Anda di halaman 1dari 10

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ilmiah merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012). Penelitian ini

berupa penelitian kuantitatif yang dilakukan dengan menggunakan desain

one group pretest and posttest design. One group pre and posttest design,

merupakan desain eksperimen yang hanya menggunakan satu kelompok

subyek (kasus tunggal) serta melakukan pengukuran sebelum diberikan

perlakuan (pretest) dan sesudah diberikan perlakuan (posttest). Perbedaan

kedua hasil pengukuran tersebut dianggap sebagai efek perlakuan. Adapun

perlakuan pada penelitian ini yaitu penggunaan terapi reminiscence.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dari penelitian ini merupakan

lansia dengan depresi yang berada di Desa Potronayan

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Sugiyono, 2012). Sampel pada penelitian ini di ambil

menggunakan quota sampling dengan kriteria lansia di Desa Potronayan

32
33

dengan usia di atas 60 tahun, tidak buta huruf, tidak sedang

mengikutiintervensi petugas kesehatan lain, memiliki status kognitif yang

baik diuji menggunakan MMSE (skor 24-30), skor GDS >5 dan memiliki

gangguan somatis yang ditunjukan dengan adanya skor di SSS-8.

C. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian dibedakan menjadi dua jenis yaitu variabel

bebas atau variabel independen dan variabel terikat atau variabel

dependen. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat.

Sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012).

Pada penelitian ini variabel bebas atau variabel independen yaitu

pemberian terapi reminiscence, sedangkan variabel terikat atau variabel

dependen yaitu keluhan somatis.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sampel diambil menggunakan teknik Quota sampling. Quota

sampling adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang

mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.

Teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan karena pada dasarnya

tidak ada satu rumus pun yang dapat menentukan ukuran sampel secara

paling tepat (Arsyad, 2004). Pada teknik ini untuk menentukan sampel

dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota)

yang diinginkan. Bila pada pengambilan sampel dilakukan secara


34

kelompok maka pengambilan sampel dibagi rata sampai jumlah (kuota)

yang diinginkan (Sugiyono, 2012). Sampel diambil dengan memberikan

jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok, yang dimaksud disini

adalah kelompok dusun dengan jatah setiap dusun adalah minimal 2 orang

atau disesuaikan dengan jumlah lansia di dusun tersebut. Pengumpulan

data dilakukan langsung pada sampel yang memenuhi kriteria. Setelah

jatah terpenuhi, maka pengumpulan data dihentikan. Teknik quota

sampling penelitian ini dengan menggunakan kriteria inklusi diantaranya:

lansia di Desa Potronayan dengan usia di atas 60 tahun, tidak buta huruf,

tidak sedang mengikuti intervensi petugas kesehatan lain, memiliki status

kognitif yang baik diukur dengan MMSE ( skor 24-30), skor GDS >5 dan

memiliki keluhan somatis yang ditunjukkan dengan adanya skor di SSS-8.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah penjelasan ilmiah variabel

penelitian yang dilengkapi informasi atau petunjuk tentang bagaimana

caranya mengukur suatu variabel. Adapun definisi operasional pada

penelitian ini sebagaimana tertera di tabel.

Tabel 2.1 Definisi Operasional.


Variabel Penjelasan Instrumen Skala

Terapi Terapi yang khusus di - -


Reminiscence rancang untuk lansia di Desa
Potronayan agar dapat
meningkatkan status
kesehatan mental dengan
recalling dan akses memori
yang masih eksis. Metode
yang menggunakan ingatan
untuk menjaga kesehatan
35

mental dan memperbaiki


kualitas kehidupan. Dilakukan
secara individu dengan durasi
30 menit 1x sesi per minggu
Keluhan Somatis Suatu bentuk/sekelompok Somatic Interval
keluhan atau gangguan fisik Symptomp
dimana tidak dapat ditemukan Scale (SSS-8)
penjelasan medis yang
adekuat yang muncul pada
lanjut usia dengan depresi
pada lansia di Desa
Potronayan sehingga dapat
menyebabkan gangguan pada
kemampuan lansia di desa
tersebut untuk berfungsi di
dalam peranan sosial atau
pekerjaan yang ditandai
dengan adanya skor pada
blangko SSS-8.

F. Instrumen Penelitian

1. Mini Mental Status Examination (MMSE)

Mini-Mental State Examination (MMSE) atau test Folstein

adalah kuesioner dengan 30 poin yang digunakan dalam klinis dan

penelitian untuk mengukur status kognitif. (Pangman, Sloan, & Guse,

2000). Tes ini juga digunakan untuk memperkirakan tingkat

keparahan dan perkembangan gangguan kognitif dan mengikuti

jalannya perubahan kognitif pada individu dari waktu ke waktu,

sehingga membuat MMSE menjadi cara yang efektif untuk

mendokumentasikan respons individu terhadap pengobatan

(Tombaugh & McIntyre, 1992). Tes membutuhkan waktu antara 5

sampai 10 menit dengan memeriksa fungsi mengulang kata prompt,

perhatian dan perhitungan, recall, bahasa, kemampuan untuk


36

mengikuti perintah, dan orientasi sederhana . Awalnya diperkenalkan

oleh Folstein pada tahun 1975, untuk membedakan organik dari pasien

psikiatri (Folstein & McHugh,1975). Pelaksanaan tes dilakukan

dengan cara mengajukan pertanyaan dan mengikuti perintah dari

terapis.

Reliabilitas untuk instrumen Mini Mental State Examination

(MMSE) telah diuji oleh National Institute of Mental Health USA.

Terdapat korelasi yang baik dengan nilai IQ pada Wechsler Adult

Intelegence Scale (WAIS). Sensitivitas instrumen ini didapatkan

hingga 87% dan spesifitasnya 82% untuk mendeteksi fungsi kognitif

(Tatemichi et al., 1997). Selain itu instrumen Mini Mental State

Examination (MMSE) telah dicoba terapkan oleh Tedjasukmana,

Wendra, Sutji, & Sidiarta (1998), dengan tingkat sensitivitas 100%

dan spesifitas 90%.

2. Geriatric Depression Scale (GDS-15)

Geriatric Depression Scale merupakan salah satu instrumen yang

paling sering digunakan untuk mendiagnosis depresi pada usia lanjut.

Depresi dinyatakan positif apabila responden mendapat skor >5. GDS

dikembangkan dan divalidasi oleh dua studi. Dalam salah satu studi,

dipilih 100 soal dengan tipe jawaban ya/tidak yang berguna untuk

membedakan depresi pada usia lanjut dengan normal usia lanjut,

kemudian dipilih 30 pertanyaan yang mempunyai korelasi tertinggi

dengan total skor dengan 100 pertanyaan apabila diterapkan pada 100
37

volunter usia lanjut di populasi. Dalam studi satunya, skala 30

pertanyaan divalidasi dengan skala depresi lain, seperti skala depresi

Zung (SDS), dan skala depresi Hamilton (HAMD). Studi lain,

didapatkan korelasi antara kriteria klasifikasi (tidak depresi, depresi

ringan, dan depresi berat) dengan masing-masing skala GDS, SDS,

dan HAMD didapatkan r=0,82 , r=0,69 , r=0,83 dan semuanya secara

statistik bermakna. Pada GDS-30 pertanyaan, didapatkan sensitivitas

84% untuk skor di atas 11 dan spesifsitas 95% dengan DSM III

sebagai baku.

Karena pertanyaan yang panjang dan banyak pada GDS-30

pertanyaan, dikembangkan versi yang lebih pendek, bervariasi antara

15 pertanyaan dan 1 pertanyaan. Diantara versi-versi tersebut, GDS 15

pertanyaan paling sering digunakan untuk mendeteksi depresi pada

lanjut usia dan dapat berfungsi sebaik GDS 30 pertanyaan, meskipun

fakta menunjukkan bahwa GDS-15 sedikit berbeda dari GDS-30

dalam kemampuannya mendeteksi depresi dan kapabilitasnya berbeda

tergantung jenis kelamin, pengaturan, dan acuan baku yang digunakan

(ICD atau DSM).

GDS-15 mempunyai sensitivitas 80,5% dan spesifisitas 75% pada

titik potong skor 5/6, dengan Structure Clinical Interview for DSM

IV (SCID) sebagai perbandingan.GDS-15 dan GDS-30 berkorelasi

tinggi (r=0,89) dan mempunyai tingkat sensitivitas mirip, tetapi

spesifsitas GDS-15 sedikit menurun dibandingkan GDS-30. Sebuah


38

studi di Yunani mendapatkan sensitivitas 92,23% dan spesifisitas

95,24% dengan konsistensi internal tinggi, yaitu Cronbach’s

Alpha=0,94 pada GDS-15 dengan titik potong 6/7.

Pada studi meta-analisis atas 15 studi yang menggunakan GDS-

15, didapatkan sensitivitas 84,3% (95% CI 79,7-88,4% dengan

spesifitas 73,8% (95% CI 68,0-79,2%). Jika responden menderita

gangguan kognitif yang signifikan, sensitivitas turun menjadi 70,2%

(95% CI 47,7-88,5%) dengan spesifisitas naik menjadi 74,5% (95%

CI 61,2-85,7%). Jika digunakan di perawatan rumah jangka panjang

(Long Term Care [LTC] Home) sensitivitas dan spesifisitas menjadi

86,6% dan 72,3% dan jika digunakan pada pasien rawat jalan

didapatkan sensitivitas dan spesifisitas menjadi 82,2% dan 74,5%.

Pengisian form GDS 15 dilakukan dengan cara mengajukan

pertanyaan pada sampel, pertanyaan dijawab "ya" atau "tidak". Uji

yang dilakukan oleh Hidayati, Mustikasari, & Putri (2015)

menghasilkan uji validitas GDS nilai r hitung berkisar 0,406–0,826

dan reliabilitas 0,895.

3. Somatic Symptom Scale (SSS-8)

SSS-8 adalah versi 8-item yang disingkat dari daftar pertanyaan

PHQ-15. Skala PHQ-15 adalah isntrumen yang menilai adanya dan

parahnya suatu gejala somatik yang umum. SSS-8 pertama kali

dikembangkan untuk uji coba lapangan DSM-5 yang digunaakn untuk

menyelidiki gejala somatik. Tiga item PHQ-15 (masalah menstruasi,


39

masalah seksual, dan pingsan) tidak termasuk dalam SSS-8 karena

item tersebut memiliki asosiasi rendah dengan ukuran fungsi, kualitas

hidup, dan penggunaan dalam perawatan kesehatan (Kroenke et al.,

2002). Intrepetasi dari SSS-8 adalah jumlah dari keseluruhan poin

yang didapatkan klien dan dapat dikategorikan menjadi minimal (0-3

poin), rendah (4-7 poin), sedang (8-11 poin), tinggi (12-15 poin), dan

sangat tinggi (16-32 poin).

Dalam studi yang dilakukan oleh Gierk et al., (2013) dengan

populasi umum perwakilan nasional dilakukan antara 15 Juni 2012

dan 15 Juli 2012, di Jerman menghasilkan nilai Cronbach Αlpha =

0,81. SSS-8 memiliki karakteristik karakter yang sangat baik dan

reliabilitas yang baik. Menurut Gierk et al., (2013) SSS-8 adalah

instrument yang handal dan valid dalam mengukur gejala somatik.

Skor dalam SSS-8 dapat mengidentifikasi individu dengan gejala

rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

Studi selanjutnya dilakukan oleh Zijlema et al., (2013)

menurutnya Validitas isi SSS-8 seharusnya tinggi karena item

diturunkan dari PHQ-15 yang divalidasi dengan baik. Selain itu,

Zijlema et al., (2013) juga mengulas 99 publikasi ilmiah yang

menghadirkan 40 instrumen yang dirancang untuk menilai gejala

somatik, somatisasi, atau gejala medis yang tidak dapat dijelaskan.

Mereka menyimpulkan bahwa ukuran risiko somatik yang valid harus

mencakup item tentang gejala kardiopulmonary (termasuk gejala


40

otonom), gejala gastrointestinal, muskuloskeletal, dan umum. SSS-8

mencakup item dari keempat domain tersebut.

Pengujian instrument diakukan dengan mengajukan pertanyaan

kepada sampel, sampel menilai seberapa banyak mereka terganggu

oleh gejala somatik umum dalam tujuh hari terakhir pada skala 1- 4

poin. skala dijumlahkan untuk menentukan skor total (bervariasi

antara 0 dan 32 poin).

G. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Lahan RBM Desa Potronayan selama

2 bulan yang akan dilakukan pada bulan Oktober sampai bulan Nopember

2017.

H. Analisis Data

Penelitian ini merupakan bentuk penelitian komparatif berpasangan

karena perlakuan yang dilakukan terhadap satu kelompok yang sama,

sehingga akan digunakan metode Paired Sample T-Test apabila bentuk

sebaran data normal. Paired Sample T-Test adalah teknik statistik yang

digunakan untuk membandingkan dua populasi berarti dalam kasus dua

sampel yang berkorelasi. Paired sample t-test digunakan dalam pre dan

post studi, atau ketika sampel adalah pasangan yang cocok, atau ketika itu

adalah studi kasus-kontrol. Apabila sebaran sampel ternyata tidak normal

maka akan dicoba ditransformasikan agar sebaran data menjadi normal.

Namun apabila sebaran data hasil transformasi tetap tidak normal maka uji

yang akan digunakan adalah uji Wilcoxon. Sesuai dengan penelitian ini
41

pengukuran pada sampel akan dilakukan berpasangan yaitu sebelum

(pretest) dan sesudah perlakuan (posttest), sehingga pada penelitian ini

terdapat dua kelompok yaitu kelompok keluhan lansia depresi sebelum

perlakuan dan kelompok keluhan lansia depresi sesudah perlakuan dengan

skala data berupa interval.

I. Jadwal Penelitian

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian


Kegiatan 2017 2018
Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr
Persiapan
Perizinan
Penentuan sampel
Pemeriksaan awal,
intervensi, dan
evaluasi
Analisis data
Pembahasan dan
penarikan
kesimpulan
Penyajian

Anda mungkin juga menyukai