Anda di halaman 1dari 38

PERKEMBANGAN menurut DENVER II (DDST II)

APR

By. Rusana, S.Kep., Ns

Pengertian
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1997).

Perkembangan Menurut Denver II


Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dariDenver Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental Screening Test (DDST-R). Adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ. Waktu

dibutuhkan 15-20 menit.

yang

a. Aspek Perkembangan yang dinilai Terdiri dari 125 tugas perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai:

1) Personal Social (perilaku sosial)


Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

2) Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)


Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.

3) Language (bahasa)

Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan

4) Gross motor (gerakan motorik kasar)


Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. b. Alat yang digunakan

Alat

peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan, peralatan

gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/ kertas, pensil, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia kronologis anak saat diperiksa).

Lembar formulir DDST II Buku petunjuk sebagai referensi


cara penilaiannya.

yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan

c. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu: 1) Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia: 3-6 bulan 9-12 bulan 18-24 bulan 3 tahun 4 tahun 5 tahun 2) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap. d. Penilaian Jika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = NO). CARA PEMERIKSAAN DDST II

Tetapkan Jika Tarik

umur

kronologis

anak,

tanyakan

tanggal

lahir

anak

yang

akan

diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun. dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika sama garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas. perkembangan pada formulir DDST.

Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F.

Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal, Meragukan


dan tidak dapat dites.

1) Abnormal
a) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia .

2) Meragukan
a) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih b) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.

3) Tidak dapat dites


Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.

4) Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas. Pada anak-anak yang lahir prematur, usia disesuaikan hanya sampai anak usia 2 tahun: Contoh perhitungan anak dengan prematur: An. Lula lahir prematur pada kehamilan 32 minggu, lahir pada tanggal 5 Agustus 2006. Diperiksa perkembangannya dengan DDST II pada tanggal 1 April 2008. Hitung usia kronologis An. Lula! Diketahui: Tanggal lahir An. Lula : 5-8-2006 Tanggal periksa : 1-4-2008 Prematur : 32 minggu Ditanyakan: Berapa usia kronologis An. Lula? Jawab: 2008 4 1 An. Lula prematur 32 minggu 2006 8 5 Aterm = 37 minggu _________ - Maka 37 32 = 5 minggu 1 7 -26

Jadi usia An. Lula jika aterm (tidak prematur) adalah 1 tahun 7 bulan 26 hari atau

1 tahun 8 bulan atau 20 bulan Usia tersebut dikurangi usia keprematurannya yaitu 5 minggu X 7 hari = 35 hari, sehingga usia kronologis An. Lula untuk pemeriksaan DDST II adalah:

1 tahun 7 bulan 26 hari 35 hari = 1 tahun 6 bulan 21 hari


Atau 1 tahun 7 bulan atau 19 bulan Interpretasi dari nilai Denver II

Advanced
Melewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia kronologis (dilewati pada kurang dari 25% anak pada usia lebih besar dari anak tersebut)

OK
Melewati, gagal, atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia antara persentil ke-25 dan ke-75

Caution
Gagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia kronologis di atas atau diantara persentil ke-75 dan ke-90

Delay
Gagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah kiri garis usia kronologis; penolakan ke kiri garis usia juga dapat dianggap sebagai kelambatan, karena alasan untuk menolak mungkin adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu Interpretasi tes

Normal
Tidak ada kelambatan dan maksimum dari satu kewaspadaan

Suspect
Satu atau lebih kelambatan dan/ atau dua atau lebih banyak kewaspadaan

Untestable
Penolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri garis usia atau pada lebih dari satu pokok titik potong berdasarkan garis usia pada area 75% sampai 90% Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable: Skrining ulang pada 1 sampai 2 minggu untuk mengesampingkan faktor temporer

Perkembangan Motorik Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. Perkembangan motorik pada usia tertentu menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus ketrampilan ketrampilan motorik, anak anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll. Pertumbuhan dan perkembangan fisik terbentuk sejak periode prenatal atau dalam kandungan. Perkembangan fisik manusia meliputi berbagai aspek yang dipengaruhi sistem dan fungsi organ tubuh. Sistem syaraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi. Sistem tulang dan otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik. Sistem hormonal atau endokrin, yang menyebabkan munculnya polapola tingkah laku, emosi dan kepribadian,.

Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ dan fungsi system susunan saraf pusat atau otak. Sistem susunan saraf pusat yang sangat berperanan dalam kemampuan motorik dan mengkoordinasi setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan sistem saraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi Keterampilan atau gerakan kasar seperti berjalan, berlari, mmelompat, naik turun tangga. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menangkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan Perkembangan motorik berbeda dari setiap individu, ada orang yang perkembangan motoriknya sangat baik, seperti para atlit yang mempunyai kemapuan lebih dalam berolahraga, tetapi juga terdapat pelukis yang dapat memainkan kuas diatas kanvas karena kemampuan motorik halusnya yang demikian baik. Jensi kelamin juga pun memiliki pengaruh dalam hal ini, anak perempuan pada usia sekolah mempunyai kelenturan fisiknya sekitar 5 %- 10 % lebih baik dari pada anak laki-laki, tapi kemampuan fisik atletis seperti lari, melompat dan melempar lebih tinggi pada anak laku-laki dari pada perempuan. Sistematika motorik anak adalah dijelaskan Dynamic System Theory yang mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya. Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu,

mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak faktor, yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika system syarafnya sudah matang, proposi kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya. Kemampuan motorik anak berkaitan erat dengan self-image anak atau rasa percaya diri. Anak yang memiliki kemampuan motorik yang lebih baik di bidang olah raga akan menyebabkan dia dihargai teman-temannya. Peranan kemampuan motorik pada anak juga berpengaruh terhadap dorongan anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan komputer, bermain bola bola atau memainkan alat elektorik atau mainan lainnya.. Dengan kemampuan motorik baik, anak lebih dapat beradaptasi dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Kemampuan beradaptasi tersebut adalah anak dapat lebih dapat berteman dengan sesame saat melakukan aktifitas dengan minat yang sama dengan bermain bola atau menggambar. Sehingga dengan perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau menjadi anak yang terpinggirkan. HUBUNGAN ANTARA KETERLAMBATAN BICARA, FUNGSI MOTOR DAN GANGGUAN ORAL MOTOR Terdapat beberapa penelitian mengkaitkan antara masalah motorik anak dengan DSLDs (Developmental speech and language disorders) terutama pada fungsi motorik halus. Penelitian tersebut memperlihatkan secara signifikan anak-anak dengan DSLDs memiliki ketrampilan motorik lebih

lambat dibanding anak-anak umumnya terutama koordinasi matatangan(antara lain pegboard, threading beads, fastening buttons, and tapping). Sebagai catatan problem-problem motorik ini tidak dibatasi pada fungsi-fungsi motorik yang dipaksakan. Untuk ketrampilan motorik kasar dapat diamati ketrampilan melangkah, berlari, menaiki tangga, berdiri dengan 1 kaki, melompat dengan 1 kaki, berjalan jinjit, berjalan dengan tumit, dan ketrampilan-ketrampilan yang meliputi pengontrolan obyek atau aktivitas lokomotor pada anak dengan masalah bahasa yang relative buruk dibandingkan anak lain pada umumnya. Disamping itu, keseimbangan pada 1 kaki ternyata menjadi 1 ukuran yang paling membedakan antara anak-anak dengan kelemahan spesifik bahasa dibanding anak-anak umumnya. Sebaliknya, hasil dari penelitian sebelumnya menemukan tidak ada perbedaan antara anak-anak dengan kelemahan spesifik bahasa dengan anak-anak umumnya dalam mempertahankan lamanya keseimbangan. Penelitian sebelumnya menghubungkan antara kemampuan oral motor dan bicara, terlihat gerakan sederhana yang menyerupai gerakan makan(Moore & Ruark, 1996), atau gerakan oral cepat dan berulang(Dworkin & Culatta, 1985), Kedua penelitian ini tidak memperlihatkan hubungan gangguan dan perkembangan bahasa. Peneliti lain menyatakan bahwa makin sulit gerakan oral, makin berhubungan dengan kemampuan bicara, mungkin karena hal tersebut menyerupai suatu percakapan. Dari hasil ini, terlihat bahwa anakanak yang gerakan oral motornya buruk sebelum usia dua tahun, juga memiliki kemampuan bahasa yang buruk. Anak-anak yang kemampuan oral motornya baik bagaimanapun akan mampu menggunakan bahasa pada spektrumnya. Hal ini menyiratkan bahwa kemampuan oral motor diperlukan dan prasyarat untuk kemampuan berbicara yang baik. Pengalaman klinis yang menghubungkan antara kontrol motorik dan bahasa Pada pemeriksaan hubungan antara perkembangan kontrol motorik dan bahasa dan gangguannya, terdapat perbedaan antara besarnya jumlah yang diketahui tentang motor kontrol anggota tubuh dan sedikit yang diketahui tentang motor kontrol oral. Sebagai contoh, telah lama diketahui bahwa fase

pertama dari perkembangan bahasa terjadi sejajar dengan fase pertam perkembangan gestural, dan anak-anak yang fase gesturalnya lebih awal dari rata-rata biasanya juga mengucapkan kata-kata pertamanya lebih awal dari rata-rata(Bates et al., 1979). Data terakhir memperlihatkan bahwa anak-anak yang terlambat memulai baik komunikasi gestural dan percakapan bahasa secara spontan, lebih mungkin untuk mengalami keterlambatan daripada anak-anak yang memulai komunikasi gestural pada umur yang sesuai tetapi juga mengalami keterlambatan bicara (Thal et al., 1997). Ada juga suatu hubungan yang kuat antara kesulitan kontrol motorik anggota tubuh dan kelemahan bahasa(Hill, 2001), yang mana terlihat genetik ikut berperan (Bishop, 2002). Ketidakseimbangan dalam penelitian ini masih ada, meskipun kenyataannya mayoritas pengguna bahasa yang bicara. Sekarang terjadi perubahan dalam perkembangan ketrampilan motorik oral. Sebagian besar penelitian focus pada masalah motorik anak dengan DSLDs terutama pada fungsi motorik halus. Penelitian ini memperlihatkan secara signifikan anak-anak dengan DSLDs memiliki motorik lebih lambat disbanding anak-anak umumnya terutama koordinasi mata-tangan(antara lain pegboard, threading beads, fastening buttons, and tapping). Sebagai catatan problemproblem motorik ini tidak dibatasi pada fungsi-fungsi motorik yang dipaksakan. Untuk kemampuan motorik kasar dapat diamati kemampuan melangkah, berlari, menaiki tangga, berdiri dengan 1 kaki, melompat dengan 1 kaki, berjalan jinjit, berjalan dengan tumit, dan kemampuan-kemampuan yang meliputi pengontrolan obyek atau aktivitas lokomotor pada anak dengan masalah bahasa yang relatif buruk dibanding anak lain pada umumnya. Disamping itu, keseimbangan pada 1 kaki ternyata menjadi 1 ukuran yang paling membedakan antara anak-anak dengan kelemahan spesifik bahasa dibanding anak-anak umumnya. Sebaliknya, hasil dari penelitian sebelumnya menemukan tidak ada perbedaan antara anak-anak dengan kelemahan spesifik bahasa dengan anak-anak umumnya dalam mempertahankan lamanya keseimbangan.

Sangat jelas fakta-fakta, secara klinis bermakna antara DSLDs dan masalahmasalah motorik; bagaimanapun kedua hal itu merupakan suatu catatan. Pertama, hampir tidak ada perhatian untuk mengembalikan ketrampilan bola pada anak-anak dengan DSLDs, meskipun dalam melakukan ketrampilan ini secara jelas terdapat koordinasi mata-tangan, tergantung pada control keseimbangan, dan pentingnya kontribusi untuk interaksi sosial anak-anak tersebut dengan grup bermainnya. Anak-anak dengan DSLDs mempunyai masalah-masalah sosial, karena mereka kesulitan komunikasi, ketrampilan bola yang tidak cukup, lebih jauh keterbatasan kemampuan anak-anak untuk berinteraksi sosial dan fisik dengan kelompok bermainnya. Dalam lingkup ini, hal tersebut sangat penting bagi studi epidemiologi menekankan nilai sosial dan gaya hidup aktif fisik, terutama saat memulai awal kehidupan. Satu dampak besar seperti gaya hidup yang menurun berdampak pada kelemahan kognitif nantinya. Kedua penelitian pemeriksaan motorik pada subgroup anakanak dengan DSLDs terbatas. Hill menyatakan bahwa subgroup anak-anak dengan DSLDs memiliki kemampuan berbeda dalam fungsi motorik halus. Bishop tertuju pada spesifik-subtipe perbedaan hubungan motorik dan menemukan hasil yang menarik. Penelitian pada anak kembar dimana 1 atau kedua kembar mempunyai kelemahan bicara/bahasa dibandingkan kelompok kontrol anak normal, dia menemukan bahwa anak-anak dengan kombinasi kelemahan bicara dan bahasa memperoleh total nilai yang lebih buruk pada pegboard dan tapping daripada kelompok kontrol. Lebih jauh dia menyimpulkan bahwa hubungan antara kelemahan bicara/bahasa dan masalah motorik adalah lebih kuat untuk kelemahan bicara daripada kelemahan bahasa. Hal ini penting untuk menambah pemahaman profil kemampuan subgroup anak dengan DSLDs, karena informasi ini bisa digunakan untuk memberikan cara-cara yang efektif untuk intervensi.

BERBAGAI GANGGUAN MOTORIK. VESTIBULARIS DAN SENSORIS YANG SERING MENYERTAI ANAK DENGAN KETERLAMBATAN BICARA 1. GANGGUAN KESEIMBANGAN KOORDINASI DAN MOTORIK : Terlambat bolak-balik, duduk, merangkak dan berjalan. Jalan terburu-buru, mudah terjatuh/ menabrak, duduk leter W. Terlambat melompat dan terlambat mengayuh sepeda. 2. GANGGUAN SENSORIS : sensitif terhadap suara (frekuensi tinggi) , cahaya (silau), raba (jalan jinjit, flat foot, mudah geli, mudah jijik) 3. GANGGUAN ORAL MOTOR : TERLAMBAT BICARA, bicara terburuburu, cadel, gagap. GANGGUAN MENELAN DAN MENGUNYAH, tidak bisa makan makanan berserat (daging sapi, sayur, nasi) Disertai keterlambatan pertumbuhan gigi. 4. GERAKAN MOTORIK BERLEBIHAN Mata bayi sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak terus tidak bisa dibedong/diselimuti. Senang posisi berdiri bila digendong, sering minta turun atau sering menggerakkan kepala ke belakang, membentur benturkan kepala. MUDAH JATUH DARI TEMPAT TIDUR. Sering bergulung-gulung di kasur, menjatuhkan badan di kasur (smackdown}. Tomboy pada anak perempuan : main bola, memanjat dll.

BAB I PENDAHULUAN Kemampuan berbahasa membedakan manusia dengan binatang. Orangtua dengan antusias menunggu awal perkembangan bicara anak mereka. Bila anak tidak dapat bicara normal, maka mereka mengira bahwa anak mereka bodoh atau retardasi. Sering orangtua memperkirakan bahwa perkembangan bicara anak diluar normal merupakan suatu hal yang memperkirakan bahwa perkembangan bicara anak diluar normal merupakan suatu hal yang mengkhawatirkan, sehingga membawanya kedokter. Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor, psikologis, emosi dan lingkungan disekitar anak. Seorang anak tidak akan mampu berbicara tanpa dukungan dari lingkungannya. Mereka harus mendengar pembicaraan yang berkaitan dengan kehidupannya sehari-hari maupun pengetahuan tentang dunia. Mereka harus belajar mengekspresikan dirinya, membagi pengalamannya dengan oranglain dan mengemukakan keinginannya. Gangguan bicara merupakan salah satu masalah yang sering terdapat pada anak-anak. Menurut NCHS, berdasarkan atas laporan orangtua (diluar gangguan pendengaran serta celah pada palatum), maka angka kejadiannya adalah 0,9% pada anak dibawah umur 5 tahun dan 1,94% pada anak yang berumur 5-14 tahun. Dari hasil evaluasi langsung terhadap anak usia sekolah, angka kejadiannya 3,8 kali lebih tinggi dari yang berdasarkan hasil wawancara. Berdasarkan hal ini, diperkirakan gangguan bicara dan bahasa pada anak adalah sekitar 4-5%. Deteksi dini perlu ditegakkan, agar penyebabnya dapat segera

dicari, sehingga pengobatan serta pemulihannya dapat dilakukan seawal mungkin. Contohnya, pada seorang anak yang tuli konduksi tetapi cerdas yang terlambat mendapat alat bantu dengar dan terapi wicara, serta tidak diberi kesempatan mengembangkan sistem komunikasi non verbal oleh dirinya sendiri sebelum usia 3 tahun, maka kesempatan untuk mengajarinya agar mampu berbicara yang dapat dimengerti, jelas dan terang telah hilang. BAB II KONSEP DASAR GANGGUAN BICARA DAN BAHASA PADA ANAK 1. PERKEMBANGAN BAHASA NORMAL Hemisfer kiri merupakan pusat kemampuan berbahasa pada 94% orang dewasa dan lebih dari 75% pada orang dewasa kidal. Pengkhususan hemisfer untuk fungsi bahasa sudah dimulai sejak didalam kandungan, tetapi berfungsi secara sempurna setelah beberapa tahun kemudian. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak dengan kerusakan otak unilateral sebelum maupun sesudah lahir, diperkirakan fungsi berbahasa dapat diprogram oleh hemisfer lainnya, walaupun kelainan yang khusus masih dapat diketemukan dengan tes yang teliti. Kelenturan perkembangan otak seperti ini menyebabkan macam perkembangan bahasa pada anak sukar ditentukan. Seperti pada orang dewasa terdapat 3 area utama pada hemisfer kiri anak khusus untuk berbahasa, yaitu dibagian anterior (area Broca dan Korteks motorik) dan dibagian posterior (Area Wernicke). Informasi yang berasal dari korteks pendengaran primer dan sekunder diteruskan kebagian korteks temporoparietal posterior (area wernicke), yang dibandingkan dengan ingatan yang sudah disimpan. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan oleh

fasciculus arcuata kebagian anterior otak dimana jawaban motorik dikoordinasi. Apabila terjadi kelainan pada salah satu dari jalannya impuls ini, maka akan terjadi kelainan bicara. Kerusakan pada bagian posterior akan mengakibatkan kelainan bahasa reseptif, sedangkan kerusakan dibagian anterior akan menyebabkan kelainan bahasa ekspresif. Perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa pada anak normal (Towne, 1983) Umur (Bulan) Bahasa reseptif (Bahasa pasif) Bahasa ekspresif (Bahasa aktif) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 15 18 21 24 Kegiatan anak terhenti akibat suara Tampak mendengarkan ucapan pembicara, dapat tersenyum pada pembicaraan Melihat kearah pembicara Memberi tanggapan berbeda terhadap suara bernada marah/ senang Bereaksi terhadap panggilan namanya Mulai mengenal kata-kata da da, papa, mama Mulai mengenal kata-kata naik, kemari, dada Menghentikan aktivitas bila namanya dipanggil Menghentikan kegiatan bila dilarang

Secara tepat menirukan variasi suara tinggi Reaksi atas pertanyaan sederhana dengan melihat atau menoleh Reaksi dengan melakukan gerakan terhadap berbagai pertanyaan verbal Mengetahui dan mengenali nama-nama bagian tubuh Dapat mengetahui dan mengenali gambar-gambar obyek yang sudah akrab dengannya, jika obyek tersebut disebut namanya Akan mnegikuti petunjuk yang berurutan (ambil topimu dan letakkan di atas meja) Mengetahui lebih banyak kalimat yang lebih rumit Vokalisasi yang masih sembarang, terutama huruf hidup. Tanda-tanda vokal yang menunjukkan perasaan senang, senyum sosial. Tersenyum sebagai jawaban terhadap pembicara Jawaban vokal terhadap rangsang sosial Mulai meniru suara Protes vokal, berteriak karena kegirangan Mulai menggunakan suara mirip kata-kata kacau

Menirukan rangkaian suara Menirukan rangkaian suara Kata-kata pertama mulai muncul Kata-kata kacau mulai dapat dimengerti dengan baik Mengungkapkan kesadaran tentang obyek yang telah akrab dan menyebut namanya Kata-kata yang benar terdengar diantara kata-kata yang kacau, sering dengan disertai gerakan tubuhnya Lebih banyak menggunakan kata-kata daripada gerakan, untuk mengungkapkan keinginannya Mulai mengkombinasikan kata-kata (mobil papa, mama berdiri) Menyebut nama sendiri 2. ETIOLOGI Penyebab kelainan berbahasa bermacam-macam yang melibatkan berbagai faktor yang dapat saling mempengaruhi, antara lain kemampuan lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi psikologis dan lain sebagainya. Seorang anak mungkin kehilangan pendengaran sensoneural dari sedang sampai berat. Sedangkan yang lain mungkin kehilangan pendengaran konduksi berulang, sehingga kemampuan bicara keseluruhannya menurun. Demikian pula suatu gangguan bicara (disfasia) dapat terjadi tanpa adanya cedera otak atau keadaan lainnya. Blager BF (1981) membagi penyebab gangguan bicara dan bahasa adalah sebagai berikut:

Penyebab gangguan bicara dan bahasa pada anak Penyebab Efek pada perkembangan bicara 1. Lingkungan : a. sosial ekonomi kurang b. Tekanan keluarga c. Keluarga bisu d. Dirumah menggunakan bahasa bilingual a. Terlambat b. Gagap c. Terlambat pemerolehan bahasa d. Terlambat pemerolehan struktur bahasa 2.Emosi a. Ibu yang tertekan b. Gangguan serius pada orang tua c. Gangguan serius pada anak a. Terlambat pemerolehan bahasa b. Terlambat atau gangguan perkembangan bahasa c. Terlambat atau gangguan perkembangan bahasa 3.Masalah pendengaran a. Kongenital b. Didapat a. Terlambat/gangguan bicara yang permanen b. Terlambat/gangguan bicara yang permanen 4.Perkembangan terlambat a. Perkembangan terlambat b. Perkembangan lambat, tetapi masih dalam batas rata-rata c. Retardasi mental a. Terlambat bicara b. Terlambat bicara c. Pasti terlambat bicara

5.Cacat bawaan a. Palatoschizis b. Sindrom down a. Terlambat dan terganggu kemampuan bicaranya b. Kemampuan bicaranya lebih rendah 6.Kerusakan otak a. Kelainan neuromuskular b. Kelainan sesorimotor c. Palsi serebral d. Kelainan presepsi a. Mempengaruhi kemampuan menghisap, menelan, mengunyah, dan akhirnya timbul gangguan bicara dan artikulasi seperti disartria b. Mempengaruhi kemampuan menghisap dan menelan, akhirnya menimbulkan gangguan artikulasi, seperti dispraksia c. Berpengaruh pada pernafasan, makan dan timbul juga masalah artikulasi yang dapat mengakibatkan disartria dan dispraksia d. Kesulitan membedakan suara, mengerti bahasa, simbolisasi, mengenal konsep, akhirnya menimbulkan kesulitan belajar di sekolah Perkembangan bahasa yang lambat dapat bersifat familial. Oleh karena itu harus dicari dalam keluarganya apakah ada yang mengalami keterlambatan bicara juga. Disamping itu kelainan bicara juga lebih banyak anak laki-laki daripada perempuan. Hal ini karena pada perempuan, maturasi dan perkembangan fungsi verbal hemisfer kiri lebih baik. Sedangkan pada laki-laki perkembangan hemisfer kanan lebih baik, yaitu untuk tugas yang abstrak dan memerlukan keterampilan. Sedangkan Aram DM {1987), mengatakan gangguan bahwa ganguan bicara pada anak dapat disebabkan oleh kelainan dibawah

ini: 1. Lingkungan sosial anak Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan perkembangan bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak. 2. Sistem masukan/input. Adalah sistem pendengaran, penglihatan dan integritas taktilkinestetik dari anak. Pendengaran merupakan alat yang penting dalam perkembangan bicara. Anak dengan otitis mmedia kronis dengan penurunan daya pendengaran akan mengalami keterlambatan kemampuan menerima ataupun mengungkapkan bahasa. Gangguan bicara juga terdapat pada tuli oleh karena kelainan genetik dan metabolik (tuli primer), tuli neurosensorial (infeksi intra uterin: sifilis, rubella, toksoplasmosis, sitomegalovirus), tuli konduksi seperti akibat malformasi telinga luar, tuli sentral (sama sekali tidak dapat mendengar), tuli persepsi/afasia sensorik (Terjadi kegagalan integrasi arti bicara yang didengar menjadi suatu pengertian yang menyeluruh), dan tuli psikis seperti pada skizofrenia, autisme infantil, keadaan cemas dan reaksi psikologis lainnya. Pola bahasa juga akan terpengaruh pada anak dengan gangguan penglliahtan yang berat, demikian pula dengan anak dengan defisit taktil-kinestetik akan terjadi gangguan artikulasi. 3. Sistem pusat bicara dan bahasa Kelainan susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman, interprestasi, formulasi dan perencanaan bahasa, juga pada aktivitas dan kemampuan intelektual dari anak. Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari retardasi mental, misalnya pada sindrom down. 4. Sistem produksi. Sistem produksi suara seperti laring, faring, hidung, struktur mulut,

dan mekanisme neuromuskular yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas untuk bicara, bunyi laring, pembentukan bunyi untuk artikulasibicara melalui aliran udara lewat laring, faring, dan rongga mulut. 3. KLAFIKASI DAN GEJALA Terdapat bermacam-macam klafikasi disfasia, tergantung dari cara mereka memandang. Kebanyakan sistem klafikasi berdasarkan atas model input-ouput. Beberapa telah didefinisikan dengan menggunakan tes yang telah distandarisasi. Ada yang menggunakan model yang didasari pendengaran ada pula yang berdasarkan patofisiologi terjadinya disfasia. Klafikasi kelainan bahasa pada anak menurut Rutter (dikutip dari toback C), berdasarkan atas berat ringannya kelainan bahasa sebagai berikut: Ringan Keterlambatan akuisisi dari bunyi kata-kata, bahasa normal Disfasia Sedang Keterlambatan lebih berat dari akuisisi bunyi kata-kata dan perkembangan bahasa terlambat Disfasia ekspresif Berat Keterlambatan lebih berat dari akuisisi dan bahasa, gangguan pemahaman bahasa Disfasia resptif dan tuli persepsi Sangat berat Gangguan pada seluruh kemampuan bahasa Tuli persepsi dan tuli sentral Sedangkan Rappin dan Allen (dikutif dari klein,1991) berdasar patofisiologi, membagi kelainan bahasa pada anank menjadi 6 subtipe,yaitu: 1. 2 primer ekspresif: Disfraksia verbal Ganguan definisit produksi fonologi 2. 2 definisit refresif dan ekspresif:

Ganguan campuran ekspresif-refresif Disfasia verbal auditori agnosia 3. 2 definisit bahasa yang lebih berat: Gangguan leksikal-sintaksis Ganguan sematik-pragmatik Anak dengan Disfraksi Verbal (afraksia verbal atau gangguan perkembangan bicara ekspresif) mengerti segala sesuatu yang dikataka padanya, mereka lebih sering menunjuk daripada bicara. Banyak yang mempunyai riwayat prematur, beberapa menderita disfraksia oromotor(anak ini mengeluarkan air liur dan mempunyai kesulitan mengikuti gerakan mulut).jika mereka bicara, lebih banyak menggunakan suara vokal dengan gangguan pengucapan konsonan. Anak anak ini setelah dewasa menjadi afemia. Anak dengan disfraksia verbal kadang kadang disertai gangguan tingkah laku (autisme). Rehabilitasi pada anak ini lebih memerlukan terapi wicara yang intensif. Beberapa anak berbicara dengan kata-kata dan frase yang sulit dimengerti, bahkan pada orang-orang yang selalu kontak dengannya. Sehingga mereka sering marah dan frustasi karena merasa bahwa kata-katanya sulit dimengerti oleh orang disekitarnya. Mereka ini tidak ada gangguan dalam pengertian, tetapi terdapat Gangguan Defisit Produksi Fonologi. Anak yang bicaranya sulit dipahami yang juga menunjukan adanya gangguan pemahaman terhadap apa yang dikatakan padanya, menunjukkan Gangguan Campuran Ekspresif-Reseptif. Mereka bicara dalam kalimat yang pendek dan banyak dari mereka yang austik. Setelah dewasa mereka menjadi afasia (afasia Brocca), hanya sedikit yang diketahui bagaimana hal ini bisa terjadi. Beberapa anak mengerti sedikit pada apa yang dikatakan kepadanya, walaupun kadang-kadang mereka mengikuti suatu

pembicaraan dengan cara lain, misalnya dengan memperhatikan apa yang dilihatnya. Mereka sangat miskin dalam artikulasi katakata. Mereka ini dinamakan Disfasia Verbal Auditori Agnosia. Mereka ini termasuk afasia yang didapat, dimana mereka sebelumnya sering kejang dan kehilangan kemampuan berbicara setelah periode perkembangan bahasa yang normal (sindrom landau kleffner). Pada EEG anak dengan sindrom ini, akan tampak bitemporal spike. Anak dengan disfasia jenis ini, memproses suara yang didengarkan di pusat dengar berbeda dengan anak normal. Stimulasi bahasa akan memperbaiki keadaan, walaupun hasil akhirnya masih belum pasti. Anak dengan Gangguan Leksikal-Sintaksis mempunyai kesulitan dalam menemukan kata-kata yang tepat khususnya saat bercakapcakap. Mereka tidak gagap dan menghindar untuk berbicara. Gejalanya seperti orang dewasa dengan afasia konduksi, dimana mereka akan berhenti bicara sebentar untuk menemukan kata-kata yang tepat. Anak ini biasanya orang tuanya akan membantu untuk menemukan kata-kata yang tepat. Anak ini biasanya bicara dengan menggunakan kalimat-kalimat yang pendek untuk umurnya. Terapi bicara akan membantu melatih anak mencari kata-kata yang tepat pada saat bicara, tetapi prognosis selanjutnya masih belum banyak diketahui. Beberapa anak ada yang bicara lancar dan dapat menggunakan kata-kata yang tepat, tetapi mereka bicara tanpa henti mengenai satu topik. Mereka tidak mengerti tata bahasa. Gejalanya mirip gangguan bicara pada anak dengan hidrosefalus dan oleh Rapin dan Allen disebut Gangguan Sematik Pragmatik. Anak ini pada umumnya menderita gangguan hubungan sosial dan didiagnosis sebagai gangguan perkembangan perfasif. Mereka punya sedikit teman sebaya dan tidak pernah mau belajar aturan permainan dan bicara dari teman sebayanya. Ada baiknya anak ini diajarkan

keterampilan berbicara, bahkan diperlukan psikolog dan ahli terapi tingkah laku. Aram DM (1987) dan Towne (1983), mengatakan bahwa dicurigai adanya gangguan perkembangan kemampuan bahasa pada anak, kalau diketemukan gejala-gejala sebagai berikut: 1. Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta kepalanya suara yang datang dari belakang atau samping. 2. Pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya sendiri. 3. Pada usia 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap kata-kata jangan, da-da, dan sebagainya. 4. Pada usia 18 bulan tidak dapat menyebut 10 kata tunggal. 5. Pada usia 21 bulan tidak memberi realsi terhadap perintah (misalnya duduk, kemari, berdiri). 6. Pada usia 24 bulan tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh. 7. Pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapan yang terdiri dari 2 buah kata. 8. Setelah usia 24 bulan hanya mempunyai perbendaharaan kata yang sangat sedikit/tidak mempunyai kata-kata huruf z pada frase. 9. Pada usia 30 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh anggota keluarga. 10. Pada usia 36 bulan belum dapat mempergunakan kalimatkalimat sederhana. 11. Pada usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan menggunakan kalimat tanya yang sederhana. 12. Pada usia 36 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh orang diluar keluarganya. 13. Pada usia 3,5 tahun selalu gagal untuk menyebutkan kata akhir (ca untuk cat, ba untuk ban, dan lain-lainnya). 14. Setelah usia 4 tahun tidak bisa bicara/gagap. 15. Setelah usia 7 tahun masih ada kesalahan ucapan.

16. Pada usia berapa saja terdapat hipernasalitas atau hiponasalitas yang nyata atau mempunyai suara yang monoton tanpa henti, sangat keras dan tidak dapat didengar.serta terus menerus memperdangarkan suara yang serak. 4. DIAGNOSIS 1. Anamnesis Pengambilan anmnesis harus mencakup uraian mengenai perkembangan bahasa anak. Autisme setelah berumur 18 bulan dan bicara yang sulit dimengerti setelah berumur 3 tahun, paling sering ditemukan. Dokter anak harus curiga bila orang tua melaporkan bahwa anaknya tidak dapat menggunakan kata-kata yang berarti pada umur 18 bulan atau belum mengucapkan prase pada umur 2 tahun. Atau anak memakai bahasa yang singkat untuk menyampaikan maksudnya. Kecurigaan adanya gangguan tingkah laku perlu dipertimbangkan kalau dijumpai gangguan bicara dan tingkah laku yang bersamaan. Kesulitan tidur dan makan sering dieluhkan orangtua pada awal gangguan autisme. Pertanyaan bagaimana anak bermain dengan temannya dapat membantu mengungkap tabir tingkah laku. Anak dengan autisme lebih senang bermain dengan huruf balok atau megnetik dalam waktu yang lama. Mereka dapat saja bermain dengan anak sebaya, tetapi dalam waktu singkat menarik diri. 2. Instrumen Penyaring Selain anamnesis yang teliti, disarankan digunakan insrumen penyaring untuk menilai gangguan perkembangan bahasa. Misalnya Early Language Milestone Scale (Coplan dan Gleason), atau DDST (pada Denver II penilaian pada sektor bahasa lebih banyak daripada DDST yang lama) atau Resptive- Expresive Emergent Language Scale. Early Language Milestone Scale cukup

sensitif dan sfesifik untuk mengidentifikasikan gangguan bicara pada anak kurang dari 3 tahun. 3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dapat digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan bahasa. Apakah ada mikrosefali, anomali telinga luar, otitis media yang berulang, sindrom William (fasien Elvin, perawakan pendek, kelainan jantung, langkah yang tidak mantap), celah palatum, dan lain-lain. Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah dan menggulung suku kata PA, TA, PA-TA, PA-TA-KA. Gangguan oromotor terdapat pada verbal apraksia. 4. Pengamatan Saat Bermain Mengamati saat anak bermain dengan alat permainan yang sesuai dengan umurnya, sangat membantu dalam mengidentifikasi gangguan tingkah laku. Idealnya pemeriksa juga bermain dengan anak tersebut dan kemudian mengamati orang tuanya saat bermain dengan anaknya. Tetapi ini tidak praktis dilakukan pada ruangan ruangan yang ramai. Pengamatan anak saat bermain sendiri, selama pengambilan anamnesia dengan orang tuanya, lebih muda pemeriksaan. Anak yang memperlakukan mainannya sebagai objek saja atau hanya sebagai satu titik pusat perhatian saja, dapat merupakan petunjuk adanya kelainan tingkah laku. 5. Pemeriksaan Laboratorium Semua anak dengan gangguan bahasa harus dilakukan tes pendengaran. Jika anak tidak kooperatif terhadap audiogram atau hasilnya mencurigakan maka perlu dilakukan pemeriksaan auditory brainstem response.

Pemeriksaan laboratorim lainnya dimaksudkan untuk membuat diagnosis banding. Bila terdapat gangguan pertumbuhan, mikrosefali, terdapat gejala-gejala dari suatu sindrom perlu dilakukan CT-scan atau MRI, untuk mengetahui adanya malformasi. Pada anak laki-laki dengan autismedan perkembangan yang sangat lambat, skrining kromosom untuk fragil-X mungkin diperlukan. Skrining terhadap penyakit-penyakit metabolik baru dilakukan kalau terdapat kecurigaan ke arah itu, karena pemeriksaan ini sangat mahal. 6. Konsultasi Pemeriksaan dari psikologi/neuropisikiater anak diperlukan jika ada gangguan bahasa dan tingkah laku. Pemeriksaan ini meliputi riwayat dan tes bahasa, kemampuan kognitif dan tingkah laku. Tes intelegesia dapat dipakai sebagai perbandingan fungsi kognitif anak tersebut. Masalah tingkah laku dapat diperiksa lebih lanjut dengan menggunakan instrumen seperti Vineland Social daptive Scale Revised, Child Behavior Checklist, atau Chilhood Autism Rating Scale. Konsultasi ke psikiater anak dilakukan bila ada gangguan tingkah laku yang berat. Ahli patologi wicara akan mengevaluasi cara pengobatan anak dengan gangguan tinkah bicara. Anak akan diperiksa apakah ada masalah anatomi yang mempengaruhi produksi suara. PENATALAKSANAAN Deteksi dan penanganan dini pada problem bicara dan bahasa pada anak, akan membantu anak dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil kelainan pada masa sekolah (lihat tabel 18.4). PROGNOSIS

Prognosis gangguan bicara pada anak tergantung pada penyebabnya. Dengan perbaikan masalah medis seprti tuli konduksi dapat menghasilkan perkembangan bahasa yang normal pada anak yang tidak retardasi mental. Sedangkan perkembangan bahasa dan kognitif pada anak dengan gangguan pendengaran sensoris bervariasi. Dikataka anak dengan gangguan fonologi biasanya frognosisnya lebih baik. Sedangkan gangguan bicara pada anak yang intelegesinya normal perkembangannya bahasanya lebih baik daripada anak yang retardasi mental. Tetapi pada anak dengan gangguan yang multipe, terutama dengan ganggua pemahaman, gangguan bicara ekspresif, atau kemampuan naratif yang tidak berkembang pada usia 4 tahun, mempunyai gangguan bahasa yang menetap pada umur 5,5 tahun. Tabel 18.4: Penatalaksanaan kelainan bicara dan bahasa (Blager BF, 1981) Masalah Penatalaksanaan Rujukan 1. Lingkungan a. Sos.eko rendah b. Tekanan keluarga c. Keluarga bisu d. Bahasa bilingual a. Meningkatkan stimulasi b. Mengurangi tekanan c. Meningkatkan stimulasi d. Menyederhanakan masukan bahasa a. Kelompok BKB (bina keluarga dan balita) atau kelompok bermain b. Konseling keluarga c. Kelompok BKB/bermain d. Ahli terapi wicara 2. Emosi

a. Ibu yang tertekan b. Gangguan serius pada keluarga c. Gangguan serius a. Meningkatkan stimulasi b. Mengstabilkan lingkunga emosi c. Meningkatkan status emosi anak a. Konseling, kelompok BKB/bermain b. Psikoterapi c. Psikoterapi 3. Masalah pendengaran a. Kongenital b. Didapat a. Monitor dan obati kalau memungkinkan b. Monitor dan obati kalau mungkin a. Audiologist/Ahli THT b. Audiologist/Ahli THT 4. Perkembangan lambat a. Dibawah rata-rata b. Perkembangan terlambat c. Retardasi mental a. Tingkat stimulasi b. Tingkat stimulasi c. Maksimalkan potensi a. Ahli terapi wicara b. Ahli terapi wicara

c. Program khusus 5. Cacat bawaan a. Palatum Sumbing b. Sindrom Down a. Monitor dan dioperasi b. Monitor dan stimulasi a. Ahli terapi setelah operasi b. Rujuk ke ahli terapi wicara, SLB-C, monitor pendengarannya 6. Kerusakan otak a. Kerusakan neuromuskular b. Sensorimotor c. Palsi serebralis d. Masalah persepsi a. Mengatasi masalah makan dan meningkatkan kemampuan bicara anak b. Mengatasi masalah makan dan meningkatkan kemampuan bicara anak c. Mengoptimalkan kemampuan fisik kognitif dan bicara anak d. Mengatasi masalah keterlambatan bicara a. Rujuk ke ahli terapi kerja, ahli gizi, ahli patologi wicara b. Rujuk ke ahli terapi kerja, ahli gizi, ahli terapi wicara c. Rujuk ke ahli rehabilitasi, ahli terapi wicara d. Rujuk ke ahli patologi wicara, kelompok BKB

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN BICARA DAN BAHASA Pengkajian Karakteristik perkembangan utama bahasa dan bicara Usia ( Tahun ) Perkembangan bahasa normal Perkembangan bicara normal Kejelasan 1 2 3 45 56 Mengatakan dua sampai tiga kata-kata dengan arti, Meniru bunyi-bunyi binatang. Menggunakan frase dua atau tiga kata Mempunyai perbendaharaan kata kira-kira 300 kata Menggunakan saya, aku,kamu Mengatakan empat sampai kalimat lima kata Mempunyai perbendaharaan kata kira-kira 900 kata Menggunakan siapa, apa, dan dimana dalam mengajukan pertanyaan Menggunakan kata majemuk, kata ganti, dan preposisi Mempunyai perbendaharaan kata 1500 sampai 2100 kata

Mampu menggunakan bentuk gramatik dengan benar seperti kalimat masa lampau dari kata kerja kemarin Menggunakan kalimat lengkap dengan kata benda, kata kerja, preposisi, kata sifat,kata keterangan dan penghubung Mempunyai perbendaharaan kata 3000 kata, memahami jika,karena dan mengapa Mengabaikan hampir semua konsonan akhir dan beberapa konsonan awal Mengganti konsonan m,w,p,b,k,g, n,t,ddan h dengan bunyi-bunyi yang lebih sulit. Menggunakan konsonan diatas dengan huruf hidup, tetapi secara tidak konsisten dan dengan banyak penggantian Pengabaian konsonan akhir Keterlambatan artikulasi dibelakang pbendaharaan kata Menguasai b,t,d,k dan g; bunyi r dan L mungkin masih tidak jelas, mengabaikan atau menambahkan w Pengulangan dan keragu-raguan umum terjadi. Menguasai f dan v; mungkin masih tidak jelas r, l; s, z, ch,y dan th Sedikit atau tidak ada pengabaian dari konsonan awal atau akhir Menguasai r, l dan th; pada s, z, sh, dan j (biasanya dikuasai pd usia 7 tahun sampai 8 tahun) Biasanya tidak lebih dari 25% kejelasan untuk pendengar yang tidak dikenal Ketinggian bahasa tertentu yang tidak jelas pada usia 18 bulan Pada usia 2 tahun, kejelasan 50% dalam konteks Pada usia 3 tahun, kejelasan 75%

Bicara jelas 100%, meskipun beberapa bunyi masih tidak sempurna Pengkajian kerusakan komunikasi Pertanyaan kunci untuk gangguan bahasa 1. Berapa usia anak anda saat mulai mengucapkan kata-kata pertamanya? 2. Berapa usia anak anda saat mulai menempatkan kata-kata didalam kalimat? 3. Apakah anak anda mengalami kesulitan dalam mempelajari kata baru? 4. Apakah anak anda mengabaikan kata-kata dari kalimat (mis; apakah kalimat tersebut berbunyi seperti telegrafik?) atau menggunakan kalimat singkat atau tidak lengkap? 5. Apakah anak anda mempunyai masalah dengan tata bahasa seperti tata kerja? 6. Dapatkah anak anda mengikuti dua sampai tiga petunjuk yang diberikan sekaligus? 7. Apakah anda harus mengulang petunjuk atau pertanyaan? 8. Apakah anak anda berespons dengan tepat terhadap pertanyaan? 9. Apakah anak anda mengajukan pertanyaan yang dimulai dengan siapa, apa, dimana, dan mengapa? 10. Apakah hal itu bahwa anak anda telah membuat sedikit atau tidak ada kemajuan dalam bicara dan bahasa dalam 6 sampai 12 bulan yang lalu? Pertanyaan kunci untuk kerusakan bicara 1. Apakah anak anda pernah gagap atau mengulang bunyi atau katakata? 2. Apakah anak anda kelihatan cemas atau frustasi bila mencoba untuk mengekspresikan ide? 3. Pernahkah anda memperhatikan perilaku anak anda seperti mengedipkan mata, menegakkan kepala, atau berusaha untuk

mengungkapkan pikiran dengan kata-kata yang berbeda bila ia gagap? 4. Apakah yang anda lakukan bila hal ini terjadi? 5. Apakah anak anda mengabaikan bunyi dari kata-kata? 6. Apakah hal tersebut tampak seperti anak anda menggunakan t, d, k, atau g ditempat hampir semua konsonan yang lain? 7. Apakah anak anda mengabaikan bunyi dari kata-kata atau menambahkan konsonan yang benar dengan konsonan lain (seperti rabbit dengan wabbit) 8. Apakah anda mengalami kesulitan dalam memahami bicara anaka anda? 9. Adakah orang lain yang pernah menunjukkan tentang adanya kesulitan dalam memahami anak anda? 10. Adakah perubahan terbaru dalam bunyi suara anak anda? Petunjuk untuk mendeteksi kerusakan komunikasi Ketidakmampuan bahasa Memberikan arti pada kata-kata Kata pertama tidak diucapkan sebelum tiga tahun Ukuran perbendaharaan kata berkurang sesuai usia atau gagal menunjukkan peningkatan Kesulitan dalam menggambarkan karakteristik objek, meskipun mungkin mampu menyebutkan namanya Jarang menggunakan kata ganti (sifat, keterangan) Terlalu banyak menggunakan jargon 18 bulan terakhir Mengatur kata-kata ke dalam kalimat Kalimat pertama tidak diucapkan sebelum tiga tahun Kalimat pendek dan tidak lengkap Kecenderungan untuk mengabaikan kata-kata (artikel, preposisi) Kesalahan penggunaan bentuk kata kerja

Kesulitan memahami dan menghasilkan pertanyaan Masa stabil pada tingkat perkembangan awal; menggunakan pola bicara yang mudah Mengubah bentuk kata-kata Menghilangkan akhir untuk kalimat majemuk dan keterangan waktu Penggunaan akhir kalimat majemuk dan keterangan waktu yang tidak tepat Ketidakakuratan penggunaan kata-kata kepemilikan Kerusakan bicara Ketidakfasihan (gagap) Pengulangan bunyi, kata-kata, atau frase yang dapat terlihat setelah usia 4 tahun Frustasi bila berusaha untuk berkomunikasi Menunjukkan perilaku berjuang saat berbicara (kepala tegak, mata berkedip, mencoba terus, atau pemakaian kata terlalu banyak dan tidak perlu) Malu tentang bicaranya sendiri Defisiensi artikulasi Kejelasan dari bicara percakapan tidak ada pada usia 3 tahun Penghilangan konsonan di awal kata pada usia 3 tahun dan di akhir kata pada usia 4 tahun Kesalahan artikulasi yangmenetap setelah usia 7 tahun Pengabaian bunyi dimana salah satu harus terjadi Distorsi bunyi Penambahan bunyi an yang tidak tepat pada bunyi yang benar

Gangguan suara Deviasi pada nada (terlaku tinggi atau terlalu rendah, khususnya untuk usia jenis kelamin); monoton Deviasi dalam kekerasan suara Deviasi dalam kualitas (hipernasalitas atau hiponasalitas) Pedoman Rujukan Mengenai Kerusakan Komunikasi Usia Temuan Pengkajian 2 tahun 3 tahun 5 tahun Usia sekolah Umum Gagal untuk berbicara kata-kata bermakna secara spontan Penggunaan sikap tubuh yang konsisten bukan vokalisasi Kesulitan dalam mengikuti petunjuk verbal Gagal untuk berespon secara konsisten terhadap bunyi Bicara sangat tidak jelas Gagal untuk menggunakan kalimat dari tiga kata-kata/ lebih Sering mengabaikan konsonan awal Penggunaan huruf hidup bukan konsonan Gagap atau jenis ketidakfasihan yang lain Struktur kalimat secara nyata terganggu Mengganti suara-suara yang mudah dihasilkan dengan bunyi-bunyi

yang sulit Menghilangkan ujung kata (jamak, kalimat kerja dsb) Kualitas suara buruk (monoton, keras/ hampir tidak terdengar) Nada suara tidak jelas untuk usianya Adanya distorsi, pengabaian, atau penambahan bunyi setelah usia 7 tahun Bicara yang berhubungan dicirikan dengan penggunaan konfusi yang tidak biasa atau kebalikan Ada anak dengan tanda-tanda yang menunjukkan kerusakan pendengaran Ada anak yang malu atau terganggu oleh bicaranya sendiri Orangtua yang perhatiannya terlalu berlebihan atau yang terlalu menekan anak untuk bicara pada tingkat diatas usia yang seharusnya. Denver Articulation Screening Examination The Denver Articulation Screening Examination (DASE) (Gbr.1-59) dirancang untuk secara nyata membedakan antara keterlamabatan perkembangan yang signifikan dan variasi normal dalam kemahiran bunyi bicara pada anak dari 2 sampai 6 tahun. Pemeriksaan ini menggunakan metode imitatifuntuk mengkaji bunyi suara. Pedoman umum mencakup hal berikut: 1. Katakan pada anak untuk mengulangi kata, seperti car, beri beberapa contoh pada anak untuk memastikan pemahaman. Dimulai dengan kata pertama tabel, minta anak mengulang seluruh 22 kata setelah anda. Nilai pengucapan anak pada bunyi digarisbawahi atau campurkan dalam setiap kata. (Ada 30 elemen bunyi artikulasi untuk pengujian). 2. Bila anak merasa malu atau sulit untuk diuji, gunakan gambar

garis sederhana untuk menggambarkan setiap kata. 3. untuk menentukan hasil tes, cocokan skor kasar (angka dari bunyi yang benar) dengan kolom yang menunjukkan usia anak. Anak dianggap menjadi usia sebelumnya yang paling dekat seperti yang ditunjukkan pada grafik barisan persentil. Barisan persentil anak adalah pada titik dimana garis dan kolom bertemu. Persentil diatas garis tebal adalah abnormal dan dibawahnya adalah normal. 4. Nilai bicara spontan anak dalam istilah kejelasan: a. Mudah untuk dipahami b. Tidak dapat dipahami setengah waktu c. Tidak dapat dipahami d. Tidak dapat dievaluasi (bila anak tidak bicara dalam kalimat atau frase selama wawancara) 5. Nilai hasil total tes anak sebagai berikut: a. Normal, normal pada DASE dan kejelasan b. Abnormal, abnormal pada DASE dan/atau kejelasan 6. Uji ulang anak dengan hasil yang abnormal dalam 2 minggu

Anda mungkin juga menyukai