Anda di halaman 1dari 15

“PENGKAJIAN LANSIA MINI MENTAL STATUS EXAMINATION (MMSE)”

Makalah disusun guna memenuhi tugas


mata kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu : Ns. Sang Ayu Made Adyani, M.Kep.

Di Susun Oleh :
1. Sonya Lapitacara Sahroni 1710711129
2. Tri Andhika Dessy Wahyuni 1710711138
3. Firna Nahwa Firdausi 1710711139

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2020
I. Definisi MMSE
Mini Mental Stage Examination (MMSE) adalah sebuah pemeriksaan yang sering
digunakan untuk mengevaluasi dan mengkonfirmasi penurunan fungsi kognitif, serta dapat
pula digunakan untuk memantau perjalanan dari suatu penyakit (Perdossi, 2013). MMSE
dikembangkan untuk membedakan antara lanjut usia dengan atau tanpa gangguan
neuropsikiatri awal dalam proses penyakit. Dengan mengetahui lebih awal gangguan
neuropsikiatri orang tersebut maka dapat meningkatkan waktu pengobatan farmakologis
dan non farmakologis untuk menunda terjadinya gangguan neuropsikiatri tersebut terutama
gangguan kognitif.

II. Sejarah Perkembangan MMSE


The Mini Mental State Examination (MMSE)

Di Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris, psikogeriatris menggunakan the Mini


Mental State Examination (MMSE) sebagai instrumen untuk menilai kognitif pasien. Tes
ini meski paling sering digunakan, memiliki kelemahan pada waktu yang dibutuhkan untuk
tes tersebut.  MMSE menggunakan instrumen penilaian 30 poin. Instrumen ini pertama
dikembangkan sebagai skrining kelainan kognitif untuk membedakan antara kelainan
organik dan non organik (misalnya schizophrenia). Pada saat ini, MMSE merupakan
metode untuk skrining dan monitoring perkembangan demensia dan delirium. MMSE
berkorelasi baik dengan skor tes skrining kognitif yang lain. Waktu yang dibutuhkan rata-
rata 8 menit dengan rentang 4-21 menit. Skor pada MMSE bisa bias karena pengaruh
tingkat pendidikan, perbedaan bahasa, dan hambatan budaya. Pasien dengan tingkat
pendidikan lebih rendah dapat keliru diklasifikasikan sebagai gila, dan pada pasien dengan
tingkat pendidikan tinggi bisa tidak terdeteksi. Skor MMSE umumnya menurun dengan
bertambahnya usia.
Skor 30 tidak selalu berarti fungsi kognitif normal dan skor nol bukan berarti tidak
ada kognisi secara absolut. Tes ini tidak punya kapasitas mencukupi untuk tes fungsi
frontal/ eksekutif atau fungsi visuospasial (khususnya parietal kanan). Tugas segilima pada
MMSE memerintahkan pasien menirukan gambar dan tidak menilai kemampuan
merencanakan. Sebagai akibatnya tes ini mempunyai keterbatasan untuk mendeteksi
demensia non Alzheimer, seperti kelainan kognitif pasca stroke, dan demensia
frontotemporal atau subkortikal pada fase awal (Tangalos,1996).
Untuk mengurangi bias atau kelemahan MMSE, dikembangkan beberapa tes lain
seperti Standardized Mini-Mental State Examination (SMMSE) diperkenalkan sebagai
upaya menurunkan variasi skor inter rater (Parker,2004). The Abbreviated Mental Test
(AMT),  Mini-Cog  (dapat dikerjakan dalam 3 menit) dan Six-Item Screener (SIS)
(mempunyai 6 pertanyaan) sehingga lebih memungkinkan penggunaan tes ini secara rutin
pada pasien usia lanjut di rumah sakit yang sibuk atau di UGD.  Clock Drawing Test
(CDT) mempunyai keuntungan relatif terhindar dari bias karena faktor tingkat intelektual,
bahasa, dan budaya. The General Practitioner Assessment of Cognition (GPCOG)
digunakan untuk menguji memori kejadian yang baru terjadi dan orientasi. Six-Item
Cognitive Impairment Test (6CIT) menggunakan beban skor yang berbeda pada masing-
masing item (Holmes,1996; Tangalos,1996; Swain,1999).

III. Cara Pelaksanaan

Pertanyaan meliputi :

a. Orientasi

1) Tanyalah tanggal, bulan dan tahun. Kemudian tanyalah juga hari dan musim.
Satu angka untuk tiap jawaban yang benar.

2) Tanyalah berturut-turut sebagai berikut: "Dapatkah Anda menyebut nama


rumah sakit/institusi ini?" Kemudian tanyalah lantai/ tingkat/nomor; kota,
kabupaten dan propinsi tempat rumah sakit/ institusi tersebut terletak.

b. Registrasi

Tanyalah responden bila Saudara dapat menguji ingatannya. Katakan 3 nama


benda yang satu sama lain tidak ada kaitan, dengan terang dan perlahan, kira-kira 1
detik untuk tiap nama benda. Sesudah menyebut ketiga nama benda tersebut,
mintalah responden mengulangnya. Pengulangan penyebutan ketiga nama benda
tersebut yang pertama kali diberi skor 0-3. Bila responden tidak dapat
menyebutnya dengan benar, ulanglah sampai responden dapat melakukannya.
Jumlah maksimal pengulangan 6 kali. Bila responden masih tidak dapat
menghapalnya, maka fungsi mengingat di bawah tidak dapat diukur secara
bermakna.

c. Atensi Dan Kalkulasi


Mintalah responden menghitung selang 7 mulai dari 100 ke bawah. Hentikanlah
setelah 5 kali pengurangan (93, 86, 79, 72, 65). Hitunglah skor dari jumlah jawaban
yang benar.

Bila responden tidak dapat melakukan hal ini, mintalah responden untuk mengeja
kata "dunia" dari akhir ke awal. Skor dihitung dari jumlah huruf dalam urutan
terbalik yang benar. Contoh: ainud = 5, aiund = 3.

d. Mengingat

Tanyalah responden apakah responden dapat mengingat dan menyebut 3 nama


benda yang sebelumnya telah diminta padanya untuk dihapal. Skor antara 0-3.

e. Bahasa

Penamaan: Perlihatkan pada responden arloji dan tanyalah padanya nama benda
tersebut. Ulangi untuk pensil. Skor antara 0-2.

Pengulangan: Mintalah responden mengulang kalimat tersebut setelah


Saudara mengucapkannya.

Percobaan pengulangan tersebut hanya boleh 1 kali. Skor 0 atau 1.

Perintah 3 tahap: Berilah responden selembar kertas putih dan berikan perintah 3
tahap tersebut. Skor 1 angka untuk tiap tahap yang dilaksanakan dengan benar.

Membaca: Pada selembar kertas kosong, tulislah dengan huruf balok:


"PEJAMKAN MATA ANDA". Huruf-huruf tersebut harus cukup besar bagi
responden, sehingga terlihat dengan jelas. Mintalah responden untuk membacanya
dan melaksanakan perintah tersebut. Skor 1 angka hanya jika responden
memejamkan matanya.
Menulis: Berilah pasien sepotong kertas kosong dan mintalah responden menulis
sebuah kalimat untuk Saudara. Jangan mendiktekan kalimat, karena hal ini harus
dikerjakan responden dengan spontan. Kalimat tersebut haras mengandung subyek,
kata kerja dan mempunyai arti. Tata bahasa dan tanda baca yang benar tidak perlu
diperhatikan.

Meniru: Pada sepotong kertas yang bersih, gambarlah 2 segi lima yang
berpotongan, panjang tiap sisi 2,5 cm (berikan contoh gambar sesuai ukuran) dan
mintalah responden untuk menirunya setepat mungkin. Ke 10 sudut harus
tergambar dan 2 sudut harus berpotongan untuk memperoleh skor 1 angka.
Gelombang dan putaran dapat diabaikan.

Nilailah tingkat kesadaran responden pada garis aksis, dari sadar penuh pada ujung
kiri sampai dengan koma pada ujung kanan

Interpretasi :

Dalam melakukan interpretasi hasil penilaian MMSE maka perlu


mempertimbangkan tingkat pendidikan dan kesadaran pasien.

Secara umum (sederhana) pengelompokkan fungsi kognitif global dengan


instrumen MMSE dapat dikelompokkan sebagai berikut

 Skor 0-10 : fungsi kognitif global buruk

 Skor 11-20: fungsi kognitif global sedang

 Skor 21 – 30: fungsi kognitif global masih relatif baik


IV. Tujuan MMSE
Mini mental state examination (mmse) merupakan tes kognitif yang
bertujuan untuk menentukan derajat fungsi kognitif secara umum dan untuk
skrining penurunan fungsi kognitif. Selain itu MMSE bertujuan untuk menilai
status mental pasien. Awalnya dirancang sebagai media pemeriksaan status
mental singkat serta terstandarisasi yang memungkinkan untuk membedakan
antara gangguan organic dan fungsional pada pasien psikiatri. Sejalan dengan
banyaknya penggunaan tes ini selama betahun-tahun, kegunaan utama MMSE
berubah menjadi suatu media untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan
gangguan kognitif yang berkaitan dengan kelainan neurodegenarif, misalnya
penyakit Alzheimer. Domain kognitif yang diperiksa meliputi orientasi,
registrasi, atensi, pengujian memori jangka pendek dan jangka panjang, dan
berhitung. MMSE ini sering digunakan untuk menilai penurunan status metal
pada lansia seiring bertambahnya usia pasien.

V. Manfaat MMSE
Dengan adanya pemeriksaan MMSE ini dapat diketahui seberapa parah
gangguan kognitif yang dialami pasien melalui skor atau nilai dari pemeriksaan
tersebut. Pemeriksa juga dapat mengevaluasi perjalanan suatu penyakit yang
berhubungan dengan proses penurunan kognitif dan memonitor repson terhadap
pengobatan (Turuna, 2004).

VI. Indikasi MMSE


Mini Mental Stage Examination (MMSE) ini diindikasikan bagi lansia
yang mengalami penurunan status mental ataupun kognitifnya, baik lansia yang
tinggal dengan keluarga, di panti keluarga, dan komunitas.

VII. Kontraindikasi MMSE


Walaupun tidak ada kontraindikasi khusus, MMSE tidak bisa digunakan
pada pasien dengan kondisi yang menghalanginya untuk melakukan tugas-tugas
yang diperlukan saat pemeriksaan. Contoh kondisi ini antara lain afasia dan
kebutaan atau gangguan penglihatan seperti pada katarak. Pasien yang memiliki 
keterbatasan fisik yang menghalanginya untuk menulis atau menggambar juga
tidak dapat menjalani pemeriksaan MMSE, misalnya pasien dengan hemiparesis
akibat stroke

VIII. Kelebihan MMSE


Data psikometri luas MMSE menunjukkkan bahwa tes ini memiliki tes
retest dan reliabilitas serta validitas sangat baik berdasarkan diagnosis klinis
independen demensia dan penyakit Alzheimer. Karena performance pada
MMSE dapat dibiaskan oleh pengaruh status pendidikan rendah pada pasien
yang sehat, beberapa pemeriksa merekomendasikan untuk menggunakan
ambang skor berdasarkan umur dan status pendidikan untuk mendeteksi
demensia.

IX. Kelemahan MMSE

Kelemahan terbesar MMSE yang banyak disebutkan ialah batasannya


atau ketidakmampuannya untuk menilai beberapa kemampuan kognitif yang
terganggu di awal penyakit Alzheimer atau gangguan demensia lain (misalnya
terbatasnya item verbal dan memori dan tidak adanya penyelesaian masalah atau
judgment), MMSE juga relatif tak sensitif terhadap penurunan kognitif yang
sangat ringan (terutama pada individual dengan status pendidikan tinggi).
Walaupun batasan-batasan ini mengurangi manfaat MMSE, tes ini tetap menjadi
instrumen yang sangat berharga untuk penilaian penurunan kognitif (Rush,
2000)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Kampus I: Jl. RS Fatmawati No.1- Pondok Labu, Jakarta Selatan 12450 Telp. 021-
7656971, Fax. 021-7656904. Kampus II (FIKES): Jl. Raya Limo Depok 16515, Telp.
(021)7532884, Fax.: 7546772
Website: http://www.upnvj.ac.id, Email: upnvj@upnvj.ac.id

Nama Mahasiswa :
NIM :

SOP Mini Mental State


Examination (MMSE)

PENILAIAN

No PROSEDUR/LANGKAH KEGIATAN 0 1 2

Tidak Dilakukan Dilakukan


Dilakukan Sapi Belum dengan
Sempurna Baik

1. Persiapan Alat :
Kertas kosong, pensil, arloji, tulisan yang bisa
dibaca dan gambar yang harus ditiru/disalin.

FASE ORIENTASI
2. Ucapkan salam. Perkenalkan diri
3. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan,
kontrak waktu
4. Menyiapkan
alat
FASE KERJA
5. ORIENTASI

Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal),


hari apa?

Kita berada dimana ? (negara), (provinsi), (kota),


(gedung), (ruang)

6. REGISTRASI

Pemeriksa menyebut 3 benda yang berbeda


kelompoknya selang 1 detik (misal apel, uang,
meja), responden diminta mengulanginya. Nilai 1
untuk tiap nama benda yang benar. Ulangi
sampai responden dapat menyebutkan dengan
benar dan catat jumlah pengulangan

7. ATENSI DAN KALKULASI

Pengurangan 100 dengan 7 secara berturutan.


Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan
setelah 5 jawaban. Atau responden diminta
mengeja terbalik kata “ WAHYU” (nilai
diberi pada huruf yang benar sebelum
kesalahan; misalnya uyahw = 2 nilai)
8. MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

Responden diminta menyebut kembali 3 nama


benda di atas

9. BAHASA
1) Responden diminta menyebutkan
nama benda yang ditunjukkan
(perlihatkan pensil dan jam tangan )
2) Responden diminta mengulang kalimat:”
tanpa kalau dan atau tetapi”
3) Responden diminta melakukan perintah: “
Ambil kertas ini dengan tangan anda,
lipatlah menjadi dua dan letakkan di
lantai”.
4) Responden diminta membaca dan
melakukan yang dibacanya:
“Pejamkanlah mata anda”
5) Responden diminta menulis sebuah
kalimat secara spontan
6) Responden diminta menyalin gambar

FASE
TERMINASI
17. Evaluasi respon klien terhadap tindakan dan
kontrak pertemuan selanjutnya

18. Bereskan sarana dan prasarana


19. Dokumentasi
TOTAL

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

- Penilaian disesuaikan dengan penilaian fungsi intelektual pada


pengkajian status kognitif dengan SPSMQ
- Penilaian pengkajian status mental dengan pendekatan MMSE dapat
digunakan untuk mengidentifikasi fungsi kognitif dan mental lansia.

Nilai = Total skor x 100 Jakarta, 2020


Penguj
15 i

…………………
…………………
…….

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Kampus I: Jl. RS Fatmawati No.1- Pondok Labu, Jakarta Selatan
12450 Telp. 021-7656971, Fax. 021-7656904
Kampus II (FIKES): Jl. Raya Limo Depok 16515, Telp.
(021)7532884, Fax.: 7546772
Website: http://www.upnvj.ac.id, Email: upnvj@upnvj.ac.id

a. Format Pemeriksaan MMSE


Pemeriksaan Mini Mental Status Examination (MMSE)
Nama Responden : …………………………………….. (Lk/Pr)
Pendidikan : ……………………………………..
Riwayat Penyakit : Stroke ( ), DM ( ), Hipertensi ( ), Peny. Jantung ( )
Peny. Lain………………………
Pemeriksa : ……………………………… Tgl……………………

Item Tes Nilai maks Nilai


1. ORIENTASI
Sekarang tahun (1), musim (1), bulan (1),
5 (………….)
tanggal (1), dan hari (1) apa?
Kita berada di mana ? sebutkan (1), desa
(1), kecamatan (1), kabupaten (1), kota 5 (………….)
propinsi (1), dan negara (1)
2. REGISTRASI
Pemeriksa menyebutkan 3 benda yang
berbeda kelompoknya selang 1 detik (apel,
uang dan meja). Kemudian mintalah lansia
untuk mengulang ke-3 nama tersebut.
Berikan 1 angka untuk setiap jawaban
yang benar. Bila masih salah, ulangilah 3 (………….)
penyebutan nama ke-3 benda tersebut
sampai ia dapat mengulanginya dengan
benar. Hitunglah jumlah percobaan dan
catatlah [apel (1), uang (1), neja, (1)].
(Jumlah percobaan……………………)
3. ATENSI DAN KALKULASI
Hitunglah berturut-turut selang 7 mulai
dari 100 ke bawah 1 angka untuk setiap
jawaban yang benar. Berhenti setelah 5
hitungan. (93, 86, 79, 72, 65) beri angka 1 5 (………….)
bagi tiap jawaban yang betul. Tes 4 ini
dapat diganti dengan tes mengeja
“KARTU” (UTRAK).
4. MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
Tanyakan kembali nama 3 buah benda
yang telah disebutkan di atas. Berikan 1 3 (………….)
angka untuk setiap jawaban yang benar.
5. BAHASA
a. Apakah nama-nama benda ini?
(Perlihatkan pensil dan arloji?) (2
angka)
b. Ulangi kalimat berikut : “Jika tidak
dan atau tetapi” (1 angka)
c. Laksanakan 3 buah perintah ini ini :
“Peganglah selembar kertas dengan 7 (………….)
tangan kananmu, lipatlah kertas itu
pada pertengahan, dan letakkan di
lantai” (3 angka)
d. Bacalah dan laksanakan perintah
berikut: “PEJAMKAN MATA
ANDA” (angka 1)
Tes minimental (The mini mental state
exanibation).
e. Suruh penderita menulis satu kalimat
pilihannya sendiri (kalimat harus
mengandung subyek dan obyek dan
harus mempunyai makna. Salah eja
tidak diperhitungkan bila member
skor).
2 (………….)
f. Perbesarlah gambar di bawah ini
sampai 1,5 cm tiap sisi dan suruh
pasien mengkopinya, berilah angka 1
bila semua sisi digambarnya dan
potongan antara segi lima tersebut
membentuk segi empat.

Jumlah 30 (…………)
Tandai tingkat kesadaran lansia pada garis
absis di bawah ini dengan huruf
Sadar Somnolen Stupor Koma

Skor Nilai :

24 – 30 : Normal

17 – 23 : Probable gangguan kognitif

0 – 16 : Definite gangguan kognitif

Catatan : dalam membuat penilaian fungsi kognitif harus diperhatikan tingkat


pendidikan dan usia responden.

Alat bantu periksa : Kertas kosong, pensil, arloji, tulisan yang bisa dibaca dan gambar
yang harus ditiru/disalin.

Daftar Pustaka

Anderso,E.,& Mc Farlane,J. (2004) Community As Partner: Theory and Pratice in


Nursing. 4th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Edmund H.Duthie (2001) Pratice of Geriatrics,WB. Saunders Company, Philadelphia.
Folstein MF, Folstein SE, McHugh PR. "Negara Mini-mental": metode praktis untuk
grading negara kognitif pasien bagi dokter. J Psychiatr Res. 1975; 12: 189-198.

Journal of Psychiatric Research, 12 (3): 189-198, 1975.

Kemenkes RI. 2017. JUKNIS INSTRUMEN Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri


(P3G).

Indonesia: Kemenkes RI

Kolegium Psikiatri Indonesia. Program pendidikan dokter spesialis psikiatri. Modul


psikiatri geriatri. Jakarta (Indonesia): Kolegium Psikiatri Indonesia; 2008.
Rovner BW, Folstein MF. Ujian negara mini-mental dalam praktek klinis. Hosp
Pract. 1987; 22 (1A): 99, 103, 106,110.

Tombaugh TN, McIntyre NJ. Pemeriksaan negara mini-mental yang: review


komprehensif. J Am Geriatr Soc.1992; 40 (9): 922-935.
http://robinperdana.blogspot.co.id/2013/10/penilaian-status-kognitif-pada-lanjut.html

https://www.scribd.com/document/340103425/Makalah-MMSE-Kelompok-1

Anda mungkin juga menyukai