian yang
dilakukan oleh Andaryaniwati (2011) menunjukkan persentasi pelaksanaan
yang memuaskan, yaitu mencapai tingkat keberhasilan 90% dalam dua minggu,
dimana terapi tersebut terbukti mampu meningkatkan kemampuan pasien untuk
berinteraksi sosial.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi aktifitas kelompok
terhadap kemampuan sosialisasi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau
Mabaji Kabupaten Gowa.
METODE
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment dengan One Group
Pre-Test dan Post-Test, merupakan penelitian eksperimen yang hanya
menggunakan kelompok studi tanpa menggunakan kelompok kontrol untuk
mengidentifikasi pengaruh terapi aktifitas kelompok terhadap kemampuan
sosialisasi lansia di Panti Tresna Werda Gau Mabaji. Variabel dalam penelitian
ini berdistribusi normal sehingga digunakan uji T untuk analisis data.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis Univariat dan Bivariat. Analisis Bivariat
menggunakan uji T berpasangan (T-paired), sementara untuk uji prasyarat
dilakukan terapi aktifitas kelompok baik pre maupun post-test. Batas
signifikansi untuk menerima maupun menolak hipotesis ditentukan sebesar 5%
(0.05).
HASIL
Distribution Karakteristik Respondent
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Karakteristik
Demografi
Panti Sosial n %
Tresna
Werdha Gau
Mabaji
Kabupaten
Gowa
Karakteristik
Jenis Kelamin 14 43.8
Laki-laki 18 56.2
Perempuan
perubahan perilaku dimaksudkan berkaitan dengan ketidakmampuan lansia
bersosialisasi ke sesama lansia lainnya (Wahjudi, 2012).
Dari gangguan sosialisasi yang dialami lansia, maka perlu diadakannya terapi
aktivitas kelompok, yang merupakan salah satu terapi modalitas untuk
mengembalikan kemampuan lansia dalam melakukan sosialisasi ke
Karakteristik n %
Umur 2 56.2
54 - 59 Tahun 18 34.4
60 - 74 Tahun 11 3.1
75 - 90 Tahun 1
>90 Tahun
Pendidikan 10 31.2
Tidak sekolah 4 12.5
SD 1 3.1
SMP 15 46.9
SMA 2 6.2
Perguruan
tinggi
Pekerjaan 16 50.0
Tidak bekerja 5 15.6
Buruh harian 4 12.5
Wiraswasta 7 12.9
Petani
Jumlah 32 100
Tabel 3
menunjukan
bahwa
kemampuan
sosialisasi
lansia setelah
dilakukan
terapi aktifitas
kelompok, dari
32 sampel
penelitian
diperoleh hasil
bahwa
kemampuan
sosialisasi
lansia yang
baik sebanyak
23 orang
(71.9%),
sedangkan
kemampuan
sosialisasi
lansia yang
kurang baik
sebanyak 9
orang (28.1%).
Tabel 4.
Analisis
Pengaruh
Kemampuan
Sosialisasi
Lansia Pra-
test dan Post-
test dengan
Pemberian Pre-test
Terapi
Aktifitas
Kelompok
Kemampua
n
Sosialisasi
Lansia
Mean SD
26.47 1.107
KESIMPULAN
Terapi aktivitas kelompok berpengaruh terhadap meningkatkan kemampuan
sosialisasi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa,
dimana terapi tersebut mempengaruhi kemampuan sosialisasi lansia secara
signifikan. Disarankan perlunya memfasilitasi lansia dalam melakukan terapi
aktifitas kelompok agar lansia tetap aktif melakukan terapi tersebut dan
menjamin adanya fasilitas yang memadai..
DAFTAR PUSTAKA
Andaryaniwati (2011). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok terhadap Klien
dengan Masalah Keperawatan Gangguan Sosialisasi di Panti Sosial Tresna
Wredha Gau Mabaji Gowa (Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan UMI).
Keliat, B.A. & Akemat (2009). Keperawatan Profesional Jiwa. EGC, Penerbit
Buku Kedokteran, Jakarta.
Rosiana., A. (2011). Pengaruh Latihan Keterampilan Sosial terhadap
Kemampuan Soialisasi pada Lansia dengan Kesepian di Panti Sosial Werdha di
Kabupaten Semarang (Skripsi, Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia,
Jakarta).
Wahjudi (2012). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. EGC Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta.
JURNAL 1 Kesimpulan nya
JUDUL : Terapi Aktivitas Kelompok terhadap Kemampuan Sosialisasi
Lansia.
Metode Penelitian ; Quasi Experiment dengan One Group Pre-Test dan Post-
Test,
JURNAL 2
ABSTRAK
Kemunduran yang terjadi pada lansia berdampak pada penurunan aspek fisik,
psikologis, sosial dan lingkungan. Hal ini membutuhkan suatu intervensi yang
dapat menjangkau seluruh aspek yang mengalami penurunan tersebut. Terapi
menari adalah salah satu terapi aktifitas fisik yang banyak dimanfaatkan di
dunia untuk lansia, baik yang mengalami masalah kesehatan ataupun lansia
yang sehat. Kajian pustaka ini menggunakan PRISMA statement sebagai
panduan pencarian artikel penelitian dari tiga database yaitu Science
Direct, Scopus dan ProQuest. Hasil analisis sepuluh artikel penelitian terpilih
menunjukkan bahwa terapi menari efektif dan memiliki manfaat untuk aspek
fisik, psikologis, sosial dan lingkungan lansia. Manfaat yang dihasilkan
berimplikasi positif pada kemampuan potensial lansia dalam menjalani
hidupnya sehingga kualitas hidup lansia meningkat. Penerapan terapi menari ini
potensial dilakukan di tatanan pelayanan kesehatan primer di Indonesia yang
didukung banyaknya pilihan tarian Indonesia sehingga penelitian dan publikasi
terkait diperlukan untuk memengaruhi kebijakan pelayanan kesehatan lansia.
ABSTRACT
A setback that occurs in elderly impacted on the decline in the physical aspect,
psychological, social and
environmental. This calls for a unexplainable intervention that can reach all of
that experienced the decline.
Dancing is one of physical activity therapy that often used in the world for the
elder, both facing health problems or a healthy elderly. A literature review uses
PRISMA statement as a guide search of articles of the three databases such as
Science Direct, Scopus and ProQuest. The results of the analysis ten elected
articles are dance therapy very effective and has benefit to the physical aspect,
psychological, social and environmental. The benefits have positive
implications for the potential ability of the elderly to live their lives
so that the quality of life of the elderly increases. The application of dance
therapy has potential to be done in the order of primary health services in
Indonesia which is supported by many variance of Indonesian dances
so that the related research and publications are needed to influence the health
care policy of the elderly.
HASIL
PEMBAHASAN
Lansia mengalami beberapa kemunduran
seiring dengan pertambahan usia, yaitu dari
aspek fisik, psikologis dan sosial (Miller,
2012). Hal ini berpengaruh pada kualitas
hidup lansia yang terdiri dari kesehatan
fisik, kesehatan psikologi, hubungan sosial
dan aspek lingkungan. Domain kualitas
hidup ini diterjemahkan sebagai suatu
perilaku, keberadaan, kemampuan potensial
dan pengalaman individu dalam menjalani
hidupnya (Rohmah & Bariyah, 2012; Van
Esch, Den Oudsten, & De Vries, 2011).
Terapi menari dapat menjadi intervensi
yang meningkatkan aspek-aspek kualitas
hidup lansia sesuai dengan hasil telaah
kajian artikel-artikel penelitian terpilih.
Terapi menari merupakan terapi modalitas
aktifitas fisik dalam rehabilitasi
kardiovaskular yang berkaitan secara positif
terhadap integrasi kognitif, emosional dan
sosial dari para penari (Conceição et al.,
2016). Menari adalah alternatif tradisional
terstruktur yang baik untuk program latihan
fisik karena dapat memberikan keamanan
dan hal yang menyenangkan dalam
menjaga keseimbangan tubuh lansia
(Franco et al., 2016). Jadi, terapi menari
adalah terapi aktifitas fisik dengan
pendekatan budaya yang mambawa efek
positif bagi lansia pada aspek fisik,
psikologis, sosial maupun lingkungan.
Ada beberapa kajian literatur yang
membahas manfaat terapi menari. Hwang
dan Raun (2017) serta Keogh, Kilding,
Pidgeon, dan Gillis (2009) menyebutkan
bahwa terapi menari secara signifikan dapat
meningkatkan kekuatan dan daya tahan
otot, keseimbangan serta aspek-aspek lain
dari kebugaran fisik lansia. Kedua kajian
pustaka sebelumnya hanya membahas
manfaat fisik yang dihasilkan dari terapi
menari, sedangkan kajian pustaka ini
membahas manfaat terapi menari lebih luas
yaitu manfat fisik, psikologis, sosial dan
lingkungan. Selain itu, systematic review
yang disusun oleh Strassel, Cherkinrrrr
REFERENSI
BPS. (2017). Statistik penduduk lanjut usia 2017. Jakarta: BPS. Retrieved from
https://www.bps.go.id.
Conceicao, L. S. R., Neto, M. G., do Amaral, M. A. S., Martins-Filho, P. R. S., & Carvalho,
V. O. (2016). Effect of dance therapy on blood pressure and exercise capacity of
individuals with hypertension: A systematic review and meta-analysis. International
Journal of Cardiology, 220(1), 553–557. https://doi.org/10.1016/j.ijcard.2016.06.182.
Cruz-Ferreira, A., Marmeleira, J., Formigo, A., Gomes, D., & Fernandes, J. (2015). Creative
dance improves physical fitness and life satisfaction in older women. Research on
Aging, 37(8), 837–855. https://doi.org/10.1177/0164027514568103.
Delextrat, A., Bateman, J., Esser, P., Targen, N., & Dawes, H. (2016). The potential benefits
of Zumba Gold(®) in people with mild-to-moderate Parkinson’s: Feasibility and
effects of dance styles and number of sessions. Complementary Therapies in Medicine,
27(1), 68–73. https://doi.org/10.1016/j.ctim.2016.05.009.
Franco, M. R., Sherrington, C., Tiedemann, A., Pereira, L. S., Perracini, M. R., Faria, C. R.
S., … Pastre, C. M. (2016). Effectiveness of senior dance on risk factors for falls in
older adults (DanSE): A study protocol for a randomised controlled trial. BMJ Open,
6(12), 1–6. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2016-013995.
Gouvea, J. A. G., Antunes, M. D., Bortolozzi, F., Marques, A. G., & Bertolini, S. M. M. G.
(2017). Impact of senior dance on emotional and motor parameters and quality of life
of the elderly. Revista Da Rede de Enfermagem Do Nordeste, 18(1), 5
Jurnal 2 Kesimpu;an nya
Hasil penelitian Sepuluh artikel terpilih terdiri dari sembilan artikel dengan
desain kuantitatif dan satu artikel dengan desain kualitatif.
Kesimpu;an ; Terapi menari memiliki beberapa manfaat sesuai dengan tema yang
dihasilkan dalam kajian literatur. Manfaat pada aspek fisik, psikologis dan
sosial lansia berimplikasi positif pada kemampuan potensial lansia dalam
menjalani hidupnya sehingga kualitas hidup lansia meningkat.
JURNAL 3
Abstract
Muscle pain is an unpleasant emotional and sensory experience related to the risk of
actual or potential damage. The result of direct survey at UPT Elderly Social Services
Binjai 2018 shows most of the elderly got muscle pain. One of the non-pharmacological
therapies to reduce the scale of muscle pain is the Herbal Compress Ball therapy that
effect comes from heat conduction that can increase regional blood flowing to the pain
area, analgesic effects derived from herbal ingredients and aromatherapy essential oils
give a relaxing effect.This study aims to determine the effect of Herbal Compress Ball on
the decrease of muscle pain in the elderly.The measuring tool used was the observation
sheet with the scale of muscle pain used was Wong-Baker FACES Rating Scale, divided
into no pain, mild pain, moderate pain, severe controlled pain, and severe uncontrollable
pain. The design of this study was an experimental one-group pre-post test design. The
sampling technique was purposive sampling with 15 respondents. Data analysis was done
by using test of wilcoxon sign rank test, and p value = 0,000 (p <0,05). This study shows
that there is Influence of Herbal Compress Ball Against Muscle Pain Reduction in
Elderly At UPT Binjai Elderly Social Service. It is expected that the researcher can
further complement this research by adding a control group and comparing the
effectiveness of Herbal Compress Ball between the intervention group and the control
group.
1. PENDAHULUAN
2. METODE PENELITIAN \
Rancangan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
eksperimental. Berdasarkan
permasalahan yang diteliti maka
penelitian ini menggunakan rancangan
pra-pasca tes dengan penelitian (one
group pre-post test design). Pada desain
ini terdapat pre test sebelum diberi
perlakuan. Dengan demikian hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat,
karena dapat membandingkan dengan
keadaan sebelum dan sesudah diberi
perlakuan.
Sebuah populasi adalah keseluruhan
kumpulan kasus di mana seorang
peneliti tertarik. populasi tidak terbatas
pada subyek manusia. peneliti
menentukan karakteristik yang
membatasi populasi penelitian melalui
kriteria kelayakan atau kriteria inklusi
(Creswell, 2009). Populasi yang akan
diteliti sebanyak 147 lanjut usia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai
tahun 2018.
Pengambilan sampel adalah proses
pemilihan sebagian populasi untuk
mewakili seluruh populasi. Sampel
adalah subjek dari elemen populasi.
Elemen adalah unit paling dasar tentang
informasi mana yang dikumpulkan.
Dalam penelitian keperawatan, unsur
unsurnya biasanya manusia (Grove,
2014).
Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini dengan teknik Purposive
Sampling yang memenuhi kriteria
inklusi (Nursalam, 2014). Adapun
kriteria inklusi yang telah ditetapkan
oleh peneliti (1) berumur mulai dari 60
tahun, (2) lansia yang mengalami nyeri
pada otot, (3) tidak memiliki masalah
yang terdapat dalam kontra indikasi
pemberian Herbal Compress Ball, (
3. HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Skala Nyeri Pre Intervensi
Herbal Compress Ball Pada
Lansia Di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Binjai
Tahun 2018.
Berdasarkan hasil penelitian yang
terdapat pada tabel 1, di peroleh data
bahwa terdapat 6 orang (40%)
responden mengalami nyeri berat
terkontrol (skala nyeri 7-9) dan 9 orang
(60%) responden mengalami nyeri
sedang (skala nyeri 4-6) sebelum
dilakukan intervensi Herbal Compress
Ball.
Tabel 2. Skala Nyeri Post Intervensi
Herbal Compress Ball Pada
Lansia Di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Binjai
Tahun 2018.
Berdasarkan hasil penelitian yang
terdapat pada tabel 2, di peroleh data
bahwa terdapat 6 orang (40%)
responden mengalami nyeri ringan
(skala nyeri 1-3) dan 9 orang (60%)
responden mengalami tidak ada nyeri
(skala nyeri 0) setelah dilakukan
intervensi Herbal Compress Ball.
5. KESIMPULAN
6. SARAN
1. Diharapkan pasien
menggunakan Herbal Compress
Ball yang diberikan oleh peneliti
dalam mengatasi masalah nyeri
apa bila sedang mengalami nyeri
otot, sehingga pasien merasa
efek relaksasi dan nyeri otot
menurun.
2. Diharapkan pendidikan STIKes
Santa Elisabeth Medan
menjadikan Herbal Compress
Ball sebagai salah satu materi
pelajaran dalam mata kuliah
nursing entrepreneur ship.
3. Diharapkan pihak UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Binjai membantu dalam
mensosialisasikan terapi Herbal
Compress Ball sebagai salah
satu terapi alternatif dalam
membantu mengurangi nyeri
otot pada lansia.
4. Diharapkan peneliti selanjutnya
dapat melengkapi penelitian ini
dengan menambahkan grup
kontrol dan membandingkan
efektifitas Herbal Compress
Ball antara grup intervensi dan
grup kontrol.
7. REFERENSI
Judul ; Pengaruh Herbal Compres Ball Terhadap Penurunan Nyeri Otot Pada Lansia Di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai 2018
Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa skala nyeri otot yang
dialami oleh responden pre intervensi Herbal Compress Ball adalah 6 orang (40%) responden
dengan nyeri berat terkontrol (skala nyeri 7-9) dan sebanyak 9 orang (60%) responden
dengan kategori nyeri sedang (skala nyeri 4-6).
Kesimpulan ; Dalam penelitian terhadap 15 orang (100%) responden yang mengalami nyeri
otot pre intervensi Herbal Compress Ball, terdapat 9 orang (60%) responden yang
mengalami nyeri sedang dengan skala nyeri
JURNAL 4
TERAPI MODALITAS KEPERAWATAN PIJAT PUNGGUNG
SEBAGAI PERAWATAN DAYA
INGAT (BAHASA) LANSIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS
PANTI SOSIAL LANJUT USIA
KABUPATEN JEMBER
ABSTRAK
Proses penuaan dapat menurunkan daya ingat pada lansia. Lansia bertambah usia
diharapkan daya ingat terpelihara dengan baik sehingga fungsi dan kualitas hidup lansia
sebagai individu kompleks dan unik dapat berfungsi dan sejahtera. Permasalahan di UPT
PSLU Kabupaten Jember terdapat penurunan daya ingat pada lansia. Lansia menyatakan
permasalahan mengenai penurunan daya ingat yang dialami dan dirasakan sudah sejak
lama. Sampai saat ini perawatan terhadap penurunan daya ingat pada lansia di UPT
PSLU Jember menggunakan terapi modalitas keperawatan pijat punggung masih belum
pernah diberikan. Jenis penelitian eksperimen semu dengan rancangan one group pre
post test treatment design bertujuan membandingkan kelompok perlakuan sebelum diberi
intervensi terapi modalitas keperawatan pijat punggung dengan setelah diberi intervensi.
Tujuan penelitian mengetahui pengaruh terapi modalitas keperawatan pijat punggung
sebagai perawatan daya ingat (bahasa) lansia. Tehnik pengambilan sampel menggunakan
simple random sampling pada lansia di UPT PSLU Jember sebanyak 12 responden
pada 2016. Hasil analisis Wilcoxon sign rank test didapatkan nilai daya ingat (bahasa) p
= 0,034 maka disimpulkan ada perbedaan daya ingat (bahasa) lansia yang bermakna
antara sebelum dan setelah pemberian terapi modalitas keperawatan pijat punggung.
Perawat dan care giver keluarga secara bersama-sama memberikan terapi alternatif
menggunakan terapi modalitas keperawatan pijat punggung untuk perawatan pasien secara
individual dan holistik agar lansia menjadi tetap produktif.
ABSTRACT
The aging process can reduce the memory in the elderly. Elderly expected
memory
gets older well maintained so that the function and quality of life of the
elderly as a
complex and unique individuals to function and prosper. Problem in UPT
PSLU
Jember is memory loss in the elderly. Elderly expressed concerns about
memory
loss experienced and perceived long ago. Until now, treatment of memory
loss in
the elderly in UPT PSLU Jember using nursing a back massage modality
therapy
has not been given. Type of quasi-experimental research design with one
group
pre-post test design treatment aimed to compare before treatment group
were given
nursing intervention modality therapy back massage with after being
given inter
vention. This study aimed to influence nursing a back massage modality
therapy in
the treatment of memory (language) of the elderly. Sampling techniques
used simple
Kata kunci: daya ingat (bahasa) lansia terapi modalitas keperawatan pijat punggung
Keywords: back massage modality therapy elderly memory (langu
age)Terapi Modalitas Keperawatan Pijat Punggung Sebagai 37
PENDAHULUAN
METODE
HASIL
Karakteristik Responden
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 7
orang (58,3%). Riwayat pendidikan responden
sebagian besar berpendidikan SMA sebanyak 6 or
ang (50%). Riwayat pekerjaan responden sebagian
besar sebagai petani sebanyak 6 orang (50%). Sta
tus pernikahan reponden sebagian besar berstatus
janda/duda sebanyak 11 orang (91,7%). Lama tinggal
di panti responden sebagian besar selama 0-5 tahun
sebanyak 9 orang (75%). Usia responden sebagian
besar berkategori elderly (60-74 tahun) sebanyak 9
orang (25%).
Uji Normalitas
Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil
perhitungan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
pada daya ingat lansia sebelum perlakuan pada
bahasa p = 0,001. Karena nilai p <0,05 maka
disimpulkan data skor daya ingat (bahasa) lansia
sebelum perlakuan mempunyai sebaran tidak normal.
Nilai Daya Ingat (Bahasa)
Tabel 3 menunjukkan bahwa rerata sebelum
perlakuan yaitu 8,58 dan setelah perlakuan yaitu 9,08
menunjukkan daya ingat (bahasa) yang dihasilkan
adalah meningkat.
Hasil analisis menggunakan Wilcoxon sign
rank test didapatkan nilai signifikan p = 0,034 karena
nilai p <0,05 maka disimpulkan ada perbedaan daya
ingat (bahasa) lansia yang bermakna antara sebelum
dan setelah pemberian terapi modalitas keperawatan
pijat punggung.
PEMBAHASAN
Nilai Daya Ingat (Bahasa)
Tabel 3 menunjukkan terdapat perbedaan
signifikan (p = 0,034) daya ingat (bahasa) lansia yang
bermakna antara sebelum dan setelah pemberian
terapi modalitas keperawatan pijat punggung.
Perbedaan tampak pada hasil nilai rerata daya ingat
(bahasa) lansia sebelum diberikan perlakuan sebesar
8,58. Namun setelah diberikan perlakuan nilai rerata
daya ingat (bahasa) lansiaaktivitas kegiatan hidupnya, misalnya berkomunikasi,
berpikir dan berperilaku.
Penelitian Cavallini et al (2003) menunjukkan
memori kerja meningkat saat lansia menyelesaikan
tugas dari segi bahasa menggunakan kumpulan daftar
kata, penamaan dan mengikuti perintah. Hal ini
dipengaruhi kemampuan lansia dalam mengevaluasi
kembali tugas dari segi bahasa menggunakan strategi
belajar terkait cara berpikir dan melakukan tindakan
pada situasi berbeda misalnya dalam aktivitas kegiatan
hidup harian.
Penelitian Bottirolli et al (2008) menunjukkan
pelatihan memori diberikan ke dalam aktivitas kegiatan
hidup harian. Strategi pelatihan yang dipelajari dalam
aktivitas kegiatan hidup harian meningkatkan memori
kerja lansia dan memelihara efek latihan jangka
panjang. Lansia menjalani pelatihan memori
menunjukkan pengetahuan memori lebih besar dan
sedikit keluhan.
Penelitian Engvig et al (2010) menunjukkan
efek jangka panjang pelatihan memori terkait cara
meningkatkan memori kerja ke dalam fungsi aktivitas
kegiatan hidup harian yang berfungsi sebagai
mekanisme dalam melindungi kerusakan fungsi
kognitif (memori). Penelitian menunjukkan pelatihan
memori meningkatkan memori kerja.
Sesuai dengan teori hubungan terapeutik
memandang bahasa dapat memengaruhi pemikiran,
berpikir dapat memengaruhi tindakan, berpikir dan
bertindak dapat memengaruhi perasaan. Sehingga
bahasa adalah model utama dalam memengaruhi
pikiran dan perasaan (Basford et al, 2006; Potter et
al, 2009).
Pendapat peneliti bahwa meskipun lansia di
UPT PSLU Kabupaten Jember memiliki riwayat
pendidikan formal sebagian besar adalah sekolah
dasar, akan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan
lansia dalam melatih kemampuan strategi
keterampilan belajar yaitu dengan meningkatkan
kemampuan strategi keterampilan pelatihan dan
pembelajaran melalui pendidikan informal dengan
cara melaksanakan aktifitas kegiatan hidup harian
terkait bahasa.
Hasil nilai bahasa menunjukkan perubahan
berarti terhadap peningkatan memori (Maas et al,
2011). Penelitian Matthews et al (1999)
memperlihatkan kelompok lansia banyak yang
mempertahankan fungsi intelektualnya. Pendidikan
formal melindungi lansia dari penurunan fungsi kognitif
(memori) terkait penuaan, walaupun pendidikan yang
dijalani lansia berlangsung selama beberapa tahun
sebelumnya. Penelitian Zhu et al (1998) menunjukkan
pendidikan formal membantu pada fungsi kognitif
(memori) lansia. Selain itu lansia mampu memperbaiki
penampilan intelektualnya melalui pendidikan infor
mal dengan latihan dan pengalaman melakukan
berbagai tugas dalam aktivitas kegiatan hidup harian.
Penelitian Calero et al (2007) menunjukkan tingkat
pendidikan (jumlah tahun di sekolah) dan kemampuan
bahasa dapat memprediksi peningkatan daya ingat
setelah pelatihan memori. Penelitian Lim et al (2012)
dalam kriteria inklusi menggunakan responden lansia
dengan tingkat pendidikan berkisar dari tidak sekolah
sampai 4 tahun sekolah dasar.
Sebagaimana peran perawat pada hubungan
terapeutik perawat-pasien adalah perawat sebagai
pendidik (teacher) bahwa perawat berupaya
memberikan penyuluhan, pendidikan, pelatihan, dan
bimbingan pada pasien atau keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan, dibimbing ke arah pertumbuhan
dan perkembangan kepribadian. Perawat dapat
membantu pasien belajar secara formal maupun in
formal. Perawat membangkitkan minat pasien
terhadap sesuatu hal yang harus diketahui oleh pasien
dan cara untuk menghadapi informasi tersebut
(Alligood et al, 2006; Basford et al, 2006; Videbeck,
2011).
Hal ini sesuai kompetensi fungsi kognitif
SIMPULAN
Pemberian intervensi keperawatan terapi
modalitas keperawatan pijat punggung dapat
meningkatkan daya ingat lansia di UPT PSLU
Kabupaten Jember.Terapi Modalitas Keperawatan Pijat Punggung Sebagai 41
SARAN
Dari perspektif keperawatan, praktik
keperawatan memberikan tantangan dan kesempatan
bagi perawat dan care giver keluarga secara
bersama-sama memberikan terapi alternatif dengan
menggunakan teknologi untuk memberikan perawatan
pasien secara lebih individual dan holistik.
Lansia di UPT PSLU Kabupaten jember
secara teratur, efektif, kreatif, dan terus-menerus
melatih kemampuan registrasi atau mengulang
informasi yang didapat, agar lansia menjadi tetap
produktif. Hal ini sesuai tujuan komunikasi terapeutik
antara lain memotivasi dan mengembangkan pribadi
pasien ke arah konstruktif dan adaptif.
KEPUSTAKAAN
Abraham, C., & Shanley, E. 1997. Psikologi sosial
untuk perawat. Jakarta: EGC.
Alligood, M.R., & Tomey, A.M. 2006. Nursing theo
rists and their work. 7th Ed. St. Louis
Missouri: Mosby.
Bahrudin, M. 2011. Pemeriksaan klinis di bidang
penyakit syaraf. Malang: UMM Pres.
Basford, L., & Slevin, D. 2006. Teori dan Praktik
Keperawatan: Pendekatan Integral
pada Asuhan Pasien. Jakarta: EGC.
Bottiroli, S., Cavallini, E., & Vecchi, T. 2008. Long
term effects of memory training in the
elderly: A longitudinal study. Archives of
Gerontology and Geriatrics 47 (2008)
277-289. http:www.sciencedirect.com.
Diakses 8 Juli 2016.
Braekhus, A., Ulstein, I., Wyller, T.B., Engedal, K.,
2011. The Memory Clinic-outpatient
assessment when dementia is sus
pected. Tidsskr. Nor. laegeforen. 131,
2254-2257. www.ncbi.nlm.nih.gov/
pubmed/22085955. Diakses 7 Juli 2016.
Cartensen, L.L., Mikels, J.A., & Mather, M. 2006.
Aging and the Intersection of Cognition,
Motivation, and Emotion. In J.E. Birren
& K.W. Schaie (Eds.), Handbook of the
Psychology of Aging (6th ed., pp. 343-
362). San Diego: Academic Press.
psychology.stanford.edu/~lifespan/
publications.htm. Diakses 2 Juli 2016.
Calero, M.D., & Navarro, E. 2007. Cognitive plas
ticity as a modulating variable on the
effects of memory training in elderly
persons. Archives of Clinical Neurop
sychology 22 (2007) 63-72.
http:www.sciencedirect.com. Diakses 8
Agustus 2016.
Cavallini, E., Pagnin, A., Vecchi, T. 2003. Aging and
Everyday Memory: the Beneficial Ef
fect of Memory Training. Arch.
Gerontol. Geriatr. 37 (2003) 241-257.
<www.else vier.com/locate/archger>.
http:www.sciencedirect.com. Diakses 4
Juli 2016.
Ekkers, W., Korrelboom, K., Huijbrechts, I., Smits,
N., Cuijpers, P., Gaag, M.V.D. 2011.
Competitive Memory Training for treat
ing depression and rumination in de
pressed older adults: A randomized con
trolled trial. Behavior Research and
Therapy 49 (2011) 588-596. Elsevier.
http:www.sciencedirect.com. Diakses 4
Juli 2016.
Engvig, A., Fjell, A.M., Westlye, L.T., Moberget, T.,
Sundseth, O., Larsen, V.A., & Walhovd,
K.B. 2010. Effects of memory training
on cortical thickness in the elderly.
NeuroImage 52 (2010) 1667- 1676.
http:www.sciencedirect.com. Diakses 4
Juli 2016.
Erviyanti, A.D. 2007. Peningkatan daya ingat dengan
metode belajar hafalan system asosiasi:
Penelitian true eksperimen dalam bidang
kesehatan mental sekolah di SDN
Keputran 3 Surabaya. Tesis. Universi
tas Airlangga. Surabaya. <http://
ADLN.com/>. library@lib.unair.ac.id.
Diakses 2 Juli 2016.
Gething, L., Fethney, J., McKee, K., Persson, L.O.,
Goff, M., Church-ward, M. 2004. Vali
dation of the reactions to ageing ques
tionnaire: assessing similarities across
several countries. Journal of
gerontological nursing. 30(9), 47-54.
www.conceptwiki.org/.../
Concept:f2db3afe-7ebb-11df-9387-
001517. Diakses 4 Juli 2016.
Ginsberg, L. 2008. Lecture notes: Neurology. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Hartley, A. 2006. Changing Role of the Speed of Pro
cessing Construct in the Cognitive Psy
chology of Human Aging. In J.E. Birren
& K.W. Schaie (Eds.), Handbook of the
Psychology of Aging (6th ed., pp. 183-
207). San Diego: Academic Press.
https://tspace.library.utoronto.ca/.../
Burton_Christine_M_201111_Ph.
Diakses 7 Juli 2016.
meningkat menjadi 9,08.
Terdapat peningkatan selisih nilai rerata antara pre
test dan post-test sebesar 0,5.
Secara keseluruhan berarti pemberian terapi
modalitas keperawatan pijat punggung berpengaruh
terhadap daya ingat (bahasa) lansia. Hal ini disebabkan
karena lansia menggunakan bahasa dalam keseharianTerapi Modalitas Keperawatan Pijat
Punggung Sebagai 39
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Riwayat Pendidikan, Riwayat
Pekerjaan, Status
Pernikahan, Lama Tinggal Di Panti, Dan Usia
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Daya Ingat (Bahasa) Sebelum Perlakuan
Tabel 3. Nilai Pre-Test Dan Post-Test Daya Ingat (Bahasa)
No Karakteristik
Responden
Perlakuan
Frekuensi Persentase
JURNAL 4 KESIMPULAN NYA
Hail Penelitian : setelah diberikan perlakuan nilai rerata daya ingat (bahasa) lansiaaktivitas
kegiatan hidupnya, misalnya berkomunikasi, berpikir dan berperilaku. Penelitian
Cavallini et al (2003) menunjukkan memori kerja meningkat saat lansia
menyelesaikan tugas dari segi bahasa menggunakan kumpulan daftar kata, penamaan
dan mengituki perintah
JURNAL 5
1)
, La Ode Alifariki
2)
1,2
Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran UHO
Kampus Bumi Tridharma Anduonuhu Kendari
E-mail: ners_riki@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penuaan dan penurunan fisiologis terjadi pada lansia karena proses degeneratif sehingga
penyakit tidak menular seperti hipertensi sering diderita oleh lansia. Terapi berkebun adalah
salah satu metode yang dapat digunakan sebagai terapi alternatif untuk menormalkan
tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi berkebun
terhadap perubahan tekanan darah Lansia dengan hipertensi.
Desain penelitian menggunakan quasi eksperimental pre-post test dengan kelompok
kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 15 responden yang dipilih secara purposive
sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terapi berkebun dan variabel
dependennya adalah tekanan darah sistolik dan diastolik yang diukur dengan
sphygmomanometer dan stetoskop. Data dianalisis dengan menggunakan uji t berpasangan
dan uji t independen (α = 0,05). Hasil analisis bivariat pada empat pertemuan menunjukkan
bahwa ada pengaruh terapi berkebun terhadap perubahan tekanan darah sistolik diastolik
pada pengukuran pertama, ketiga, keempat, sedangkan untuk tekanan darah sistolik ketiga,
keempat untuk tekanan darah diastolik yang digambarkan oleh nilai p berikut, p1 = 0,005,
p3 = 0,015, p4 = 0,017 dan p3 = 0,018 dan p4 = 0,025. Analisis perbedaan pada empat
pertemuan menunjukkan bahwa ada perbedaan tekanan darah sistolik antara kelompok
kontrol dan intervensi pada pertemuan ketiga di Institusi Sosial Tresna Werdha Minaula
Kendari yang diwakili oleh nilai p berikut, p3 TDS = 0,045. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah bahwa terapi berkebun efektif untuk menormalkan tekanan darah lansia dengan
hipertensi, sehingga diharapkan lansia harus mengambil terapi berkebun sebagai salah satu
alternatif terapi nonfarmakologi yang dapat dilakukan secara mandiri atau bersama. tanpa
menyebabkan efek samping.
The Human aging and the decline of physiological occur in the elderly due to
degenerative process. Non-communicable diseases such as hypertension is often suffered
by the elderly. Gardening therapy is one of the methods that can be used as an alternative
to normalize the blood pressure. The purpose of this research is to examine the effects of
gardening therapy on the changes in elderly blood pressure with hypertension.The research
design used Quasy experimental pre post test with control group and the total sample of
15 respondents are selected by using purposive sampling. The independent variable in this
study is the gardening therapy and the dependent variable is the systolic and diastolic
blood pressure as measured by sphygmomanometer and stethoscope. The data were
analyzed by using paired t-test and independent t-test (α = 0.05). The results of bivariate
analysis in this study showed that there was an effect of the gardening therapy on the
changes in systolic and diastolic blood pressure in the first, third, and fourth
measurements, while for systolic diastolic which was described by the following p value, p1
= 0.005, p3 = 0.015, p4 = 0.017 and p3 = 0.018 and p4 = 0.025. The analysis of differenc
in the four meetings showed that there were differences between control group and systolic
blood pressure between the control group and the intervention at the third meeting at
Institusi Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari which was represented by the following p
value, p3 TDS = 0.045. The conclusion of this study is that the gardening therapy is an
effective way to normalize the blood of elderly people with hypertension, so it is necessary
to do the therapy as an alternative non-pharmacological therapy that can be done
independently or together without causing side effects..
1. PENDAHULUAN
2. METODE
Penelitian ini menggunakan desain Quasi
experimental pre-post test dengan kelompok
kontrol. Tekanan darah diobservasi sebelum
dan setelah diberikan perlakuan sebanyak 4
kali pertemuan selama 2 minggu. Penelitian ini
dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha
Minaula Kendari pada tanggal 25 Januari-7
Februari 2018. Populasi pada penelitian ini
berjumlah 22 orang yaitu lansia dengan
hipertensi di Panti Sosial Tresna. Pengambilan
sampel menggunakan teknik non probability
sampling dengan menggunakan metode
purposive sampling. Sampel dari penelitian ini
diambil dari populasi yang sudah memenuhi
kriteria inklusi sebanyak 15 orang. Kriteria
inklusi dalam penelitian ini antara lain: 1)
Memiliki riwayat hipertensi (TDS ≥140
mmHg) dan pada saat pengukuran termasuk
dalam kategori hipertensi stage 1, 2) Mandiri
dalam beraktivitas sehari-hari dan kooperatif, 3)
Tidak mengalami kelemahan fisik. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah Terapi
Berkebun. Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah tekanan darah lansia. Pengukuran
variabel dependen pada penelitian ini
menggunakan sphygmomanometer dan
stetoskop. Hasil dari tekanan darah dicatat
dalam lembar observasi. Pemberian terapi
berkebun mengacu pada . Alat dan bahan yang
dipergunakan meliputi polybag, media tanam,
pupuk NPK, sekop mini, bibit tanaman
kangkung dan air untuk menyiram tanaman.
Penentuan jumlah responden berdasarkan
kriteria inklusi dilakukan secara langsung saat
pengukuran tekanan darah pada pengambilan
data awal. Terapi berkebun dilakukan
sebanyak 4 kali pertemuan selama 2 minggu
dengan tahapan yaitu menyiapkan media tanam,
persiapan bibit dan penanaman, pemeliharaan
tanaman dan pemanenan. Total waktu setiap
pertemuan adalah 75 menit, dengan pembagian
30 menit untuk pemeriksaan tekanan darah dan
45 menit untuk pelaksanaan terapi berkebun.
Pengukuran tekanan darah diukur sebelum dan
sesudah terapi berkebun pada kelompok kontrol
dan intervensi sampai pertemuan keempat. Data
3. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian disajikan dan dianalisis dalam
bentuk tabel dan dianalisis secara univariat dan
bivariat. Hasil Penelitian menunjukan
karakteristik responden penelitian berdasarkan
usia dan jenis kelamin yang ditampilkan pada
4. PEMBAHASAN
5. KESIMPULAN
Kesimpulan pada penlitian ini adalah Terdapat
pengaruh terapi berkebun terhadap perubahan
tekanan darah lansia dengan hipertensi di
pertemuan pertama, ketiga, keempat untuk
tekanan darah sistolik dan pertemuan ketiga,
keempat untuk tekanan darah diastolik dan
tidak terdapat pengaruh terapi berkebun
terhadap perubahan tekanan darah lansia
dengan hipertensi di pertemuan pertama untuk
tekanan darah diastolik dan pertemuan kedua
untuk tekanan darah sistolik dan diastolik di
Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari.
Terdapat perbedaan tekanan darah pada
kelompok kontrol dan intervensi di pertemuan
ketiga untuk tekanan darah sistolik dan untuk
tekanan darah sistolik dan tidak ada di
pertemuan ketiga untuk tekanan darah sistolik
dan tidak ada perbedaan tekanan darah pada
kelompok kontrol dan intervensi pada
pertemuan pertama, kedua, keempatuntuk
tekanan darah sistolik dan pertemuan pertama,
kedua, ketiga, dan keempat untuk tekanan darah
diastolik di Panti Sosial Tresna Werdha
Minaula Kendari.
5. SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
pengaruh terapi berkebun terhadap perubahan
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi
dengan melakukan pengawasan terhadap faktor
yang mempengaruhi tekanan darah seperti
mengontrol konsumsi garam, kafein, kebiasaan
merokok, dan stressor bagi penderita hipertensi
secara tepat. Penelitian selanjutnya diharapkan
dapat mengamplikasikan terapi berkebun tidak
hanya pada lansia yang mengalami hipertensi
tetapi juga dapat dilakukan pada kelompok
umur lainnya yang mengalami hipertensi.
6. REFERENSI
1. Agustina, S. (2014). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Hipertensi Pada
Lansia di Atas Umur 65 Tahun Factors
Related with Hypertension on The Elderly
over 65 Years. Jurnal Kesehatan
Komunitas, 2(01), 2–7. Retrieved from
jurnal.htp.ac.id/index.php/keskom/article/do
wnload/70/57/
2. Dalimartha, S. (2008). Care your Self
Hipertensi (edisi 1). Jakarta: Penebar Plus
Positif.
3. H, A. M., & Nisa, K. (2017). Pengaruh
Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan
Darah pada Lansia Penderita Hipertensi
Effect of Classical Music to Decrease of
Blood Pressure in Elderly Patients with
Hypertension, 4.
4. Hasrin Mannan, Wahiduddin, R. (2012).
Faktor Risiko Kejadian Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Bangkala
Kabupaten Jeneponto Tahun 2012, 2(11),
JURNAL 5 KESIMPULAN
Judul ; Pengaruh Terapi Berkebun Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan
Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2018
Kesimpu;an ; Kesimpulan pada penlitian ini adalah Terdapat pengaruh terapi berkebun
terhadap perubahan tekanan darah lansia dengan hipertensi di pertemuan
pertama, ketiga, keempat untuk tekanan darah sistolik